Anda di halaman 1dari 5

A.

Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri adalah seorang tokoh intelektual dan kerohanian terkemuka pada
zamannya. Dia dilahirkan di tanah Fansur atau Barus yang sekarang terletak daerah
Singgil, dan diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 M dan 17 M sejak
akhir abad ke-16 M tanah kelahirannya masuk ke dalam wilayah kerajaan Aceh
Darussalam. Menurut A. Hasjmy (1984), bersama saudaranya Ali Fansuri, dia
mendirikan sebuah dayah (pesantren) besar di Singgil, tidak jauh dari tempat
kelahirannnya. Tentang tahun wafat Hamzah Fansuri juga tidak luput dari berbagai
dugaan. Menurut Said Muhammad Naquib Al-Attas, Hamzah Fansuri diperkirakan
wafat menjelang tahun 1607 M, sedangkan L.F Brakel menjelaskan bahwa Hamzah
Fansuri masih sempat hidup sampai dengan tahun 1620. dimakamkan di komplek
Pemakaman Ma’laMekkah. Kuburannya lengkap dengan batu nisannya memuat
tulisan yang menyatakan bahwa Hamzah Fansuri wafat pada tahun 1627 M.
Saat ini belum diperoleh foto makam Hamzah Fansuri tersebut, tapi jika ini benar
berarti akan ada koreksi dari informasi terdahulu bahwa Hamzah Fansuri meninggal
di Syahr Nawi, sebuah nama tempat di Kedah-Malaysia. Sedangkan pendapat
terdahulu diperoleh data dari salah seorang penduduk Singkil HT Husein Alamsyah
bahwa Syeikh Hamzah Fansuri yang hidup pada pertengahan abad ke 16 dan awal
abad ke 17 di Fansuri , meninggal dan di kuburkan di Desa Oboh Kecamatan
Rundeng Kabupaten Aceh Singkil.
B. Kepribadian dan mazhab
Hamzah Fansuri, seorang ulama sufi, sastrawan dan cendekiawan terkenal baik di
tingkat nasional, regional maupun mancanegara. Ulama Syeikh Hamzah Fansuri
dikenal baik oleh kawan yang sealiran dengannya maupun yang tidak seprinsip
dengan ajaran-ajarannya. Hamzah Fansuri adalah tokoh aliran wujudiyah (penganut
paham wahdatul wujud).
C. Rihlah ilmiah
Mula-mula Hamzah Fansuri mempelajari tasawuf setelah menjadi anggota terekat
Qadiriyah yang didirikan oleh Syeikh Abdul Qadir Jilani dan dalam terikat ini pula
dia dibaiat. Setelah mengembara ke berbagai negara Islam seperti Baghdad, Mekkah
Madinah dan Yerusalem, di kembali ke tanah airnya serta mengembangkan ajaran
tasawuf sendiri. Ajaran tasawuf yang dikembangkannya banyak dipengaruhi
pemikiran wujudiyah Ibn’Arabi, Sadrudin al-Qunawi dan Fakhruddin ‘Iraqi.
Sedangkan karangan-karangan sastranya banyak dipengaruhi Fariduddin al-Aththar,
Jamaluddin al-Rami dan Abdur Rahman al-Jami. Kehidupan Hamzah Fansuri tidak
terlepas dari penyebaran Islam di Indonesia. Kehidupannya mempunyai alur historis
secara langsung atau tidak langsung terkait dengan kondisi perjalanan Islam di
nusantara, alur historis yang terjadi dalam hubungannya dengan kehidupan sufi,
sastrawan dan cendekiawan sejak masa penyebaran agama Islam di Aceh di mana
terjadinya interaksi antara muslim nusantara dan muslim Timur Tengah, Persia dan
India khusus berkaitan dengan pesatnya perdagangan, menurut H. T. Husein, salah
satu pusat perdagangan yang ramai dikunjungi saudagar dan musafir dari
mancanegara pada abad ke 16 adalah kota pelabuhan Baru. Ia banyak melakukan
pengembaraan untuk mencari makrifat Allah Swt. Hamzah Fansuri adalah tokoh aliran
wujudiyah (penganut paham wahdatul wujud). Ia dianggap sebagai guru Syamsuddin al-
sumatrani. Syamsuddin kerap kali mengutip ungkapan-ungkapan Hazah Fansuri. Ketika
pengembaraannya selesai, ia kembali ke Aceh dan mengajarkan ilmunya kepada murid –
muridnya.
D. Karya-karya Hamzah Fansuri
Ada beberapa karya sastra yang dicatat oleh V.I. Braginsky, yang
dianggap karangan Hamzah Fansuri, yaitu:
1. Syarb al-Asyikin (Minuman Orang-orang yang Bercinta)
2. Asrar al-Arifin (Rahasia-rahasia Para Arif)
3. al-Muntahi (Yang mencapai Pengenalan Tertinggi)
4. Ruba’i Hamzah Fansuri (The Poems of Hamzah Fansuri)
5. Zinat al-Wahidin

