Anda di halaman 1dari 10

NAMA : WAHYUNI TERESIA

NIM : 8206176006
Soal ujian mid
1. Buatlah satu soal AKM literasi dan satu soal AKM numerasi untuk mapel Fisika
2. Jelaskan perbedaan PjBL dengan pembelajaran konvensional dengan membuat penugasan
proyek bagi siswa!
3. Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang pendekatan STEM

JAWABAN
1. SOAL AKM FISIKA KELAS XI MIPA

NUMERASI DAN LITERASI

Suhu menyatakan tingkat panas suatu zat. Suatu zat memiliki tingkat panas tertentu karena di
dalam benda terkandung energi panas. Energi panas yang berpindah dari zat yang bersuhu lebih
tinggi ke zat yang bersuhu lebih rendah disebut kalor. Perubahan suhu suatu zat dan perubahan
wujud zat dari satu bentuk ke bentuk lain adalah fenomena yang berkaitan dengan kalor. Dalam
satuan internasional (SI), kalor dinyatakan dalam satuan joule (J). Sementara satuan lain yang
digunakan untuk menyatakan kalor adalah kalori (kal). Hubungan keduanya dapat dinyatakan
sebagai berikut.
1 kalori = 4,2 Joule
1 Joule = 0,24 kalori
1. Kalor memiliki satuan kalori (kal) dan Kilokalori (Kkal). 1 kal sama dengan jumlah panas
yang dibutuhkan untuk memanaskan...
a. 1 gram air turun 1 derajat celcius
b. 1 gram air naik 1 derajat celcius
c. 1 gram air tetap 1 derajat celcius
d. 1 gram air tetap 2 derajat celcius
e. 1 gram air turun 2 derajat celcius
Jawaban : b. 1 gram air naik 1 derajat celcius

2. Kalor tidak dapat dikatakan sebagai suhu karena...


a. Suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas, sedangkan kalor merupakan suatu
kuantitas panas
b. Suhu tidak dapat diukur dalam satuan derajat panas, sedangkan kalor dapat
c. Kalor adalah ukuran dalam satuan derajat panas, sedangkan suhu merupakan suatu
kuantitas panas
d. Kalor tidak dapat diukur dalam satuan derajat panas, sedangkan suhu dapat
e. Kalor dan suhu tidak dapat diukur dalam satuan derajat panas

Jawaban : a. Suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas, sedangkan kalor
merupakan suatu kuantitas panas

Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu akan naik dan sebaliknya apabila zat itu
melepas kalor, maka suhunya akan turun. Jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan zat
sebanding dengan massa zat, kalor jenis zat, dan perubahan suhu zat tersebut. Secara alamiah
kalor selalu mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah.
Perpindahan kalor sering diikuti oleh kenaikan suhu benda. Apabila terjadi kenaikan suhu,
jumlah kalor yang diterima oleh benda selalu sebanding dengan kenaikan suhu benda.

3. Jika suatu zat menyerap kalor, maka yang terjadi adalah maka suhu zat tersebut akan
naik dan jumlah kalor yang diterima oleh benda selalu sebanding dengan kenaikan suhu
benda?
a. Ya
b. Tidak
Jawaban : Ya

4. Sebuah bianglala raksas ada di tepi sungai. Lihat gambar dan diagram berikut!

Bianglala itu mempunyai diameter luar 140 meter dan titik tertingginya adalah
150 meter dari dasar sungai. Bianglala itu berputar sesuai dengan arah panah
yang ditunjukkan pada gambar.

