Anda di halaman 1dari 21

DERET DAN APLIKASINYA DALAM FISIKA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Matematika Fisika
Dosen Pengampuh: Prof. Dr. Nurdin Bukit, Msi

OLEH

KELOMPOK 2:

Rauli Eva Elfrida Sitorus Pane (8206176001)

Ruth Fika Ronauli Simbolon (8206176010)

Wahyuni Teresia (8206176006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul teori belajar dan pembelajaran yang dibimbing oleh ibu
Prof. Dr. Nurdin Bukit, Msi

Makalah yang ditulis penulis ini berbicara mengenai Bilangan Kompleks,


Deret Dan Aplikasinya Dalam Fisika. Penulis menuliskannya dengan mengambil
dari beberapa sumber baik dari buku maupun dari internet dan membuat gagasan
dari beberapa sumber yang ada tersebut.
Penulis juga menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini masih
banyak kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk
menyampaikan saran atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

Medan, 15 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL

DAFTAR ISI..................................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................................2
C. Rumusan Masalah.................................................................................................................2
D. Batasan Masalah...................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
BILANGAN KOMPLEKS

a. Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks didefinisikan sebagai kombinasi linier antara bilangan riil dengan
bilangan imajiner sebagai berikut: z = a + ib dengan a merupakan bagian riil dari bilangan
kompleks z dan b adalah bagian imajinernya. Untuk menuliskan masing-masing bagian
dinotasikan sebagai:
a = Re(z), b = Im(z)
dengan z = bilangan kompleks
a = Re(z) = bagian real z
b = Im(z) = bagian imajiner z
berbeda dengan system bilangan riil yang memiliki konsep urutan dimana satu bilangan dapat
lebih besar atau lebih kecil, maka system bilangan kompleks konsep tersebut tidak dikenal.
Bilangan kompleks terdiri dari dua bagian yaitu bagian real dan bagian ima jiner.
Misalnya bilangan kompleks yang dinyatakan dengan 5+3i maka angka 5
merupakan bagian real sedangkan angka 3 disebut bagian imajiner dari bilangan
kompleks tersebut. Dalam penulisan bilangan kompleks

i =√ −1 .................................... (1)
atau i2 = -1

Perlu diperhatikan bahwa bagian imajiner suatu bilangan kompleks


bukanlah imajiner. Bilangan kompleks dapat dinyatakan sebagai pasangan antara
bagian real dan bagian imajinernya. Jadi misalnya 5 + 3i dapat dituliskan sebagai
(5,3).
System bilangan kompleks merupakan perluasan dari system bilangan riil. Misalkan,
saat kita memerlukan solusi dari persamaan x 2 = - 25, tak ada bilangan riil yang memenuhi
persamaan tersebut. Oleh karena itu, kita perlu mendefinisikan bilangan kompleks. Bilangan
kompleks ditulis sebagai pasangan terurut dua bilangan riil, z = x + i y, dimana x = Re z
(bagian riil dari bilangan kompleks), y = Im z (bagian imajener dari bilangan kompleks).
Timbulnya bilangan kompleks dapat diikuti dari proses matematika yang sederhana,
yaitu dari persamaan kuadrat

a x 2 + bx + c = 0 ………………………………………………..………(2)
Dimana cara penyelesaiannya dengan menggunakan rumus abc, yang menghasilkan dua
akar sekaligus
……………………………………………………(3)
x 1,2 = −b ± √ D
2a 2a
2
D = b −4 ac ……………………………………………………(4)
Untuk nilai diskriminan D≥0, tidak ada masalah, karena akar-akar persamaannya
bersifat riil menurut persamaan (3). Untuk kasus D<0, didalam matematika dasar
dikatakan bahwa persamaan kuadrat (2) tidak memiliki akar riil. Implikasi selanjutnya
adalah bahwa akar persamaannya termasuk bilangan kompleks. Bilangan diskriminana
negative dituliskan D = - d2, maka akar kompleksnya adalah :

