(Tugas I Mata Kuliah Hukum Pajak – Dr. Waty Tjakra, S.H., M.H)
1
“TRANSFER PRICING DALAM PERPAJAKAN"
berkembang, sehingga menjadi unit-unit bisnis yang besar dan berkuasa, dengan
Ada beberapa alasan utama yang mendorong munculnya korporasi multinasional, yaitu
keinginan dan tujuan untuk memperluas pasar, untuk mencari sumber bahan baku,
untuk mencari teknologi baru, untuk mencapai efisiensi, untuk menghindari peraturan
atau kebijakan pemerintah, dan diversifikasi. Namun demikian, setidaknya kita bisa
multinasional, yaitu (i) perbedaan budaya (cultural differences), (ii) transfer pricing, dan
Apakah yang dimaksud dengan transfer pricing itu? Transfer pricing (harga transfer)
merupakan sebutan atau istilah yang umum digunakan untuk penentuan harga atas
berbagai transaksi antar anggota group korporasi multinasional. Transfer pricing dapat
ditentukan berbeda dengan harga wajar atau harga yang berlaku di pasaran bebas,
namun dapat juga ditentukan lebih tinggi atau bahkan lebih rendah. Transfer pricing ini
2
merupakan isu klasik dalam bidang perpajakan, khususnya menyangkut transaksi
bahwa transfer pricing pada awalnya hanya merupakan isu utama bagi administrasi
perpajakan dan ahli perpajakan saja, tetapi pada masa sekarang ini transfer pricing
telah menjadi pembicaraan para politisi, ahli ekonomi dan juga lembaga-lembaga
korporasi multinasional.1
Survei yang dilakukan oleh Ernst and Young International pada tahun 1995
sebagai masalah utama dalam perpajakan yang dihadapi oleh korporasi multinasional.
Sementara itu, penelitian tim UNTC PBB yang diketuai oleh Silvain Plasschaert yang
dinyatakan kembali oleh Gunadi (1999), disebutkan bahwa motivasi transfer pricing di
1
Imam Santoso, Advance Pricing Agreement dan Problematika Transfer Pricing dari Perspektif
Perpajakan Indonesia, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 6, No.2, November 2004: 123.
2
Ibid.
3
5. Mempertahankan sikap low profile tanpa mempedulikan tingkat keuntungan
usaha;
Dari penjelasan di atas terlihat bahwa pada prinsipnya praktik transfer pricing dapat
dipicu oleh alasan pajak (tax motive) ataupun alasan bukan pajak (non-tax motive).
Beberapa transaksi yang terjadi antar anggota group korporasi multinasional dapat
dikategorikan dalam beberapa transaksi, antara lain seperti penjualan barang dan jasa,
lisensi, royalti, paten dan know-how, penjaminan utang, serta penjualan komponen
untuk kegiatan produksi. Transaksi-transaksi yang terjadi antar unit bisnis group
(shifting) beban pajak dari suatu Negara yang mempunyai tarif tinggi (high tax
countries) ke Negara lainnya yang mempunyai tarif pajak lebih rendah (low tax
countries).
3
Ibid.
4
Undang No. 7 Tahun 1983 memberikan kewenangan kepada otoritas pajak untuk
menentukan kembali harga wajar transaksi antar pihak-pihak yang memiliki hubungan
membuat perjanjian dengan Direktur Jenderal Pajak dalam bentuk Advance Pricing
Menurut sejumlah literatur, transfer pricing merupakan suatu harga jual khusus yang
dipakai dalam pertukaran antar divisional untuk mencatat pendapatan divisi penjual
(selling division) dan biaya divisi pembeli (buying division). Tujuan utama dari kegiatan
Kunci utama keberhasilan transfer pricing dari sisi pajak adalah adanya transaksi
kepemilikan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Hubungan ini terjadi
karena adanya keterkaitan satu pihak dengan pihak lain yang tidak terdapat pada
pelaporan, sebagai akibat pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan biaya pada
suatu transaksi dari suatu pihak ke pihak lainnya. Jadi secara umum transaksi antara
pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa tersebut dikenal dengan transfer pricing.
