Anda di halaman 1dari 6

JUDUL

Aisyah Nadiyah , Dewanti Intan P. , Suci Idia A.1, Theresa Irina S.1, Fani Tuti H.2
1 1

1
Mahasiswa Profesi Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
2
Departemen Ortodonsi, Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman

Abstract
Keywords:

PENDAHULUAN benih gigi yang mengalami rotasi, dan tanggal prematur


(Theresa) Pertumbuhan gigi geligi dalam gigi sulung sebelum waktunya sedangkan faktor
rongga mulut akan mengalami perubahan dari fase gigi sekunder berupa kelainan endokrin, defisiensi vitamin
desidui (7 bulan) sampai menjadi fase gigi permanen D, dan demam.
(13 tahun). Gangguan erupsi pada umumnya terjadi (Suci) Terdapat tiga pilihan penatalaksanaan
pada fase pergantian gigi desidui menjadi gigi kasus impaksi secara umum yaitu 1) ekstraksi gigi, 2)
permanen, yang menyebabkan gigi permanen tertentu ekstraksi gigi yang berdekatan. 3) perawatan tanpa
tidak dapat erupsi. Gigi yang tidak erupsi dapat dilakukan ekstraksi yaitu penyediaan ruang secara
dikatakan sebagai gigi impaksi. Gigi impaksi ortodontik dan surgical exposure (Urbanowicz dkk.,
merupakan gigi yang sebagian atau seluruhnya 2016). Indikasi dan kontraindikasi dilakukan ekstraksi
terpendam dalam rahang pada posisi yang abnormal pada gigi impaksi dengan kondisi tulang sebagian atau
(Pranjoto, 2005; Fitri, 2016). tulang lengkap dan pembedahan jaringan lunak yaitu
(Theresa) Frekuensi gigi impaksi yang sering (Hasan dkk., 2016):
terjadi sesuai dengan urutan yaitu: M3 rahang bawah,
M3 rahang atas, C rahang atas, P rahang bawah, C 1. Menghilangkan beberapa gejala impaksi
rahang bawah, P rahang atas, I1 rahang atas, dan I2 terutama jika terdapat satu atau lebih infeksi
rahang atas (Harty dan Ogston, 2002). Gigi impaksi seperti perikoronitis, cellulitis, abses atau
dapat ditandai dengan adanya keterlambatan erupsi, pulpa yang tidak dapat dilakukan perawatan
menimbulkan rasa sakit pada gusi atau rahang, (patologi periapikal)
terdapat inflamasi, dan resorpsi akar sebelahnya. 2. karies yang tidak dapat direstorasi, karies
Seorang anak dikatakan mengalami keterlambatan yang apabila dilakukan restorasi tidak
erupsi apabila terdapat perbedaan ± 2 tahun dari waktu bermanfaat, karies pada M2 yang berdekatan
erupsi normal (Achmad, 2009). tidak dapat di restorasi tanpa menghilangkan
(Theresa) Klasifikasi berdasarkan kedalaman m3.
