Anda di halaman 1dari 37

Preklinik Keperawatan Maternitas I

LAPORAN PENDAHULUAN INDIVIDU


PREKLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS
“BAYI BARU LAHIR”

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Riau Roslita, M.Kep., Sp.Kep.An

DISUSUN OLEH :

Nama : T. Aulya Azzahara


Nim : 19031039
Kelas : 2019 A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH PEKANBARU
2020
PRAKTIK LAPANGAN MATA KULIAH KEPERAWATAN MATERNITAS I
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
TA. 2020/2021
FORMAT LOGBOOK E-LEARNING

Nama
No
Mahasisw Hari/tanggal Waktu Kegiatan Dokumentasi Kegiatan
.
a
1. T. Aulya Senin, 07 15:30 – Presensi
Azzahara Desember 17:00 Preconference
2020 Evaluasi oleh
pembimbing dan
penyampaian
rencana
pertemuan ke-II

2. T. Aulya Selasa, 08 12:30 - Presensi


Azzahara Desember 13:45 Preconference
2020 (responsi LP dan
revisi)
Evaluasi oleh
pembimbing dan
penyampaian
rencana
pertemuan ke-III
3. T. Aulya Rabu, 09 17:18 - Presensi
Azzahara Desember 20:07 Diskusi untuk
2020 melengkapi data
yang dibutuhkan
dalam pengkajian
Tutorial
Evaluasi oleh
pembimbing dan
menyampaikan
rencana
pertemuan ke-IV

4. T. Aulya Kamis, 10 10.00- Presensi


Azzahara Desember 11.45 Pemaparan
2020 laporan kasus
kelolaan
Penetapan EBNP
yang akan
digunakan
Konsultasi
makalah mini
seminar
Evaluasi oleh
pembimbing dan
penyampaian
rencana
pertemuan hari
ke-v

5. T. Aulya Jumat, 11 09.45- Presensi


Azzahara Desember 12.30 Pemaparan
2020 laporan kasus
kelolaan
Konsultasi
makalah mini
seminar
Evaluasi oleh
pembimbing dan
penyampaian
rencana
pertemuan hari
ke-v

6. T. Aulya Sabtu, 12 14.00- Presensi


Azzahara Desember 16.15 Mini seminar
2020 Evaluasi oleh
pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK LAPANGAN KEPERAWATAN MATERNITAS I
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKes HANG TUAH PEKANBARU

Nama Mahasiswa : T. Aulya Azzahara


NIM : 19031039
Ruang Praktik :-
Judul : Bayi Baru Lahir
KONSEP DASAR
1. Definisi
2. Etiologi/Faktor Resiko
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
8. Klasifikasi

A. Definisi Bayi Baru Lahir


Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph, 2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir bulan pertama (Koizer,
2011). Neonatus adalah bulan pertama kelahiran. Neonatus normal memiliki berat 2.700 sampai
4.000 gram, panjang 48-53 cm, lingkar kepala 33-35cm (Potter & Perry, 2010). Dari ketiga
pengertian di atas dapat disimpulkan neonatus adalah bayi yang lahir 28 hari pertama.
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang berusia 0-28 hari (Kementerian Kesehatan RI,
2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu
dan berat badannya 2.500-4000 gram (Dewi, 2010). Menurut Yeyeh (2012) bayi baru lahir
adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat,
pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan menurut Rahadjo (2014) bayi
baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir menangis, dan
tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

B. Etiologi Bayi Baru Lahir

1. His(Kontraksi otot rahim)

2. Kontraksi otot dinding perut

3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

C. Manifestasi Klinis
Asfiksia
Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas secara
spontan dan teratur (Asri Dwi, 2010). Asfiksia adalah suatu keadaan bayi barulahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi,
2011). Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan setelah lahir.
Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda
klinis pada janin atau bayi berikut ini (Maryunani, 2009):
a) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
c) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain.
d) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
e) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot
jantung atau sel-sel otak.
f) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah,
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
g) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paruparu atau nafas tidak
teratur atau megap-megap.
h) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen dalam darah.
i) Pucat.
D. Pemeriksaan Penunjang
(A). Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks
untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks –
refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30
menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
[PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL]
1) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun demikian
bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang
belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan
normal berkisar antara 36,5 derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
2) Nadi Denyut
Nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena adanya
rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi yang normal
berkisar 120 – 140 kali permenit.
3) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh
aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
 Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
 Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam pertama
kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang berada
di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan
tubuh.
 Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan
dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot
dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80
kali permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
 Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur.
Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada
rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga
bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
 Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat,
kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi
yang normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis,
lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit
dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi
menangis.
 Berat badan bayi Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
1) Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang dari 4000gr
2) Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 1500 – 2500 g.
3) Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram

[PEMERIKSAAN APGAR]
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi
kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10.
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah
berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan
harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan dan warna
kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat
dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
 Pastikan pencahayaan baik
 Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
 Jumlahkan hasilnya
 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
 Ulangi pada menit kelima
 Ulangi pada menit kesepuluh
 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian :
 Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
 Nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi
[PEMERIKSAAN FISIK]
1. Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih
yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital
seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
2. Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
3. Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus mata
bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya strabismus
yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya
akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital
akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan
bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
4. Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir
dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus
bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen
yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya
pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan
pernapasan.
5. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa
adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.

6. Dada Kontur dan simetrisitas


Dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik pada laki – laki maupun
perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone wanita dari darah ibu. Periksa
kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris kemungkinan bayi mengalami
pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding
dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan.
7. Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang kemungkinan
adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan adanya polidaktili atau
sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya satu buah berkaitan
dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya paronisia pada kuku yang
dapat terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan luka dan perdarahan.
8. Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat. Perut harus
tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya
pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan terdapat hernia diafragmatika, perut
yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika perut
kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus omfaloentriskus
persisten.
9. Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer kecil yang
terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan. Labia mayora
normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol. Menstruasi palsu
kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga psedomenstruasi. Normalnya
terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya tampak pada skrotum dan kedua
testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya terletak pada ujung glands penis.
Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan
dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus berada dipermukaan ventral penis.
10. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris.
Refleks menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau komplet dapat menandakan
trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah
normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
11. Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas
seperti spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
12. Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir. Perhatikan adanya lanugo,
jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
13. Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan
imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya
refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.
[PEMERIKSAAN BALLARD SCORE]
Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD untuk menentukan usia
gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular
meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.
Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan
genitalia.
1. Penilaian Maturitas Neuromuskular
a) Postur
Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat
otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami
peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih
awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai
fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan
abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat
perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi
pasif yang progresif.
Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai
bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan
manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini
akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa
abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok.
b) Square Window (Jendela Pergelangan Tangan)
Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor
memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa meluruskan jari- jari bayi dan
menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak
tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 °, 90
°, 60 °, 45 °, 30 °, dan 0 °.
c) Arm Recoil
Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut
mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara
evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh
mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan.Amati reaksi bayi saat
lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 °,
Skor 2: fleksi parsial 110- 140 °, Skor 3: fleksi parsial 90-100 °, dan Skor 4: kembali ke fleksi
penuh.
d) Popliteal Angle
Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi
ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha
ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi
ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara
mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang,
karena hal ini dapat mengganggu interpretasi.
Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang
terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus
menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki.
Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu manuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama
usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine.
e) Scarf Sign
Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang,
pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui
dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada
siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap
menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan
bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila
kontralateral (0); kontralateral baris puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3);
dan garis aksila ipsilateral (4).
f) Heel to Ear
Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan
fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi
terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan
kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak
antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja).
Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi
tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah
pusar (3); dan lipatan femoralis (4).
2. Penilaian Maturasi Fisik
a) Kulit
Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan
hilangnya bertahap lapisan pelindung, yang kaseosa vernix. Oleh karena itu, mengental,
mengering dan menjadi kusut dan / atau kulit, dan mungkin mengembangkan ruam sebagai
pematangan janin berlangsung. Fenomena ini dapat terjadi di berbagai langkah pada janin
individu tergantung di bagian atas kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum
pengembangan epidermis dengan perusahaan stratum korneum, kulit transparan dan mematuhi
agak ke jari pemeriksa. Kemudian menghaluskan, mengental dan menghasilkan pelumas, dengan
vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. Pada jangka panjang dan pasca-panjang,
janin dapat mengalihkan mekonium ke dalam cairan ketuban. Hal ini dapat menambahkan efek
untuk mempercepat proses pengeringan, menyebabkan mengelupas, retak, dehidrasi, dan
menanamkan sebuah perkamen, kemudian kasar, penampilan untuk kulit. Untuk tujuan
penilaian, alun-alun yang menggambarkan kulit bayi yang paling dekat harus dipilih.
b) Lanugo
Lanugo adalah rambut halus menutupi tubuh janin. Dalam ketidakdewasaan ekstrim, kulit
tidak memiliki apapun lanugo. Hal ini mulai muncul di sekitar minggu 24 sampai 25 dan
biasanya berlimpah, terutama di bahu dan punggung atas, pada minggu 28 kehamilan. Penipisan
terjadi pertama di atas punggung bawah, mengenakan pergi sebagai kurva tubuh janin maju ke
posisinya matang, tertekuk. Daerah kebotakan muncul dan menjadi lebih besar dari daerah
lumbo-sakral. Pada sebagian besar janin kembali tanpa lanugo, yaitu, bagian belakang adalah
sebagian besar botak. Variabilitas dalam jumlah dan lokasi lanugo pada usia kehamilan tertentu
mungkin disebabkan sebagian ciri-ciri keluarga atau nasional dan untuk pengaruh hormonal,
metabolisme, dan gizi tertentu. Sebagai contoh, bayi dari ibu diabetes khas memiliki lanugo
berlimpah di pinnae mereka dan punggung atas sampai mendekati atau melampaui penuh
panjang kehamilan. Untuk tujuan penilaian, pemeriksa memilih alun-alun yang paling dekat
menggambarkan jumlah relatif lanugo pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi.
c) Garis Telapak Kaki
Bagian ini berhubungan dengan kaki besar lipatan di telapak kaki. Penampilan pertama dari
lipatan muncul di telapak anterior di bola kaki. ini mungkin berhubungan dengan fleksi kaki di
rahim, tetapi dikontribusikan oleh dehidrasi kulit. Bayi non-kulit putih asal telah dilaporkan
memiliki lipatan kaki sedikit pada saat lahir. Tidak ada penjelasan yang dikenal untuk ini. Di sisi
lain, percepatan dilaporkan jatuh tempo neuromuskuler pada bayi hitam biasanya