5
Transfer pricing sering digunakan oleh perusahaan-perusahaan multinasional untuk
meminimalkan jumlah pajak yang dibayar melalui rekayasa harga yang ditransfer
pada low tax country dan menggeser biaya-biaya dalam jumlah yang lebih besar pada
high tax country. Artinya, ada pergeseran kewajiban perpajakan dari Negara-negara
yang memiliki tarif pajak yang tinggi ke Negara yang menerapkan pajak rendah.
penerimaan suatu Negara khususnya yang berasal dari penerimaan pajak akan
efektif untuk memenangkan persaingan dengan sumber daya yang terbatas. Jika
transfer pricing dilakukan antar perusahaan lokal (dalam negeri) maka hal ini tidak
menjadi persoalan, karena pemerintah tetap akan memperoleh pajak dari salah satu
perusahaan yang diuntungkan. Yang menjadi masalah adalah jika transfer pricing
dilakukan oleh perusahaan asing dengan perusahaan lokal. Jika hal ini terjadi maka
Perusahaan lokal yang menjadi subsidiari dari perusahaan asing akan “dikorbankan”.
Artinya, perusahaan lokal itu sengaja dibuat merugi, padahal sebenarnya perusahaan
lokal tersebut sedang tidak merugi. Tujuannya tentu untuk menghindari pembayaran
pajak oleh kedua perusahaan tersebut. Kasus ini sering terjadi pada industri batu bara.
Jenis tambang itu merupakan incaran perusahaan tambang multinasional. Tidak jarang
6
perusahaan asing yang mendekati perusahaan tambang batu bara lokal. Dari sinilah
akan timbul negosiasi harga. Setelah itu yang terjadi justru praktik transfer pricing. Jika
batu bara banyak dibeli oleh perusahaan asing, maka tidak mungkin perusahaan lokal
itu akan merugi. Jika ada dua perusahaan yang berkonspirasi untuk merugikan suatu
Untuk mengatasi masalah mengenai transfer pricing ini, Departemen Keuangan harus
memiliki auditor yang handal untuk menyelidiki keuangan suatu perusahaan. Untuk
masalah batu bara, sebenarnya Indonesia memiliki Indonesia Coal Index (ICI). ICI
dapat digunakan untuk mengukur kewajaran harga batu bara. ICI merupakan indeks
harga batu bara yang dibuat di Indonesia melalui berbagai sumber. Maka sebenarnya
tidak ada alasan bagi Pemerintah untuk menghindar dari penyelidikan dugaan transfer
pricing. Dengan melihat kasus Adaro, Negara diperkirakan rugi triliunan Rupiah akibat
hal ini. Negara kehilangan pajak penghasilan yang seharusnya disetor oleh Adaro.
Negara tidak memperoleh PPh 30% dan royalty 13,5%. Padahal untuk setiap USD 10
selisih harga dalam praktik transfer pricing, tiap tahun kerugian Negara dapat mencapai
Saat ini transfer pricing diatur dalam Pasal 18 ayat (3) dan (4) Undang-Undang No. 36
Tahun 2008. Dalam Pasal 18 ayat (3) diatur mengenai kewenangan Ditjen Pajak untuk
4
menghitung kembali suatu transaksi yang dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
Dalam Pasal 18 ayat (3) (a) diatur bahwa “Direktur Jenderal Pajak berwenang
4
Lihat penjelasan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undan No. 36 Tahun 2008.
7
melakukan perjanjian dengan Wajib Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas
pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), yang berlaku
renegosiasi setelah periode tertentu tersebut berakhir”. Penjelasan pasal ini juga
adalah kesepakatan antara Wajib Pajak dengan Direktur Jenderal Pajak mengenai
harga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai
transfer pricing oleh perusahaan multinasional. Persetujuan antara Wajib Pajak dengan
Direktorat Jenderal Pajak tersebut dapat mencakup beberapa hal, antara lain harga jual
produk yang dihasilkan, jumlah royalty, dan lain-lain yang tergantung pada
kemudahan penghitungan pajak, fiskus tidak perlu melakukan koreksi terhadap harga
jual dan keuntungan produk yang dijual oleh wajib pajak kepada perusahaan dalam
suatu group yang sama. APA dapat bersifat unilateral, yaitu merupakan kesepakatan
antara Direktorat Jenderal Pajak dengan wajib pajak. APA dapat juga bersifat bilateral,
perpajakan Negara lain yang menyangkut wajib pajak yang berada di wilayah
yurisdiksinya.