gigi impaksi terhadap gigi sebelahnya yaitu: impaksi 3. Penyakit periodontal
vertikal, impaksi distoangular, impaksi mesioangular, 4. Adanya pembentukan kista dentigerous atau
impaksi bukoangular, impaksi palatoangular, impaksi yang berhubungan dengan patologi oral
inverted dan impaksi horizontal (Siagian, 2011). 5. keperluan perawatan orthodontik
Klasifikasi impaksi pada gigi insisiv dapat 6. Gigi yang sejajar dengan fraktur rahang,
menggunakan sepertiga panjang akar insisiv yang fraktur gigi dan fraktur mandibular karena
sudah erupsi yaitu: v1-bagian 1/3 akar, v2-bagian 2/3 dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
akar dan v3-bagian 1/3 apikal akar (Gambar 1) (Panovi, 7. Gigi yang menghambat proses bedah,
2012). (adanya rekonstruksi rahang)
8. Bedah pra-prostetik atau implan gigi, untuk
keperluan prostetik (gigi tiruan sebagian dan
gigi tiruan lengkap)
9. Bedah orthognatik
10. Terjadi nyeri sedang hingga berat atau akut
dan rekuren yang tidak dapat diminimalkan
dengan pengobatan konservatif (penggunaan
obat anti nyeri atau antibiotik)
11. Pulpa yang terbuka. Lesi pulpa atau lesi
periapikal yang tidak dapat dilakukan
perawatan
Gambar 1. klasifikasi impaksi gigi insisiv
12. Resorpsi internal
13. Posisi ektopik
(Theresa) Penyebab terjadinya impaksi pada
(suci) Kontraindikasi ekstraksi gigi
gigi insisiv menurut Yanthi (2017) dapat dibagi menjadi
impaksi yaitu :
2 yaitu faktor primer berupa trauma pada gigi sulung,
1. Tersedia ruang yang cukup untuk gigi yang penyembuhan (Nguyen dkk., 2017). Pembedahan
akan erupsi impaksi dalam molar ketiga juga membutuhkan
2. Gigi impaksi yang kemungkinan akan erupsi desain flap yang lebih besar sehingga jaringan dan
dengan baik dan berperan secara fungsional otot sekitar mengalami kerusakan karena flap yang
dalam pertumbuhan gigi sebaiknya tidak luas dan besar. Pasien usia tua memiliki resiko
dicabut rasa sakit, edema dan trismus yang lebih besar,
3. Impaksi partial (impaksi sebagian) yang dapat disebabkan oleh trauma bedah berdasarkan
digunakan sebagai penyangga dalam proses inflamasinya. Intervensi bedah yang lebih
pembuatan gigi tiruan sebagian lama juga dapat meningkatkan kerusakan jaringan
4. Gigi impaksi tidak boleh dicabut pada pasien dan permeabilitas pembuluh darah (Deliverska dan
yang riwayat kesehatannya membuat Petkova, 2016).
pencabutan berisiko bagi kesehatan pasien
secara keseluruhan atau jika risikonya lebih (suci) Penatalaksanaan kasus impaksi
besar daripada manfaatnya dapat dilakukan dengan prosedur space regaining
5. Pada pasien yang melakukan operasi (mendapatkan kembali ruang) agar gigi impaksi
pengambilan gigi molar ketiga yang dapat erupsi spontan. Faktor-faktor yang dapat
direncanakan dengan anestesi lokal, ekstraksi mempengaruhi keberhasilan erupsi spontan gigi
simultan dari gigi yang kontralateral impaksi yaitu usia pasien, lokasi dan arah gigi
asimptomatik seharusnya tidak dilakukan. impaksi, kondisi akar, dan ketersediaan ruang
6. Impaksi dalam molar ketiga yang tidak untuk gigi impaksi (Alqerban, 2018). Perawatan
memiliki riwayat patologi tulang, karena pada gigi impaksi insisivus sentral rahang atas
pengangkatannya dapat menyebabkan dapat dilakukan ekstraksi gigi yang impaksi dan
kerusakan berlebihan pada struktur yang direstorasi dengan bridge atau implan. ekstraksi
berdekatan. gigi insisivus sentral yang impaksi dan menutup
7. Kondisi sosial ekonomi ruang dengan cara digantikan oleh insisiv lateral
dengan restorasi prostetik, serta surgical exposure
(suci) Tatalaksana melakukan ekstraksi dan traksi ortodontik gigi impaksi insisivus sentral
gigi impaksi yaitu persiapan alat, pemeriksaan ke posisi yang tepat (Hossain dan Islam, 2017).
tanda vital, tindakan aseptik daerah operasi
(suci) Gigi impaksi yang dapat
dengan povidone iodin, anestesi lokal/umum, Insisi
dierupsikan yaitu apabila tersedia ruangan bagi
desain flap, flap mucoperiosteal, menghilangkan
gigi yang akan ditarik sebelum pembedahan
tulang sekitar, pemotongan (pembelahan) gigi,
dilakukan, gigi impaksi dengan akar yang belum
pengangkatan gigi, ekstraksi gigi, pembersihan
erupsi sempurna. Gigi impaksi yang kemungkinan
dan penghalusan tulang sekitar, kontrol
akan erupsi dengan baik dan berperan secara
perdarahan, menutup (menjahit) luka, medikasi
fungsional dalam pertumbuhan gigi.
dan follow up (Fobia dan Rahardjo, 2011).
