1.Hamzah Al-Fansuri
Riwayat hidup Hamzah fansuri, di mulai tahun dan tempat kelahiran, demikian pula tahun dan tempat
meninggal, dimana dimakamkan, apa saja karya-karya yang telah ia tulis, masih dipersoalkan oleh para peneliti
dan sangat sulit ditemukan. Hanya saja berdasarkan beberapa fakta yang terbatas para pengkaji
menyimpulkan bahwa Hamzah Fansuri hidup antara pertengahan abad ke-16 hingga awal abad ke-17.
Ada tiga risalah tasawuf Hamzah Fansuri yang telah ditemukan dan diterjemahkan, semua buku-buku ini
berisi tentang tauhid, makrifat, dan suluk.
Nama lengkapnya ‘Abd al-Shamad al-Palembani. Ia berasal dari keturunan Arab Yaman. Ayahnya, Syaikh ‘Abd
al-jalil ibn Syaikh ‘Abd. Wahhab al-Mahdani yang berhijrah ke kota Palembang pada penghujung abad ke-17 M.
Ia pernah menjadi mufti di wilayah Kedah pada tahun 1700 M. Setelah kembali ke Palembang, dia nikah dan
dianugerahi seorang putra yang diberi nama ‘Abd al-Shamad. Peristiwa ini terjadi antara tahun 1700-1704 M.
Al-Palembani telah menghasilkan 8 judul buku. Berikut daftar buku-buku tersebut:
a)Zahrah al-Murid fi Bayan Kalimah al-Tauhid dalam bahasa Indonesia di tulis pada tahun 1764 M.
b)Nashihah al-Muslimin wa Tadzkirah al-Mu’minin fi Fadha’il al-Jihad fi Sabilillah wa Karamah al-Mujahidin fi
Sabilillah, dalam bahasa Arab di tulis pada tahun 1772 M
c)Tuhfah al-Raghibin fi Bayan Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma Yufsiduh fi Riddah al-Murtaddin, dalam bahasa
Indonesia yang ditulis pada tahun 1774 M
4.Hamka
Nama lengkapnya adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Ia lahir di Minagkabau, Sumatera Barat 17 Februari
1908. Dia adalah anak tertua dari Abdulkarim Amrullah, seorang tokoh yang memperoleh gelar doctor
kehormatan dari Universitas Al-Azhar Kairo atas kontribusinya dalam memerangi taklid buta, praktek-praktek
tasawuf yang menyimpang dan sistem pewarisan yang tidak berdasarkan panduan Al-Qur’an dan Sunnah
Rasulullah saw. Kakeknya bernama Amrullah juga seorang tokoh yang pernah belajar Islam di Makkah,
seorang penganut aliran tarekat Naqayabandiyah. Dari sini jelas terlihat bahwa Hamka berasal dari keluarga
berpendidikan, sekaligus terhormat.