8
Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang PPh memberikan pengertian mengenai apa yang
memenuhi kedua unsur, yaitu adanya kewenangan Direktorat Jenderal Pajak serta
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak
berada di bawah pengusaan yang sama baik secara langsung ataupun tidak
langsung; atau
Pengungkapan kasus transfer pricing saat ini sedang dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Pajak. Beberapa perusahaan yang dijadikan contoh antara lain adalah
PT Adaro, PT Arutmin, PT Kaltim, Asian Agri dan lain-lain. Bahkan Asian Agri sudah
pricing merupakan suatu upaya penghindaran pajak untuk mencari penghematan pajak
secara legal atau sudah merupakan penggelapan pajak untuk meminimalisir pajak
secara ilegal.
9
Sebagai contoh praktik transfer pricing, jika PT A mengekspor produk dengan harga
pokok dan biaya lainnya US$100 ke XY di Negara PQ dengan harga US$200, atas laba
US$100 dibayar PPh di Indonesia sebesar US$30. Namun jika dijual ke perusahaan
afiliasi SQ di Singapura dengan harga transfer pricing sebesar US$120 dan kemudian
SQ menjual kepada XY dengan harga US$200. Maka, atas laba PT A sebesar US$20
dan QS sebesar US$80 akan dibayar pajak sejumlah US$22 (di Indonesia US$6, dan di
Singapura US$16).
Dengan chanelling ke Singapura, dari laba global US$100 sudah didapat penghematan
(yang mengenakan pajak korporasi sebesar US$16) dengan harga US$150, maka atas
laba di Indonesia US$20, di Singapura US$30 dan di HongKong US$50 akan dibayar
PPh sebesar US$20 (PT A membayar US$6, SQ membayar US$6, dan HK membayar
US$8). Dengan tiga tahap penjualan ini, terdapat penghematan pajak sebesar US$10.
Jadi, semakin rendah tarif pajak Negara tempat kedudukan perusahaan trading afiliasi
yang dimanfaatkan dalam mata rantai perdagangan, semakin besar pula penghematan
Dalam buku Multinational Corporations, Transfer Prices and Taxes: Evidences from US
Petroleum Industry (1990), Bernard & Weiner menyatakan bahwa, kecuali dilarang
dalam undang-undang, transfer pricing dapat digunakan untuk mengatur jumlah laba
dari beberapa perusahaan dalam satu group yang berada di beberapa wilayah
yurisdiksi perpajakan. Hal ini menunjukan secara hukum, jika tidak dinyatakan secara
10
tegas dalam undang-undang bahwa transfer pricing merupakan tindak pidana pajak,
maka menjadi sulit untuk “mengkriminalkan” praktik transfer pricing. Pendapat ini
Media Indonesia (12 February 2008) dihentikan karena tidak ada masalah dan royalty
serta “semuanya” telah dibayar. Maka tampak bahwa atas transfer pricing lebih
ditempuh solusi administratif daripada pidana. Solusi ini juga dianut oleh Pasal 18 ayat
Kasus Transfer Pricing. Dari Surat Edaran ini dapat dikemukakan bahwa transfer
pricing dapat terjadi antara wajib pajak dalam negeri atau antara wajib pajak dalam
negeri dengan pihak luar negeri, terutama yang berkedudukan di tax haven countries
(Negara yang tidak memungut pajak atau yang memungut pajak lebih rendah dari
Indonesia). Terhadap transaksi antara wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa,
rule).
5
Yenni Mangoting, Aspek Perpajakan dalam Praktik Transfer Pricing, Jurnal Akuntansi & Keuangan
Vol.2, No. 1, Mei 2000, hlm. 70
11
a. Harga transfer dasar biaya (cost based transfer pricing)
Perusahaan yang menggunakan metode transfer ini menetapkan harga transfer atas
biaya variabel dan tetap, yang bisa dalam 3 (tiga) pemilihan bentuk, yaitu biaya
penuh (full cost), biaya penuh ditambah mark-up (full cost plus markup), dan
gabungan antara biaya variabel dan tetap (variable cost plus fixed fee).
b. Harga transfer atas dasar harga pasar (market basis transfer pricing)
Apabila ada suatu pasar yang sempurna, metode ini merupakan ukuran yang paling
yang terkadang menjadi kendala dalam menggunakan metode transfer pricing ini.
12
2. Transfer Pricing Pada Perusahaan Multinasional
Ada dua tujuan transfer pricing yang ingin dicapai oleh perusahaan multinasional,
yaitu:6
a. Performance evaluation
Salah satu ukuran yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk menilai
Terkadang tingkat ROI untuk satu divisi dengan divisi lainnya dalam satu
perusahaan yang sama berbeda satu dengan yang lain. Misalnya, divisi penjual
menginginkan harga transfer yang tinggi yang akan meningkatkan income, yang
secara otomatis juga akan meningkatkan ROI-nya. Namun di sisi lain, divisi
pembeli menuntut harga transfer yang rendah yang nantinya berakibat pada
peningkatan income, yang berarti juga peningkatan dalam ROI. Oleh karena itu
dalam hal ini induk perusahaan akan sangat berkepentingan dalam penentuan
harga transfer.
Tarif pajak antar satu Negara dengan Negara yang lain berbeda. Perbedaan ini
disebabkan oleh lingkungan ekonomi, sosial, politik, dan budaya yang berlaku
6
Ibid., Yenni Mangoting, Vol.2, No.1, Mei 2000, hlm. 72.
13
rendah, tarif pajak yang berlaku di Negara itu juga rendah. Akan tetapi jika kita
Negara tersebut sama dengan di Afrika. Hal ini jelas karena di Negara maju
seperti Amerika tingkat investasi sangat tinggi yang dibuktikan dengan tingkat
pertumbuhan badan usaha yang semakin meningkat. Atas dasar inilah tarif pajak
suatu perusahaan harus melakukan berbagai upaya untuk menguasai pasar dan
perusahaan multinasional ini, kontrol yang dimiliki oleh perusahaan induk terhadap
internasional, yaitu transfer pricing. Transaksi transfer pricing dapat berupa transfer
harga atas barang, jasa dan harta tidak berwujud. Transaksi antar perusahaan yang
Hal ini dilakukan sebagai upaya memonopoli pasar global sebagai strategi bisnis
ataupun untuk mengurangi total beban pajak global yang harus ditanggung
14
Otoritas pajak di banyak Negara menggunakan metode perbandingan harga untuk
menentukan harga transfer yang wajar dalam perusahaan yang memiliki hubungan
istimewa. Hal ini terutama untuk mengurangi potential loss pada penerimaan pajak
yang diperoleh, hanya saja dalam praktiknya terjadi banyak permasalahan yang
muncul atas perbandingan harga. Salah satu permasalahan yang timbul adalah
harga yang diperbandingkan adalah harga atas transfer royalti. Seringkali harta
yang tidak berwujud tidak mempunyai karakteristik yang sama atau identik di setiap
tersebut.
dalam penentuan koreksi harga yang dilakukan oleh otoritas pajak, yang pada
akhirnya akan menimbulkan kerugian bagi wajib pajak ataupun otoritas pajak di
memberikan kepastian hukum atas transaksi transfer pricing royalti ataupun untuk
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan dalam memeriksa dan mencari harga
Indonesia sendiri saat ini belum mengatur secara pasti atau khusus atas transaksi
mengenai hubungan istimewa dan penentuan harga pasar wajar apabila terjadi
15
transaksi yang di dalamnya terindikasi ada hubungan istimewa, tanpa mengatur
secara rinci pencegahan atau penyelesaian yang dapat digunakan untuk transfer
***
16