Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki bergam kebudayaan
seperti suku bangsa, bahasa atau adat istiadat. Keanekaragaman yang dimiliki
oleh Indonesia merupakan bukti bahwa Indonesia kaya akan budaya.
Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai karena merupakan
lambing dari kepribadian suatu bangsa. Setiap daerah di Indonesia memiliki
budaya yang berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing. Karena
sebab itu setiap dari individu wajib menjaga, memelihara dan melestarikan
budaya yang ada di daerahnya.
Di zaman modern keragaman budaya yang ada di Indonesia sudah banyak
yang berkembeng meskipun budaya itu sudah ada sejak zaman nenekmoyang.
Namun, masyarakat masih banyak yang tidak meningalkan budaya yang ada
yang ditinggalkan oleh neke moyangnya. Salah satu budaya yang ada di
masyarakat jawa yaitu upacara tedhak sinten. Upacara tedak sinten ini
dilaksanakan untuk anak bayi yang akan turun tanah. Di dalam makalah ini akan
dibahas mengenai lebih dalam mengenai apa itu upacara tedak siten.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
a. Bagaimana kajian ontologi tedhak siten?
b. Bagaimana kajian epistemologi tedhak siten ?
c. Bagaimana kajian aksiologi tedhak siten?
d. Nilai apa sajakah yang bisa diambil dari tedhak siten?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui kajian ontology thedak siten
b. Untuk mengetahui kajian epistemology thedak siten
c. Untuk mengetahui kajian aksiology
d. Untuk mengetahui nilai-nilai yang bisa diambil dari tedhak siten

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Ontology Thedak Siten


Tedhak siten merupakan bagian dari adat dan tradisi masyarakat jawa,
upacara ini dilkukan untuk anak yang baru pertama kali belajar berjalan atau
pertama kali menginjakkan pada tanah dan slalu ditunggu-tunggu oleh orang tua
atau kerabat, tedak siten berasal dari dua kata " tedhak" berarti menampakkan kaki
dan “siten”berasal dari kata "siti" yang berarti bumi, upacara ini dilakukan ketika
seorang bayi berusia 7 bulan dan mulai belajar duduk dan berjalan ditanah, secara
keseluruhan upacara ini bertujuan agar ia menjadi mandiri dimasa depan.
Sama seperti berbagai upacara adat Jawa lainnya, upacara tedhak siten juga
tidak lepas dari berbagai simbol dan makna filosofis. Setiap langkah dan aspek dari
upacara ini menyimbolkan hal-hal tertentu dalam kehidupan sang anak, dan hal
inilah yang membuat upacara ini penuh warna.

2.2 Kajian Epistemologi Tedhak Siten


a. Alat dan Perlengkapan dalam Prosesi Tedhak Siten
Adapun alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan dalam prosesi Tedhak
Siten sebagai berikut :
a. Sesaji selamatan terdiri atas :

Gambar 1. Nasi tumpeng


Sumber : Google.com/Search

-Nasi tumpeng robyong + sayuran dengan pelengkap :


 Nasi putih/: berbentuk gunungan atau kerucut yang melambangkan tangan
merapatmenyembah kepada Tuhan. Juga, nasi putih melambangkan segala

2
sesuatu yang kita makan, menjadi darah dan daging haruslah dipilih dari
sumber yang bersih atau halal. Bentuk gunungan ini juga bisa diartikan
sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita pun semakin “naik” dan
“tinggi”.
 Ayam: ayam jago (jantan) yang dimasak utuh ingkung dengan bumbu
kuning/kunir dan diberi areh (kaldu santan yang kental), merupakan
symbol menyembah Tuhan dengan khusuk (manekung) dengan hati yang
tenang (wening). Ketenangan hati dicapai dengan mengendalikan diri dan
sabar (nge”reh” rasa). Menyembelih ayam jago juga mempunyai makna
menghindari sifat-sifat buruk (yang dilambangkan oleh, red) ayam jago,
antara lain: sombong, congkak, kalau berbicara selalu menyela dan merasa
tahu/menang/benar sendiri (berkokok), tidak setia dan tidak perhatian
kepada anak istri.
 Ikan Lele: dahulu lauk ikan yang digunakan adalah ikan lele bukan banding
atau gurami atau lainnya. Ikan lele tahan hidup di air yang tidak mengalir
dan di dasar sungai. Hal tersebut merupakan symbol ketabahan, keuletan
dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi ekonomi yang paling bawah
sekalipun.
 Ikan Teri / Gereh Pethek: Ikan teri/gereh pethek dapat digoreng dengan
tepung atau tanpa tepung. Ikan Teri dan Ikan Pethek hidup di laut dan selalu
bergerombol dan Telur: telur direbus pindang, bukan didadar atau mata
sapi, dan disajikan utuh dengan kulitnya, jadi tidak dipotong – sehingga
untuk memakannya harus dikupas terlebih dahulu. Hal tersebut
melambangkan bahwa semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas),
dikerjakan sesuai rencana dan dievaluasi hasilnya demi kesempurnaan.
Piwulang jawa mengajarkan “Tata, Titi, Titis dan Tatas”, yang berarti etos
kerja yang baik adalah kerja yang terencana, teliti, tepat perhitungan,dan
diselesaikan dengan tuntas. Telur juga melambangkan manusia diciptakan
Tuhan dengan derajat (fitrah) yang sama, yang membedakan hanyalah
ketakwaan dan tingkah lakunya. menyimbolkan kebersamaan dan
kerukunan.
 Sayuran dan urab-uraban: Sayuran yang digunakan antara lain kangkung,
bayam, kacang panjang, taoge, kluwih dengan bumbu sambal parutan

