Anda di halaman 1dari 21

Laporan Akhir

Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan


di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Bab IV
Survey Lapangan

IV.1. Hasil Survey Pendahuluan

Hasil survei lapangan pelaksanaan pekerjaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang cermat, teliti dan optimal. Rencana pendekatan teknis
dan metode pelaksanaan ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah ditetapkan oleh
Pengguna Jasa.

Maksud dari survey pendahuluan (Reconnaissance Survey) ini adalah untuk melakukan pengecekan
dan identifikasi hasil telaah awal guna mengetahui kondisi dan permasalahan yang ada di lokasi serta
melakukan sosialisasi kegiatan studi kelayakan terhadap pihak stakeholder di daerah dimana lokasi
rencana Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung
akan dilakukan. Survey Reconnaissance pada pekerjaan Pekerjaan Studi Perencanaan Drainase Kota
Tanjungpandan di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung dilaksanakan pada bulan Juli 2017.
Dari hasil kunjungan lokasi Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan di Kabupaten Belitung,
Provinsi Bangka Belitung dari aspek yang dikehendaki dimana meliputi lokasi drainase eksisting dan
permasalahannya, dari hasil diskusi yang telah dilakukan maka perencanaan yang akan dilakukan di
Kota Tanjungpandan.

Sementara dalam kegiatan survey teknis yang dilakukan kegaitan survey dalam rangka identifikasi
rencana drainase, diantaranya meliputi survey topografi kawasan saluran Siburik, Berutak, Air pancor
dan Neruse dan pasang surut di sekitar lokasi perencanaan.

Dalam survey reconnaissance ini tim konsultan beserta pendamping dari pihak Dinas Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Belitung Provinsi Bangka Belitung melakukan konsolidasi
dengan pihak – pihak terkait dalam penyelenggaraan kegiatan Perencanaan Drainase Kota
Tanjungpandan yang bertujuan menjaring aspirasi stakeholder di daerah. Berdasarkan masukan dari
pihak stakeholder setempat, penjelasan dari masyarakat disekitar lokasi perencanaan menjadi bahan
pertimbangan bagi pihak konsultan dalam menentukan alternatif terbaik yang ditinjau dari berbagai
aspek yang menjadi kriteria yang telah ditentukan antara lain ; ketersediaan dan status lahan, kondisi
saluran, rencana dan program daerah terhadap pengembangan drainase, hal ini dimaksudkan untuk
menjaring informasi yang akurat sehingga pada penentuan perencanaan drainase akan mendapat
alternatif terbaik pelabuhan yang akan dikembangkan.

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 1


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.1 Kegiatan Survey Pendahuluan bersama Stakeholder serta penjaringan aspirasi
masyarakat sekitar lokasi perencanaan

Gambar 4.2 Sesi Survey Saluran menggunakan Drone

IV.1.1. Gambaran Rencana Lokasi Perencanaan

Rencana lokasi Pekerjaan Studi Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan di Kabupaten Belitung,
Provinsi Bangka Belitung , yang secara administratif berada di wilayah:

Saluran : Siburik

Berutak

Aik Pancor

Neruse

Drainase Jalan Patimura

Kota : Tanjungpandan

Propinsi : Bangka Belitung

Untuk mencapai lokasi perencanaan drainase, dari Bandra dapat menggunakan moda transportasi
darat dengan kendaraan roda empat selama + 30 menit.

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 2


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

IV.1.2. Posisi dan Kondisi Saluran Drainase Kota Tanjung Pandan

Lokasi perencanaan saluran ddrainase yang di survey berada di kota Tanjungpandan dengan letak
posisi lokasi sebagai berikut:

1. Siburik

2. Berutak

3. Aik Pancor

4. Neruse

Keempat perencanaan saluran drainase tersebut termasuk wilayah kerja kabupaten Belitung
pemerintah setempat telah bersedia membebaskan lahan yang nantinya dipergunakan untuk
perencanaan.

IV.2. Pelaksanaan Dan Pengolahan Data Survey

Survei topografi dan bathimetri ini adalah memperoleh data lapangan sebagai gambaran bentuk
permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian/kedalaman serta posisi kenampakan yang ada baik
untuk area darat maupun area perairan laut di lokasi pengembangan/pembangunan pelabuhan.

IV.2.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup survey topografi dan batimetri pada lokasi rencana pelabuhan berdasarkan
rekomendasi kerangka acuan kerja yang ada sebagai berikut:

 Pemasangan bench mark (BM) dan control point (CP).


 Survey topografi sepanjang saluran drainase pada wilayah daratan lokasi perencanaan
drainase.
 Survey Pasang Surut disekitar lokasi.
IV.2.2. Peralatan Survey

Peralatan yang digunakan pada survey primer topographi dan pasang surut adalah sebagai berikut

a. Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

 1 unit GPS Garmin – 585 C

 1 unit Palm Pasang surut

 1 unit Theodolite NT 2–DNikon (untuk posisi horisontal)

 1 unit Waterpass AT-2 D (untuk posisi vertikal)

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 3


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

 1 unit GPS Garmin 12 XL

 1 buah pita baja 50 m

 2 set rambu ukur

IV.2.3. Pemasangan BM dan CP

Sebagai titik pengikatan dalam survey topografi dan batimetri perlu dibuat bench mark (BM) dibantu
dengan control point (CP). Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama, yaitu untuk
menyimpan data koordinat, baik koordinat (X,Y) maupun elevasi (Z). Mengingat fungsinya tersebut
maka patok-patok beton ini diusahakan ditanam pada kondisi tanah yang stabil dan aman. Kedua
jenis titik ikat ini diberi nomenklatur atau kode, untuk memudahkan pembacaan peta yang dihasilkan

IV.2.4. Survey Topographi

Maksud dari pengukuran polygon yaitu untuk menentukan posisi planimetris (X,Y) dari titik-titik
bench mark (BM) dan control point (CP) guna pengikatan titik-titik selanjutnya maupun sebagai
kerangka penggambaran daerah yang akan dipetakan. Pengukuran ini terdiri dari pengukuran
kerangka dasar utama [kring polygon luar], dan kerangka dasar Galang [kring polygon dalam] yang
merupakan kring-kring tertutup. Adapun metode pelaksanaan pengukuran mengacu pada Standar
Pergukuran dan data yang diperoleh adalah sudut dan jarak.

Dokumentasi Pengukuran Topograhi

Gambar 4.3. Pelaksanaan Survey Topographi

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 4


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.4. Bentuk dan Ukuran Bench Mark (BM)

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 5


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.5. Bentuk dan Ukuran Control Point (CP)

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 6


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

IV.3. Pelaksanaan Survey Hdyro-Oseanografi

Survei hidro-oseanografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi perairan


setempat yaitu kondisi pasang surut.

IV.3.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup survey hidro-oseanografi sebagai berikut:

a. Pengamatan pasang surut 15 hari x 24 jam.

b. Pengukuran dilakukan dengan interval waktu 60 menit.

IV.3.2. Peralatan Survey

Peralatan yang dipergunakan dalam suatu kegiatan survey hidro-oseanografi antara lain:

a. Peilschaal (rambu ukur).

b. GPS Handheld

c. 1 unit jam dan senter

d. Kamera

IV.3.3. Pengamatan Pasang Surut

Pengamatan pasang surut dilakukan dengan menggunakan peilschaal (rambu ukur) yang dipasang
pada tempat yang tenang dan tidak terganggu gelombang secara signifikan. Pencatatan dilakukan
satu jam sekali secara terus-menerus minimal selama 15 hari x 24 jam mencakup periode pasang
tertinggi dan surut terendah masa pengamatan. Hasil dari kegiatan ini berupa data pengamatan
pasang surut untuk melakukan analisa pasang surut yang mencakup konstanta pasut, pola pasut,
elevasi MSL, LWL, HWL, LLWL, dan lain-lain.

Gambar 4.6. Pengamatan Pasang Surut

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 7


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Hasil pengamatan pasang surut pada peilschaal dicatat pada formulir pencatatan elevasi air pasang
surut yang telah disediakan. Pengamatan diikatkan (levelling) ke patok pengukuran topografi
terdekat pada salah satu patok seperti gambar di bawah. Untuk mengetahui elevasi nol peilschaal
dengan menggunakan waterpass sehingga pengukuran topografi, Batimetri, dan pasang surut
mempunyai datum (bidang referensi) yang sama.