…………………………………………………………(5)
x 1,2 = −b ± i √ D
2a 2a
Contoh :

Tentukan solusi dari persamaan :


a. x 2−25=0
b. x 2+ 2 x +10=0

Jawab:
a. Diketahui x 2−25=0
Ini memberikan x 2 = 25 atau x = ± √25 x (−1)
Sehingga x = ± 5i

b. Diketahui x 2+ 2 x +10=0
−b ± √ b2−4 ac
Dengan menggunakann rumus x 1,2= maka
2a
−2 ± √ 4−40 −2± √ 36 x(−1)
x 1,2= = =−1 ±3 √−1=−1± 3 i
2 2
Sehingga solusi dari persamaan tersebut
x 1=−1+3 i atau x 2=−1−3i

Dalam himpunan bilangan kompleks, x 1, x 2 dikatkan sebagai conjugat (sekawan)


satu terhadap yang lain, karena perkalian antara mereka akan menghasilkan bilangan riil.

Setiap bilangan kompleks memiliki konjugat. Hasil kali antara suatu bilangan
kompleks dengan konjugatnya dinamakan modulus. Misalkan, konjugat dari z = x + iy
diberikan oleh z = x – iy, maka modulus dari z adalah:

|z| = z ź=x 2 + y 2 …………………………………..(6)


Untuk setiap bilangan kompleks z ≠ 0 maka modulus z adalah positif.

Suatu bilangan kompleks z memiliki konjugat z* yang didefinisikan dan ditulis sebagai :

z ¿ = ź=x=iy=ℜ−iθ ……………………………………..(7)
Sehingga perkaliannya dengan z menghasilkan bilangan riil

z ¿ z=¿ z∨¿2=r 2=x 2+ y 2 ¿ …………………………………..(8)


Sifat ini dimanfaatkan untuk meriilkan penyebut dalam pecahan bilangan kompleks :

1/z = z ¿ /¿ z∨¿2 ¿ ………………………………………(9)


Sifat lain bilangan konjugat ini adalah distribusi terhadap penjumlahan maupun perkalian :

( z 1+ z2 )¿ =z1¿ + z 2¿ ………………………………………(10)
¿ ¿ ¿
( z 1 . z 2) =z 1 . z 2 ……………………………………….(11)
Contoh
Tentukan modulus dari z = 2 + i!
Jawab
Konjugat dari z = 2 + i adalah ź=2−i,
Sehingga modulus dari z adalah:
|z| = z ź
|z| = 22 +11
|z| = 5

b. Aljabar Bilangan Kompleks


Dengan menggunakan aturan bahwa bilangan imajener satuan i diperlakukan sebagai
suatu variabel riil, kita dapat membangun aturan aljabar bilangan kompleks, yakni :
penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Misalkan z 1 = x 1+ i y 1 dan z 2= x 2+ i y 2 dua bilangan kompleks, maka operasi aljabar


antara kedua bilangan kompleks ini didefinisikan memberikan pula suatu bilangan
kompleks baru z = x + iy.

1. Penjumlahan/pengurangan

z 1  z 2 = ( x 1 + i y 1)  ( x 2 + i y 2) = ( x 1 x 2) + i ( y 1 y 2) ………(12)

2. Perkalian

z 1. z 2 = x 1 x 2 + i x 1 y 2 + i y 1 x 2 + i2 y 1 y 2

= ( x 1 x 2 – y 1 y 2) + i ( x 1 y 2 + x 2 y 1) ……………………….(13)

3. Pembagian

z1 (x ¿ ¿1+i y 1) ( x 2−i y 2 )
= ¿
z2 ( x ¿ ¿ 2+i y 2 ) ( x 2−i y 2 ) ¿

z1 ( x ¿ ¿ 1 x 2 + y 1 y 2)
= 2 2
+i ¿ …………………………………………………(14)
z2 ( x2 + y2 )

4. Perkalian dan pembagian dalam bentuk polar

z1 r 1 ei θ r 1 i (θ −θ )
1

= = =e 1 2
……………………………………………………………..
z2 r 2 ei θ r 2
2

(15)

c. Penyajian Bilangan Kompleks


1. Bentuk Rectangular Z

x + iy
X = Re Z, bagian riil
Y = Im Z, bagian imajener
Bilangan kompleks dapat digambarkan pada bidang Argand seperti pada gambar
disamping. Semua titik yang berda pada sumbu Re(z) mewakili garis bilangan riil.