Penatalaksanaan non-ekstraksi pada kasus gigi
(suci) Komplikasi pasca ekstraksi yaitu impaksi dilakukan dengan menyediakan ruang
nyeri, dry socket, pembengkakan, paresthesia menggunakan piranti lepasan atau piranti cekat
lingual atau saraf alveolar inferior, perdarahan, dan kemudian observasi, apabila gigi belum erupsi
infeksi (yang paling sering terjadi). Faktor-faktor secara spontan maka diindikasikan surgical
yang mempengaruhi komplikasi meliputi usia, jenis exposure (Melati dkk., 2014). Penggunaan button
kelamin, riwayat medis, kontrasepsi oral, adanya sebagai attachment ortodontik untuk menarik gigi
perikoronitis, kebersihan mulut yang buruk, impaksi lebih disarankan daripada menggunakan
merokok, jenis impaksi, waktu operasi, teknik bracket konvensional. Button berukuran lebih kecil
bedah, pengalaman ahli bedah, penggunaan daripada bracket konvensional sehingga tidak
antibiotik pada perioperatif, penggunaan antiseptik mengiritasi jaringan lunak dan button lebih mudah
topikal, penggunaan obat-obatan intra-socket, dan diaplikasikan pada berbagai area di permukaan
teknik anestesi (Deliverska dan Petkova, 2016). gigi, khususnya diletakkan pada bagian palatal dari
gigi (Nancy dkk., 2016).
(suci) Beberapa teknik telah
dikembangkan sebagai pilihan perawatan yang (suci) Penatalaksanaan surgical exposure
dapat di gunakan untuk mengatasi kasus impaksi. dimulai dengan prosedur asepsis daerah kerja
Salah satu cara mudah dan cepat yaitu ekstra oral menggunakan kapas dan alkohol 70%
menggabungkan pelaksanaan ekstraksi gigi dan dan intra oral dengan kapas dan povidone iodine
prosthodontics (bridge), namun hal tersebut 10%. Selanjutnya pengulasan anestesi topikal
menyebabkan tulang alveolar diarea ekstraksi pada daerah mucogingival junction untuk
menjadi lebih tipis dan berkurang setelah masa kemudian dilakukan anestesi lokal dengan syringe.
Setelah efek anestesi tercapai, dilakukan flap melebihi akar gigi sebelahnya, maka dapat dilakukan
dengan menggunakan scalpel dan pembukaan flap dengan teknik flap yang diposisikan apikal. (Aslan
dengan rasparatorium, diletakkan button dan 2015, Yanthi 2017).
ligature wire lalu flap ditutup dengan periodontal
pack (Pinho dkk., 2011). INTAN
(Aisyah) Pembedahan untuk membuka akses LAPORAN KASUS
gigi dapat dilakukan dengan 2 teknik, yaitu teknik Laporan kasus diambil dari jurnal “Treatment of
bedah tertutup (closed surgical technique) dan terbuka Impacted Maxillary Central Incisor with Removable
(open surgical technique). Teknik bedah tertutup dapat Appliance: A Case Report” oleh Elham Mohammad-
dilakukan apabila gigi terbenam jauh dan ruang untuk Rabei, Alireza Shamsi, dan Mohammad Farahani.
gigi tersebut telah tersedia. Teknik tersebut dilakukan Impaksi gigi insisivus sentral rahang atas adalah kasus
dengan membuat flap mukoperiosteal dan yang jarang terjadi dengan frekuensi 0,06%-0,2%.
menghilangkan tulang hingga mahkota gigi terlihat. Perawatan kasus tersebut membutuhkan pendekatan
Sebuah eyelet button dan chain dibonding pada multidisipin untuk mencapai hasil akhir yang optimal.