Elevasi Nol Peilschaal = T.P + BT.1 – BT.2

Dimana:

T.P = tinggi titik patok terdekat dengan peilschaal

BT.1 = bacaan benang tengah di patok

BT.1 = bacaan benang tengah di peilschaal

Palem / Rambu
Peilschall

BT BT

Elevasi
Utama
Muka air laut
Muka Air Sungai
h
Benchmark
0000

Gambar IV.7. Pengikatan (levelling) Peilschaal Pengamatan Pasang Surut

Hasil pengamatan pasang surut secara lengkap disajikan pada Lampiran Laporan Antara ini.
Sedangkan ringkasan hasil survey pasang surut secara grafis disajikan dalam bentuk kurva pasang
surut seperti terlihat pada Gambar Adapun data numeric dalam bentuk tabulasi disajikan pada
Pengamatan pasang surut dilaksanakan selama 15 hari berturut-turut dengan interval
pembacaan setiap jam. Pengukuran dilakukan pada satu tempat yang secara teknis memenuhi
syarat.

Langkah pengolahan data pasang surut adalah dengan mencari harga elevasi- elevasi acuan dari
karakteristik perairan di wilayah pekerjaan. Untuk mencari harga elevasi-elevasi tersebut,
digunakan hasil pengukuran pasang surut lapangan yang telah dilaksanakan di Muara Sungai.

Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana dan mengetahui tipe
pasang surut yang terjadi serta meramalkan fluktuasi muka air laut. Urutan analisa pasang surut
adalah sebagai berikut:

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 8


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi muka air


akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik penyusunnya. Besaran
yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen. Metode yang biasa digunakan untuk
menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah metode Admiralty. Sebelum dilakukan
perhitungan, data hasil pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada,
adapun deskripsi komponen harmonik pasang surut adalah seperti pada tabel berikut:

Gambar 4.8 Hasil Pengamatan Pasang Surut selama 15 hari

Untuk mengetahui kedudukan Palm terhadap 0.00 mLWS, maka telah dilakukan perhitungan dengan
menggunakan formula DOODSON sebanyak 3 (tiga) seri dan kemudian setelah dirata-rata dapat
diketahui kedudukan.

PT. DIAS DESIGN CONSULT IV - 9


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tabel 4.1 Data Pengukuran Pasang Surut


am

0:00 200 210 210 200 190 170 150 130 120 120 130 150 170 200 220

1:00 210 220 230 220 210 190 170 150 140 130 130 150 170 190 220

2:00 200 220 230 240 230 210 190 170 150 140 140 140 160 180 210

3:00 190 210 230 240 230 220 210 180 160 150 140 140 150 170 190

4:00 180 200 220 230 230 230 210 190 170 150 140 130 140 150 170

5:00 160 180 200 210 220 220 210 190 170 150 130 120 120 130 150

6:00 140 160 180 200 210 210 200 190 170 150 120 110 100 110 120

7:00 120 140 160 170 190 190 190 180 170 140 120 100 90 90 100

8:00 90 110 130 150 170 180 180 180 160 140 120 100 80 70 80

9:00 80 90 110 130 150 160 170 170 160 150 120 100 80 70 60

:00 70 70 90 110 130 150 160 170 160 150 130 110 90 70 60

:00 70 70 70 90 110 140 150 160 160 150 140 120 100 80 60

:00 70 70 70 80 100 120 140 160 160 160 150 130 110 90 70

:00 80 70 70 80 90 110 130 150 160 160 150 140 120 100 80

:00 90 80 70 70 90 100 130 140 160 170 160 150 130 110 90

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 10


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

IV.4. Pengolahan dan Penggambaran Data Topographi

Pengolahan dan penggambaran topografi dimaksudkan untuk memperoleh suatu peta lengkap yang
dapat memberikan gambaran bentuk permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi
kenampakan yang ada baik untuk area darat maupun area perairan laut.

IV.4.1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengolahan dan penggambaran peta topografi dan batimetri sebagai berikut:

1. Pengolahan data topografi

3. Penggambaran peta topografi

IV.4.2. Pengolahan Data Topografi

Dalam rangka penyelenggaraan kerangka dasar peta, dalam hal ini kerangka dasar horizontal/posisi
horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan poligon ada dua unsur penting yang
perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan yang akan diuraikan berikut ini:

1. Perhitungan Koordinat Titik Poligon

Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik poligon A yang telah
diketahui sebagai berikut:

XP = XA + dAP . Sin AP

YP = YA + dAP . Cos AP

Dimana:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan


dAP . Sin AP = selisih absis ( XAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP . Cos AP = selisih ordinat ( YAP) definitif (telah diberi koreksi)
dAP = jarak datar AP definitif
AP = azimuth AP definitif
Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus sebagai berikut:

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 11


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

12  1A  1

  AP   A  1  1 180  
 23   21  1  12   2  180 

  AP   A  1   2  2 180  
 34   32   3   23   3  180 

  AP   A  1   2   3  3 180  

 4B   43   4   34   4  180  
  43   A  1   2   3   4  4 180  

Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-rumus yang
merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut:

Sarat geometriks sudut

Akhir - Awal -  + n.1800 = f

di mana:

 = sudut jurusan

 = sudut ukuran

n = bilangan kelipatan

f = salah penutup sudut

Syarat geometriks absis

m
 X Akhir  X Awal    X i 0
i 1

Dimana:

Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

X = absis

X = elemen vektor pada sumbu absis

m = banyak titik ukur

Koreksi ordinat

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 12


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

di
KY   fY
 di

Dimana:

di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

di = jumlah jarak

Y = ordinat

Y = elemen vektor pada sumbu ordinat

m = banyak titik ukur

Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya kesalahan linier jarak
(KL).

SL   fX 2
 fY 2 

KL 
 fX 2
 fY 2 
 1 : 5.000
D

2. Pengamatan Azimuth Astronomis

Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai berikut:

Sin  Sin.Sinm
Cos M 
Cos.Cos.m

Dimana:

M = azimuth matahari

 = deklinasi matahari dari almanak matahari

m = sudut miring ke matahari

 = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z) yang dimasukkan
adalah harga definitif sebagai berikut:

Z d  Z u  r  1 d  p  i atau
2

m d  mu  r  1 d  p  i
2

Dimana:

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 13


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Zd = sudut zenith definitif

Md = sudut miring definitif

Zu = sudut zenith hasil ukuran

Mu = sudut zenith hasil ukuran

R = koreksi refraksi

1/2d= koreksi semidiameter

p = koreksi paralax

I = salah indeks alat ukur

A. Hitungan Kerangka Horizontal

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda
tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

1. Syarat geometris

H Akhir  H Awal   H  FH


T  8 D mm 
2. Hitungan beda tinggi

H 12  Btb  Btm

3. Hitungan tinggi titik

H 2  H 1  H 12  KH

Dimana:

H = tinggi titik

H = beda tinggi

Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

FH = salah penutup beda tinggi

d
 FH
KH = koreksi beda tinggi d

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 14


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

T = toleransi kesalahan penutup sudut

D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

B. Hitung Kerangka Vertikal

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda
tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).

 Syarat geometris

H Akhir  H Awal   H  FH


T  8 D mm 
 Hitungan beda tinggi

H 12  Btb  Btm

 Hitungan tinggi titik

H 2  H 1  H 12  KH

Dimana:

H = tinggi titik

H = beda tinggi

Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

FH = salah penutup beda tinggi

d
 FH
d
KH = koreksi beda tinggi

T = toleransi kesalahan penutup sudut

d = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

C. Perhitungan Situasi Detail

Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z), digunakan
rumus sebagai berikut:

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 15


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

TB  T A  H

1 
H   100 Ba  Bb Sin 2m  TA  Bt
2 

Dd = DO . Cos2m

Dd = 100 . (Ba - Bb) . Cos2m

Dimana:
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
H = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100(Ba-Bb))
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya kemampuan jarak yang
dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang membentuk jaringan
poligon kompas terikat sempurna. Sebagai konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi
perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum
dilakukan hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth
geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:

C=g-m

Dimana:

g = azimuth geografis

m = azimuth Magnetis

IV.4.3. Penggambaran Peta Topografi

Penggambaran peta merupakan akhir dari suatu pekerjaan pemetaan topografi yang juga merupakan
informasi dari hasil data pengukuran keadaan lapangan sebenarnya. Dari peta ini diharapkan dapat
memberikan informasi untuk menunjang pekerjaan. Berikut hasil pengolahan data topografi lokasi
perencanaan drainase yang telah dilakukan.

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 16


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.9. Peta Topographi Saluran Siburik

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 17


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.10. Peta Topographi Saluran Berutak

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 18


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.11. Peta Topographi Saluran Aik Pancor

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 19


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.12. Peta Topographi Saluran Naruse

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 20


Laporan Akhir
Perencanaan Drainase Kota Tanjungpandan
di Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 4.13. Peta Topographi Saluran Drainase Jalan Patimura

PT. DIAS DESIGN CONSULT III - 21

Anda mungkin juga menyukai