2. Bentuk polar

Sebuah bilangan kompleks z = x + iy, bentuk polar dapat dilihat pada gambar di atas.
Dimana x = r cosq dan y = r sin q sehingga :
z = r (cosθ+ sinθ ¿i ……………………………………………… (16)
r = |z| = modulus bilangan kompleks
θ = arg(z) = argument bilangan kompleks
Range utama argumen :0 ≤ Arg ( z ) <2 π
Sehingga : arg(z) = Arg(z) + k.2π
Hubungan dengan bentuk rectangular tampak dari gambar di bidang argand :

r = √ x 2+ y 2

−1 y
r = tan ……………………………………………………………..(17)
x

3. Bentuk eksponen
Dari uraian fungsi dasar Maclaurin untuk sin x, cos x dan ex di peroleh
hubungan :
eiq = cos q + i sin q ……………………..(18)
e-iq = cos q - i sin q ……………………..(19)
Kedua persamaan di atas disebut persamaan Euler. Selanjutnya bilangan
kompleks jika dinyatakan dalam bentuk eksponen sebagai :

z = r (cos q + i sin q ) = r eiq

z = r(cos θ−isinθ ¿=ℜ−i θ ………………………………………………(20)

d. Persamaan Kompleks
Suatu persamaan kompleks adalah suatu persamaan yang mengandung bilangan-
bilangan kompleks. Sebagai contoh, 2 + 2iy = x + 5i, adalah suatu persamaan kompleks
dengan x dan y sebagai variabel-variabel riil. Untuk menangani suatu persamaan kompleks
seperti ini perlu diterapkan difinisi berikut : “dua bilangan kompleks adalah sama, jika
dan hanya jika bagian riilnya sama dan juga bagian imajenernya sama. Jadi, persamaan
kompleks x + iy = p + iq, setara dengan dua persamaan riil serempak

x = p dan y = q” x + iy = p + iq dimana x = p dan y = q ................................(21)


e. Fungsi Logaritma Kompleks
Logaritma dari sebuah bilangan kompleks z :

Ln z = ln reiq = ln r + i (q + 2np ) …………………………….(22)

Dimana n = 0, ± 1, ± 2, ± 3, … ln merupakan logarotma dari suatu bilangan riil. Untuk


harga n = 0, maka harga ln z disebut harga utama karena fungsi logaritma dalam
himpunan bilangan kompleks sebenarnya adalah fingsi bernilai jamak.

f. Pangkat dan Akar Kompleks


Operasi pemangkatan juga memanfaatkan kemudahan yang dimiliki oleh bentuk
exponential :

Zn = | reiq | n = rneiq n = rn (cos nq + i sin nq )………………………………..(23)

Z 1/n = | reiq | 1/n = r1/neiq 1/n = r1/n (cos q /n + i sin q /n)………………………(24)


θ= q + 2np , dimana n = 0, ± 1, ± 2, ± 3, …………………………………….. (25)
Deret Bilangan Kompleks
Deret bilangan kompleks merupakan penjumlahan suku-suku pada barisan bilangan
kompleks.

Deret bilangan kompleks dinotasikan



∑ zn=z1+ z2 +z 3+. ..+z n+.. .
n=1

dengan suku-suku deret yaitu


z1 , z2 , z3 , … .

Misalkan,

S 1 =z1 merupakan jumlah suku pertama

S 2 =z1 + z 2 merupakan jumlah dua suku pertama

S 3 =z 1 + z 2 + z 3 merupakan jumlah tiga suku pertama

S n =z 1 + z 2 +…+ z n merupakan jumlah n suku pertama

Jika barisn ( Sn ) mempunyai limit diperoleh jumlah tak berhingga

z 1 +z 2 +z 3 +. ..+z n +.. .