mengkompensasi ini, mengakibatkan pembatalan efek lipatan kaki tertunda. Oleh karena itu,
biasanya tidak ada over-atau di bawah-perkiraan usia kehamilan karena ras ketika total skor
dilakukan. Bayi sangat prematur dan sangat tidak dewasa tidak memiliki lipatan kaki terdeteksi.
Untuk lebih membantu menentukan usia kehamilan ini bayi, mengukur panjang kaki atau tumit-
jari jarak sangat membantu. Hal ini dilakukan dengan menempatkan kaki bayi pada pita
pengukur metrik dan mencatat jarak dari belakang tumit ke ujung jari kaki yang besar. Untuk
tumit-jari jarak kurang dari 40 mm, mencetak dua dikurangi (-2) diberikan; bagi mereka antara
40 dan 50 mm, skor minus satu (-1).
d) Payudara
Tunas payudara terdiri dari jaringan payudara yang dirangsang untuk tumbuh dengan
estrogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung pada status gizi janin. pemeriksa catatan ukuran
areola dan kehadiran atau tidak adanya stippling (diciptakan oleh papila berkembang dari
Montgomery). Pemeriksa kemudian palpates jaringan payudara di bawah kulit dengan
memegangnya dengan ibu jari dan telunjuk, memperkirakan diameter dalam milimeter, dan
memilih alun-alun yang sesuai pada lembar skor. Di bawah-dan over-gizi janin dapat
mempengaruhi variasi ukuran payudara pada usia kehamilan tertentu. Efek estrogen ibu dapat
menghasilkan ginekomastia neonatus pada kedua hari keempat kehidupan ekstrauterin.
e) Mata / Telinga
Pinna dari telinga janin perubahan itu konfigurasi dan peningkatan konten tulang rawan
sebagai kemajuan pematangan. Penilaian meliputi palpasi untuk ketebalan tulang rawan,
kemudian melipat pinna maju ke arah wajah dan melepaskannya. Pemeriksa mencatat kecepatan
yang pinna dilipat terkunci kembali menjauh dari wajah ketika dirilis, kemudian memilih alun-
alun yang paling dekat menggambarkan tingkat perkembangan cartilagenous.
Pada bayi yang sangat prematur, pinnae mungkin tetap terlipat ketika dirilis. Pada bayi
tersebut, pemeriksa mencatat keadaan pembangunan kelopak mata sebagai indikator tambahan
pematangan janin. Pemeriksa tempat ibu jari dan telunjuk pada kelopak atas dan bawah, dengan
lembut memindahkan mereka terpisah untuk memisahkan mereka. Bayi yang sangat belum
dewasa akan memiliki kelopak mata menyatu erat, yaitu, pemeriksa tidak akan dapat
memisahkan fisura palpebra baik dengan traksi lembut. Bayi sedikit lebih dewasa akan memiliki
satu atau kedua kelopak mata menyatu tetapi satu atau keduanya akan sebagian dipisahkan oleh
traksi cahaya ujung jari pemeriksa. temuan ini akan memungkinkan pemeriksa untuk memilih
pada lembar skor dua dikurangi (-2) untuk sedikit menyatu, atau minus satu (-1) untuk longgar
atau kelopak mata sebagian menyatu. Pemeriksa tidak perlu heran menemukan variasi yang luas
dalam status kelopak mata fusi pada bayi individu pada usia kehamilan tertentu, karena nilai
kelopak mata un-fusi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan stres intrauterin
dan humoral tertentu.
f) Genitalia Pria
Testis janin mulai turun mereka dari rongga peritoneum ke dalam kantong skrotum pada
sekitar minggu 30 kehamilan. Testis kiri kanan mendahului dan biasanya memasuki skrotum
pada minggu ke-32. Kedua testis biasanya teraba di atas untuk menurunkan kanal inguinalis pada
akhir minggu ke-33 untuk ke-34 kehamilan. Bersamaan, kulit skrotum mengental dan
mengembangkan rugae lebih dalam dan lebih banyak. Testis ditemukan di dalam zona rugated
dianggap turun. Dalam prematuritas ekstrim skrotum ini datar, halus dan muncul dibedakan
seksual. Pada jangka panjang untuk pasca-panjang, skrotum dapat menjadi terjumbai dan benar-
benar dapat menyentuh kasur ketika bayi terletak terlentang. Catatan: Dalam kriptorkismus
benar, skrotum pada sisi yang terkena tampak tidak berpenghuni, hipoplasia dan dengan rugae
terbelakang dibandingkan dengan sisi yang normal, atau, untuk kehamilan tertentu, ketika
bilateral. Dalam kasus seperti itu, sisi normal harus mencetak gol, atau jika bilateral, skor yang
serupa dengan yang diperoleh untuk kriteria kematangan lain harus diberikan.
g) Genitalia Wanita
Untuk memeriksa bayi perempuan, pinggul harus hanya sebagian diculik, yaitu, sekitar 45 °
dari horizontal dengan bayi berbaring telentang. Penculikan berlebihan dapat menyebabkan
klitoris dan labia minora untuk tampil lebih menonjol, sedangkan adduksi dapat menyebabkan
labia majora untuk menutupi atas mereka. Dalam prematuritas ekstrim, labia dan klitoris yang
datar sangat menonjol dan mungkin menyerupai lingga laki-laki. Sebagai pematangan
berlangsung, klitoris menjadi kurang menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol.
Menjelang panjang, baik klitoris dan labia minora surut dan akhirnya diselimuti oleh labia
majora memperbesar. Labia mayora mengandung lemak dan ukuran mereka dipengaruhi oleh
nutrisi intrauterin. Lebih- gizi dapat menyebabkan labia majora besar di awal kehamilan,
sedangkan di bawah-gizi, seperti pada retardasi pertumbuhan intrauterin atau pasca-jatuh tempo,
dapat mengakibatkan labia majora kecil dengan klitoris relatif menonjol dan labia minora larut
kehamilan.
3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan
Jumlah skor pemeriksaan maturitas neuromuskuler dan maturitas fisik digabungkan,
kemudian dengan menggunakan tabel nilai kematangan dicari masa gestasinya.

