DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Nama
No
Mahasisw Hari/tanggal Waktu Kegiatan Dokumentasi Kegiatan
.
a
1. T. Aulya Senin, 07 15:30 – Presensi
Azzahara Desember 17:00 Preconference
2020 Evaluasi oleh
pembimbing dan
penyampaian
rencana
pertemuan ke-II
C. Manifestasi Klinis
Asfiksia
Pengertian Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak bernafas secara
spontan dan teratur (Asri Dwi, 2010). Asfiksia adalah suatu keadaan bayi barulahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak
dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi,
2011). Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan setelah lahir.
Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda
klinis pada janin atau bayi berikut ini (Maryunani, 2009):
a) DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur.
b) Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
c) Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain.
d) Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
e) Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot
jantung atau sel-sel otak.
f) Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah,
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
g) Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paruparu atau nafas tidak
teratur atau megap-megap.
h) Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen dalam darah.
i) Pucat.
D. Pemeriksaan Penunjang
(A). Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan kompleks
untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan refleks –
refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak ditangani secara tepat,
cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin
meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 – 30
menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat.
[PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL]
1) Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun demikian
bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi pernapasan yang
belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi. Suhu bayi dalam keadaan
normal berkisar antara 36,5 derajat celcius - 37,5 derajat celcius pada pengukuran diaksila.
2) Nadi Denyut
Nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena adanya
rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba – tiba. Denyut nadi bayi yang normal
berkisar 120 – 140 kali permenit.
3) Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi oleh
aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.
Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam pertama
kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang berada
di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan
tubuh.
Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan
dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot
dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80
kali permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi lembut dan lentur.
Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada
rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga
bayi menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat,
kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi
yang normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis,
lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit
dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi
menangis.
Berat badan bayi Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam
sesudah lahir. Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
1) Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang dari 4000gr
2) Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan lahir
kurang dari 1500 – 2500 g.
3) Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram
[PEMERIKSAAN APGAR]
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi
kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10.
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan resusitasi.
Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang, nilai yang rendah
berhubungan dengan kondisi neurologis.
Pelaksanaannya APGAR cukup kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan
harus menilai lima parameter yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan dan warna
kulit. Dari lima variable nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat
dengan terjadinya hipoksia dan anoksia.
Prosedur penilaian APGAR :
Pastikan pencahayaan baik
Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
Jumlahkan hasilnya
Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
Ulangi pada menit kelima
Ulangi pada menit kesepuluh
Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai
Penilaian :
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi
[PEMERIKSAAN FISIK]
1. Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih
yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan
yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan
peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat dehidrasi.
Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi karena
adanya trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital
seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
2. Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah
matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas dibagian atas.
Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears) terdapat pada
bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit tambahan atau
aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
3. Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus mata
bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya strabismus
yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya
akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak congenital
akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat. Terkadang ditemukan
bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina, adanya secret pada
mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi panoftalmia dan menyebabkan
kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
4. Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir
dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus
bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan
lebarnya harus lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus
diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang
hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya sekret yang mukopurulen
yang terkadang berdarah, hal ini kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya
pernapasan cuping hidung, jika cuping hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan
pernapasan.
5. Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher berselaput
berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya. Pergerakannya harus
baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan tulang leher. Periksa
adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus brakhialis.
Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.