Jadi dalam symbol dituliskan


lim Sn ∑ zn
n→∞ = n=1

1. Deret konvergen
Kekonvergenan suatu deret ditentukan oleh ada atau tidak adanya limit barisan
jumlah bagiannya. Kekonvergenan deret tersebut disajikan pada definisi berikut ini :

Definisi 1 :

∑ zn lim Sn =S
- Deret n=1 konvergen ke S jika dan hanya jika n→∞

∑ zn lim Sn
- Deret n=1 divergen ke S jika dan hanya jika n→∞ tidak ada.
- Contoh :

5i 5i 5i 5i 5i
- Dari barisan =
( )
2n
, , ,...
2 4 8 dibentuk deret
∑ 2n
n=1 .
Tentukanlah apakah deret tersebut konvergen atau divergen!
- Penyelesaian :

5i ∞
1 1 1 1
-
lim Sn
n→∞ = n=1 2

n
=

n=1
5 i
21
+
2(2
+
2 3
+. . .
2n
+. ..
)
- Bagian ruas kanan yang didalam kurung merupakan deret geometri
1 1
a= r=
dengan suku pertama 2 dan 2 dan jumlah tak hingganya
a
adalah 1−r =1.

5i
lim Sn ∑ 2n
- Maka diperoleh limit n→∞ = 5i . Jadi deret n=1 konvergen ke
5i

2. Uji konvergensi pada deret bilangan kompleks

a. Teorema konvergensi
TEOREMA 6.2.2

Diberikan deret bilangan kompleks ∑ z n dengan z n=x n +iy n ; x n , y n ∈ R
n =1

∞ ∞ ∞
(a) ∑ z n konvergen jika dan hanya jika ∑ x n dan ∑ y n konvergen.
n =1 n =1 n =1

(b) jika ∑ z n konvergen, maka nlim
→∞
z n=0.
n=1
∞ ∞
(c) jika ∑ z n konvergen mutlak, maka ∑ zn konvergen, artinya jika
n=1 n =1
∞ ∞

∑|z n| maka ∑ z n konvergen.


n =1 n =1

Teorema di atas hanya akan dibuktikan bagian (a) dan (b), sedangkan
bagian (c) diberikan kepada para pembaca sebagai latihan.

Bukti (a):
∞ ∞
misalkan deret ∑ z n konvergen ke a+ib, sehingga ∑ z n =a+ib. Akan
n =1 n =1
∞ ∞
ditunjukan bahwa deret ∑ xn konvergen ke a dan deret ∑ yn
n =1 n =1

konvergen ke b. Menurut definisi diperoleh,


∑ z n =lim
n→ ∞
S n=lim ¿ ¿ ¿
n→∞
n =1

Akibatnya diperoleh,
n n
lim ∑ x k =a dan lim ∑ y k =b
n → ∞ k=1 n → ∞ k=1
n n
Karena ∑ xk dan ∑ y k berturut-turut merupakan jumlah bagian
k =1 k =1
n n n n
dari ∑ x n dan ∑ y n, maka ∑ x n dan ∑ y n konvergen.
n =1 n =1 n =1 n =1

n n
misalkan ∑ xn konvergen ke a dan ∑ yn konvergen ke b . Akan
n =1 n =1
n n n
tunjukan ∑ z n konvergen ke a+ib. Karena Sn=∑ x k+∑ y k, menurut
n =1 k=1 k=1

teorema diperoleh nlim


→∞
S n=a+ib.

