Anda di halaman 1dari 17

KUNCI DETERMINASI VERTEBRATA KELAS PISCES

Daftar Objek Determinasi adalah sebagai berikut.


1) Ikan Tongkol
2) Ikan Mas
3) Ikan Gabus
4) Ikan Mujair
5) Ikan Lele
6) Ikan Belut

1. a. Habitat Air Asin ................................................... Ikan Tongkol


b. Habitat Air Tawar ................................................ 2

2. a. Kulit Bersisik ....................................................... 3


b. Kulit Tidak Bersisik ............................................. 5

3. a. Warna Sisik Hitam Keabu-Abuan ....................... 4


b. Warna Sisik Kuning Keemasan ........................... Ikan Mas

4. a. Bentuk Badan Bulat Memanjang ......................... Ikan Gabus


b. Bentuk Badan Bulat Pipih .................................... Ikan Mujair

5. a. Berkumis (Bersurai) ............................................. Ikan Lele


b. Tidak Berkumis (Tidak Bersurai) ........................ Ikan Belut

 Urutan Kunci Determinasi Ikan Tongkol {(1a)}


 Urutan Kunci Determinasi Ikan Mas {(1b),(2a),(3b)}
 Urutan Kunci Determinasi Ikan Gabus {(1b),(2a),(3a),(4a)}
 Urutan Kunci Determinasi Ikan Mujair {(1b),(2a),(3a),(4b)}
 Urutan Kunci Determinasi Ikan Lele {(1b),(2b),(5a)}
 Urutan Kunci Determinasi Ikan Belut {(1b),(2b),(5b)}
Tugas Kelompok Rabu, 27 September 2017
Mata Kuliah Zoologi Vertebrata

KUNCI DETERMINASI VERTEBRATA


KELAS PISCES

OLEH:

KELOMPOK III

1. ANDIKA JULYANTO SYACHPUTRA A1J116005


2. ELDA ANDRIANI ABDUL HAFID A1J116008
3. SITTI MASYITHA A1J116036
4. SITI PATIMAH A1J116037
5. WA ODE RAHMA IZIAH A1J116040
6. HERYAWATI RAHMADAYANI H. A1J116057
7. CICI JULVIRA A1J116059
8. SITI ARMIN A1J116069
9. MAYANG SARI A1J116093
10. MARIATI A1J116099
11. SITI RAHMI A1J116106

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KUNCI DETERMINASI

Pernahkah kamu melihat seekor kuda di televisi? Mengapa kamu langsung dapat
menyebutkan bahwa hewan tersebut adalah kuda? Tentu karena kamu telah mengetahui
ciri-ciri kuda sebelumnya bukan? Nah, peristiwa tersebut menunjukkan bahwa kamu telah
melakukan proses identifikasi dalam otak. Hal ini dapat terjadi karena sebelumnya kamu
telah memiliki memori tentang ciri-ciri kuda di dalam otak. Jadi ketika kamu melihat kuda
di televisi dapat langsung menyebutkan nama hewan tersebut.
Untuk mengidentifikasi makhluk hidup yang baru saja dikenal, kita memerlukan alat
pembanding berupa gambar, spesimen/ awetan hewan dan tumbuhan, hewan atau
tumbuhan yang sudah diketahui namanya, atau kunci identifikasi. Kunci identifikasi
disebut juga kunci determinasi.

A. PENGERTIAN

Kunci determinasi atau kunci dikotom adalah cara atau langkah untuk mengenali
organisme dan mengelompokkannya pada takson makhluk hidup. Kunci dikotomis terdiri dari
sederetan pernyataan yang terdiri dari dua baris untuk mengelompokkan atau
menggolongkan makhluk hidup, dan berisi deskripsi dari ciri-ciri organisme yang disajikan
dengan ciri yang berlawanan.

Kunci determinasi pertama kali diperkenalkan oleh Carolus Linnaeus, tetapi


sebenarnya Lammarck (1778) yang pernah menggunakan kunci modern untuk identifikasi.

B. MEMBUAT KUNCI DETERMINASI


Untuk membuat kunci determinasi perlu memperhatikan hal-hal berikut.
1. Kunci harus dikotom (berlawanan), sehingga satu bagian dapat diterima, sedangkan yang
lain ditolak
2. Ciri yang dimasukkan mudah diamati
3. Deskripsi karakter dengan istilah umum sehingga dapat dimengerti orang
4. Menggunakan kalimat sesingkat mungkin
5. Setiap kuplet diberi nomor
6. Kata pertama dari setiap pernyataan dalam satu kuplet harus identik

Contoh: Tumbuhan memiliki bunga …………….

Tumbuhan tidak memiliki bunga ……….


7. Hindari pemakaian kisaran yang tumpang tindih atau hal-hal yang bersifat relatif dalam
kuplet

Contoh: Panjang daun 4 – 8 cm

Daun besar atau kecil


Salah satu kunci identifikasi disusun dengan menggunakan ciri-ciri taksonomi yang
saling berlawanan. Tiap langkah dalam kunci tersebut terdiri atas dua alternatif (dua ciri
yang saling berlawanan).

C. CARA MENGGUNAKAN KUNCI DETERMINASI


Kunci determinasi dibuat secara bertahap, sampai bangsa saja, suku, marga, atau jenis
dan seterusnya. Ciri-ciri tumbuhan disusun sedemikian rupa sehingga selangkah demi
selangkah si pemakai kunci dipaksa memilih satu di antara dua atau beberapa sifat yang
bertentangan. Demikian seterusnya, hingga akhirnya diperoleh suatu jawaban berupa
identitas tumbuhan yang diinginkan. Cara menggunakan kunci determinasi meliputi
beberapa tahapan berikut ini.

1. Bacalah dengan teliti kunci determinasi mulai dari permulaan, yaitu nomor 1a.
2. Cocokkan ciri-ciri tersebut pada kunci determinasi dengan ciri yang terdapat pada makhluk
hidup yang diamati.
3. Jika ciri-ciri pada kunci tidak sesuai dengan ciri makhluk hidup yang diamati, harus beralih pada
pernyataan yang ada di bawahnya dengan nomor yang sesuai. Misalnya, pernyataan 1a tidak
sesuai, beralihlah ke pernyataan 1b.
4. Jika ciri-ciri yang terdapat pada kunci determinasi sesuai dengan ciri yang dimiliki organisme
yang diamati, catatlah nomornya. Lanjutkan pembacaan kunci pada nomor yang sesuai
dengan nomor yang tertulis di belakang setiap pernyataan pada kunci.
5. Jika salah satu pernyataan ada yang cocok atau sesuai dengan makhluk hidup yang diamati,
alternatif lainnya akan gugur. Sebagai contoh, kunci determinasi memuat pilihan:
a. tumbuhan berupa herba, atau
b. tumbuhan berkayu.
Jika yang dipilih adalah 1a (tumbuhan berupa herba), pilihan 1b gugur.
6. Begitu seterusnya hingga diperoleh nama famili, ordo, kelas, dan divisio atau filum dari makhluk
hidup yang diamati.

D. CONTOH KUNCI DETERMINASI TUMBUHAN

1. a. Tumbuhan dengan ciri batangnya termasuk dalam batang tidak sejati atau tidak memiliki
alat tubuh yang menyerupai batang .................................................................................... Lumut
hati
b. Tumbuhan dengan batang sejati atau memiliki alat tubuh yang menyerupai batang ..... (2)
2. a. Pada batang tidak diketemukan pembuluh ........................................................ Lumut daun
b. Pada batang terdapat jaringan pembuluh ............................................................................... (3)
3. a. Tumbuhan tidak berbunga ...................................................................................................... (4)
b. Tumbuhan berbunga atau memiliki organ yang berfungsi seperti bunga ................... (4)
4. a. Pada daun terdapat bintik kuning atau coklat, jika ditekan akan keluar serbuk kecil
........... Tumbuhan paku
b. Pada daun tidak diketemukan adanya bintik kuning atau coklat ........................................ (5)
5. a. Tumbuhan tidak dengan bunga sejati, pada ujung ranting atau ketiak daun terdapat
badan berbentuk kerucut yang menghasilkan bakal biji
........................................................ Gymnospermae
b. Tumbuhan dengan bunga sejati dan tidak mempunyai organ berbentuk kerucut pada
ujung atau ketiak daunnya ......................................................................... (6)
6. a. Berakar serabut ..................................................................................................................... (7)
b. Berakar tunggang ............................................................................................................... (8)
7. a. Batang berongga .............................................................................................................. Padi
b. Batang tidak berongga ............................................................................................... Jagung
8. a. Bunga berbentuk kupu-kupu ................................................................................... Kacang
b. Bunga berbentuk terompet .................................................................................. Terong

E. CONTOH KUNCI DETERMINASI HEWAN

1. a. Homoiotermis.................................................................................................................... (2)
b. Poikilotermis ............................................................................................................................ (8)
2. a. Hidup di darat ........................................................................................................... ..... (3)
b. Hidup di air ............................................................................................................................ (5)
3. a. Memiliki rambut atau bulu ......................................................................................... (4)
b. Memiliki zat tanduk ............................................................................................................ (8)
4. a. Ada kelenjar susu ............................................................................................. Mamalia
b. Tidak ada kelenjar susu ................................................................................................. Aves
5. a. Alat gerak sirip .............................................................................................................. (6)
b. Alat gerak bukan sirip ........................................................................................................ (7)
6. 6. a. Bernapas dengan paru-paru ................................................................................. (9)
b. Bernapas dengan insang ............................................................................................. Pisces
7. a. Jantung 3 ruang .............................................................................................. Amphibia
b. Jantung 4 ruang ........................................................................................................... Reptil

E. ATURAN PEMBERIAN NAMA ILMIAH

Peraturan nama ilmiah memuat aturan sebagai berikut:

a. Setiap organisme mempunyai nama ilmiah tertentu.

b. Untuk nama ilmiah digunakan bahasa latin atau yang dilatinkan.

c. Tidak ada dua organisme atau lebih yang mempunyai nama spesies yang sama
atau hampir sama.

d. Nama genus harus terdiri dari satu kata dan penulisannya selalu dimulai dengan
hurup besar

e. Nama spesies terdiri dari dua kata. Kata pertama merupakan nama genus dan
kata kedua merupakan petunjuk spesies. Contoh nama ilmiah padi:

Aturan penulisan
 Aturan penulisan dalam tatanama binomial selalu menempatkan nama
("epitet" dari epithet) genus di awal dan nama ("epitet") spesies
mengikutinya.

Contoh:

Panthera tigris; Panthera adalah nama genus, sedangkan tigris adalah nama
spesiesnya.

 Nama genus selalu diawali dengan huruf kapital (huruf besar, uppercase)
dan nama spesies SELALU diawali dengan huruf biasa (huruf kecil,
lowercase).
 Penulisan nama ini tidak mengikuti tipografi yang menyertainya (artinya,
suatu teks yang semuanya menggunakan huruf kapital/balok, misalnya
pada judul suatu naskah, tidak menjadikan penulisan nama ilmiah menjadi
huruf kapital semua) kecuali untuk hal berikut:
o Pada teks dengan huruf tegak (huruf latin), nama ilmiah ditulis
dengan huruf miring (huruf italik), dan sebaliknya. Contoh:
Glycine soja, Pavo muticus. Perlu diperhatikan bahwa cara
penulisan ini adalah konvensi yang berlaku saat ini sejak awal abad
ke-20. Sebelumnya, seperti yang dilakukan pula oleh Carolus
Linnaeus, nama atau epitet spesies diawali dengan huruf besar jika
diambil dari nama orang atau tempat.
o Pada teks tulisan tangan, nama ilmiah diberi garis bawah yang
terpisah untuk nama genus dan nama spesies.
 Nama lengkap (untuk hewan) atau singkatan (untuk tumbuhan) dari
autoritas boleh diberikan di belakang nama spesies, dan ditulis dengan
huruf tegak (latin) atau tanpa garis bawah (jika tulisan tangan). Jika suatu
spesies digolongkan dalam genus yang berbeda dari yang berlaku
sekarang, nama autoritas ditulis dalam tanda kurung. Contoh: Glycine max
Merr., Passer domesticus (Linnaeus, 1978) — yang terakhir semula
dimasukkan dalam genus Fringilla, sehingga diberi tanda kurung
(parentesis).
 Pada penulisan teks yang menyertakan nama umum/trivial, nama ilmiah
biasanya menyusul dan diletakkan dalam tanda kurung.

Contoh pada suatu judul: "Pengujian Daya Tahan Kedelai (Glycine max
Merr.) Terhadap Beberapa Tingkat Salinitas". (Penjelasan: Merr. adalah
singkatan dari autoritas (dalam contoh ini E.D. Merrill) yang hasil
karyanya diakui untuk menggambarkan Glycine max. Nama Glycine max
diberikan dalam judul karena ada spesies lain, Glycine soja, yang juga
disebut kedelai.).

 Nama ilmiah ditulis lengkap apabila disebutkan pertama kali. Penyebutan


selanjutnya cukup dengan mengambil huruf awal nama genus dan diberi
titik lalu nama spesies secara lengkap. Contoh: Tumbuhan dengan bunga
terbesar dapat ditemukan di hutan-hutan Bengkulu, yang dikenal sebagai
padma raksasa (Rafflesia arnoldii). Di Pulau Jawa ditemukan pula
kerabatnya, yang dikenal sebagai R. patma, dengan ukuran bunga yang
lebih kecil.

Sebutan E. coli atau T. rex berasal dari konvensi ini.

 Singkatan "sp." (zoologi) atau "spec." (botani) digunakan jika nama


spesies tidak dapat atau tidak perlu dijelaskan. Singkatan "spp." (zoologi
dan botani) merupakan bentuk jamak. Contoh: Canis sp., berarti satu jenis
dari genus Canis; Adiantum spp., berarti jenis-jenis Adiantum.
 Sering dikacaukan dengan singkatan sebelumnya adalah "ssp." (zoologi)
atau "subsp." (botani) yang menunjukkan subspesies yang belum
diidentifikasi. Singkatan ini berarti "subspesies", dan bentuk jamaknya
"sspp." atau "subspp."
 Singkatan "cf." (dari confer) dipakai jika identifikasi nama belum pasti.
Contoh: Corvus cf. splendens berarti "sejenis burung mirip dengan gagak
(Corvus splendens) tetapi belum dipastikan sama dengan spesies ini".
 Penamaan fungi mengikuti penamaan tumbuhan.
 Tatanama binomial dikenal pula sebagai "Sistem Klasifikasi Binomial".

ALASAN PENGGUNAAN BAHASA LATIN

Carolus Linnaeus memilih penggunaan bahasa Latin untuk penamaan karena dari masa
ke masa hingga saat ini, bahasa Latin tidak mengalami perubahan maupun
perkembangan, melainkan tetap.

Screen clipping taken: 10/4/2017, 7:31 AM


Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui
terdapat 3 (tiga) system klasifikasi makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial
(Buatan), Sistem Alami, dan Sistem Filogenetik.

Secara berurutan kita mulai dari klasifikasi makhluk hidup menurut Sistem
Artifisial atau buatan.

a. Sistem Artifisial atau Buatan


Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri
pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri
atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya.
Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat
hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu,
semak, ternak dan memanjat).

Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk


hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan
(animalia). Ia pun membagi tumbuhan menjadi kelompok pohon, perdu,
semak, terna serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Carolus Linnaeus
yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat reproduksinya.
b. Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de
Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok
takson yang alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson
terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh
alam.

Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan


morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan
berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan
bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain. Sedangkan pada
tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu, berkeping biji
dua.
c. Sistem Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan
oleh para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada
tahun 1859. Menurut Darwin, terdapat hubungan antara klasifikasi dengan
evolusi.

Sistem filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan


antara takson yang satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan
persamaan dan perbedaan sifat morfologi dan anatomi maupun
fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup
semuanya memiliki kesamaan molekul dan bio kimia, tetapi berbeda-beda
dalam bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup.

Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan


persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal,
tingkah laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu
pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-
cabang keturunannya.

Perhatikan gambar atau diagram pohon filogenetik hewan dan filogenetik


tumbuhan berikut ini yang menunjukkan urutan evolusi pada hewan dan
pada tumbuhan.

ilogenetik, Anda dapat amati di kebun binatang. Di situ Anda akan


menemukan kelompok hewan reptilia, amphibia, unggas, dan mamalia dan
sebagainya.

Tata Nama Makhluk Hidup

Dalam kehidupan Anda, mungkin sering menemukan suatu jenis makhluk


hidup, misalnya tanaman mangga dalam bahasa Indonesia memiliki nama
yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya pelem, paoh
bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut pauh. Contoh
lain, pisang dalam bahasa Indonesia, di Jawa Barat disebut cau, sedangkan di
Jawa Tengah dinamakan gedang. Nama mangga dan pisang dapat berbeda-
beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk
setempat.

Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis
makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin,
sesuai dengan kode Internasional Tata Nama Tumbuhan dan Hewan. Nama
ilmiah makhluk hidup digunakan sebagai alat komunikasi ilmiah di seluruh
dunia. Walaupun kadang-kadang sulit di eja atau diingat, tetapi diharapkan
suatu organisme hanya memiliki satu nama yang benar. Upaya memberi
nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan, akhirnya
melahirkan sistem tata nama binomial nomenklatur (tata nama biner) yang
meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis. Di samping itu akan
dibahas juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.

a. Nama Jenis
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata
tunggal (mufrad) yang sudah dilatinkan. Misalnya, tanaman jagung nama
spesiesnya (jenis) Zea Mays. Burung merpati nama spesiesnya Columbia
livia. Kata pertama merupakan nama marga (genus), sedangkan kata
kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Dalam penulisan
nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan
nama petunjuk jenis, seluruhnya menggunakan huruf kecil. Selanjutnya
setiap nama jenis (spesies) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak
miring atau digaris-bawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau
istilah lain.
b. Nama Marga (Genus)
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang
merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf pertamanya
ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tumbuhan Solanum (terong-
terongan), marga hewan Felis (kucing), dan sebagainya.
c. Nama Suku (Familia)
Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang
dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak. Biasanya berasal dari
nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Bila tumbuhan, maka
ditambahkan akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari
kata Solanum + aceae. Tetapi bila hewan ditambahkan dengan idea.
Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea. Demikian uraian
tentang tata nama makhluk hidup. Untuk melatih penulisan nama
jenis/spesies yang benar menurut tata nama biner, cobalah Anda kerjakan
latihan berikut ini.

1. Klasifikasi Sistem Alami

Anda sudah mengetahui bahwa klasifikasi pada dasarnya berpijak dari


adanya persamaan. Hal ini dapat kita ketahui dengan mengamati makhluk
hidup secara morfologi. Misalnya, kita mengamati binatang kucing, anjing,
sapi, kuda, dan harimau. Jika kita lihat secara alami, dapat kita ketahui
bahwa kelima binatang itu mempunyai empat kaki, sehingga membentuk
suatu kelompok seperti yang dikehendaki alam, yaitu kelompok binatang
yang berkaki empat. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa klasifikasi
sistem alami merupakan terbentuknya suatu kelompok-kelompok
makhluk hidup secara alami.

Tokoh klasifikasi sistem alami adalah Aristoteles, seorang berkebangsaan


Yunani pada tahun 350 SM. Beliau membagi makhluk hidup menjadi dua
dunia (kingdom), yaitu hewan dan tumbuhan. Dunia hewan ini dibagi
menjadi beberapa kelompok berdasarkan habitat dan perilakunya,
sedangkan tumbuhan dikelompokkan berdasarkan ukuran dan
strukturnya.

2. Klasifikasi Sistem Buatan


Dibandingkan sistem klasifikasi secara alami, sistem klasifikasi buatan
lebih baik, sempurna, dan mudah dipahami apabila dibandingkan sistem
klasifikasi sebelumnya. Klasifikasi ini pertama kali diperkenalkan oleh
Carl Von Linne (1707-1778) yang dikenal dengan nama Carolus Linnaeus,
seorang ahli botani berkebangsaan Swedia. Beliau dinobatkan sebagai
“Bapak Taksonomi”.

Klasifikasi makhluk hidup menurut Linnaeus didasarkan atas persamaan


dan perbedaan struktur tubuh makhluk hidup, dengan cara-cara berikut.

a. Mengamati dan meneliti makhluk hidup, yaitu persamaan ciri struktur


tubuh luar maupun ciri struktur tubuh dalam dari berbagai jenis makhluk
hidup.
b. Apabila ada yang memiliki ciri struktur tubuh sama atau mirip dijadikan
satu kelompok, adapun yang memiliki ciri berlainan dikelompokkan
tersendiri.
c. Memberikan istilah tertentu untuk setiap tingkatan klasifikasi yang
didasarkan pada banyak sedikitnya persamaan ciri pada setiap jenis
makhluk hidup yang dikelompokkan.

Tingkatan klasifikasi yang digunakan oleh Linnaeus adalah sebagai


berikut.

Keterangan :
Kingdom untuk hewan
Regnum untuk tumbuhan
Filum untuk hewan

Divisio untuk
tumbuhan
Kingdom/Regnum dunia/kerajaan
Filum/Divisio bagian/keluarga besar
Jika kita perhatikan
Klassis kelas
klasifikasi Ordo bangsa tersebut terdiri
atas Familia suku beberapa
tingkatan, Genus marga mulai dari
kelompok Species jenis besar,
kemudian dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil. Selanjutnya, kelompok kecil dibagi menjadi
beberapa kelompok kecil lagi sehingga akan terbentuk kelompok-
kelompok yang lebih kecil yang hanya mempunyai anggota satu jenis
makhluk hidup.
Tiap tingkatan kelompok inilah yang disebut takson. Takson disusun dari
tingkat tinggi ke tingkat rendah. Dengan demikian, semakin tinggi
tingkatan takson, maka semakin umum persamaan ciri-ciri yang dimiliki
oleh suatu makhluk hidup.

Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson, maka semakin khusus


persamaan ciri-ciri yang dimiliki oleh suatu makhluk hidup. Biasanya
tingkatan ini memiliki jumlah makhluk hidup yang sedikit. Agar lebih
jelas, perhatikan Gambar disamping.

Untuk memudahkan dalam pengelompokan makhluk hidup yang sangat


banyak ragamnya, maka disusunlah suatu aturan pengelompokan.
Pengelompokan dilakukan pada tingkatan tinggi sampai ke tingkatan
rendah seperti berikut ini.

a. Kingdom/Regnum (Kerajaan/Dunia)
Tingkatan takson ini merupakan tingkatan tertinggi untuk makhluk hidup.
Semua hewan dimasukkan dalam kingdom Animalia dan semua
tumbuhan dimasukkan dalam kingdom Plantae. Bagaimana dengan
manusia, masuk dalam tingkatan klasifikasi apakah kita? Coba pikirkan
mengapa manusia dikelompokkan dalam salah satu kingdom itu?

Read more: Klasifikasi Makhluk Hidup (Sistem Alami, Buatan, Filogenik) |


Materi SMA Online http://www.materisma.com/2014/10/klasifikasi-makhluk-
hidup-sistem-alami-buatan-filogenik.html#ixzz4uUl79BUO

b. Filum atau Divisio (Keluarga Besar)


Apabila kita mengelompokkan suatu makhluk hidup dalam kingdom,
maka dengan melihat persamaan ciri-cirinya akan dimasukkan ke dalam
suatu keluarga besar. Keluarga besar tersebut dimasukkan dalam filum
untuk jenis hewan dan dimasukkan ke dalam divisio untuk jenis
tumbuhan. Misalnya seperti hewan yang terlihat pada Gambar diatas.
Filum Chordata merupakan hewan bernotokorda dan hewan bertulang
belakang. Ada juga hewan yang memiliki kaki berbuku-buku dan kutikula
yang keras dimasukkan dalam filum Arthropoda.

Penamaan filum hewan tidak memiliki akhiran yang khas, sedangkan


penamaan divisio tumbuhan diberi akhiran yang khas, misalnya phyta dan
mycota. Tumbuhan yang berbiji dimasukkan dalam divisio
Spermatophyta, jamur berbasidium dimasukkan dalam divisio
Basidiomycota.

c. Kelas
Tingkatan takson ini lebih rendah dari kelompok takson filum atau divisio,
artinya apabila kelompok makhluk hidup dalam divisio/filum memiliki
ciri-ciri yang sama, maka dimasukkan dalam satu kelas. Contoh kelas pada
hewan, yaitu hewan menyusui/Mamalia, misalnya anjing, kucing, kelinci,
dan lain-lain.

Adapun kelas pada tumbuhan ada dua, yaitu tumbuhan berbiji berkeping
satu dan berkeping dua. Dengan demikian, tumbuhan mempunyai divisio:
Spermatophyta, kelas: Monocotyledonae dan Dicotyledonae.

d. Ordo (Bangsa)
Tingkatan takson yang lebih rendah dari kelas adalah ordo. Pada
tumbuhan, nama ordo pada umumnya diberi akhiran ales, sedangkan
pada hewan tidak memiliki akhiran. Contoh dari hewan mempunyai ordo
Carnivora (bangsa pemakan daging), Omnivora (bangsa pemakan
tumbuht-umbuhan).

Adapun pada tumbuhan contohnya kelas Dicotyledonae mempunyai ordo


Graminales (bangsa rumput-rumputan), Rosales (bangsa mawar-
mawaran).

e. Famili (Suku atau Keluarga)


Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Pada tingkatan famili
ini terdapat suatu kelompok yang berkerabat dekat dan memiliki banyak
persamaan ciri. Nama famili pada tumbuhan pada umumnya diberi
akhiran aceae, sedangkan untuk nama hewan diberi akhiran idae. Contoh
keluarga hewan, yaitu Canidae (keluarga anjing), Falidae (keluarga
kucing). Contoh keluarga tumbuhan adalah Solanaceae (keluarga
kentang), Rosaceae (keluarga mawar).

f. Genus (Marga)
Takson genus adalah nama takson yang lebih rendah dari famili. Nama
genus terdiri atas satu kata yang diambil dari kata apa saja, bisa dari nama
hewan atau tumbuhan, zat kandungan, dan sebagainya. Huruf pertamanya
diawali dengan huruf kapital dan ditulis dengan miring atau ditulis tegak
dengan digaris bawah. Contoh untuk hewan adalah Canis (marga anjing),
Felis (marga kucing), Taenia (marga cacing). Adapun contoh pada
tumbuhan, yaitu Rosa (marga mawar), Annona (marga sirsak dan srikaya),
dan Solanum (marga terung-terungan).

g. Species (Jenis)
Species merupakan tingkatan takson paling rendah dan menjadi unit atau
satuan dasar klasifikasi. Species adalah kelompok makhluk hidup yang
dapat melakukan perkawinan antarsesamanya dan akan menghasilkan
keturunan yang subur (fertil).

Penulisan kata species sama seperti penulisan dalam genus, hanya pada
species terdiri atas dua kata, yaitu kata yang berada di depan merupakan
nama marga (genus), sedangkan kata yang kedua menunjukkan jenisnya.
Untuk kata yang kedua, huruf awalnya tidak perlu menggunakan huruf
kapital. Contohnya: Canis familaris (anjing), Taenia solium (cacing pita),
Rosa gallica (mawar), Carica papaya (pepaya), Oryza sativa (padi).

Pernahkah Anda menemukan dalam satu species beberapa makhluk hidup


memiliki ciri khusus? Hal tersebut dinamakan sebagai varietas atau ras
yang bermakna variasi. Dalam satu species variasi tumbuhan disebut
varietas, adapun variasi dalam satu species hewan disebut ras. Contohnya:
Hibiscus sabdarifa var alba (rosela varietas putih).

Pada umumnya suatu makhluk hidup mempunyai nama lokal dari setiap
daerah, misalnya kota, negara. Contoh: nama buah pisang, orang Jawa
Tengah sering menyebutnya “gedang”. Apakah orang Sumatra mengerti
bahwa yang disebut “gedang” berarti pisang? Sedangkan orang Jawa Barat
menyebut “gedang” untuk buah pepaya.

Agar tercipta komunikasi yang lebih mudah antara pihak satu dengan
pihak lain, setiap makhluk hidup harus memiliki nama yang dikenal di
seluruh dunia. Tujuannya agar tercipta suatu sistem tata nama yang
sederhana, mudah dipahami, dan berlaku secara internasional.

Oleh sebab itu, para ilmuwan mengambil suatu keputusan berdasarkan


kesepakatan internasional dengan menggunakan metode binomial
nomenclature, yang diciptakan oleh Carolus Linnaeus. Binomial
nomenclature adalah pemberian nama dengan dua nama atau disebut
dengan tata nama ganda, yaitu selalu menggunakan dua kata nama genus
dan nama species.

Tata Cara Penamaan Spesies

1) Nama suatu species terdiri atas dua kata, kata pertama merupakan
nama genus dan kata kedua merupakan penunjuk jenis.
2) Huruf pertama nama genus ditulis dengan huruf kapital, sedangkan
huruf pertama nama penunjuk jenisnya ditulis dengan huruf kecil.
3) Nama species menggunakan bahasa Latin atau yang dilatinkan.
Misalnya: Bambusa spinosa (bambu berduri), Carica papaya (pepaya).
4) Nama species dicetak miring, digaris bawah, atau dicetak dengan huruf
yang berbeda dengan teks lain.
5) Apabila nama tumbuhan terdiri atas lebih dari dua kata, kata kedua dan
berikutnya harus digabung atau diberi tanda penghubung.
Misalnya: Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa-sinensis.
6) Apabila nama hewan terdiri atas tiga kata dan nama tersebut bukan
nama species melainkan nama subspecies (anak jenis), yaitu nama takson
di bawah tingkat species maka ditulis terpisah,
contohnya Felis maniculata domestica (kucing rumah/piaraan).
7) Nama species juga mencantumkan inisial pemberi nama species
tersebut,
contohnya Zea mays L. (yang memberi nama jagung adalah Linnaeus).

Coba Anda berikan nama dalam tingkatan klasifikasi mulai dari yang
paling tinggi sampai tingkatan paling rendah untuk tumbuhan rumput-
rumputan, misalnya padi (Oryza sativa) dan untuk hewan, misalnya
kucing (Felis catus).

3. Klasifikasi Sistem Filogenik

Bertolak dari teori evolusi Darwin muncullah klasifikasi sistem filogenik.


Sistem klasifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jauh dekatnya
kekerabatan antarorganisme atau kelompok dengan melihat keturunan
dan hubungan kekerabatan.

Organisme atau kelompok yang berkerabat dekat memiliki persamaan ciri


yang lebih banyak bila dibandingkan dengan organisme atau kelompok
yang berkerabat jauh. Cara mengelompokkan makhluk hidup dilakukan
dengan mengamati ciri-ciri secara morfologi, anatomi, fisiologi, dan
perilaku.

Anda mungkin juga menyukai