Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dan pengembangan kepariwisataan umumnya dipandang

sebagai sesuatu mendesak untuk dilakukan, karena pariwisata dianggap dapat

berperang sebagai katalisator pembangunan (agent of development). Yang dapat

memberikan dampak posetif secara cepat terhadap perubahan hidup masyarakat.

Hal itu dapat terjadi karena pariwisata dinilai dapat memberikan sumbangan besar

terhadap (1) peningkatan perolehan devisa, (2) mempercepat pemerataan

pendapat, (3) memperluas kesempatan keja, (4) mempercepat pemerataan

pendapatan, (5) meningkatakan penerimaan pajak dan retribusi daerah, (6)

meningkatakan penedapatan nasional, (7) memperkuat posisi neraca pembayaran,

(8) mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah dengan potensi alam yang

terbatas (Yoety, 2008:1).

Pembangunan dan pengembangan Timor Leste dipandang sebagai sektor

yang penting dalam memberikan ekonomi guna memenuhi kebutuhan rakyat

secara merata adalah salah satu sektor pariwisata. Pariwisata adalah suatu kegiatan

yang mempunyai ruang lingkup yang luas dalam memberikan perubahan hidup

masyarakat, karena kegiatan pariwisata berhubungan dengan perekonomi

berpeluang dalam melakukan kegiatan berusaha, sehingga diperlukan perhatian

dari pemerintah, masyarakat dan pihak industri/investor usaha yang dapat

menjalin kerjasama dalam pengembangan pariwisata di Timor Leste.


Timor Leste adalah salah satu negara yang kaya potensi wisata seperti

keindahan alam, wisata sejarah dan warisan budaya. Timor Leste terdiri dari 13

Distrik 65 Subdistrik, masing-masing Distrik memiliki potensi wisata yang dapat

dikembangkan sebagai tujuan wisata. Salah satu daya tarik wisata yang sampai

saat ini masih terus di kembangkan dalam kehidupan masyarakat Timor Leste

adalah warisan budaya.

Warisan budaya merupakan suatu simbol sumber daya yang secara sadar

dibentuk dan dimanupulasi untuk tujuan sosial, ekonomi, dan politik dalam

kondisi sejarah tertentu. Menurut Ardika (2013). Oleh karena itu warisan budaya

yang masih dimanfaatkan atau difungsikan sampai saat ini adalah kain tenun

tradisional tais. Kain tais adalah salah satu warisan budaya leluhur yang sampai

saat ini masih difungsikan dalam kehidupan masyarakat Timor Leste. Kain tais

masih difungsikan oleh masyarakat dalam kegiatan seperti; upacara adat-istiadat,

upacara keagamaan, upacara perkawinan, festival budaya, carnaval, belis, dan

sebagai cendramata.

Masyarakat Timor Leste tersebut secara kontinu mengfungsikan warisan

budaya lokal kain tais sebagai salah satu bentuk usaha/industri market tais.

Dengan kesadaran terhadap warisan budaya masih digunakan dalam keperluan

atau kepentingan yang lain maka para pengrajin terus melestarikan tais sebagai

salah satu produk lokal yang dapat memberikan keuntungan ekonomi. Dengan

demikian pengembangan kain tais mulai dimodifikasi dalam bentuk usaha yang

berupa barang dagang yang dapat memenuhi keinginan pasar.


Pengembangan kain tais ini didasarkan pada beberapa pertimbangan utama

bawah kain tais ini merupakan salah satu identitas bangsa peninggalan para

leluhur hingga saat ini masih terus difungsikan oleh masyarakat untuk berbagai

keperluan atau kepentingan. Pengembangan pada kain tais ini merupakan identitas

atau simbol dari suatu bangsa. Menurut Wibisono (2005), identitas budaya dari

negara merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang timbul dan berkembang

dari suatu kehidupan yang menjadi ciri khas yang berbeda dengan bangsa lain

seperti nilai, bahasa, sejarah, adat-istiadat dan letak geografi.

Pengembangan kain tais memiliki nilai sejarah yang menjadi ciri khas dari

suatu bangsa yang berupa keunikan/khas yang seperti, 1) Arti makna kain tais

bagi masyarakat, 2) pembutan kain tais secara tradisional, 3) Perlengkapan/ alat

masih menggunakan yang tradisional, 4) arti Motif/gambar bagi masyarakat, 5)

Hasil Modifikasi bentuk usaha Pengembangan budaya lokal (kain tais) yang

masih berfungsi secara baik maka dapat dikemas dalam suatu produk dijadikan

sebagai daya tarik wisata.

Agar suatu kebudayaan dapat lestari, maka upaya-upaya yang perlu

dijamin kelangsungannya meliputi: perlindungan, pengembangan, dan

pemanfaatan. perlindungan, meliputi upaya-upaya untuk menjaga agar hasil-hasil

budaya tidak hilang dan tidak rusak; pengembangan, meliputi pengolahan yang

menghasilkan mutu dan atau perluasan khazanah; pemanfaatan, meliputi; upaya-

upaya untuk menggunakan hasil-hasil budaya untuk berbagai keperluan, seperti

untuk menekankan citra identitas suatu bangsa untuk pendidikan kesadaran

budaya (baik melalui proses internalisasi maupun apresiasi multukultura), untuk


dijadikan muatan industri budaya, dan untuk dijadikan daya tarik wisata. Menurut

Sedyawati Edi (2006).

Pengembangan kain tenun tradisional tais di dasarkan pada kenyataan

bawah kota Dili telah banyak di kunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun

internasional dapat di jadikan sebagai salah satu produk pariwisata. Dari Data

yang dikunjungi oleh wisatawan ke Timor Leste seperti di bahwa ini. Data yang

diperoleh penelitian dari Republik Democratica De Timor Leste Ministeiro Do

Tourismo. Direcao Nasional Pesquisa E Desenvolvimento Data kunjungan

wisatawan seperti di bahwa ini;

Tabel 1.1
Jumlah kunjungan wisatawan di Negara Timor-Leste
Tahun Jumlah Kunjungan Wisatawan
2007 6176
2008 8927
2009 13552
2010 29098
2011 38341
2012 25215
2013 43962
2014 13296

Data kunjugan wisatawan diatas menunujukan bawah dari total kunjungan

wisatawan ke Timor Leste dari tahun 2007 peningkatan wisatawan sampai dengan

2014 mengalami peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Negara Timor Leste.

Hal itulah yang mendorong berbagai pihak baik dari pemerintah, swasta maupun

masyarakat dalam mengembangkan pembangunan dan pengembangan yang

berkaitan dengan pariwisata di Dili.

Dengan perkembangan pariwisata maka dimodifikasi dalam membuat kain

tais dengan menggunakan bahan kapas yang komersial, dikarenakan para


pengrajin lebih memilih benang komersial untuk menenun dari pada bahan

tradisional, hal itu dikarenakan bahan tradisional membutuhkan waktu yang cukup

lama dalam memproses bahan kapas tradisional, sedangkan bahan yang komersial

muda mendapatkan dari tokoh, proses pembuatan kain tais lebih efisien. Dengan

perkembangan industri maka para pengrajin menggunakan bahan yang komersial,

Hal itu dikarenakan para petani dalam membudidayakan bahan kapas mulai

berkurang. Dengan perubahan bahan kapas tradisional dapat menghilangkan salah

satu keunikan budaya lokal. Salah satu tujuan para pengrajin modifikasi bahan

kapas dapat memberikan beberapa kemudahan bagi pengrajin seperti, harga

benang komersial relatif murah, proses menunun lebih cepat, hal itulah yang dapat

dijadikan sebagai salah daya tarik wisata untuk dikembangkan pengrajin agar

warisan budaya terus dilestarikan oleh pengrajin perempuan dalam bentuk

industri/market untuk mendukung keperluan masyarakat lokal maupun wisatawan.

Sampai saat ini kain tais di modifikasi dalam bentuk usaha/barang yang

dapat di pasarkan, dengan demikian para pengrajin terus membuat tais dengan

desain model, motif/gambar yang berkembang. Para pengrajin juga memilih cara-

cara produksi yang lebih efektif agar mempermudah dalam membuat kain tais

dengan menggunakan bahan yang komersial untuk kebutuhan produksi serta dapat

memberikan keuntungan ekonomi, dengan kemudahan yang disediakan bahan

komersial sehingga para pengrajin tidak mengalami kesulitan dari waktu-kewaktu

untuk mendapatkan benang, perubahan ini mulai dari tradisional ke moderen

menjadikan kain tais hasil modifikasi di produksi dalam memenuhi permintaan

pasar (wisatawan). Dalam hal ini kain tais modifikasi menampilkan keunikan tais
yang baru sebagai suatu produk yang dapat dijual di pasar. Konsep komodifikasi

kebudayaan tersebut, kebudayaan kemudian diubah menjadi komoditas dan

direproduksi oleh pasar untuk memenuhi kebutuhan komsumsi wisatwan

(Maunaty, 2004:233).

Berkaitan dengan itu, Astina (Astina, 2008:71) mengatakan bahwa

pariwisata merupakan agen perubahan (agent of Change) yang dapat berpengaruh

terhadap perubahan sosial budaya masyarakat. Salah satu tujuan perubahan

tersebut adalah memenuhi keinginan atau selera wisatawan. Richardas dan Hall

(2002) menggambarkan bahwa wisatawan yang datang ke daerah tujuan tertentu

karena terdorong oleh keinginan untuk mengetahui atau mengalami beberapa hal

yang menjadi daya tarik daerah tersebut berikut:

“communities are a basic reason for tourist to travel, to experience the

way of life and material prouducts of different communities. Communities also

shape the “natural” landscapes which many tourists consume. Communities are,

of course, also the source of tourist; tourist are drawn from particular places and

social contexts which in themselves will help shape the context of the tourist’s

experience in the host community” (Richard & Hall, 2002:1).

Paparan Richards dan Hall tersebut tergambar jelas bawah masyarakat tuan

rumah (host) merupakan alasan mendasar yang menggerakan atau mendorong

perjalanan wisatawan. Wisatawan ingin mengalami secara langsung apa yang

berebda (baik cara hidup maupun produk-produk material) dengan apa yang

mereka alami di tempat asal mereka. Masyarakat juga menyiapkan segala sesuatu
untuk dikonsumsi wisatawan, serta menjadi sumber pembentuk pengalaman

wisatawan dan sekaligus menimba berbagai pengalaman dari wisatawan.

Persepsi menurut (Irianto, 2011) bila seorang individu memandang pada

suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sangat

dipengaruhi oleh karateristik dari pribadi dan prilaku persepsi individu itu.

Persepsi sebagai proses yang digunakan sesorang individu untuk memilih,

mengorganisasikan, dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi guna

menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti, persepsi tidak hanya tergantung

pada ransangan fisik, tetapi juga pada ransangan yang berhubungan dengan

lingkungan sekitar dan keadaan individu yang bersangkutan, (Ramadhan 2009).

Persepsi merupakan cara pandang dalam menciptakan gambaran yang

diberikan individu terhadap pada suatu lingkungan baik yang posetif maupun

yang negatif. Persepsi terhadap wisatawan dan masyarakat dalam menentukan

keinginaan pada pengembangan kain tais

Dalam kaitannya dengan modifikasi kain tais, kehadirannya modernisasi

melalui perkembangan pariwisata melahirkan sikap masyarakat Timor Leste

terhadap budaya modernisasi (keinginan wisatawan) dan juga kepentingan

masyarakat terhadap perubahan kain tais digunakan pada kebutuhan wisatawan

manca negara berupa sovenir atau cendramata, sedangkan untuk masyarakat

Timor Leste digunakan untuk kebutuhan adat-istiadat atau tradisi yang sudah ada

sejak dulu. Kebutuhan yang semakin luas maka perlu dimanfaatkan untuk

memberikan keuntungan secara ekonomi bagi negara maupun pada para penenun.

Dengan perubahan seperti ini akan memberikan peluang kepada para penenun
untuk mengembangkan kreatif dalam menenun kain tais berkualitas agar dapat

dijadikan produk pariwisata budaya.

Dengan pengembangan kain tais ada beberapa strategi yang telah

direncanakan oleh beberapa pihak non government organization (NGO) yang

menjalin kerja sama antara Sekretaria De Estado Da Arte E Cultura, Salah satunya

memberikan pelatihan kepada kaum perempuan dalam menenun kain tais kualitas

yang baik, memberikan sosialisi para masyarakat agar tetap menggunkan bahan

kapas tradisional dalam menenun, membudidayakan kapas, perencanaan untuk

menggunkan tinta, memberikan motivasi pada pengrajin agar tetap menjaga dan

tetap mengembangkan budaya kain tais agar berkelanjutan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengadakan

suatu penelitian dengan memperoleh gambaran tentang strategi pengembangan

kain tenun tradisional tais hasil modifikasi sebagai daya tarik wisata di Dili.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini pengelola industri/market tais Dili dapat

menindak lanjuti kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki kain

tais Dili, sehingga dapat meningkatkan wisatawan dan konsumen ke

Industri/market tais.

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

adalah sebagai berikut;

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang menjadikan keunikan dalam pengembangan kain tenun

tradisional tais hasil modifikasi sebagai daya tarik wisata di Dili?


2) Bagaimana persepsi wisatawan dan masyarakat terhadap pengembangan

kain tenun tradisional tais hasil modifikasi sebagai daya tarik wisata di

Dili?

3) Bagaimana strategi dalam pengembangan kain tenun tradisional tais hasil

modifikasi sebagai daya tarik wisata Dili?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penulisan penelitian ini adapun tujuan umum dan tujuan khusus

yaitu sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan umum untuk mengetahui informasi dan program

kepariwisataan dalam mengembangkan kain tenun tradisional tais hasil

modifikasi sebagai daya tarik wisata di Dili.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi keunikan dalam

pengembangan kain tenun tradisional tais hasil modifikasi sebagai

daya tarik wisata di Dili, Timor Leste

2) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi presepsi wisatawan dan

masyarakat dalam pengembangan kain tenun tradisional tais sebagai

daya tarik wisata di Dili.

3) Untuk mengetahui dan menganalisis strategi dalam pengembangan

kain tenun tradisional tais hasil modifikasi sebagai daya tarik wisata di

Dili.
1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat dipetik dari hasil penelitian :

1.4.1 Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan dalam pengembangan pariwisata budaya sarta sebagai

bahan kajian penelitian pariwisata selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan

pengembangan kain tenun tradisional tais hasil modifikasi sebagai daya tarik

wisata yang khususnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat akan digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengembangkan pariwisata yang ada di Dili dan

khususnya kepada kementrian pariwisata.

2. Penelitian ini memberikan temuan fakta dari hasil penelitian untuk

dapat dijadikan sebagai salah satu tujuan dalam pengembangan kain

tenun tradisional tais hasil modifikasi yang dapat memberikan manfaat

ekonomi bagi masyarakat serta dapat melestarikan warisan budaya

setempat.

Anda mungkin juga menyukai