∞ ∞
Karena lim S n=¿ ∑ z n ¿, diperoleh ∑ z n =a+ib.
n→∞ n =1 n =1


Jadi terbukti bahwa ∑ z n konvergen.
n =1

Bukti (b):

Diberikan bilangan ε > 0 sebarang. Akan dibuktikan nlim


→∞
z n=0 ,

berarti terdapat bilangan asli n0 sehingga jika n> n0 berlaku |z n|< ε



Diketahui ∑ z n konvergen, berarti terdapat bilangan kompleks z
n =1

sehingga berlaku

∑ z n =lim
n→ ∞
S n=z
n =1

Jadi untuk setiap bilangan ε > 0terdapat bilangan asli n0 sehingga jika
ε ε
n> n0 berlaku |Sn −1−z|< dan |Sn −z|<
2 2

Menurut ketaksamaan segitiga, diperoleh

|z n|=|S n−1−Sn|=|( Sn −1−z ) +( z−Sn )|


≤|S n−1−z|+|z−S n|
ε ε
¿ + =ε
2 2

Jadi terbukti bahwa nlim


→∞
z n=0

b. Uji Rasio
Teorema 6.2.4 (Uji Ratio):

Z n +1
Diberikan deret dengan suku-suku tak negative ∑ Z n dan lim
n =1 n→∞ | |
Zn
= L.


(a) Jika L < 1, maka ∑ Z nkonvergen
n =1

(b) Jika L > 1, maka ∑ Z ndivergen
n =1

(c) Jika L = 1, maka pengujian gagal (deret dapat konvergen atau divergen)

Bukti:

(a) Diberikan bilangan ε > 0 sebarang.Karena |Z n|≥ 0 untuk setiap n,maka L>0
Diketahui L < 1. Dipilih bilangan real r sehingga L < 2 < 1.
Kemudian diambil ε =r− L<1.
Z n +1
Karena lim
n→ ∞ Zn | |
= L, terdapat bilangan asli n0 sehingga jikan> n0 berlaku

Z n+1
| | |
Zn
−L <ε

Diperoleh jika n> n0 berlaku


Z n +1
| |
Zn
< ε + L=r −L+ L=r atau ¿ Zn +1|¿ r| Z n∨¿ ………………… (*)

Diambil n=n0 , n0 +1 , n0 +2 ,… . sehingga dari (*) diperoleh

|Z n +1|¿ r|Z n |
0 0

¿ Zn +2∨¿ r 2∨Z n ∨¿
0 0

¿ Zn +3|¿ r 3| Z n ∨¿
0 0

|Z n0+k
|¿ r k| Zn |, k ∈ N …………………… (**)
0


Deret ∑ r k∨Z 0∨¿ ¿ adalah deret konvergen, karena merupakan deret
k =1

geometri dengan ratio r < 1.



Dari (**) dan menggunakan uji banding, diperoleh bahwa deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿
0
k =1

konvergen.
∞ ∞
Deret ∑ ¿ Z n +k ∨¿ ¿ berbeda dari deret ∑ ¿ Z n∨¿ ¿ dalam n0 suku pertama.
0
k =1 k =1

Jadi deret ∑ ¿ Z n∨¿ ¿ konvergen sehingga deret yang diberikan konvergen
k =1

mutlak.
Z n +1 Z
(b) Karena lim
n→∞ | | Zn n→ ∞ Zn | |
= L, dan L > 1, maka lim n +1 = ¿+∞ ¿.
Hal ini berarti untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat bilangan n0 ∈ N sehingga
jika
n> n0 berlaku
Z n +1
lim
n→∞ | |
Zn
< ε.

Z n+1
Perhatikan bahwa 1<¿ ∨¿ ε jika dan hanya jika |Z n|<|Z n+1|<ε
Zn
Diambil n=n0, n0 +1 ,n 0+2 , …. , sehingga diperoleh
|Z n |<|Z n +1|
0 0

|Z n |<|Z n +1|<|Z n +2|


0 0 0

……………………………

Jadi jika n> n0, berlaku |Z n|>|Z n |. Akibatnya nlim


0→∞
Z n ≠ 0.


