Anda di halaman 1dari 12

 

Nama : Debby Elvira

NPM : 1102012051

TUGAS MANDIRI SKENARIO 3

LI.1 Mempelajari dan memahami mengenai articulatio femur & coxae

LO.1.1 Memahami dan m


menjelaskan
enjelaskan anatomi makroskopis dari femu
femurr & coxae

Os Coxae

Os Coxae adalah tulang panggul besar dan rata yang terbentuk melalui fusi tiga tulang primer
 – ilium, ischium, dan pubis  – pada akhir masa remaja. Setiap tulang dari tiga tulang tersebut terbentuk
dari pusat osifikasi primernya sendiri. Saat lahir, tiga tulang primer disatukan oleh cartilage hyaline.
Saat pubertas, ketiga tulang masih dipisahkan oleh kartilago triradiata berbentuk Y yang berpusat
pada acetabulum meskipun dua bagian ramus ischiopubicus menyatu pada usia 9 tahun. Tulang mulai
menyatu pada usia 15-17tahun; fusi lengkap terjadi pada usia 20-25 tahun.

  Ilium

Os ilium merupakan bagian paling besar pada os coxae dan menjadi bagian superior
acetabulum. Os ilium memiliki bagian medial tebal (columna) untuk menahan beban dan bagian
posterolateral berbentuk seperti sayap dan tipis yang disebut alae (L.sayap) yang memiliki permukaan
lebar untuk perlekatan otot. Corpus ossis ilii menggabungkan pubis dan ischium untuk membentuk
acetabulum.

  Ischium

Ischium merupakan bagian posteroinferior os coxae. Bagian superior corpus ossis ischii
menyatu dengan pubis dan ilium, yang membentuk aspek posteroinferior acetabulum. Ramus ossis
ischia menyatu dengan ramus inferior ossis pubis  untuk membentuk suatu batang tulang, ramus
ischiopubicum, yang merupakan batas inferomedial foramen obturatorum .

  Pubis

Pubis membentuk bagian anteromedial os coxae, yang berperan sebagai bagian anterior
acetabulum dan memberikan pelekatan proksimal untuk otot-otot paha medial. Pubis dibagi menjadi
( brace) skeletal
corpus rata dan dua ramus, superior dan inferior. Ramus merupakan “penyangga” (brace
yang kuat namun relative ringan yang mempertahankan arcus yang terdiri dari sacrum dan dua ilium.

1
 

Femur

Femur adalah tulang paling panjang dan paling berat pada tubuh. Tulang tersebut mentransmisi berat
tubuh dari os coxae ke tibia ketika seseorang berdiri. Panjangnya sekitar seperempat tinggi badan
seseorang. Femur terdiri dari corpus dan dua ujung , superior atau proksimal dan inferior atau distal.
Ujung superior (proksimal) femur terdiri dari caput, collum, dan dua trochanter (major dan minor).
Caput femoris yang bulat merupakan dua pertiga sferis yang ditutupi oleh cartilage articularis , kecuali
untuk bagian depresi atau cekungan yang terletak dimedial.

LO.1.2 Memahami dan menjelaskan anatomi mikroskopis dari tulang

Tulang adalah unsur utama kerangka orang dewasa. Jaringan ini adalah jenis khusus dari
 jaringan ikat dengan matriks ekstraseluler yang mengalami kalsifikasi dimana terbenam sel-sel
sel -sel khas.
Fungsi tulang adalah melindungi organ-organ vital, menyokong struktur berbentuk daging dan
menyediakan cadangan kalsium (tulang menyimpan sekitar 99% kalsium tubuh). Tekanan pada tulang
menyebabkan resorpsi tulang regangan pada tulang menyebabkan pembentukan tulang.