mahkota tersebut dan flap diposisikan kembali Penyebab utama impaksi gigi insisivus sentral
kemudian dijahit, sehingga chain tersebut menjuntai adalah trauma pada gigi desidui dan gangguan
keluar. Chain tersebut dikaitkan dengan piranti mekanis. Pilihan perawatan kasus tersebut antara lain
ortodonti dan diberikan gaya, sehingga gigi imipaksi ekstraksi gigi desidui, prosedur bedah dan penarikan
akan keluar melewati bawah gingiva. Teknik bedah secara ortodontik, ekstraksi impaksi gigi insisivus
lainnya yaitu teknik bedah terbuka atau "open window" kemudian menutup ruang dengan menggantikan gigi
dilakukan dengan cara membuat flap dan insisivus sentral dengan gigi insisivus lateral, atau
menghilangkan semua jaringan maupun tulang hingga ekstraksi impaksi gigi insisivus dan digantikan dengan
ujung mahkota gigi terlihat. Gingiva di sekitar gigi protesa lepasan atau cekat.
dihilangkan dan bahan dressing (pack) ditempatkan Seorang pasien anak laki-laki usia 10 tahun
pada area yang terbuka. Bahan dressing tersebut datang ke bagian ortodonsia kedokteran gigi Shahid
diambil dan diobservasi agar gigi impaksi erupsi Bahesti dengan kondisi dan rencan perawatan sebagai
dengan sendirinya. (Aslan 2015, Parkin 2017, Alharbi berikut.
2020) 1. Pemeriksaan Subyektif
(Aisyah) Teknik bedah terbuka juga dapat Pasien mengeluhkan gigi depan kiri
dilakukan dengan dua cara yaitu eksisi terbuka tidak erupsi dan memiliki riwayat trauma
(excisional uncovering), dan flap yang diposisikan pada dagu dan gigi desidui saat usia 7
apikal (apically positioned flap). Teknik eksisi terbuka tahun. Pasien pernah dilakukan ekstraksi
merupakan teknik yang sederhana dan cepat, namun gigi desidui insisivus sentral kiri rahang atas
berpengaruh buruk terhadap jaringan periodontal. saat usia 8 tahun.
Teknik tersebut cukup dengan memotong gingiva 2. Pemeriksaan Obyektif
setengah hingga dua pertiga mahkota gigi impaksi. Gigi 21 hilang, migrasi gigi 11 dan 22,
Teknik flap yang diposisikan apikal dilakukan dengan kehilangan ruang, dan relasi gigi molar
membuat flap untuk mengurangi tulang hingga mahkota kelas I. Pemeriksaan penunjang dengan
gigi terlihat dan flap dikembalilakn dengan mengangkat foto radiografi panoramik menunjukkan
sedikit dan dijahit bersama gingiva cekat hingga adanya impaksi gigi 21 dalam orientasi
setengah sampai dua pertiga mahkota terlihat. (Aslan normal. (Gambar 1).
2015, Yanthi 2017) 3. Rencana Perawatan
(Aisyah) Pemilihan teknik pembedahan untuk a. Membuka ruang untuk gigi 21
membuka akses gigi dipilih berdasarkan empat kriteria b. Observasi pada gigi 21
yaitu posisi labiolingual, posisi vertikal gigi, banyaknya c. Membuka mahkota gigi 21 dan menarik
gingiva yang menutupi gigi, dan posisi mesiodistal gigi. gigi tersebut dengan piranti ortodonti
Posisi gigi impaksi di bukal dapat dilakukan oleh ketiga jika gigi 21 tidak erupsi
teknik yaitu teknik eksisi terbuka, teknik flap yang Membuka ruang untuk gigi 21 dengan piranti
diposisikan apikal, dan teknik tertutup. Posisi mahkota ortodonti lepasan yang terdiri dari 2 Finger spring pada
gigi impaksi yang berada pada posisi koronal dari mesial gigi 11 dan 22 yang terbuat dari kawat ortodonti
mucogingival junction, maka dapat dicapai dengan
ketiga teknik yaitu teknik eksisi terbuka, teknik flap yang Gambar 3 Radiografi panoramik setelah pembukaan ruang
diposisikan apikal, dan teknik tertutup. Gingiva cekat stainless steel 20 mil, sebuah cengkeram Adams pada
yang akan menutupi gigi minimal 2-3 mm setelah gigi gigi 16 dan 26, dan busur labial disertai koil pada area
erupsi, maka dapat dicapai dengan teknik flap yang impaksi (Gambar 2). Finger spring diaktivasi sebulan
diposisikan apikal. Posisi mesiodistal gigi berada sekali. Setelah 5 bulan perawatan, ruang telah cukup
dan piranti dipakai sebagai retainer. Foto radiografi
panoramik diambil 6 bulan setelah penggunaan retainer tanda-tanda resorpsi akar pada kasus ini. Penggunaan
dan erupsi gigi 21 tidak terjadi (Gambar 3). alat ortodonti lepasan pada kasus ini membantu pasien
Pperawatan selanjutnya karena erupsi tidak untuk menjaga kebersihan rongga mulut yang baik.
terjadi adalah pembedahan untuk membuka gigi
dengan teknik bedah tertutup (closed approach). PEMBAHASAN
Sebuah eyelet button dengan gold chain direkatkan (Theresa) Pada kasus dapat diduga karena
(bonding) pada gigi 21. Chain tersebut melewati flap anak tersebut mengalami trauma pada usia 7 tahun,
menuju rongga mulut dan dikaitkan pada koil piranti sedangkan gigi insisiv sentral permanen pada
menggunakan benang elastik. Benang elastik diaktivasi umumnya tumbuh pada usia 7 sampai 8 tahun
seminggu sekali. Setelah 6 minggu, pasien kembali (Kurniasih, 2008). Anamnesis diperlukan untuk
dilakukan pembedahan karena pergerakan gigi 21 yang mendapatkan keterangan mengenai riwayat trauma gigi
lambat. Pembedahan dilakukan dengan teknik flap pada anak. Luka traumatik pada gigi desidui dapat
yang diposisikan apikal (apically positioned flap mengganggu perkembangan gigi permanen, karena
technique) karena area impaksi memiliki jaringan dapat menyebabkan perubahan struktural seperti
gingiva berkeratin yang sedikit dan sebuah lingual dilaserasi dan malformasi akar. Perubahan ini dapat
button direkatkan (bonding) pada labial gigi 21. Pasien menyebabkan gigi tersebut tidak erupsi atau impaksi
diinstruksikan untuk meletakkan elastik lateks dengan (Achmad, 2009).
kekuatan medium ukuran 1/8 inchi dari button ke koil (Theresa) Salah satu kunci berhasilnya
pada piranti. Pasien diminta untuk memakai piranti perawatan ortodonsi adalah mengetahui klasifikasi dari
selama 24 jam sehari kecuali saat makan dan saat keadaan gigi geligi pasien. Keadaan gigi geligi pasien
menyikat gigi (Gambar 4). pada kasus termasuk gigi impaksi. Gigi impaksi dapat
Setelah 3 bulan, gigi 21 erupsi pada posisi yang diklasifikasikan berdasarkan kedalaman gigi impaksi
baik, maka penarikan gigi dihentikan dan piranti terhadap gigi sebelahnya yaitu impaksi vertikal. Impaksi
digunakan sebagai retainer. Pasien kontrol secara vertikal merupakan posisi bidang oklusal dari gigi yang
berkala untuk mengamati erupsi gigi permanen lainnya mengalami impaksi sama dengan gigi sebelahnya.
hingga pasien memakai piranti cekat untuk Klasifikasi lain juga dilihat dari sepertiga panjang akar
menyelesaikan leveling dan alignment. insisiv yang sudah erupsi yaitu pada kasus termasuk
Impaksi gigi insisivus sentral rahang atas V1 karena gigi yang impaksi dilihat dari foto panoramik
merupakan kasus yang jarang terjadi, namun sangat terletak di bagian 1/3 akar gigi insisiv yang sudah
berpengaruh terhadap estetika dan psikologis. Pilihan erupsi (Panovi, 2012).
perawatannya antara lain adalahan ekstraksi,
observasi, dan pembedahan. Metode yang paing (suci) Perawatan pada gigi impaksi
konservatif menjadi piihan seperti pembukaan ruang insisivus sentral rahang atas dapat dilakukan
untuk erupsi spontan. Erupsi spontan yang tidak terjadi ekstraksi gigi yang impaksi dan non-ekstraksi
dapat dilakukan pembedahan dan penarikan gigi (surgical exposure serta traksi ortodontik) ke posisi
dengan ortodontik. yang tepat (Hossain dkk., 2017). Penelitian Wijaya
Pembedahan dapat dilakukan dengan dua dan Utomo (2014) menyebutkan bahwa perawatan
teknik yaitu tertutup (closed approach) dan terbuka konvensional yang dapat dilakukan untuk gigi
(open approach). Teknik bedah tertutup dipilih karena anterior impaksi adalah surgical exposure dan
posisi gigi impaksi terlalu tinggi terhadap tulang traksi secara ortodontik. Pada kasus ini,
alveolar. Perawatan lanjutan seperti bedah penatalaksanaan gigi impaksi insisivus sentral
mukogingiva tidak diakukan karena status periodontal maksila dilakukan non-ekstraksi yaitu space
baik. opening yang dilanjutkan dengan surgical
Penarikan gigi dapat menggunakan piranti exposure, namun tidak dilanjutkan
ortodonti cekat dan lepasan. Pemiihan piranti penatalaksanaan traksi orthodontik. Tatalaksana
dipengaruhi oleh usia, kepatuhan, dan kebersihan awal berupa perawatan ortodontik sebelum
rongga mulut pasien. Pemakaian piranti lepasan dilakukan surgical exposure bertujuan
memungkinkan reaksi gaya yang dijangkar oleh gigi menyesuaikan posisi gigi terlebih dahulu dan
posterior dan bagian palatal, sehingga tidak penyediaan ruang yang bertujuan untuk
menimbulkan efek negatif pada gigi yang berdekatan, meningkatkan proses erupsi spontan (Urbanowicz
serta mempersingkat durasi penggunaan piranti cekat dkk., 2016). Erupsi secara spontan gigi impaksi
di masa mendatang. Keterbatasan piranti lepasan terjadi setelah pembukaan ruang secara
adalah hasil yang optimal hanya bisa dicapai apabila presurgical ortodontik. Pembukaan ruang
ada kerjasama yang baik dari pasien dan sulitnya menggunakan piranti lepasan dan observasi
mendapatkan posisi gigi yang ideal. Jaringan dilakukan namun gigi belum erupsi secara
periodontal dalam keadaan sehat, tidak adanya resesi spontan. Keadaan tersebut merupakan indikasi
gingiva, dan gambaran radiografi tidak menunjukkan dilakukan surgical exposure, saat proses surgical,
setiap obstruksi jaringan keras atau lunak, kasus ini dilakukan pembedahan dengan teknik tertutup
dihilangkan dan gigi yang impaksi terlihat, namun gagal, karena pergerakan gigi impaksi sangat
kemudian, perlekatan ditempatkan pada gigi yang lambat. Kegagalan dalam bonding dapat diminimalisir
mengalami impaksi, baik pada saat pembedahan dengan pemakaian eyelet bonded yang diletakkan
atau setelahnya, selanjutnya ortodontis selama pada pertengahan bukal mahkota gigi. (Aslan 2015)
bedah mengaplikasikan kekuatan ortodontik ke (Aisyah) Pilihan teknik bedah lainnya yang
arah yang sesuai untuk memposisikan gigi impaksi dapat dilakukan untuk membuka akses gigi adalah
ke dalam lengkung gigi. Surgical exposure dalam eksisi terbuka (excisional uncovering), dan flap yang
kasus ini menggunakan eyelet button. diposisikan apikal (apically positioned flap). Teknik
Penggunaan button sebagai attachment ortodontik tersebut dipilih berdasarkan empat kriteria yaitu posisi
untuk menarik gigi impaksi lebih disarankan labiolingual, posisi vertikal gigi, banyaknya gingiva yang
daripada menggunakan bracket konvensional menutupi gigi, dan posisi mesiodistal gigi. Teknik yang
karena button berukuran lebih kecil dari pada memenuhi empat kriteria tersebut adalah teknik flap
bracket konvensional sehingga tidak mengiritasi yang diposisikan apikal. Teknik tersebut dapat
jaringan lunak dan lebih mudah diaplikasikan pada menghasilan gingiva lebih banyak walaupun pada area
berbagai area di permukaan gigi, khususnya impaksi tidak banyak terdapat gingiva dan dapat
diletakkan pada bagian palatal dari gigi (Nancy membuka akses gigi impaksi yang posisi mahkotanya
dkk., 2016). Setelah dilakukan observasi, hasil berada di mesial dan melebihi akar gigi sebelahnya.
menunjukan gigi dapat erupsi dengan baik, hal ini Kasus ini memilih teknik flap yang diposisikan apikal
terjadi karena akar gigi yang belum erupsi setelah teknik bedah tertutup tidak memuaskan.
sempurna. Penelitian Arfiadi dkk., (2016) Kerugian dari teknik flap yang diposisikan apikal adalah
menyebutkan bahwa gigi impaksi dapat erupsi mahkota gigi lebih panjang, kedalaman sulkus
spontan, ketika akar gigi yang impaksi belum meningkat, adanya jaringan parut gingiva, dan
terbentuk sempurna, namun ketika akar gigi yang cenderung terjadi vertical relapse. Kondisi kontur
impaksi sudah terbentuk sempurna gigi tersebut gingiva dan gingiva cekat pada kasus ini baik setelah
sudah kehilangan kemampuan untuk erupsi perawatan ortodonti selesai. (Aslan 2015, Yanthi 2017)
spontan, sehingga diperlukan traksi ortodontik.
Kasus ini tidak dilanjutkan tatalaksana traksi INTAN
orthodontik, dan terus dilakukan follow up sampai
pembentukan akar yang sempurna dilanjutkan
bantuan alat ortodontik cekat untuk menarik kearah KESIMPULAN
lengkung gigi ideal.
DAFTAR PUSTAKA
(Aisyah) Pembedahan dan pemakaian piranti
ortodontik dilakukan apabila setelah observasi tidak Pinho, T., Neves, M., Alves, C., 2011, Impacted
terjadi erupsi spontan. Observasi dilakukan minimal maxillary central incisor: Surgical exposure and
selama 6 bulan setelah akar gigi terbentuk sempurna. orthodontic treatment, American Journal of
Pada kasus ini tidak terjadi erupsi spontan setelah Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, Vol.140 (2):
dilakukan pembukaan ruang untuk gigi 21 dan 256-265.
observasi selama 6 bulan. Erupsi gigi yang tidak terjadi
membuat pilihan perawatan menjadi pembedahan dan Urbanowicz, K.K., Zadurska, M., Czochrowska, E.,
penarikan gigi dengan piranti ortodontik. Terdapat dua 2016, Impacted Teeth: An Interdisciplinary Perspective,
teknik yang dapat dilakukan untuk membuka akses gigi, reviews article, Vol.25 (3): 575–585.
yaitu teknik bedah tertutup (closed surgical technique)
dan terbuka (open surgical technique). (Aslan 2015) Nguyen, T.P., Le Ngoc, K.N., 2017, Orthodontic and
(Aisyah) Teknik bedah tertutup merupakan Surgical Treatment in an Inverted Maxillary Impacted
teknik bedah yang lebih konservatif dibandingkan Central Incisor: A Case Report, Dentistry Open Access
dengan teknik bedah terbuka. Teknik bedah tertutup Journal, Vol.7 (9): 1-4.
juga memiliki penyembuhan yang lebih cepat, sakit Alqerban, A., 2018, Interceptive Treatment of Impacted
setelah operasi menurun, dan pendarahan setelah Maxillary Lateral Incisors- An Outcome of Two Cases,
operasi terhenti. Teknik ini juga memungkinkan case report.
terjadinya kegagalan seperti saat operasi berlangsung
dipasangkan eyelet button dengan teknik direct Deliverska, E.G., Petkova, M., 2016, Complications
bonding. Kegagalan tersebut menyebabkan kerusakan After Extraction Of Impacted Third Molars- Literature
jaringan lunak karena terkena bahan etsa saat Review, Journal of IMAB - Annual Proceeding
dilakukan bonding. Kegagalan bonding mengharuskan (Scientific Papers), Vol. 22 (3):
dilakukannya kembali prosedur pembedahan. Pada
Wijaya, S.B., Utomo, R.B., 2014, Penatalaksanaan Siagian, K., 2011, Penatalaksanaan impaksi gigi molar
Impaksi Caninus Permanen Rahang Atas Dengan ketiga bawah dengan komplikasinya pada dewasa
Surgical Exposure, dental jurnal, Vol.47 (3): muda, Jurnal Biomedik, 3(3): 186-194.
Panovi, C., Mucedero, M., Lagana, G., Paoloni, V.,
Melati, B.F., Wibowo, T.B., Rizki, B., 2014, Surgical Cozza, P., 2012, Impacted maxillary incisors: diagnosis
exposure dan perawatan ortodontik pada impaksi gigi and predictive measurements, Annali di Stomatologia, 3
insisif sentral rahang atas, dental jurnal, Volume 47, (4):100-105.
Number 2 Yanthi, 2017, Tooth exposure menggunakan teknik
Islam., Hossain., 2017, Impacted Maxillary Central modifikasi erupsi tertutup pada perawatan ortodonsi
Incisors: Surgical Exposure and Orthodontic Treatment, pasien post gnatoplasty, MKGK (Majalah Kedokteran
Case Report, Vol. 7 (1): 31-37, Gigi Klinik) UGM, 3(2): 64-69.
Kurniasih, I., 2008, Permasalahan-permasalahan yang
Hasan, L.S., Ahmad, F.T., Abdullah, E.H., 2016, menyertai erupsi gigi, Mutiara Medika, 8(1): 52-59.
Impacted wisdom teeth, prevalence, pattern of
impaction, complications and indication for extraction: A
pilot clinic study in Iraqi population, Tikrit Journal for Aslan, B. I., & Üçüncü, N., 2015, Clinical consideration
Dental Sciences, Vol.4 (1): 50-62 and management of impacted maxillary canine teeth,
Emerging Trends in Oral Health Sciences and
Fobia, S.W., Rahardjo, B.D., 2011, pengambilan gigi
Dentistry, 465-501.
kaninus dan gigi supernumerary yang terpendam pada
Parkin, N., Benson, P. E., Thind, B., Shah, A., Khalil, I.,
maksila, Majalah Kedokteran Gigi, Vol. 18 (2): 167-172
Ghafoor, S., 2017. Open versus closed surgical
exposure of canine teeth that are displaced in the roof
Pranjoto, H. E., Sjamsudin, J., 2005, Perawatan gigi of the mouth, Cochrane Database of Systematic
impaksi anterior rahang atas pada remaja, Majalah Reviews, 8: 1-47.
Kedokteran Gigi, 38(3): 142-145. Alharbi, A., 2020, Differences between closed and
Fitri, A. M., Kasim, A., Yuza, A. T., 2016, Impaksi gigi opened exposure of palatally impacted maxillary
molar tiga rahang bawah dan sefalgia, Jurnal canines: A review, Journal of American Science, 16(2):
Kedokteran Gigi Unpad, 28 (3): 1-7 28-31.
Harty, F.J., Ogston, R., 2002. Kamus kedokteran gigi, Yanthi, M. D., Hasan, C. Y., Dwirahardjo, B., 2017,
Jakarta: EGC. Tooth exposure using closed eruption modification
Achmad, H., 2009 Penanganan delayed eruption techniques in orthodontic treatment in postgnatoplasty
karena impaksi gigi insisivus sentralis kiri dengan patients, MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) UGM,
surgical exposure pada anak, Dentofasial, 8(1): 48-54. 3(2), 64-69.

Anda mungkin juga menyukai