Karena nlim
→∞
Z n ≠ 0, diperoleh deret ∑ Z divergen.
n
n =1

∞ ∞
1
(c) Misalkan deret ∑ Z n=∑ , diperoleh
n =1 n=1 np
Z n +1 1 np np n p
lim
n→∞ | | |
Zn
= lim
n→ ∞ (n+1)
p
. =lim
1 n →∞ ( n+ 1 ) | | | |( ) |
p
=¿ lim
n →∞ n+1
=1 ¿


1
Deret ∑ konvergen untuk p > 1 dan divergen untuk p ≤1.
n =1 np

Jadi deret ∑ Z n dapat konvergen dan dapat juga divergen, sedangkan yang
n =1

Z n +1
divergen memenuhi lim
n→∞ | |
Zn
= 1.

Contoh :

(2+ 2i )n
Tunjukkan bahwa deret ∑ konvergen dengan menggunakan uji ratio.
n =1 n!
Penyelesaian:
n +1
(2+2 i)n (2+2 i)
Misalkan Z n= , maka Z n+1=
n! (n+1)!
Diperoleh,
( 2+2i )n +1
Z
n→ ∞ Zn | |
lim n +1 = lim
n→ ∞ (2+2 i )n
n!
| |
( n+1 ) !
=lim
n → ∞ n+1
=
lim √ 8
2+2i n →∞
n+1
=0 | |
Jadi menurut uji ratio, diperoleh bahwa deret tersebut konvergen mutlak.
c. Uji Akar

Diberikan deret dengan suku-suku tak negative ∑ Zn dan
n =1

lim n
√ | z n |=L
n ←∞ .

L<1 , ∑ zn konvergen mutlak

lim
n ←∞

Contoh :
n
√ | z n |=L

{ L>1 ,
n=1

∑ zn divergen
n=1
L=1 , uji gagal


n+1
∑ 2 n .n
Tunjukkan bahwa deret n=1 konvergen dengan menggunakan uji
akar .

Penyelesaian :

Berikut akan dipaparkan menggunakan uji akar. Kesimpulan dari uji akar ini sama
dengan uji rasio.
1
1 n+1
n+1
ρ=lim n n
√ lim
n→∞ 2 . n = n→∞ 2 n ( ) n

n+1 n+1
Perhatikan bentuk n di atas, jika n→ ∞ maka n = 1. Perhatikan juga
1 1
bentuk n . Jika n→ ∞ maka n = , sehingga limit diatas memiliki bentuk :
1
1 n+1
lim ( )
n→∞ 2 n
n 1 0
= 2
x1
1
= 2

n+1
∑ 2 n .n
Karena nilai limitnya < 1, maka deret n=1 konvergen.

d. Uji Integral

∑ zn
Andaikan n=1 adalah deret suku-suku tak negative dan andaikan bahwa fungsi
y=f ( x ) didapat dari pengganti n pada suku umum deret dengan peubah
∞ ∞

∑ zn ∫ f ( x ) dx
kontinu x, maka deret n=1 akan konvergen jika hanya jika 1 juga
konvergen.
Dari kalkulus :
∞ b
∫ f ( x ) dx lim ∫ f ( x ) dx
b→∞ a
a =
Apa bila limit pada ruas kanan bernilai terhingga, maka integral tak wajar tersebut
konvergen dan memiliki nilai yang sama dengan limit tadi. Jika tidak maka
integral tersebut divergen.
Contoh :

1
∑ n2
Tunjukanlah bahwa deret n=1 merupakan deret konvergen dengan
melakukan uji integral.

Penyelesaian :

Coba lakukan pengujian dengan uji rasio, maka akan diperoleh hasil perhitungan
L=1 , dengan demikian kita tidak dapat menentukan apakah deret tersebut
konvergen atau divergen dengan uji rasio. Inilah saatnya menggunakan uji
integral. Lihat penjelasan teori diatas mengenai uji integral. Kita ubah notasi n
1
f ( x )=
menjadi peubah kontinu x sehingga diperoleh x 2 . Kita lakukan
pengintegralan terhadap fungsi kontinu ini

∫ 12 dx=− 1x |∞1 =−( ∞1 − 11 )=−( 0−1 )=1
1 x
Integral fungsi ini bersifat konvergen (ada hasilnya) dengan demikian deret

1
∑ n2
n=1 konvergen

e. Uji Deret berganti tanda



∑ (−1 )n zn z n≥0
Diketahui suatu deret n=1 , dengan

lim z n =0
Andaikan : n→∞

z n+1 ≤z n

Untuk setiap n yang lebih besar dari suatu bilangan bulat M tertentu, maka
deret yang diketahui tersebut konvergen.