Susunan Tulang

1.  Matriks tulang


a.  Bagian anorganik : kalsium, fosfat, bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium dan natrium.
b.  Bagian organik : terutama terdiri atas kolagen tipe 1
2.  Periosteum
Periosteum merupakan lapisan jaringan ikat tanpa kalsifikasi yang membungkus tulang pada
permukaan luarnya, kecuali pada persendian synovial dan pada perlekatan otot. Periosteum
berfungsi mendistribusikan pembuluh darah ke tulang. Periosteum terdiri atas lapisan fibrosa
pada sebelah luar dan lapisan
la pisan osteoprogenitor (osteogenik) disebelah dalam. Serat Sharpey
(kolagen tipe 1) melekatkan periosteum ke permukaan tulang.
3.  Endosteum
Endosteum merupakan suatu jaringan ikat khusus yang tipis yang membatasi rongga sumsum
tulang dan memberikan sel-sel osteoprogenitor dan osteoblast
osteobla st untuk pertumbuhan dan
perbaikan tulang.

Sel-sel tulang

1.  Sel osteoprogenitor


-  Berasala dari sel mesenkim embrional
-  Terletak pada periosteum dan endosteum
-  Mampu berdiferensiasi menjadi osteoblast. Namun pada tekanan oksigen rendah sel-sel ini
mungkin berubah menjadi sel-sel kondrogenik.
2.  Osteoblast
-  Berasal dari sel-sel osteoprogenitor
-  Osteoblast berperan untuk sintesis komponen protein organic dari matriks tulang, meliputi
kolagen tipe 1, proteoglikan, dan glikoprotein.
-  Sel ini mempunyai juluran sitoplasma yang mana sel kontak dengan juluran osteoblast
lainnya dan osteosit serta membentuk gap junction.
-  Sel ini dapat terjebak dalam lacuna namun masih dapat kontak dengan sel-sel lain melalui
 juluran sitoplasmanya. Osteoblast yang terjebak ini disebut sebagai osteosit.
3.  Osteosit
-  Osteosit adalah sel tulang yang matang menempati lakunanya sendiri
-  Sel ini mempunya juluran sitoplasma yang ramping yang menjulur melalui kanalikuli dalam
matriks yang kalsifikasi
-  Sel ini mendapat nutrisi dan dipertahankan oleh nutrient, metabolit, dan molekul sinyal yang
dibawa oleh cairan ekstraseluler yang mengalir melalui lacuna dan kanalikuli. Selain itu

2
 

kalsium dilepaskan dari tulang memasuki cairan ekstraseluler yang terletak dalam celah-
celah ini.
4.  Osteoklas
-  Osteoklas adalah sel besar, berinti banyak, motil yang meresorpsi tulang. Sel ini berasal dari
sel-sel sistem fagosit mononuclear
-  Sitoplasma osteoklas biasanya asidofil
-  Osteoklas membentuk dan menempati lekukan yang dikenal sebagai lacunal acuna Howship yang
merupakan daerah resorpsi tulang.

Klasifikasi Tulang

  Pengamatan secara keseluruhan


a.  Tulang Spongiosa (tulang kanselosa) >> selalu dikelilingi tulang kompakta
b.  Tulang kompakta (padat)  >> tidak punya trabekula / rongga ssumsum
umsum tulang
  Pengamatan secara mikroskopik
a.  Tulang primer >> tulang yang belum dewasa / tulang tenunan.
Ialah tulang kompakta pertama yang dihasilkan selama perkembangan janin dan
perbaikan tulang. Tulang ini akan dibentuk kembali dan digantikan oleh tulang sekunder
pada tempat tertentu.
b.  Tulang sekunder >> tulang dewasa / tulang lamellar
Merupakan tulang kompakta orang dewasa. Tulang ini memiliki lamel-lamel. Tulang ini
mengandung osteosit dalam lacuna antara lamel dan terkadang dalam lamel.

  Resorpsi Tulang
-  Osteoklas mensekresi asam yang melarutkan kalsium pada lapis permukaan tulang.
 
- Hydrolase asam, kolagenase dan enzim proteolitik lainnya disekresi oleh osteoklas kemudian
menghancurkan bagian organik tulang.
-  Osteoklas meresopsi sisa-sisa organic dan anorganik matriks tulang dan melepaskannya ke
dalam kapiler jaringan ikat.