Pertanyaan:
Bianglala berputar dengan kecepatan konstan. Satu putaran penuh bianglala
tersebut membutuhkan waktu 40 menit.
John mulai menaiki bianglala dari titik naik yaitu P. Di manakah John akan
berada 30 menit kemudian?
A. Pada titik R
B. Di antara R dan S
C. Pada titik S
D. Di antara titik S dan P

Jawaban : Untuk Gerak Melingkar beraturan dalam mengukur ketinggian


berhubungan gravitasi, dan sudut yang berputar. Jadi untuk waktu 30 menit John
akan berada pada titik S. (C)

2. Perbedaan PjBL dengan pembelajaran konvensional dengan membuat penugasan proyek


bagi siswa
Model Project Based Learning

PjBL diartikan sebagai suatu pembelajaran yang menggunakan kegiatan penelitian

sebagai alat dalam pembelajaran sehingga siswa diharapkan senantiasa melakukan

penelitan, penilaian, memberikan pendapat, dan menganalisis untuk mmberikan bentuk

hasil belajar. Wahyu (2016) menerangkan bahwa model pembelajaran ini memberikan

peluang agar dapat mengatur pembelajaran di kelas sehingga dapat siswa dapat dilibatkan

dalam kegiatan penelitian. Melalui kegiatan penelitian ini, kreatifitas dan motivasi siswa

dapat ditingkatkan. Pembelajaran yang berbasis proyek ini juga dirancang untuk dapat

digunakan pada persoalan rumit sehingga siswa harus melakukan analisis untuk dapat

memahaminya (Kebudayaan, 2013).

Model Pembelajaran Konvensional

Helmiati (2012) menyatakan bahwa proses pembelajaran konvensional biasanya

berlangsung secara satu arah dimana hanya guru yang memegang penuh pembelajaran

didalam kelas tanpa ada umpan balik dari siswa. Pada model pembelajaran konvensional
terjadi pertukaran pengetahuan dan informasi dari guru kepada siswa yang diibaratkan

siswa adalah selembar kertas putih dimana guru lah yang menulis apapun di atas kertas

putih tersebut. Sistem pembelajaran seperti ini dikenal sebagai banking concept. Sahimin,

Nasution, & Sahputra (2017) menyatakan pada pembelajaran ini menganggap bahwa siswa

adalah orang yang belum mengetahui apa-apa dan guru lah yang memberikan pengetahuan-

pengetahuan yang dimilikinya kepada siswa, sehingga pembelajaran ini berlangsung secara

pasif.

Perbedaan Kelas Metode Konvensional dengan Kelas Project Based Learning

Project based learning merupakan pendekatan pembehjaran yang memberikan


kebebasan kepada peserta didík untuk merencanakan aktivitas belajar, mehksanakan
proyek secara kolaboratif, dan pada akhimya menghasilkan produk kerja yang dapat
dipresentasíkan kepada orang lain.

Perbedaan situasi kelas konvensional dan Project Based Learning ditunjukkan pada
gambar 1.
Gambar 1. Perbandingan Konvensional dan Project Based Learning
Pada pendekatan Project Based Learning, pengajar berperan sebagai
fasílitator bagi peserta didik untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan penuntun.
Sedangkan pada kelas ’Konvensional” pengajar dianggap sebagai

seseorang yang paling menguasai materi dan karenanya semua informasi


diberikan secara hngsung kepada peserta didik. Pada kelas Project Based
Learning, peserta didik dibiasakan bekerja secara kohboratif, penihian dilakukan
secara autentik, dan sumber behjar bisa sangat berkembang. Hal ini berbeda
dengan kelas ’Konvensional” yang terbiasa dengan situasi kehs individua penihian
lebih dominan pada aspek hasil daripada proses, dan sumber belajar cenderung
stagnan. Untuk lebih jelasnya perbedaan antara kehs project based learning dan
kelas konvensional dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perbedaan Kelas Konfensional dan Kelas Project Based Learning
No. Pembeda Konvensional Project Based Learning
1. Kurikulum Mengacu pada Jangka panjang,
kurikulum yang baku interdisciplinary, pelajar
Cakupan rriateri yang sebagai pusat perhatian
Lebar dalam menyimak isu
Menghafal materi Dunia nyata yang
tanpa berpikir fakta menarik perhatian
pelajar
Adanya investigasi dan
riset yang mendahm
2. Kelas Pengajaran dilakukan Siswa duduk secara
dengan penernpatan Flleksibel santai dan
pehjar pada tempat berkohborasi di dalam
duduk yang rapih dan Tin
kaku dalam format Petunjuk pembelajaran
baris dan kolom Fleksibel banyakperbedaan
Berupaya merangkul tingkat dan
semua orang
topik yang dipelajari
bersama-sama, oleh peserta didik
behjar di langkah mendorong pelajar