Contoh

in
∑ n2 +i
Tunjukanlah bahwa deret n=1 merupakan deret konvergen dengan
melakukan uji deret berganti tanda.

Penyelesaian :
Kita lakukan uji rasio pada deret diatas

in+1 n2 +i i ( n 2 +i ) in 2−1
L=lim 2
x n =lim 2
=lim 2 =i
n→ ∞ ( n+1 ) +i i n→∞ ( n+1 ) +i n→∞ n + 2n+1+i

Berarti L=|i|=1 . Karena L=1 , maka kita tidak dapat mengetahui apakah
deret tersebut konvergen atau divergen. Dengan demikian kita harus
menggunakan uji lain. Kita uji dengan pembanding sekali lagi, syaratnya harus
hati-hati dalam memilih deret pembanding.
∞ n
∑ ni 2
- Untuk kasus ini kita pilih n=1 sebagai deret pembanding.

Namun bagaimana kita menguji deret ini ? coba kita uraikan deret ini
∞ n
∑ ni 2 = 1i + −1 −l 1
+ + +. ..
4 9 16
n=1

Tempat pada bagian pembilang berubah tanda dari i,−1,−i,1 . Dengan demikian
uji deret berganti tanda merupakan uji yang paling tepat untuk deret ini. Lihat lagi
teorema untuk deret berganti tanda.

in ∞
∑ 2 n
Pada deret n=1 n yang membuat berganti tanda adalah i , dengan demikian
1
pemeriksaan dilakukan terhadap bagian n2 .

1 1 1 ∞
in
lim 2 =0
n+1 2

n 2
→ ∑ n2
Ternyata n→∞ n dan ( ) n=1 konvergen.

in ∞
in ∞
in
∑ n2 ∑ n2 +i
∑ n2
Karena n=1 konvergen, sementara n=1 ¿ n=1 , maka deret

in
∑ n2 +i
n=1 juga konvergen.

f. Uji Banding
TEOREMA 6.2.3 (Uji Banding)

Diberikan |z n|≤|wn| untuk setiap n ∈ N


∞ ∞
(a) Jika ∑ |wn| konvergen, maka ∑ | z n| konvergen (mutlak)
n =1 n =1
∞ ∞
(b) Jika ∑ | z n| divergen, maka ∑ |wn| divergen.
n =1 n =1

Bukti:
∞ ∞
(a) Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|wn| konvergen. Akan dibuktikan ∑|z n|
n =1 n =1

konvergen mutlak. Misalkan { Sn } adalah barisan jumlah bagian untuk deret


∞ ∞

∑|z n| dan { T n } adalah barisan jumlah bagian untuk deret ∑|wn|. Karena
n =1 n =1

∑|wn| konvergen, berarti terdapat bilangan real M sehingga |T n|≤ M . Karena


n =1

|z n|≤|wn|, diperoleh Sn ≤T n ≤ M untuk setiap n ∈ N .



Karena barisan { Sn } sebagai jumlah bagian dari deret ∑|z n|, sehingga berlaku
n =1

|Sn|≤ M untuk suatu bilangan real M . Akibatnya ∑| z n| konvergen.
n =1

∞ ∞
(b) Diketahui |z n|≤|wn| dan ∑|z n| divergen. Akan dibuktikan ∑|wn| divergen.
n =1 n =1

Andaikan deret ∑|wn| konvergen. Karena |z n|≤|wn| sehingga dari (a)
n =1

diperoleh barisan deret ∑|z n| konvergen. Hal ini bertentangan dengan
n =1

hipotesis yang diketahui jadi pengandaian di atas salah, haruslah deret ∑|wn|
n =1

divergen.