(B.) Tes Darah


 Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3 , neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3 , hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
 Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
 Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal/perinatal).
 Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari dan
12mg/dl pada 3-5 hari.
E. Penatalaksanaan Medis dan keperawatan
[Penatalaksanaan Medis]
a. Tes Diagnostik (Hutahaean, 2009)
1) Hemoglobin (14-22 g/dl)
2) Hematocrit (43-61%)
3) Eritrosit (4,2-6 juta/mm3)
4) Leukosit (5.000-30.000/mm3, Jika ada infeksi <5.000/mm3)
5) Trombosit (150.000-350.000/mm3)
6) Volume darah (85cc/kgBB)
7) Pemeriksaan golongan darah resus
8) Bilirubin total (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada hari ke 1 sampai ke 2,
12 mg/dl pada hari ke 3 - ke 5)
b. Terapi
1) Pemberiaan vitamin K
Pemberiaan vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan darah yang
normal pada bayi yang baru lahir. Vitamin K diberikan juga sebagai tindakan pencegahaan
terhadap perdarahan (Patricia, 2005). Vitamin K yang diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione)
untuk meningkatkan pembentukan promthrombin. Pemberiannya bisa secara parenatal, 0,5-1 mg
IM di paha kiri dengan satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberia vitamin K1 bisa
juga secara oral dengan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500 gram segera
setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari keempat. Bila berat badan
lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang diberikan adalah 1 mg dengan cara pemberian yang
sama yaitu pertama dan keempat setelah lahir (Ummukautsar, 2010).
2) Pemberian obat tetes mata
Pada jam pertama persalinan perlu diberikan obat tetes mata untuk mencegah penyakit
mata, yaitu diteteskan eritomisin 0,5% atau ertetrasikin 1%. Yang sering dipakai adalah larutan
pera nitrat/Neosporin. Pemberiannya diteteskan pada bagian dalam dari konjungtiva kelopak
baawah mata. Dosis umumnya masingmasing mata satu tetes. Sedangkan salep mata biasanya
diberikan 5 jam setelah bayi lahir. (Ummukautsar, 2010)`
3) Pemberiaan imunisasi Hepatitis B
Berikan imunisasi Hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan (segera
setelah lahir). Usia 1 bulan, usia 6 bulan; atau pemberian regimen kombinasi sebanyak 4 kali,
pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3 bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi
Hepatitis B. (JNPK-KR, 2007).
[Penatalaksanaan Keperawatan]
1) Pencegahan Infeksi (PI)
2) Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi Untuk menilai apakah bayi mengalami
asfiksia atau tidak dilakukan penilaian sepintas setelah seluruh tubuh bayi lahir dengan tiga
pertanyaan :
a) Apakah kehamilan cukup bulan?
b) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Jika ada jawaban “tidak” kemungkinan bayi mengalami asfiksia sehingga harus segera
dilakukan resusitasi. Penghisapan lendir pada jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin
(Kementerian Kesehatan RI, 2013)
3). Pemotongan dan perawatan tali pusat
 Pemotongan Tali Pusat
Setelah penilaian sepintas dan tidak ada tanda asfiksia pada bayi, dilakukan manajemen
bayi baru lahir normal dengan mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, kemudian bayi diletakkan di atas
dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan pemotongan tali pusat dengan
satu tangan melindungi perut bayi.
 Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah dengan tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan
cairan/bahan apa pun pada tali pusat (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Perawatan rutin untuk
tali pusat adalah selalu cuci tangan sebelum memegangnya, menjaga tali pusat tetap kering dan
terpapar udara, membersihkan dengan air, menghindari dengan alkohol karena menghambat
pelepasan tali pusat, dan melipat popok di bawah umbilikus (Lissauer, 2013). Tujuan dari
perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari
perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan. Banyak zat yang
berbeda dan kebiasaan-kebiasaan yang digunakan untuk merawatan tali pusat.
Macam-macam langkah perawatan tali pusat
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan perawatan tali pusat bayi antara lain :
A. Perawatan Tali Pusat Kering
Perawatan tali pusat kering adalah merawat tali pusat dengan dibersihkan dan dirawat serta
dibalut dengan kassa steril , tali pusat dijaga agar bersih dan kering agar tidak terjadi infeksi
sampai tali pusat kering dan lepas (Depkes RI, 1996). Apabila tali pusat berbau bisa dibersihkan
dengan gentian violet. Berikut cara melakukan perawatan tali pusat :
a. Siapkan alat-alat
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
c. Tali pusat dibersihkan dengan kain kasa.