3
kelapa atau urap. Sayuran-sayuran tersebut juga mengandung symbol-
simbol antara lain: kangkung berarti jinangkung yang berarti melindung,
tercapai. Bayam (bayem) berarti ayem tentrem, taoge/cambah yang berarti
tumbuh, kacang panjang berarti pemikiran yang jauh ke depan/innovative,
brambang (bawang merah) yang melambangkan mempertimbangkan
segala sesuatu dengan matang baik buruknya, cabe merah diujung tumpeng
merupakan symbol dilah/api yang meberikan penerangan/tauladan yang
bermanfaat bagi orang lain. Kluwih berarti linuwih atau mempunyai
kelebihan dibanding lainnya. Bumbu urap berarti urip/hidup atau mampu
menghidupi (menafkahi) keluarga.
 Jenang baro-baro. Jenang baro-baro merupakan hidangan yang disajikan
dalam upacara adat Jawa sebagai permohonan keselamatan pada Tuhan
Yang Maha Esa. Jenang ini dibuat dari beras yang dicampur gula Jawa.
Jenang ini biasanya disajikan dalam mangkok kemudian di atasnya ditaburi
kelapa parut dan irisan gula Jawa.
 Jajan pasar. Jajan pasar ini meliputi: bacang, bikang, bugis kroket, kue khu,
kue tok, lapis, lemper, lumpia, martabak, nagasari, onde-onde, risoles,
wajik, dan lain-lainya. Selain jenis kue basah biasanya juga disiapkan
kacang rebus dan pala pendem.

b. Jadah (uli) tujuh macam warna yaitu; merah, putih, hitam, kuning, biru, ungu,
jingga.

Gambar 2. Jadah/Uli 7 Warna


Sumber : Google.com/Search

4
c. Sekar (bunga) setaman yang ditempatkan di dalam bokor besar dan tanah.

Gambar 3. Sekar (Bunga) Setaman


Sumber : Google.com/Search

d. Tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati.

Gambar 4. Tangga
Sumber : Google.com/Search

e. Sangkar ayam yang dihiasi janur kuningatau kertas hias warna-warni.

Gambar 5. Sangkar ayam


Sumber : Google.com/Search

5
f. Padi, kapas, sekar telon (tiga macam bunga missal : melati, mawar, kenanga)

Gambar 6. Melati, mawar, Kenanga


Sumber : Google.com/Search

g. Beras kuning dan beberapa uang.

Gambar 7. Beras kuning dan beberapa uang koin


Sumber : Google.com/Search

h. Bermacam-macam barang berharga, kalung, peniti, gelang, dll.


i. Barang bermanfaat ( buku, pensil, dll) dimasukkan dalam bokor.

b.Prosesi Tedhak Siten


a. Acara Tedak Siten ini di mulai dengan Menapaki jadah 7 warna, jadah
disini terbuat dari beras ketan dicampur dengan parutan kelapa muda
dengan ditambahi garam agar rasanya gurih dan 7 warna disini yaitu
hitam, kuning, hijau, biru, merah, putih, jingga.
Warna-warna ini mempunyai makna sebagai berikut :
Putih : Watak Dasar
Biru : Jati Diri
Hijau : Lambang Kehidupan

6
Jingga : Matahari
Merah : Semangat
Kuning : Harapan tercapai cita2
Hitam : Keagungan
Makna yang terkandung dalam jadah ini merupakan simbol kehidupan
yang akan dilalui oleh si anak, mulai dia menapakkan kakinya pertama
kali di bumi ini sampai dia dewasa, sedangkan warna-warna tersebut
merupakan gambaran dalam kehidupan si anak akan menghapai banyak
pilihan dan rintangan yang harus dilaluinya. Jadah 7 warna disusun mulai
dari warna yang gelap ke terang.

Gambar 8. Anak Menapaki Jadah 7 Warna


Sumber : Google.com/Search

b. Selanjutnya si anak menaiki tangga, dimana tangga ini terbuat dari tebu
jenis arjuna, yaitu tangga yang dibuat dari batang tebu merah hati dan dihiasi
kertas warna- warni.. Hal ini dimaksudkan agar dalam menapaki
(menjalani) hidupnya, apa yang di lakukan seorang anak diharapkan
semakin meningkat dan mampu melewati halangan dan rintangan hidupnya
kelak.

Gambar 9. Anak Menaiki Tangga


Sumber : Google.com/Search

7
c. Kemudian di teruskan menapaki pasir, ini dimaksudkan agar dalam
menjalani hidupnya dia siap dengan halangan atau rintangan apapun yang
menghadangnya.

Gambar 10. Anak Menapaki pasir


Sumber : Google.com/Search

d. Setelah menapaki pasir, anak di bimbing di sebuah kurungan ayam yang


telah dihiasi dan didalamnya terdapat beberapa mainan, alat tulis, uang, hp,
stetoskop dan sebagainya dan kemudian anak di suruh mengambil barang
yang di sukainya. Dimana barang yang dipilih si anak merupakan gambaran
dari kegemaran dan juga pekerjaan yang diminatinya kelak setelah dewasa.

Gambar 11. Anak Berada dalamKurungan


Sumber : Google.com/Search

e. Prosesi selanjutnya adalah sebar beras kuning yang telah dicampur dengan
uang logam untuk di perebutkan (dalam hal ini yang menaburkan adalah di
wakili bapaknya), prosesi ini menggambarkan agar si anak kelak menjadi
anak yang dermawan, suka bersedekah dalam lingkungannya.

8
f. Prosesi terakhir yaitu si anak dimandikan dengan bunga setaman Lalu
mengenakan baju yang baru. Tujuannya yaitu agar si anak tetap sehat,
membawa nama harum bagi keluarga, punya kehidupan yang layak,
makmur dan berguna bagi nusa bangsa.
g. Setelah dimandikan, si anak diganti bajunya dengan baju yang baru. Setelah
semua prosesi tersebut dilaksanakan, kemudian dilanjutkan memotong
tumpeng yang di lengkapi dengan sayur urap. Tumpeng melambangkan
permohan orang tua kepada sang Maha Pencipta agar si anak kelak menjadi
anak yang berguna, sayur kacang panjang bermakna simbol umur agar si
anak berumur panjang, sayur kangkung bermakna dimanapun si anak hidup
dia mampu tumbuh dan berkembang, sayur kecambah merupakan simbol
kesuburan dan ayam mengartikan kelak si anak dapat hidup mandiri.

2.3 Kajian Aksiologi thedak Siten


Upacara adat ini sendiri memiliki beberapa tujuan, termasuk diantaranya
adalah sebagai bentuk rasa syukur karena sang anak akan mulai belajar berjalan.
Selain itu, upacara ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan anak kepada
alam sekitar dan juga ibu pertiwi. Hal ini juga merupakan perwujudan dari salah
satu pepatah Jawa yang berbunyi “Ibu Pertiwi Bopo Angkoso” (Bumi adalah ibu
dan langit adalah Bapak

2.4 Nilai-nilai yang bisa diambil dalam Tedhak Siten


Nilai-nilai Islami bisa kita dapatkan dari khasanah budaya Jawa tedhak siten
ini adalah Kelebihan tradisi tedhak siten adalah dalam hal Kenduri atau selametan
bukan hanya acara makan-makan. Selametan kadang dibarengi dengan upacara
selametan yang dipimpin oleh seorang sesepuh atau tokoh masyarakat yang
memimpin doa, agar keluarga dan sang buah hati khususnya selalu mendapatkan
keselamatan dan diberkati dunia-akhirat, serta semoga prosesi upacara tedhak siti
diterima dan bermanfaat bagi keluarga dan mereka yang menghadirinya. Kenduri
juga menjadi ajang mempereraat tali silaturrahmi; sanak keluarga, kerabat, dan
lingkungan tetangga.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Suku jawa merupakan suku yang memiliki berbagai kebudayaan. Salah satunya
yaitu tedhak siten yang dilakukan untuk anak yang berumur 7 bulan dan pertama
kali turun tanah yang memiliki tujuan-tujuan yang bernilai spiritualis.

3.2 Saran
Budaya atau adat istiadatdaerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan nasional, maka segala sesuatu yang terjadi pada budaya daerah
akan sangat mempengaruhi budaya nasional. Atas dasar itulah, kita semua
mempunyai kewajiban untuk menjaga, memelihara dan melestarikan budaya
baik budaya lokal atau budaya daerah maupun budaya nasional, karena budaya
merupakan bagian dari kepribadian bangsa

10
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.tt. Budaya Tedhak Siten, Prosesinya. Dalam :


eprints.uny.ac.id/51240/17/HANDOUT%20TEDAK%20FOLIO.pdf. Diunduh
pada tanggal 23 November 2018.

Melly. 2016. Tradisi Thedak Siten yang Penuh Warna. Dalam:


www.nyonyamelly.com /blogs/news/tedhak-siten-tradisi-jawa-yang-penuh-
warna. Diunduh pada tanggal 23 November 2018.

Nuryah. “Tedhak Siten: Akulturasi Budaya Islamjawa (Studi Kasus Di Desa


Kedawung, Kecamatan Pejagoan, Kabupaten Kebumen)”. Journal IAIN Jurai
Siwo Metro LAmungVo.1, Tahun 2016.

Vidaipoy.2013. Makalah Multikultural. Dalam:http://vidaiponks.blogspot.com


/2013/04/makalah-multikultural-tedak-siten.html. Diunduh pada tanggal 23
november 2018.

11

Anda mungkin juga menyukai