Beberapa karyanya berupa buku syair dalam


kesusasteraan Melayu Indonesia adalah:
1.Syair Burung Pingai
2. Syair Dagang
3. Syair Pungguk
4. Syair Sidang Faqir
5. Syair Ikan Tongkol
6. Syair Perahu
E. Pendapat para ulama
Naquib al-Attas menyimpulkan bahwa Hamzah Fansuri sebagai tokoh pemikiran
falsafah mistisism Islam Melayu (The Malay Islamic Philosophical Mysticism).
Dalam konteks kekinian, disebutkan bahwa Hamzah Fansuri memiliki pemikiran
tasawuf yang dikelompokkan kepada paham tasawuf falsafi. Dengan demikian,
tidak salah kalau Hamzah Fansuri dikenal sebagai filosof sufi.
Menurut Ar-Raniry, Wujudiyyah itu suatu paham yang menyesatkan. Ia
mengeluarkan fatwa untuk memburu orang yang dianggap sesat, membunuh orang
yang menolak bertobat dari kesesatan, serta membakar buku-buku yang berisi ajaran
sesat.
Abdul Hadi WM Memberikan komentar bahwa kecermelangan gaya penulisan Syeikh
Hamzah Fansuri diakui sulit ditandingi oleh ulama sezaman dan sesudahnya.

F. Nuruddin Ar-raniry
Nur ad-Din ar-Raniri memiliki nama lengkap Nur ad-Din Muhammad ibn Ali ibn
Hasanji al-Hamid asy-Syafi’i al-Asya’ry al-Aydarusi ar-Raniri. Penisbahan ‘ar-
Raniri’ merujuk tempat asal kelahirannya di Ranir (Randir/Rander), suatu kota
pelabuhan di Gujarat, India. Ayahnya berasal dari Hadramaut dan Ibunya keturunan
Melayu. Ia adalah keturunan campuran India-Arab dari keluarga sufi dan ulama.
Nenek moyangnya kemungkinan termasuk dalam keluarga al-Hamid dari Zuhra, salah
satu dari sepuluh keluarga Quraiys. Namun bisa jadi ia adalah keturunan Humayd
yang sering dihubungkan dengan Abu Bakar Abdullah ibn Zubair al-Asadi al-
Humaydi, seorang ulama terkenal di Mekkah. Keluarga Ar-Raniry telah memiliki
hubungan yang baik dengan dunia Melayu, khususnya Kerajaan Aceh Darussalam.
terlebih pamannya, Muhammad al-Jailani ibn Hasan Muhammad al-Humaydi, telah
lebih dahulu menetap di Aceh daripada ar-Raniri, tepatnya pada tahun 1580-1583 M.