d. Setelah bersih, tali pusat dibungkus dengan kain kasa steril kering.
e. Setelah tali pusat terlepas / puput, tali pusat tetap diberi kasa steril.
B. Perawatan Tali Pusat Basah
Cara perawatan tali pusat basah adalah:
a. Siapkan alat-alat
b. Selalu cuci tangan Anda sampai bersih sebelum mulai melakukan perawatan tali pusat.
c. Kemudian, bersihkan tali pusat dengan alkohol.
d. Tutupi dengan kasa steril yang diberi alkohol dan menggantinya setiap kali usai mandi,
berkeringat, terkena kotor, dan basah.
e. Segera larikan ke dokter jika mencium bau tidak sedap dari tali pusat bayi yang belum
lepas.
Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan perawatan tali pusat bayi secara umum
antara lain :
a. Ambil kasa pembungkus tali pusat yang telah dibasahi dengan aquadest/NaCL/air matang
b. Membersihkan tali pusat dengan kapas alkohol mulai dari ujung sampai pangkal
c. Olesi tali pusat dengan bethadin 10%
d. Membungkus tali pusat dengan kasa steril dan difiksasi dengan menggunakan plester anti
alergi (Jitowijoyo & Kristiyanasari, 2010, p.68).
Anjuran perawatan tali pusat menurut Depkes RI tahun 2001 yaitu bersihkan dan keringkan
tali pusat hingga pangkalnya setiap kali basah atau kotor menggunakan obat antiseptik seperti
povidon iodine, bila tidak tersedia antiseptik dapat dibersihkan dengan sabun dan air hangat. Tali
pusat tidak boleh dibubuhi ramuan-ramuan tradisional karena bisa menyebabkan infeksi atau
tetanus neonatorum karena juga salah satu penyebab tersering kematian bayi baru lahir (Depkes
RI, 2001, p.20).
4) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan bayi tengkurap di dada ibu, kulit
bayi kontak dengan kulit ibu untuk melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi
mencari, menemukan puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan
IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke- 45-60
dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Jika bayi belum menemukan puting ibu dalam waktu 1 jam, posisikan bayi
lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit
berikutnya.
Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, lanjutkan asuhan perawatan
neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K, salep mata, serta pemberian gelang
pengenal) kemudian dikembalikan lagi kepada ibu untuk belajar menyusu (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).
5) Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6 jam, kontak kulit bayi dan ibu
serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
6) Pemberian salep mata/tetes mata
Pemberian salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata. Beri bayi salep
atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1%, oxytetrasiklin 1% atau 11 antibiotika lain).
Pemberian salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya pencegahan infeksi
mata tidak efektif jika diberikan lebih dari 1 jam setelah kelahiran (Kementerian Kesehatan RI,
2013).
7) Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis tunggal di paha kiri
Semua bayi baru lahir harus diberi penyuntikan vitamin K1 (Phytomenadione) 1 mg
intramuskuler di paha kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin yang
dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
Pemberian vitamin K sebagai profilaksis melawan hemorragic disease of the newborn
dapat diberikan dalam suntikan yang memberikan pencegahan lebih terpercaya, atau secara oral
yang membutuhkan beberapa dosis untuk mengatasi absorbsi yang bervariasi dan proteksi yang
kurang pasti pada bayi (Lissauer, 2013). Vitamin K dapat diberikan dalam waktu 6 jam setelah
lahir (Lowry, 2014).
8) Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha kanan
Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah penyuntikan vitamin K1
yang bertujuan untuk mencegah penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang 12 dapat
menimbulkan kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
9) Pemeriksaan Bayi Baru Lahir (BBL)
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin kelainan pada bayi. Bayi
yang lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan tetap berada di fasilitas tersebut selama 24 jam karena
risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama kehidupan. saat kunjungan tindak
lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1 kali pada umur 8-28
hari (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
10) Pemberian ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berusia 0-6 bulan dan jika memungkinkan dilanjutkan dengan pemberian ASI dan makanan
pendamping sampai usia 2 tahun.
Pemberian ASI ekslusif mempunyai dasar hukum yang diatur dalam SK Menkes Nomor
450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi
mempunyai hak untuk dipenuhi kebutuhan dasarnya seperti Inisiasi Menyusu Dini (IMD), ASI
Ekslusif, dan imunisasi serta pengamanan dan perlindungan bayi baru lahir dari upaya
penculikan dan perdagangan bayi.