dan bobot yang sanna bekerja dalam tim yang

Berusaha secara heterogen untuk

individu untuk mencapai target


mencapai target
3. Pelajar Bergantung kepada Bertanggung jawab atas diri
pengajar dalam sendiri, menggambarkan
menyelesaikan intruksi tugasnya sendiri dan bekerja
sebagai anggota suatu tim
untuk waktu tertentu dengan
suatu target
4. Pengajar Pengajar sebagai pemberi Pengajar sebagai fasilitator
ceramah/ narasumber dan dan menyediakan sumber
tenaga ahli daya
5. Teknologi Memberikan reward bagi Menggunakan alat yang
(Projek)
yang menyelesaikan terintegrasi dalam semua
tugas dan sebaliknya aspek kelas, seperti dahm
memberikan hukuman pemecahan masalah
bagi yang tidak komunikasi, meneliti hasil
menguasai konsep dan mengumpulkan
informasi.
Sumber: Pumawan, 2007

3. Yang saya ketahui tentang pendekatan STEM adalah merupakan intregasi antara empat disiplin
ilmu yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika dalam pendekatan
interdisipliner dan diterapkan berdasarkan konteks dunia nyata dan pembelajran berbasis
masalah. Pembelajran STEM meliputi proses berfikir kritis, analisis, dan kolaborasi dimana
siswa mengintregasikan proses dan konsep dalam konteks dunia nyata dari ilmu pengetahuan,
teknologi, rekayasa, dan matematika mendorong pengembangan ketrampilan dan kompetensi
untuk kuliah, karir, dan kehidupan. Pendidikan STEM bermakna memberi penguatan praktis
pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah, sekaligus mengembangkan
pendekatan pendidikan yang mengintregasikan sains, teknologi, rekayasa, dan matematika,
dengan memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan
sehari-hari atau kehidupan profesi
Pendidikan STEM memberi pendidik peluang untuk menunjukkan kepada peserta didik
mengenai konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, rekayasa, dan matematika yang
diterapkan secara terintregasi dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis STEM peserta didik menggunakan sains,
teknologi, rekayasa, dan matematika dalam konteks nyata yang menghubungkan antara
sekolah, dunia kerja, serta dunia global, guna mengembangkan literasi STEM yang diharapkan
peserta didik mampu bersaing dalam era ekonomi baru yang berbasis pengetahuan.
Dengan menggunakan pendekatan STEM proses pembelajaran akan lebih variatif dan
inovatif sehingga dapat mempelajari berbagai konsep akademik yang disandingkan dengan
dunia nyata. Pembelajaran STEM dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan yang
lengkap, lebih terampil dalam menangani masalah kehidupan yang nyata dan mengembangkan
pemikiran kritis siswa. STEM merupakan sebuah pendekatan yang efektif dalam menerapkan
pembelajaran Tematik Integratif karena menggabungkan empat bidang pokok dalam
pendidikan yaitu ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika.
Pendekatan STEM perlu menekankan beberapa aspek dalam proses pembelajaran yaitu,
1)mengajukan pertanyaan (science) dan mendefinisikan masalah (engineering), 2)
mengembangkan dan menggunakan model, 3) merencanakan dan melakukan investigasi, 4)
menganalisis dan menafsirkan data (mathematics), 5) menggunakan matematika, teknologi
informasi dan computer, dan berpikir komputasi, 6) membangun eksplanasi (science) dan
merancang solusi (engineering), 7) terlibat dalam argumen berdasarkan bukti, 8) memperoleh,
mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran STEM akan membentuk karakter
siswa karena STEM menuntut pola pikir siswa menjadi pemecah masalah, penemu, inovator,
melek teknologi, membangun kemandirian, berpikir logis dan kritis serta mampu
menghubungkan ilmu yang diperolehnya dengan kehidupan sehari-harinya. Selain itu
pendekatan STEM dapat mendorong siswa untuk mengasah kognitif, afektif, psikomotor,
mendesain, mengembangkan, memanfaatkan teknologi dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan nyata.
Pendekatan pembelajaran STEM memiliki lima tahap dalam pelaksanaannya, seperti yang
dikemukakan oleh Syukri (dalam Muharomah 2017) yaitu “observe, new idea, innovation,
creativity dan society”. Adapun langkah-langkah dalam pendekatan pembelajaran STEM
adalah sebagai berikut :