  Histogenesis Tulang

Histogenesis tulang diikuti dengan resorpsi tulang. Kombinasi pembentukan tulang dan
resorpsi tulang disebut remodeling, terdapat sepanjang hidup, meskipun prosesnya lebih lambat pada
yang sekunder daripada pada tulang primer. Terjadi melalui dua proses, pembentukan tulang
intramembranosa dan pembentukan tulang endokondral.

1.  Pembentukan tulang intramembranosa >> pembentukan tulang pipih contohnya tulang parietal
dari tengkorak.

  Sel-sel mesenkim dengan adanya zona vascular, memadat menjadi pusat osifikasi primer,
berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresi osteoid
   Ketika terjadi kalsifikasi, osteoblast menjadi terjebak dalam matriksnya sendiri dan menjadi
osteosit. Pusat perkembangan tulang ini disebut trabekula.
   Penyatuan trabekula tulang menghasilkan tulang spongiosa ketika pembuluh darah
menyusup daerah itu dan sel-sel mesenkim yang tidak berdiferensiasi lainnya membentuk
sumsum tulang
   Periosteum dan endosteum berkembang dari bagian-bagian lapisan mesenkim yang tidak
mengalami osifikasi.
   Aktivitas mitosis sel-sel mesenkim menjadi sel-sel
sel- sel osteoprogenitor, yang mengalami
pembelahan sel dan membentuk lebih banyak sel-sel osteoprogenitor
o steoprogenitor / berdiferensiasi
menjadi osteoblast dalam lapisan dalam periosteum yang sedang terbentuk.

2.  Pembentukan tulang endokondral >> pembentukan tulang panjang. Pembentukan mulai dalam
suatu segmen tulang rawan hialin yang bekerja sebagai suatu model kecil untuk tulang.

3
 

   Sebagian besar tulang terbentuk melalui proses penulangan endokondral. Tulang-tulang


panjang terbentuk melalui proses pembentukan model dari tulang rawan terlebih dahulu.
Kemudian diganti dengan tulang.
   Kerangka dari tulang rawan hialin ini terbentuk melalui pertumbuhan interstisial dan
aposisional dari tulang rawan. Pusat pertulangan mula-mula timbul didaerah diafisis. Pada
tempat ini terjadi hipertrofi kondrosit, sementara itu terjadi kalsifiaksi matriks disertai
disintegrasi kondrosit yang kemudian mati.
   Sementara disaat yang bersamaan terjadi perubahan pada perikondrium.
   Sel-sel perikondrium dengan perubahan lingkungan menjadi osteogenik, sel-sel bagian dalam
berubah menjadi sel osteoprogenitor untuk selanjutnya berdiferensiasi menjadi osteoblast.

  Osteoblast dengan cepat membuat matriks tulang dan membentuk suatu lapisan tulang tipis
melingkari diafisis, disebut kerah tulang periosteal ( periosteal collar bone) .
   Dari belakang kerah tulang periosteal muncul pembuluh darah disertai berkas-berkas
 jaringan menerobos lobang-lobang pada kerah periosteal masuk ketengah diafisis
menggantikan tempat sel tulang rawan yang telah berdegenerasi. Berkasi-berkas jaringan
tersebut disebut kuncup-kuncup periosteum.
   Sel-sel kuncup periostium dalam lingkungan tersebut berdiferensiasi menjadi osteoblast dan
mulai mensekresi matriks tulang sehingga terbentuklah balok-balok tulang.
   Daerah yang tadinya tulang rawan menjadi pusat penulangan.
   Daerah tulang rawan pada penulangan endokondral dapat dibagi menjadi beberapa zona,
yaitu : 1.) zona istirahat 2.) zona proliferasi 3.) zona maturasi 4.) zona pengapuran 5.) zona
degenerasi dan 6.) zona penulangan (osifikasi)

LO.1.3 Memahami dan menjelaskan kinesiology femur & coxae

1.  Articulationes cinguli pelvici


Gelang panggul dibentuk oleh os. Coxae dan os. Sacrum Os. Ilium, ischidium dan pubis pada
mulanya terpisah kemudian bersatu membentuk suatu sendi disebut sinostosis. Gelang panggul
p anggul
ini merupakan penghantar tekanan atau berat batang badan ke tungkai.

