Anda di halaman 1dari 3

2.

9 Telaah Diagnostik Dilema Bisnis

2.9.1 Latar Belakang

Siegel dan Marconi membahas dilema bisnis berikut ini. John Miller adalah seorang
lulusan M.B.A. dan memiliki sertifikat CMA. Dia bekerja sebagai asisten administrasi di
Perusahaan Giant Eastern yang bertugas untuk mengontrol perusahaan. Tugas pertamanya
adalah mengevaluasi keefektifan evaluasi kinerja Perusahaan Amex, Inc. Perusahaan Amex
memiliki 25 anak perusahaan dengan 17.000 karyawan, penjualan dalam $ sebesar 2,5 miliar,
dan aset yang dimiliki 2,3 miliar. Pendapatan perusahaan berasal dari pertumbuhan ekonomi
perusahaan yang tinggi dari industri manufaktur.

2.9.2 Dilema yang Dihadapi

Amex Inc. Merupakan perusahaan yang memiliki evaluasi kinerja yang kompleks dan
canggih yang digunakan perusahaan untuk memotivasi karyawan agar bertindak sesuai
dengan tujuan dan karakteristik perusahaan. Sistem kinerja lebih ditekankan pada perhatian
manajemen puncak untuk kepentingan pribadi, pencapaian tujuan perusahaan, dan laba
jangka pendek. Perusahaan menggunakan pusat pertanggungjawaban pusat laba. Perusahaan
bermaksud untuk mendorong ketaatan terhadap biaya dan pendapatan yang dianggarka. Hal
ini mencerminkan proses penganggaran sebagai inti kendali operasional dan alat utama untuk
mendorong perilaku yang diiginkan. Perusahaan menganut praktik manajemen partisipatif
dengan manajer pusat laba memiliki kebebasan dalam menetapkan tujuan kinerja mereka.

Miller mengamati adanya cara-cara berlebihan dalam penetapan tujuan dan anggaran
dasar. Hal ini terjadi disebabkan oleh tidak adanya upaya yang serius yang dibuat perusahaan
dalam mendeteksi praktik-praktik tersebut dan manajer segmen menganggap perbuatan
tersebut dapat ditoleransi. Hal tersebut didasari dengan adanya rewards dan punishment
terhadap pencapaian tujuan. Adanya ketakutan apabila manajer segmen tidak dapat
memenuhi tujuan menyebabkan standar biaya dinaikkan agar manajer segmen dapat
mencapai tujuan tersebut.

Miller juga mengamati adanya pencataan standar biaya yang ditinggikan sehingga
fungsi dari sistem standar biaya berkurang. Hal tersebut menyebabkan evaluasi kinerja dan
pengendalian operasional yang telah dilakukan hanya membuang-buang waktu dan biaya.
Jika semua selisih menguntungkan dari biaya standar dilaporkan secara berkala dan dianalisis
untuk dicari penyebabnya maka overstament biaya standar dapat ditemukan secara otomatis
dan dapat diperbaiki. Tidak ada indikasi material selisih yang tidak menguntungkan. Miller
tidak menyebutkan prosedur maupun tindakan perbaikan yang harus dilakukan untuk
memperbaiki kekurangan operasional atau mengubah pola perilaku ini jika mereka
diidentifikasi sebagai penyebab inefisiensi. Manajer tidak dapat mengetahui apa sebenarnya
yang salah atau bagaimana mereka dapat menghindari terulangnya masa depan dengan
masalah yang sama melalui perubahan operasional dan modifikasi perilaku.

2.9.3 Solusi yang Ditawarkan

Solusi yang ditawarkan adalah perusahaan harus menetapkan secara kokoh mengenai
tujuan jangka panjang dan berbagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya iklan,
penelitian, dan pengembangan yang biaya atas upaya tersebut ditentukan oleh manajemen
puncak agar tidak ada perilaku disfungsional. Solusi lain adalah perusahaan juga harus
selektif dalam memberikan kredit. Banyaknya kredit macet harus diukur secara material dan
sistem perusahaan yang ada sudah baik atau bagus. Sebaiknya, perusahaan lebih fokus untuk
mengurangi perilaku disfungsional yang berlebihan dan lebih memotivasi karyawan untuk
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan sehingga menghasilkan laba operasional dan
ROCE yang tinggi.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dilema bisnis merupakan suatu keadaan dimana seseorang harus membuat keputusan
tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya dalam berbisnis. Adapaun
evaluasi kinerja adalah metode penelitian secara periodik atas efisiensi dan efektivitas
operasional suatu organisasi (perusahaan), baik subunitnya maupun personel atau karyawan
sesuai dengan standar kinerja atau tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Tujuan
utamanya adalah memotivasi para karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan dan agar para
karyawan mematuhi standar perilaku yang telah ditentukan sehingga tindakan dan hasil
pekerjaan karyawan menjadi lebih baik. Salah satu kegunaan evaluasi kinerja adalah untuk
mengelola kegiatan operasional organisasi secara efektif dan efisien dengan memaksimalkan
motivasi karyawan.

Motivasi sebagai pendorong efisiensi, fokus terhadap bagaimana cara untuk dapat
mendorong manusia (karyawan) dapat berperilaku sesuai dengan ketentuan atau harapan.
Ada tiga cara untuk membentuk perilaku manusia (karyawan) yang bekerja dalam organisasi,
yaitu penguatan positif (positif reinforcement), penguatan negatif (negatif reinforcement), dan
hukuman (punishment). Adapun tipe-tipe balas jasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penghargaan intrinsik (intrinsic rewards) dan penghargaan ekstrinsik (extrinsic rewards).

Langkah-langkah yang digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dalam


aspek keperilakuan evaluasi kinerja yaitu:

1. Langkah awal.
2. Langkah evaluasi kinerja.
3. Menentukan segmen-segmen dan aktivitas-aktivitas yang dikendalikan.

Anda mungkin juga menyukai