Anda di halaman 1dari 6

Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah kegiatan
pembelajaran yang menyampaikan materi dengan cara mengaitkannya dengan kehidupan
nyata sehari-hari dari peserta didik. Seperti yang diungkapkan Komalasari (2017, hlm. 7)
bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara
materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.

Sejalan dengan Komalasari, Taconis, Brok & Pilo (2016, hlm.1) mengungkapkan bahwa
metode pembelajaran CTL adalah pembelajaran yang menggunakan konteks nyata sebagai
langkah awal untuk belajar sehingga memberikan makna untuk isi materi dan makna bagi
pembelajar. Jelas bahwa konteks atau situasi nyata yang berhubungan dengan materi menjadi
kunci utama dari strategi pembelajaran CTL. Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata (Rusman, 2018, hlm. 187).

Lebih jauh lagi, Suprijono (2015, hlm. 79) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual
merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.

Kemudian, Komalasari (2010, hlm. 10) menjelaskan bahwa ciri utama atau karakteristik
pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.

1. Berbasis masalah (Problem based)


2. Menggunakan berbagai konteks (Using multiple contexts)
3. Menggambarkan keanekaragaman siswa (Drawing upon student diversity)
4. Mendukung pembelajaran mandiri (supporting self-regulated learning)
5. Menggunakan kelompok belajar dalam suasana saling ketergantungan (using independent
learning groups)
6. Memanfaatkan penilaian asli (employing authentic assessment)

Sehingga bukan hanya berdasarkan konteks, namun CTL juga menerapkan pemecahan
masalah, kerja sama, dan pembelajaran yang berbasis pada siswa seperti model
pembelajaran mutakhir lainnya.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL adalah kegiatan pembelajaran yang
mengaitkan materi dengan kehidupan nyata sehari-hari siswa yang dilaksanakan dengan
suasana kerja sama dalam menyelesaikan suatu masalah dengan penilaian asli (bukan sekedar
skor).

Komponen CTL

Lalu seperti apa pendekatan pembelajaran kontekstual ini dalam penerapan atau aplikasinya?
Sebelum menuju langkah-langkah atau prosedur pembelajaran kontekstual (CTL), perlu
diketahui beberapa komponen utama dari model ini agar tercipta sintaks atau langkah yang
sesuai dalam pengaplikasiannya. Komponen CTL Komponen pembelajaran kontekstual
menurut Johnson (dalam Rusman, 2018, hlm. 192) adalah sebagai berikut.

1. Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making a meaningful connection)


2. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaaan yang berarti (doing significant work)
3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning)
4. Mengadakan kolaborasi (collaborating)
5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
6. Memberikan layanan secara individual (nurturing the individual)
7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards)
8. Menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment)

Langkah Langkah Model Pembelajaran CTL

Sintaks (langkah-langkah) atau fase-fase model pembelajaran kontekstual (CTL) menurut


Sa’ud (2014, hlm. 173-174) adalah sebagai berikut.

No. Fase Kegiatan

Invitasi Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang


konsep yang dibahas. Guru memancing dengan memberikan
pertanyaan yang problematik tentang fenomena kehidupan sehari-
hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas dengan pendapat
yang siswa miliki. Siswa diberikan kesempatan untuk
mengomunikasikan dan mengikutsertakan pemahamannya tentang
No. Fase Kegiatan

konsep tersebut

Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan


konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan
penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang
Eksplorasi guru. Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan berdiskusi
tentang masalah yang mereka bahas. Secara keseluruhan, tahap ini
akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena
kehidupan lingkungan sekelilingnya.

Siswa memberi penjelasan-penjelasan solusi yang didasarkan pada


data hasil observasi ditambah dengan penguatan guru, maka siswa
Penjelasan dan Solusi
dapat menyampaikan gagasan, membuat model, membuat
rangkuman, dan ringkasan.

Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan


keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan
Pengambilan tindakan
pertanyaan lanjutan, mengajukan saran baik secara individu
maupun kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah.

Contoh Penerapan Pembelajaran Kontekstual


Sementara itu, menurut Shoimin (2017, hlm. 43-44) contoh implementasi langkah
pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.

No. Kegiatan Perilaku Guru

1. Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik


untuk mengikuti proses pembelajaran.
2. Apersepsi sebagai penggalian pengetahuan
awal siswa terhadap materi yang akan
diajarkan.
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
pokok-pokok materi yang akan dipelajari.
4. Penjelasan tentang pembagian kelompok dan
cara belajar

1. Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan


permasalahan yang diajukan guru. Guru
berkeliling untuk memandu proses
penyelesaian permasalahan.
2. Siswa wakil kelompok mempresentasikan
hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban
permasalahan yang diajukan guru.
3. Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar
kerja yang diajukan guru.
4. Guru berkeliling untuk mengamati,
memotivasi, dan memfasilitasi kerjasama.
5. Siswa wakil kelompok mempresentasikan
2. Kegiatan Inti
hasil kerja kelompok dan kelompok yang lain
menanggapi hasil kerja kelompok yang
mendapat tugas.
6. Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui
tanya jawab guru dan siswa membahas cara
penyelesaian masalah yang tepat.
7. Guru mengadakan refleksi dengan
menanyakan kepada siswa tentang halhal yang
dirasakan siswa, materi yang belum dipahami
dengan baik, kesan dan pesan selama
mengikuti pembelajaran.
No. Kegiatan Perilaku Guru

1. Guru dan siswa membuat kesimpulan cara


menyelesaikan soal cerita.
2. Siswa mengerjakan lembar tugas.
3. Siswa menukarkan lembar tugas satu dengan
3. Kegiatan Akhir/Penutup yang lain, lembar tugas sekaligus memberi
nilai pada lembar tugas sesuai kesepakatan
yang telah diambil (ini dapat dilakukan
apabila waktu masih tersedia).

Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Menurut Sitiatava (2013, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL memiliki beberapa kelebihan
sebagai berikut.

1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, sehingga materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan lebih sulit untuk dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa
karena CTL menganut aliran kontruktivisme. Siswa dituntut untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme, siswa diharapkan belajar
melalui “ mengalami” dan bukan dari “menghafal”.
3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh,
baik fisik maupun mental.
4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi,
tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan di lapangan.
5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan hasil pemberian guru.
6. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna.

Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Sitiatava (2013, hlm. 259) adalah
sebagai berikut.

1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual berlangsung.
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa menciptakan situasi kelas yang kurang
kondusif.
3. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL guru tidak lagi berperan sebagai
pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru.
4. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide serta
mengajak siswa menggunakan strateginya sendiri dalam belajar. Namun, tentunya guru
memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran
sesuai dengan yang diterapkan semula.

Referensi

1. Komalasari, Kokom. (2017). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung:


Refika Aditama.
2. Rusman. (2018). Model-model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada.
3. Sa’ud, U.S. (2014). Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
4. Shoimin, A. (2017). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Ar-Ruz Media.
5. Sitiatava Rizema Putra. (2013). Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.
Yogyakarta: Diva Press.
6. Suprijono, Agus. (2015). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
7. Taconis, R. , Brok, P. D, & Pilo , A. (Eds.)(2016). Teachers Creating Context. AW
Rotterdam, The Netherlands: Sense Publishers.

Anda mungkin juga menyukai