Anda di halaman 1dari 5

Tugas Praktik SKI

Membuat Teks As-Surahwadi

Guru Pembimbing :
Masdariah , S.Pd.

Disusun oleh :
Ghaiyyas Aqila Yumasta
Vlll.1
Biografi As-Surahwadi

Nama Lengkap : Abu Al-Futuh Yahya bin Habash bin


Amirak Shihab al-Din as-Surahwadi al-
Kurdi.

Lahir : 1154 M / 549 H, Sohrevard, Iran

Wafat : 1191 M / 846 H, Aleppo, Suriah

Jurusan Pendidikan : Filsafat Parenial

Gelar & Nama lain : 1. Sheikh al-Ishraq.


2. Master of Illuminationist.
3. Al-Hakim.
4. Ash-Shahid.
5. The Martyr.
6. Al-Maqtul.
Karya-karya : 1. Kitab At-Talwihat al-Lauhiyyat
2. al-’Arshiyyat.
3. Al-Muqawamat.
4. Hikmah al-’Ishraq (Berisi aliran Paripetik)
5. Al-Lamahat.
6. Hayakil al-Nur.
7. Risalah fi al-’Ishraq (Filsafat singkat)
8. Qissah al-Ghurbah al-Gharbiyyah.
9. Al-’Aql al-Ahmar.
10. Yauman ma’a Jama’at al Sufiyyin (Penjelasan
Sufistik)

Riwayat Hidup :
Sejak kecil ia sudah rajin belajar secara tekun seperti halnya para
ilmuwan sebelumnya. Ia pernah belajar kepada seorang faqih dan teolog
terkenal yang bernama Majduddin al-Jaili, guru Fakhruddin al-Razi.
Kemudian di Isfahan dia belajar logika kepada Ibnu Sahlan al-Sawi,
penyusun kitab Al-Basha’ir al-Nashiriyyah. Selain itu ia juga banyak
bergaul dengan para sufi, hingga ia puas bergaul dengan mereka, ia pun
pergi ke Halb dan belajar keapada al-Syafir Iftikharuddin. Di kota ini
namanya mulai terangkat, akhirnya ia pun terkenal akan keilmuannya.
Hal ini membuat para fuqaha iri terhadapnya, dan ada pula yang ingin
mengecamnya. Atas dasar ini, ia segera dipanggil Pangeran al-Zhahir
putranya Salahuddin al-Ayubi, ketika itu bertindak sebagai penguasa di
Halb. Pangeran kemudian melangsungkan suatu pertemuan dengan
dihadiri para teolog maupun fuqaha. Di sini ia mengemukakan argumen-
argumentasinya yang kuat, karena terlihat sebuah aura kepintaran dari diri
Suhrawardi, akhirnya al-Zhahir menjadi dekat dengannya, dan ia pun
diberi sambutan yang baik dari al-Zhahir.

Keberhasilan Suhrawardi melahirkan aliran Illuminasionis ini


berkat penguasaannya yang mendalam tentang filsafat dan Tasawuf
ditambah kecerdasannya yang tinggi, dalam kitab Thabaqat al-Athiba’
menyebutkan bahwa Suhrawardi sebagai seorang tokoh pada jamannya
dalam ilmu-ilmu hikmah. Ia begitu menguasai ilmu-ilmu Filsafat, sangat
memahami Ushul Fiqih, begitu cerdas pikirannya, dan begitu fasih
ungkapan-ungkapannya.

Saat di Aleppo di usianya yang masih belia, Suhrawardi telah


menguasai pengetahuan filsafat dan tasawuf begitu mendalam serta
mampu menguraikannya secara baik. Bahkan, Thabaqat al-Athibba’
menyebut Suhrawardi sebagai tokoh zamannya dalam ilmu-ilmu hikmah.
Ia begitu menguasai ilmu filsafat, memahami ushul fiqih, begitu cerdas
dan begitu fasih ungkapannya. Semua itu membuat lawan-lawannya atau
pihak yang tidak menyukainya semakin iri dan dendam. Karena itu,
semakin tidak berhasil mempengaruhi pangeran Zahir, para fuqaha yang
dengki berkirim surat langsung pada Sultan Shalah al-Din dalam
memperingati tentang bahaya kemungkinan tersesatnya akidah sang
pangeran jika terus bersahabat dengan Suhrawardi. Shalah al-Din sendiri
yang terpengaruh isi surat segera memerintahkan putranya untuk
menghukum mati Suhrawardi.

Karena kepiawaian Suhrawardi mengeluarkan pernyataan doktrin


esoteris yang tandas, dan kritik yang tajam terhadap ahli-ahli fiqih
menimbulkan reaksi keras yang dimotori oleh Abu al-Barakat al-
Baghdadi yang anti Aristetolian. Akhirnya pada tahun 587 H/1191 M di
Halb (Aleppo) Suhrawrdi di eksekusi atas desakan fuqaha kepada
pangeran Malik al-Zhahir Syah anak dari sultan Shalahuddin al-Ayyubi
al-Kurdi.

Karena ketenarannya dan popularitasnya di kala itu, hal tersebut


membuat sebagian orang menjadi dengki terhadapnya, akhirnya orang-
orang yang dengki melaporkan kepada Salahuddin al-Ayubi dengan
sebuah peringatan bahwa ”jika al-Zhahir terus menerus bergaul dengan
Suhrawardi maka akan sesat aqidah yang dimilikinya. Setelah mendengar
asutan-asutan dari orang-orang dengki tersebut, akhirnya Shalahuddin
terpengaruh dan memerintahkan putranya untuk segera membnuh al-
Suhrawardi. Setelah putranya meminta pendapat para fuqaha Halb,
mereka menyetujui agar Suhrawardi di bnuh, al-Zhahir pun memutuskan
agar al-Suhrawardi dihukum gantung. Penggantungan ini berlangsung
pada tahun 587 H di Halb, ketika al-Suhrawardi baru berusia 38 tahun.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa; Proses kematian itu


diawali dengan permintaan para ulama yang meminta Malik al-Zahir agar
menjatuhkan hukuman mati kepada al-Suhrawardi, namun permintaan itu
ditolak. Para ulama kemudian menemui Sultan Saladdin (Sultan
Salahuddin al-Ayubi) untuk menyampaikan dakwaan itu. Sultan Saladdin
lalu mengancam putranya (Pangeran Malik al-Zahir Ghazi) akan
diturunkan dari tahta apabila tidak menghukum al-Suhrawardi. Berkat
turun tangannya Sultan Saladin, al-Suhrawardi kemudian dimasukkan ke
dalam penjara pada tahun 1191 M. Dalam penjara itulah, al-Suhrawardi
wafat. Dalam hal ini yang mengatakan bahwa ia wafat karena lehernya
dicekik dan ada pula yang mengatakan bahwa ia wafat karena tidak diberi
makan hingga kelaparan.

Ia wafat secara tragis melalui eksekusi atas perintah Shalahuddin


Al-Ayubi. oleh sebab itu ia di beri gelar al-Maqtul (yang dibnuh), sebagai
pembedaan dengan dua sufi lainnya, yaitu Abu al-Najib al-Suhrawardi
(meninggal tahun 563 H) dan Abu Hafah Syihabuddin al-Suhrawardi al-
Baghdadi (meninggal tahun 632 H), penyusun kitab Awarif al-Ma’arif.

Anda mungkin juga menyukai