A.  Articulatio Coxae


Tulang : Antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi : Enarthrosis spheroidea
Penguat Sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata. Kelenjar havers terdapat pada
acetabuli.
-  Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi,
menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu
berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

4
 

-  Ligamentum pubofemorale >> mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna.


-  Ligamentum transversum acetabula dan lig. Capitisfemoris
Bagian yang bolong disebut zona orbicularis.
-  Capsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrichanterica dan
crista intertrochanterica.
B.  Articulatio sacra-iliaca
Tulang : Facies auricularis sacri dan facies auricularis ilei
Jenis Sendi : ampiarthrosis
Penguat sendi : lig. Sacroiliaca anterior, lig. Sacroiliaca interossea, lig sacroiliaca posterior, lig.
Sacrotuberale dan lig. Sacrospinale.

LI.2 Mempelajari dan memahami mengenai fraktur

LO.2.1 Definisi fraktur

Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang,umumnya akibat trauma. Fraktur digolongkan sesuai
 jenis dan arah garis fraktur.

LO.2.2 Etiologi fraktur

Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma, tetapi dapat terjadi fraktur patologik pada
tulang yang sakit hanya oleh regangan otot ringan pada aktivitas sehari-hari.

Penyebab fraktur dapat bermacam-macam, termasuk :

1.  Dorongan langsung pada tulang 5.  Neuroblastoma metastatic


2.  Kondisi patologis yang mendasarinya 6.  Sarcoma Ewing
 
seperti rakitis yang mengarah pada 7. Sarcoma osteogenik
fraktur spontan 8.  Osteogenesis imperfect
3.  Kontraksi otot yang kuat dan tiba-tiba 9.  Osteomyelitis
4.  Dorongan tidak langsung misalnya 10.  Defisiensi tembaga
terpukul benda terbang dari jarak
 jauh
 

LO.2.3 Klasifikasi fraktur

Ada berbagai macam fraktur yang dapat digolongkan berdasarkan system klasifikasi Salter-Harris,
yaitu :

Tipe I -  Terjadi selama trauma berat secara


moderat
-  Fraktur melewati lempeng pertumbuhan
-  Paling sering terlihat pada humerus
tanpa termasuk metafisis atau epifisis -  Dapat mengakibatkan kerusakan serius
-  Terjadi dengan cedera traumatic ringan
-  Paling sering terlihat pada fibula distal Tipe IV

Tipe II -  Fraktur termasuk metafisis, meluas


melalui lempeng pertumbuhan ke epifisis
-  Fraktur meluas melalui lempang
-  Terjadi sebagai akibat dari jatuh,
pertumbuhan, termasuk metafisis
kecelakaan papan peluncur atau sepeda
-  Terjadi sebagai akibat dari trauma berat
-  Paling sering terlihat pada humerus
seperti kecelakaan mobil, jatuh dari
-  Dapat mengakibatkan kerusakan serius
papan luncur
-  Paling sering terlihat pada radius distal Tipe V
dan humerus proksimal
-  Lempeng pertumbuhan mengeras
Tipe III -  Fraktur kompresi, yang diakibatkan dari

-  Fraktur meluas melalui lempeng  jatuh atau dampak proyektil


pertumbuhan, termasuk epifisis dan sendi

5
 

LO.2.4 Manifestasi klinis fraktur

   Nyeri yang hilang dengan    Ekimosis di sekitar lokasi


istirahat    Krepitasi di sisi fraktur
   Nyeri tekan    Status neurovascular pada
   Bengkak daerah distal dari tempat fraktur
   Kerusakan fungsi, pincang mengalami penurunan
   Gerakan terbatas    Atrofi distal

Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :


a). Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
b). Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).

Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :


a.  Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b.  Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c.  Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan tempatnya,
misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).

Berdasarkan posisi fragmen :


a) Undisplaced (tidak bergeser)/garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak bergeser.
b) Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur

Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :

a)  Tertutup

b)  Terbuka (adanya perlukaan dikulit).

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

a) Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit otot

b) Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot

c) Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf otot dan kulit.

Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma

a)
b) Garis
Oblikpatah melintang.
/ miring.
c) Spiral / melingkari tulang.
d) Kompresi
e) Avulsi / trauma tarikan atau inse
insersi
rsi otot pada insersinya. Missal pada patela.

Berdasarkan kedudukan tulangnya :


a) Tidak adanya dislokasi.
b) Adanya dislokasi

Berdasarkan penyebab frakturnya :


•Fr. Traumatik : terjadi karena trauma tiba2
•Fr. Patologis :  terjadi krn kelemahan tulang
•Fr. Stres :  terjadi krn tekanan terus menerus

LO.2.5 Pemeriksaan fisik & pemeriksaan penunjang

6
 

a.  Riwayat Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi kejadian) dan

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.

b. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi / Look Deformitas : angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,


pemanjangan, bengak. Pada fraktur

terbuka klasifikasi Gustilo

- Palpasi / Feel : Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi

persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi.
- Gerakan / Moving

- Pemeriksaan trauma di tempat lain : kepala, toraks, abdomen, pelvis. Sedangkan pada pasien

dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah

menilai airway , breathing, dan circulation.

c.  Pemeriksaan Penunjang

  Laboratorium :  darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test , dan

urinalisa.
  Pemeriksaan Radiologis untuk lokasi fraktur. 
  MRI
  USG
  X-RAY
  Plain Photo

MRI - collum femur


X-ra
X-ra - lowe
lowerr tibia
tibia

Plain Photo - humerus

USG –  osterior rib 7


 

LO.2.6 Penatalaksanaan fraktur

Penatalaksanaan bervariasi sesuai jenis fraktur. Cara penatalaksanaannya mencakup reduksi terbuka,
reduksi tertutup, traksi, pemasangan gips, pemasangan pen perkutan, dan remodeling.

  Reduksi tertutup
Fraktur sederhana pada sebuah tulang panjang yang sedikit atau tidak menyebabkan pergeseran
tulang dapat diterapi dengan teknik reduksi tertutup. Untuk kenyamanan pasien biasanya dilakukan
anestesi umum tetapi dapat juga dilakukan anestesi spinal atau blok. Fraktur direduksi melalui
manipulasi manual, dibantu oleh fluoroskopi dan diimobilisasi dengan gips.
  Pin dan gips
Kadang-kadang diindikasikan reduksi tertutup pada lengan bawah atau pergelangan tangan dan
fraktur yang terjadi memerlukan stabilisasi tambahan dengan pemasangan pin perkutis. Reduksi
tertutup dilakukan dengan bantuan fluoroskopi. Daerah operasi dibersihkan dan dilakukan
pemasangan pin perkutis. Penyambungan fraktur kemudian dinilai kembali dengan fluoroskopi dan
apabila penyambungan tersebut adekuat, dipasang gips / gips fiberglass
fi berglass yang mengenai pin.
  Traksi
Fraktur sederhana yang menyebabkan pergeseran ringan ujung-ujung tulang dan kerusakan jaringan
lunak minimal dapat direduksi dan diimobilisasi melalui traksi kulit atau tulang. Aplikasi traksi kulit
seperti traksi Buck and Russell adalah prosedur yang noninvasive. Traksi tulang memerlukan
pemasangan satu atau lebih pin steril ke dalam tulang yang terletak distal dari tempat fraktur. Pada
pin kemudian dipasang busur traksi dan dilakukan traksi sesuai keinginan melalui system suspensi
seimbang. Teknik traksi memerlukan imobilisasi berkepanjangan dan meningkatkan risiko yang
berkaitan dengan tirah baring jangka panjang.

Analgesic dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri.

LO.2.7 Komplikasi Fraktur

-  Deformitas ekstremitas -  Gangguan sirkulasi


-  Perbedaan panjang ekstremitas -  Kontraktur iskemik Volkmann
-  Potensial henti perkembangan -  Gangren
-  Inkongruenitas pada sendi -  Sindrom kompartemen
-  Keterbatasan gerak -  Terjadi fraktur kembali

-  Cedera saraf yang menyebabkan


mati rasa atau paralisis saraf

8
 

LI.3 Mempelajari dan memahami fraktur kolum femur

LO.3.1 Memahami dan menjelaskan definisi fraktur kolum femur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh trauma, baik langsung maupun tidak langsung. Fraktur collum femur merupakan
fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur. Yang termasuk collum femur
adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari
intertrokanter.

LO.3.2 Memahami dan menjelaskan etiologi fraktur kolum femur

  Fraktur collum femur dan fraktur subtrochanter femur banyak terjadi pada wanita tua
dengan usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotic.  
  Osteopenia 
  Terjatuh 

Penyebab umum yang mengakibatkan kelemahan pada tulang yaitu :


1.  Osteoporosis. Penggunaan Vitamin D dan Kalsium diketahui mengurangi terjadinya fraktur
patologis sebanyak 43%.
2.  Homosistein, merupakan suatu asam amino alami yang toksik dan menyebabkan kelainan
pada jantung, stroke dan fraktur tulang. Penggunaan vitamin B mengurangi terjadinya fraktur
pada 80% pasien setelah 2 tahun.
3.  Penyakit metabolik lain seperti Penyakit Paget, Osteomalasia dan Osteogenesis Imperfekta.
4.  Tumor tulang primer yang jinak atau ganas.
5.  Kanker metastasis pada bagian proksimal femur juga dapat melemahkan tulang dan
mempermudah terjadinya fraktur patologis
6.  Infeksi pada tulang.

LO.3.3 Memahami dan menjelaskan klasifikasi fraktur kolum femur

Terbagi menjadi dua jenis yaitu :

1.  Fraktur Intracapsular , terbagi lagi menjadi 3 :


-  Subcapital 
-  Transcervical 
-  Basal 

2.  Fraktur Ekstracapsular >> fraktur trochanterika dalam berbagai tipe

  Fraktur Intrakapsular kolum femur

Ini juga disebut fraktur leher femur tinggi. Dalam kelompok ini, fragmen proksimal sering kehilangan
bagian dari suplai darah dan karenanya, penyatuan fraktur ini sulit. Ini adalah cedera serius pada
pasien lansia. Pada orang yang sangat tua dan lemah, dapat memicu krisis dalam keseimbangan
metabolik. Hal ini dapat menjadi penyakit terminal karena uremia, infeksi paru-paru, luka tempat
tidur dll, dan berakibat fatal.

stage I : incomplete fracture of the neck (so-called abducted or impacted)

stage II : complete without displacement

stage III: complete with partial displacement: fragments are still connected by posterior retinacular
attachment; there is malalignment of the femoral trabeculae

9
 

stage IV : this is a complete


co mplete femoral neck fracture with full displacement: the proximal fragment is free
and lies correctly in the acetabulum so that the trabeculae appear normally aligned

Fraktur Subcapital

Pauwels Klasifikasi: Linton Classification:

Tipe I memiliki arah miring Stage I: Incomplete fracture


berkisar dari 0 sampai 30 derajat
Stage II: Complete but
Tipe II memiliki arah miring undisplaced fracture
berkisar antara 30 sampai 50
derajat Stage III: Complete, partially
displaced fracture
Tipe III memiliki arah miring 70
Stage IV: Displaced and totally
derajat atau lebih
free fracture
Fraktur ekstrakapsular

Dalam kelompok ini, suplai darah ke fragmen proksimal tidak diganggu dan ada daerah yang lebih
besar dari kontak antara dua fragmen, maka fraktur bersatu dengan mudah.

LO.3.4 Memahami dan menjelaskan patofisiologi fraktur kolum femur

LO.3.5 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan fraktur kolum femur

  Fraktur Femur Intrakapsular

Terapi Konservatif

Fraktur pada tingkat ini memiliki kapasitas yang sedikit untuk menyambung kembali karena faktor-
faktor berikut.

a) gangguan pada suplai darah ke fragmen proksimal.

b) kesulitan dalam mengendalikan fragmen proksimal yang kecil.

c) kurangnya penangan pada hematoma yang terjadi di fraktur karena cairan synovial .

Terapi Bedah

Dua prinsip penting yang harus diikuti dalam pengelolaan bedah fraktur ini

(a) Pengurangan anatomi yang sempurna

(b) Fiksasi internal kaku.

Metode sebelumnya menstabilkan patah tulang dengan fiksasi internal menggunakan Paku Smith
Petersen Trifin. Fraktur internal dengan SP Nail tetap dibawah kontrol radiologis. Metode yang lebih
baru dari fiksasi internal fraktur menggunakan beberapa sekrup kompresi.

10
 

Dynamic Hip Screw

Bila fraktur terjadi pada pasien berusia diatas 60tahun, dilakukan penggantian kepala femur dengan
prosthesis yang terbuat dari logam seperti prosthesis Austin Moore. Hal ini membuat pasien bisa
menopang berat badannya lebih kuat.

  Fraktur kolum femur pada anak-anak


Pengurangan fraktur dengan manipulasi dan immobilisasi kaki dengan plaster spica dalam posisi
abduksi selama 8-10 minggu. Ketika disarankan fiksasi internal dapat dilakukan dengan menggunakan

beberapa pin Austin Moore.

  Fraktur Femur Ekstrakapsular


Diklasifikasikan sebagai (i) Stabil, (ii) fraktur tidak stabil. Dalam kelompok ini, suplai darah ke fragmen
proksimal tidak terganggu dan ada daerah yang lebih besar dari kontak antara dua fragmen, maka
fraktur bersatu dengan mudah. Umumnya terjadi malunion dengan kelainan coxa vara.

Leher sudut poros normal adalah sekitar 115 derajat. Bila sudut dikurangi menjadi lebih dekat
90 derajat, deformitas disebut coxa Vara.

Terapi Konservatif
Terapi konservatif ini menggunakan traksi tulang yang terus menerus. Untuk beberapa kasus dengan
coxa vara, traksi tulang berlangsung sampai tulang tibia dan immobilisasi dengan bidai Bohler Braun ,
ujung kaki dinaikan ditempat tidur. Coxa vara dapat sembuh sekitar 12 minggu. Ketika coxa vara tidak
terlihat, dengan traksi kulit pada bidai Thomas sudah cukup. Tidak ada efek yang buruk dari terapi
konservatif ini meski pasien diharuskan untuk istirahat selama 3 bulan.

Operasi

Operasi ini meliputi


dengan lempeng pakupengurangan manipulasi dan
biasanya menggunakan duafiksasi internal.
lempeng pakuFiksasi internal
M claughlin.
Mclaughlin. dapat dilakukan
Penggunaan satu

11
 

lempeng paku (Jewett) dapat dilakukan pula hasilnya pun baik. Baru-baru ini penggunaan sekrup
kompresi panggul dan lempeng system dapat mempercepat mobilisasi dari panggul dan penopangan
berat badan.

Daftar Pustaka

http://www.e-radiography.net/radpath/f/femur%20fracture/neck_of_femur.htm

Moore KL, dkk. 2013. Anatomi


2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed.5 jilid 2.
2. Jakarta : Erlangga

Syamsir, HM. (2013). Kinesiologi


(2013). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia
Manusia.. FKUY

12

Anda mungkin juga menyukai