G. Kepribadian dan mazhab


Nuruddin Ar-Raniry, adalah seorang sosok sufi yang tidak toleran dan ortodoks, yang
tidak menghargai karya dan pemikiran orang lain. Tetapi disisi lain ia dianggap
berjasa dalam mengembangkan ilmu keislaman yang integral antara syariat dan
tasawuf. Beliau juga pernah berguru kepada Sheykh Muhammad Yamin,
seorang ulama yang berasal dari Mekah dan merupakan penganut aliran
Ahl al-Sunnah yang membawa aliran dan ajaran wahdat al-shuhud.
H. Rihlah ilmiah guru dan murid
Pendidikannya dimulai dengan belajar di tempat kelahirannya, kemudian
melanjutkan ke Tarim (Arab Selatan). Dari kota ini kemudian ia pergi ke Mekkah
pada tahun 1030 H (1582 M) untuk melaksanakan ibadah haji dan ziarah ke Madinah.
Dan meninggal dunia pada 22 Dzulhijjah 1096 H/21 September 1658 M di India.3
Nuruddin Ar-Raniry, pertama kali datang ke Aceh pada masa Sultan Iskandar Muda.
Tetapi pada masa itu ia tidak bisa berkarya, karena sang Sultan sangat fanatik dengan
ajaran Wujudiyyah yang dianutnya. Namun, pada saat Nuruddin kembali lagi ke Aceh
untuk yang kedua kalinya, suasana politik dan agama Aceh sudah berubah. Syekh
Syamsuddin Sumatrani sudah meninggal dan enam tahun berselang Sultan Iskandar
Muda juga mangkat. Kemudian kerajaan Aceh dipimpin oleh Iskandar Tsani berasal
dari Pahang yang tidak lain merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda sendiri.
Pada masa inilah Nuruddin Ar-Raniry bisa berkiprah di Aceh karena selain dipercaya
oleh Sultan, ia juga mendapat kedudukan yang istimewa yaitu sebagai Mufti
pengganti dari Syamsuddin Sumatrani
I. Karya-karya Nuruddin Ar-raniry
Berikut ini adalah beberapa hasil karya Nuruddin Ar-Raniry, antara lain
sebagai
berikut:
1. Lathâif al-Asrar (Kehalusan Rahasia)
2. Nubdzah fi Da’wa azh-Zhil ma’a Shâhibihajaran Wujudiyyah
3. Asrâr al-Insân fi Ma’rifat ar-Ruh wa ar-Rahmân (Rahasia Manusia dalam
Mengetahui Roh dan Tuhan)
4. Hill azh-Zhill (Menguraikan perkataan “Zhill”)
5. Mâ’al-Hayât li Ahl al-Mamat (Air Kehidupan Bagi Orang-orang yamg
Mati)
6. Fath al-Mubîn ‘ala al-mulhidin
7. Hidayat al-Habib fi al Targhib wa al-Tarhib
8. Jawahir al-‘ulum fi Kasyf al-Ma’lum
9. Aina al-A’lam qalb an Yukhlaq
10. Kaifiyat al-Salat
Ada sekitar 30 judul buku hasil karya Nuruddin Ar-Raniry yang sudah ditemukan
hingga kini, yaitu: ash-Shirath al-Mustaqim; Durrah al-Faraidh fi Syarh al-‘Aqaid;
Hidayah al-Habib fi at-Targhib wa at-Tarhib fi al-Hadis;Bustan as-Salathin fi Zikir
al- Awwalin wa al-Akhirin; Nubzah fi Da’wah az-Zil; Latha’if al-Asrar; Asrar al-
Insan fi Ma’rifah ar-Ruh wa al-Bayan; at-Thibyan fi Ma’rifah al-Adyan fi at-
Tashawwuf, Akhbar al-Akhirah fi Ahwal al-Qiyamah; Hill az-Zil; Ma al-Hayah li Ahl
al-Mayyit; Jawahir al-Ulum fi Kasyf al-Ma’lum; Ainaal-Alam Qabl an Yukhlaq;
Syifa’al-Qulub an at-Tasawwuf;Hujjah ash-Shiddiq fi Daf’I az-Zindiq; al-Fath al-
Mubin a’la al-Mulhidin; Al-Lam’an fi Takfir man Qala bi Khalq al-Qur’an;
Shawarim ash-Shiddiq fi Qath’i az-Zhindiq; Rahiq al-Muhammadiyah fi Thariq ash-
Shufiyyah, ba’du Khalq as-Samawat wa al-Ardh;Hidayah al-Imam bi Fadhl al-
Mannan; Ilaqah Allah al-Alam; Aqaid ash-Shufiyyah al-Muwahhidin; Kayfiyyah ash-
Shalah; al-Fath al-Wadud fi Bayan Wahdah al-Wujud; Ya Jawwad Jud; Audah as-
Sabil Laysa li Abathil al-Muhidin Ta’wil; Syazarat al-Murid; Umdah al-I’tiqad.
Karya Ar-Raniry tersebut di atas, sebagian besar berhubungan dengan masalah
Tasawuf.
J. Pendapat ulama
Dalam kajian yang dilakukan al-Attas mengenai Ar-Raniry, Ia mengatakan Ar-Raniry
sebagai ulama yang cerdas, yang dikaruniai kebijaksanaan dan diberkati denan
pengetahuan yang otentik, yang berhasil menjelaskan ajaran-ajaran keliru tokoh
wujudiyyah. Bukti kecerdasan dan pengetahuan Ar-Raniry yang luas dalam ilmu
keagamaan terlihat dari banyaknya karya yang dapat kita peroleh hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai