Anda di halaman 1dari 2

Harga Transfer dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

Masalah harga transfer dalam perjanjian penghindaran pajak berganda mengacu dari Pasal 9
UN Model yang menata tentang perusahan-perusahaan yang memiliki korelasi spesial, yaitu
antara induk perusahaan yang berada di salah satu negara dan perusahaan anak yang berada
di negara lain.

Pada ayat 1 Pasal 9 UN Model ini, menjelaskan tentang pemberian wewenang kepada salah
satu negara untuk memverifikasi transaksi transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai
korelasi spesial, kecuali jika transaksi yang dilakukan sudah mengacu pada harga wajar
(arm’s length price) maka tidak perlu lagi dilakukan verifikasi.

Dalam ayat 2 Pasal 9 UN Model ini diatur jika terjadi transaksi antara dua pihak yang
memiliki korelasi spesial dan dalam transaksi tersebut tidak menggunakan harga wajar
(arm’s length price), maka dapat melakukan penyesuaian perjanjian yang dapat dilakukan
oleh salah satu pihak.

Ketentuan-ketentuan pada ayat 2 tidak akan berpengaruh jika hasil sidang yang diputuskan
pengadilan menyatakan bahwa dengan dilakukannya penyesuaian laba seperti yang diatur
pada ayat 1, maka salah satu pihak diberi hukuman karena melakukan penggelapan, kelalaian
yang disengaja ataupun yang tidak disengaja.

Menurut perspektif perusahaan multinasional, transfer pricing adalah alat untuk memobilisasi
laba berdasarkan kepentingan pribadi perusahaan itu sendiri, namun menurut perspektif pihak
aparat perpajakan mengharuskan supaya transaksi yang terjadi antara perusahaan
dilaksanakan dengan harga wajar (arm’s length price) sesuai dengan prinsip OECD.

Prinsip arm’s length price sebenarnya sudah tercermin dalam pasal 9 dari OECD model
maupun UN model. Rumusan pasal 9 merupakan cara untuk menentukan laba usaha yang
sebenarnya pada transaksi pihak-pihak yang memiliki hubungan spesial. Untuk keperluan
transfer pricing dengan menggunakan prinsip arm’s length price, maka OECD mengeluarkan
beberapa pedoman spesial untuk mengatasi masalah transfer pricing dengan menggunakan
arm’s length price.

Pedoman spesial yang pertama adalah analisis tentang transaksi yang dapat dibandingkan
(comparability analysis). Penerapan dasar arm’s length price yaitu dengan membandingkan
transaksi antara perusahaan-perusahaan yang independen, apakah terdapat perbedaaan situasi
dengan perbedaan ekonomi yang signifikan dan mempengaruhi situasi serta harga yang
sedang diteliti. Dalam menentukan perbandingan tersebut juga didaasarkan beberapa faktor
seperti karakteristik barang dan jasa, analisis fungsi dari masing masing pihak, syarat-syarat
yang terdapat dalam kontrak, situasi ekonomis, geografis, strategi usaha, inovasi,
pengembangan produk baru dan lain lain.

Pengakuan atas transaksi yang dilakukan merupakan transaksi yang dilakukan pihak-pihak
yang punya hubungan spesial hendaknya dapat diterima aparat perpajakan agar tidak terjadi
double taxation.
Evaluasi terhadap transaksi secara terpisah atau secara gabungan juga merupakan salah satu
dari beberapa pedoman spesial untuk mengatasi masalah transfer pricing. Kesulitan penilaian
terjadi apabila ada transaksi yang terpisah dan transaksi tersebut berkaitan dengan transaksi-
transaksi selanjutnya, maka dari itu transaksi seperti ini hendaknya dilihat dalam satu
kesatuan. Namun jika transaksi yang terjadi dilakukan secara paket hendaknya transaksi ini
dilihat sebagai suatu transaksi yang terpisah.

Penerapan arm’s length dalam suatu interval digunakan karena dalam menghitung besaran
arm’s length bisa menggunakan metode yang berbeda-beda, penerapan yang digunakan untuk
menghitung juga beda-beda, maka akan menghasilkan besaran yang tidak sama.

Pengunaan data yang berasal dari beberapa tahun dapat digunakan untuk memperoleh
prediksi yang lebih akurat tentang fakta dan situasi yang mempengaruhi transaksi antara
perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan spesial sebagai trend analysis (longitudinal)
yang menyangkut tahun terjadinya transaksi tersebut dengan transaksi yang terjadi ditahun-
tahun sebelumnya.

Kerugian yang diderita jika berlangsung terus menerus ini merupakan indicator oenggunaan
transfer pricing sebagai alat peggesr laba dengan melakukan penelitian sebab kerugian itu
terlebih dahulu. Oleh karena itu diperlukan pengaturan transfer pricing supaya perusahaan
multinasional yang mengalami kerugian bisa selamat dari gulung tikar.

Kebijakan pemerintah merupakan salah satu pedoman secara khusus untuk mengatasi
masalah transfer pricing. Dasar pertimbangan penggunaan transfer pricing yang berdasarkan
arm’s length adalah sampai sejauh mana tingkat intervasi pemerintah tersebut berperan
terhadap naik turunya transfer pricing seperti harga di pasar bebas ataupun harga yang belum
berproduksi atau produksi akhir.

Kompensasi yang disengaja adalah jika ada pengaturan tentang transaksi-transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan dengan cara memberikan ataupun menerima manfaat tertentu
terhadap atau dari perusahaan yang lain.

Penggunaan patokan harga untuk keperluan bea masuk terjadi saaat barang tersebut diimpor
lalu data harga barang tersebut dapat membantu aparat bea cukai dan aparat perpajakan untuk
menilai barang tersebut apakah sudah sesuai dengan prinsip arm’s length atau belum.

Penerapan metode transfer pricing dan metode untuk menentukan arm’s length. Penerapan
metode transfer pricing digunakan untuk mengetahui kesesuaian syarat-syarat dari transaksi
yang dilakukan dengan prinsip arm’s length. Beberapa metode arm’s length yaitu
comparable uncontrolled price method, resale price method, cost plus method, profit split
method, and transaction net margin method.

Advance pricing agreement (APA) diterapkan di Indonesia terhadap transaksi-transaksi


pihak-pihak yang memiliki hubungan spesial. Biasanya prosedur APA dilakukan seperti WP
mengajukan permohonan kepada instasi pajak utuk memberlakukan APA untuk suatu
periode tertentu.

Anda mungkin juga menyukai