1) Langkah pengamatan (observe)


Siswa dimotivasi untuk melakukan pengamatan terhadap berbagai fenomena yang ada
dilingkungan dan kehidupan sehari-hari yang memiliki keterkaitan dengan konsep sains dalam
pembelajaran yang sedang dibahas.
2) Langkah ide baru (new idea)
Siswa mengamati dan mencari informasi tambahan mengenai berbagai fenomena yang
berhubungan dengan sains, setelah itu siswa memikirkan ide baru dari informasi yang
didapatkan.
3) Langkah inovasi (innovation)
Siswa diminta untuk menguraikan hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar ide yang
telah dihasilkan pada langkah sebelumnya dapat diaplikasikan.
4) Langkah kreasi (creativity)
Langkah ini merupakan pelaksanaan semua saran dan pandangan hasil diskusi
mengenai ide yang ingin diaplikasikan.
5) Langkah nilai (Society)
Nilai yang dimiliki oleh siswa terhadap ide yang dihasilkan bagi kehidupan sosial atau
kehidupan dimasyarakat yang sesungguhnya.
Terdapat banyak sekali kelebihan pada pendekatan STEM, diantaranya yaitu: 1)
Menumbuhkan pemahaman tentang hubungan antara prinsip, konsep, dan keterampilan
domain di disiplin tertentu. 2) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan memicu imajinasi
kreatif mereka dan berpikir kritis. 3) Membantu siswa untuk memahami dan mengalami proses
penyelidikan ilmiah. 4) Mendorong kolaborasi pemecahan masalah dan saling ketergantungan
dalam kerja kelompok. 5) Memperluas pengetahuan siswa diantaranya pengetahuan
matematika dan ilmiah. 6) Membangun pengetahuan aktif dan ingatan melalui pembelajaran
mandiri. 7) Memupuk hubungan antara berpikir, melakukan, dan belajar. 8) Meningkatkan
minat siswa, partisipasi, dan meningkatkan kehadiran. 9) Mengembangan kemampuan siswa
untuk menerapkan pengetahuan mereka.

SCIENCE TECHNOLOGY

ENGINERING MATHEMATICS

Berdasarkan langkah-langkah yang telah dipaparkan, penerapan literasi sains siswa


melalui pendekatan STEM akan melatih siswa mengembangkan keterampilan abad 21,
menurut Beers (dalam Lestari, dkk., 2018) mengemukakan ‘dalam kegiatan pembelajarannya
terdiri dari 4C yaitu creativity, critical thinking, collaboration, dan communication sehingga
siswa dapat menemukan solusi inovatif pada masalah yang dihadapi secara nyata dan
menyampaikannya dengan baik.
Jika seluruh aspek yang ada pada pendekatan STEM dalam setiap proses
pembelajaran ada keterpaduan dengan kemampuan literasi sains maka pendekatan STEM
dalam meningkatkan kemampuan literasi sains dapat dikatakan berhasil. Namun untuk
meningkatkan literasi sains, melalui pembelajaran yang dilakukan siswa harus bisa membuat
hubungan yang bermakna antara pengalaman kehidupannya dengan pembelajaran yang
diperolehnya. Tingkat kebermaknaan yang optimal dapat diperoleh jika siswa memiliki
kemampuan literasi sains yang baik.

Anda mungkin juga menyukai