F. Patofisiologi Bayi Baru Lahir


Asfiksia
Gangguan suplai darah teroksigenasi melalui Vena umbilikal dapat terjadi pada saat
Antepartum intra partum dan pasca partum saat tali pusat dipotong hal ini diikuti oleh
serangkaian kejadian yang dapat diperkirakan ketika asfiksia Bertambah berat.
a) Awalnya hanya ada sedikit nafas
b) Setelah waktu singkat lama asfiksia Tidak dikaji dalam situasi klinis karena dilakukan
tindakan resusitasi yang sesuai untuk usaha bernafas otomatis dimulai
c) Frekuensi jantung menurun selama apnea primer dan akhirnya turun di bawah 100 kali
per menit
d) Selama apnea primer tekanan darah meningkat bersama dengan pelepasan ketok alami
dan zat kimia stres lainnya terjadi penurunan pH yang hampir linear sejak awitan afiksia.
G. Klasifikasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut Marmi (2015) ,
yaitu :
1. Neonatus menurut masa gestasinya :
a. Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)
b. Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)
c. Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir :
a. Berat lahir rendah : < 2500 gram
b. Berat lahir cukup : 2500-4000 gram
c. Berat lahir lebih : > 4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan ukuran berat lahir
yang sesuai untuk masa kehamilan) :
a. Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)
b. Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)
H. Komplikasi Bayi Baru Lahir
1. Sebore
2. Ruam
3. Moniliasis
4. Ikterus fisiologi
5. gangguan sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip)
6. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur, menghilangnya tekanan
darah sistolik
7. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
8. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer.
WAY OF CAUTION (WOC)
BAYI BARU LAHIR
ASUHAN KEPERAWATAN
BAYI BARU LAHIR
1. Pengkajian
1) Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semi koma saat tidur,
meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata
20 jam.
2) Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai status kesehatan bayi
dalam kaitannya dengan pernapasan dan peredaran darah dapat digunakan metode APGAR
Score. Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara
120-140 kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna ekstremitas, wajah dan
seluruh tubuh bayi adalah kemerahan. Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan
diastolik rata-rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama kelahiran.
Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama
setelah lahir. Menangis dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.
3) Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-37 0C. Pengukuran suhu tubuh
dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
4) Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat dengan sedikit
pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi
dengan zat lemak berwara putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
5) Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau tidak
sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga lubang anus
(rektal) dan jenis kelamin.
6) Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan tali pusat harus
kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan disekitarnya.
7) Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
a. Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang mengagetkan akan
terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
b. Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan memberi
reaksi seperti menggenggam. Plantar graps, bila telapak kaki dirangsang akan
memberi reaksi.
c. Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang datang atau
diangkat akan bergerak seperti berjalan.
d. Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh kepalanya ke sisi
yang disentuh itu mencari puting susu.
e. Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam mulut bayi akan
membuat gerakan menghisap.
8) Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis. Namun harus
waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat badan lahir. Berat badan lahir normal
adalah 2500 sampai 4000 gram.
9) Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam kehijauan
dan lengket. Mekonium akan mulai keluar dalam 24 jam pertama.
10) Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas dan panjang
badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala frontooccipitalis 34cm,
suboksipito-bregmantika 32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm.
Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
11) Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina/himen dapat
terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia
pria ; Testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul yakni :
1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat.
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan
luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat), tali pusat masih basah.
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL),
keterbatasan masukan cairan.
5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
3. Intervensi keperawatan
1) Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan nutrisi tidak
terjadi.
Kriteria hasil :
 Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
 Intake dan output makanan seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan :
1. Pantau intake dan out put cairan
2. Kaji payudara ibu tentang kondisi putting
3. Lakukan breast care pada ibu secara teratur
4. Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5-15 ml air steril kemudian dextrosa
dan PASI
5. Intruksikan ibu cara dan posisi menyusui yang tepat secara mandiri
6. Instruksikan pada ibu agar mengkonsumsi susu ibu menyusui
7. Pantau warna, konsentrasi, dan frekuensi berkemih
Rasional :
1. Pada janin cukup bulan mengandung (80-100 ml). Masukan cairan adekuat untuk
metabolisme tubuh yang tinggi
2. Kondisi puting ibu sangat menentukan dalam proses menyusui, kondisi puting
inverted menggangu proses laktasi