Contoh :

1 1 1 1 1
Ujilah kekonvergenan deret + + + + …+ 2 +… dengan menggunakan
2 5 10 17 n +1
uji banding.

Penyelesaian:

Diketahui:

1
Bentuk umum deret di atas adalah 2 ,
n +1

1
2
=z n
n +1

1
Kita buat fungsi pembandingnya yaitu =w n
n2

1 1
Sehingga berdasarkan definisi adalah 2
< 2.
n +1 n

1
Kemudian deret ∑ konvergen.
n =1 n2

Bukti:

∑ n12 =lim 1
n→∞ n
2
n =1

gunakan integral, maka:

1
f ( x )=
x2
∞ ∞

∫ x12 dx=∫ x−2 dx


1 1

¿− ( ∞1 − 11 ) ¿−(0−1) ¿ 1 (terbukti)


Karena ∑ n12 konvergen, maka berdasarkan uji banding diperoleh
n =1

1
bahwa deret ∑ 2 juga konvergen
n =1 n +1

PENERAPAN BILANGAN KOMPLEKS


DAN DERET DALAM FISIKA
Aplikasi bilangan kompleks ternyata luas. Sebagai contoh perhitungan
impedansi, tegangan dan arus maksimum dan fase getaran pada rangkaia arus
bolak-balik( rangkaian listrik AC). Dalam rangkaian listrik AC, komponen dapat
ditulis dalam bilangan kompleks :

· Resistor (Re R)

· Reaktansi induktif (Im iXL)


· Reaktansi kapasitif (Im -iXC)

· Tegangan (Bilngnan kompleks V0 eiq


Misalnya untuk rangkaian seri RLC

Impedansi rangkaian ini dapat dicari dari jumlah lilitan dari ketiga
komponennya :

Z = R + i( X l −X c

Z = Ze i ∅

Modulusnya merupakan impedansi rangkaian

Z = |z| = √ R2 +¿ ¿ ¿

Sedangkan argumennya merupakan beda fase antara arus dan tegangan rangkaian:

−1 X L −X C
∅=tan
R

X L= I0 iw L

X C = -i I0/w C

Sedangkan untuk mengetahui mana yang bergetar lebih dulu, arusnya atau tegangannya,
dapat digunakan hukum Ohm :

V V 0 i (θ −∅)
I= = e
z Z

Yang menunjukan arusnya ketinggalan fase sejauh f dari tegangannya.


Daftar Pustaka

Antonim. 2010. Bilangan Kompleks, Jakarta.

Antonim. Bilangan Kompleks dalam Fisika. Diakses pada 15 September 2020.

Effendi, Supomo, dkk. 1973. Matematika Pendahuluan. Bandung : ITB

Ekowati. CK 2010. Bahan Ajar Mandiri Kompleks. Kupang: Universitas Nusa


Cendana.

Gunawan Wibisono dan John D. Paliouras. 1987. Peubah Kompleks Untuk Ilmuan

Dan Insinyur. Penerbit:Erlangga.

Hasugian, M. Jimmy, dan Agus Prijono. 2006. Menguasai Analisis Kompleks dalam

Matematika Teknik. Bandung : Rekayasa Sains

Jalinus. 2009. Analisis Kompleks. Pekanbaru : Cendikia Insani

Khabsar. 2011. Bilangan dan Fungsi Kompleks. Bandung. Penerbit Erlangga

Nurgana, Endi.1983. Aljabar Untuk Guru dan Calon Guru Matematika SMTP-
SMTA.Bandung : Epsilon Grup
Paliouras, John D. 1987. Peubah Kompleks untuk Ilmuwan dan Insinyur. Jakarta :
Erlangga

Sukino dan Wilson Simangunsong. 2007. Matematika untuk SMP Kelas IX. Jakarta :
Erlangga

http//:diktat-anakom.pdf

http://slide.com /reade r/full/pe ne rapa n-bilang an-kom pleks.

Anda mungkin juga menyukai