3. Perawatan breast care untuk melancarkan dan merangsang produksi air susu pada ibu
menyusui
4. Pemberian makan awal membantu memenuhi kebutuhan kalori dan cairan, khususnya
pada bayi yang menggunakan 100-120 kal/kg dari BB setiap 24 jam
5. Cara dan posisi ibu dalam menyusui sangat mempengaruhi proses laktasi, sehingga
proses laktasi harus dilakukan dengan benar
6. Untuk meningkatkan produksi susu ibu sehingga proses laktasi menjadi adekuat
7. Kehilangan cairan dan kurangnya masukan oral dengan cepat menghabiskan cairan
ekstraseluler dan mengakibatkan penurunan haluaran urin
2) Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan
luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam perubahan suhu tubuh
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Suhu tubuh normal 36-370 C.
 Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang ditetapkan dengan
mempertimbangkan berat badan neonatus, usia gestasi
2. Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya setiap 30- 60 mnt
3. Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi > 60/mnt)
4. Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C \
5. Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak kedinginan
6. Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan berkemih,
membrane mukosa kering )
7. Lakukan pemberian makn oral dini
Rasional :
1. Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi cukup bulan meningkatkan
suhu tubuhnya dengan menangis atau meningkatkan aktivitas motorik karena banyak
mengkonsumsi oksigen
2. Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah lahir kecepatan
konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila suhu kulit dipertahankan diatas
36,50 C
3. Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen yang
dihubungkan dengan stres dingin
4. Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5. Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi dan konveksi dan
membantu menghemat energi
6. Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui augmentasi
pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan kehilangan air kast mata
7. Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan kebutuhan cairan
meningkat kira-kira 10%. Kegagalan menggantikan kehilangan cairan selanjutnya
memperberat status dehidrasi
3) Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali
pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi pada tali pusat
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bebas dari tanda-tanda infeksi.
 TTV normal : S : 36-370C, N :70-100x/menit, RR : 40-60x/menit
 Tali pusat mongering
Rencana tindakan :
1. Observasi tanda-tanda infeksi
2. Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3. Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari.
4. Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
Rasional :
1. Mengetahui adanya indikasi infeksi
2. Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3. Potensial entri organisme kedalam tubuh
4. Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL),
keterbatasan masukan cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam kekurangan volume cairan
tidak terjadi.
Kriteria hasil :
 Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output kurang
dari 1-3ml/kg/jam.
 Membran mukosa normal.
 Ubun-ubun tidak cekung.
 Temperature dalam batas normal.
Rencana tindakan :
1. Pertahankan intake sesuai jadwal
2. Monitor intake dan output
3. Berikan infuse sesuai program
4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata
5. Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1. Memantau keefektifan aturan terapeutik
2. Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan kebutuhan cairan
3. Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan bayi.
4. Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5. Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya pengeluaran cairan
tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi dan evaporasi.
5) Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam orang tua mengetahui
perawatan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Kriteria hasil :
 Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi
 Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi
Rencana tindakan :
1. Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang kebutuhan fisiologis bayi dan
adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterus
2. Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada. Berikan informasi tentang variasi
normal dan karakteristik seperti : pseudomentruasi, pembesaran payudara
3. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan dengan posisi
menyusui dan menggendong
4. Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari satu pemberian
makan ke berikutnya dan cara mengkaji keadekuatan hidarasi dan nutrisi
5. Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan pemberi pelayanan
kesehatan
Rasional :
1. Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang memerlukan informasi
tambahan atau demonstrasi aktivitas perawatan
2. Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat menurunan ansietas
3. Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik perawatan bayi baru
lahir
4. Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila masukan bayi bervariasi dari
pemberian makan ke pemberian makan selanjutnya. Membantu menjamin persiapan
dan pemberian formula yang tepat
5. Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan dan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV. Trans
Info Media. Jakarta Timur.
Lumsden, Hilary. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Yang Baru Lahir. Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Pelajar. 2012.
Ballard JL, Khoury JC, Wedig K, et al: New Ballard Score, expanded to include extremely
premature infants. J Pediatrics 1991; 119:417-423.
Djitowiyono, dkk. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika;
2010.
NANDA-I. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, 2018. Jakarta; EGC.
Carpenito, LJ. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Ed.13. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai