Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ARMA YOGA

NIM : 2154101107
PRODI : AGRIBISNIS
MATA KULIAH : STUDI ISLAM NUSANTARA

1. Biografi Syekh Hamzah Fansuri

Beliau merupakan ulama dan tokoh sufi, sastrawan, pujangga, dan juga guru agama yang
lahir pada pertengahan abad ke-15, dan wafat pada tahun 1527 M. Menurut Profesor
Zamakhsyari Dhofier, beliau merupakan pendiri sekaligus cikal bakal tradisi pesantren di
Nusantara. Sebagai guru agama, beliau juga pernah menjadi guru Syekh Nurullah atau Sunan
Gunung Jati Cirebon. Sebagai seorang sufi, beliau banyak berjasa dalam berbagai kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan di Nusantara. Sebagai pujangga, beliau adalah orang yang
pertama kali menulis puisi sufi dalam bahasa Melayu-Indonesia, sehingga disebut pemula puisi
Indonesia.

Hamzah Fansuri adalah tokoh tasawuf beraliran sunni yang hidup di Aceh dan memiliki
peran besar dalam penyebaran Islam di Aceh dan sekitarnya. Ini adalah bukti bahwa Aceh
memang layak disebut sebagai “Serambi Mekkah” atau halaman depan, juga pintu gerbang
Tanah Suci Mekkah. Menurut catatan sejarah, Hamzah Fansuri dilahirkan di kota Barus, sebuah
kota yang oleh seorang Arab pada zaman itu dinamai “Fansur”. Nama ini yang kemudian
menjadi laqab nama Hamzah, yaitu al-Fansuri. Nama Panchur atau Pansur berasal dari orang
orang Gujarat, Persia, Arab, Keling dan Bengali yang menyebutnya dengan nama Panchur.
Sebuah kajian terbaru yang dilakukan oleh Bargansky, mendapatkan hasil positif mengenai masa
hidup Syekh Hamzah Fansuri, bahwa ulama sufi ini hidup hingga masa akhir pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) di Kesultanan Aceh. Dan kemungkinan wafat beberapa
tahun sebelum kedatangan Syekh ar-Raniry untuk kedua kalinya ke Aceh pada tahun 1637 M.
Setelah belajar di Barus, beliau mengembara ke Kerajaan Aceh Darussalam. Disana beliau
menjadi pemuka agama dan mendampingi raja yang berkuasa saat itu. Menurut catatan sejarah
lain, beliau hidup pada masa pemerintahan Sultan ‘Alauddin Ri’ayat Syah (1588-1604 M)
sampai awal pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M).

Adapun syair berikut ini menunjukkan bahwa beliau berasal dari Barus:

Hamzah nin asalnya Fansuri


Mendapat wujud di tanah Shahrnawi
Beroleh khilafat ‘ilmu yang ‘ali
Daripada ‘Abd Qadir Jailani

2. Pemikiran dan Ajaran Syekh Hamzah Fansuri


Paham tasawuf yang dianut oleh Syekh Hamzah Fansuri adalah wahdatul wujud atau
atau tasawuf wujudiyah. Pemikiran Syekh Hamzah Fansuri lainnya dalam bidang tasawuf ialah
tentang hakikat wujud dan penciptaan. Dalam mengembangkan wujud Tuhan dan alam semesta,
beliau mencitrakan wujud Tuhan bagaikan lautan dalam yang tidak bergerak, sedangkan alam
semesta merupakan gelombang lautan.
Adapun penggambaran beliau mengenai jasad dan ruh, diungkapkanya dalam syair sebagai
berikut :

Hamzah Fansur di dalam Mekah


Mencari Tuhan di Baitul Ka’bah
Di Barus ke Kudus terlalu payah
Akhirnya di dapat di dalam rumah
Paham ini berasal dari paham Wahdatul Wujud Ibnu ‘Arabi. Syekh Hamzah Fansuri juga
termasuk pengikut Tarekat Qadariyah, yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani ra.
3. Pokok ajaran Syekh Hamzah Fansuri dalam bidang Tasawuf Wujudiyah ialah:

 Bagi Syekh Hamzah Fansuri, wujud hanyalah satu. Meskipun terlihat banyak, wujud yang
satu adakalanya terdiri dari kulit (kenyataan lahir) dan isi (kenyataan batin).
 Allah swt. adalah Zat yang Mutlak dan Qadim, sebab Allah swt. merupakan pencipta alam
semesta.
 Hakikat Zat Allah swt. ialah mutlak dan la ta’ayun (tidak dapat ditentukan).
 Manusia sebagai makhluk penjelmaan yang paling sempurna dan berpotensi untuk
menjadi insan kamil (manusia yang sempurna).
4. Karya Syekh Hamzah Fansuri yang juga sebagai sumbangsihnya bagi peradaban Islam
di Nusantara.
Adapun syair karya beliau sebagai berikut :

 Syair Burung Pingai


 Syair Dagang
 Syair Pungguk
 Syair Sidang Faqir
 Syair Ikan Tongkol
 Syair Perahu
Adapun kitab ilmiah karya beliau di antaranya :

 Asfarul ‘Arifin fi Bayani ‘Ilmis Suluki wa Tauhid


 Syarbul ‘Asyiqin
 Al-Muhtadi
 Ruba’i Hamzah al-Fansuri
Syekh Hamzah Fansuri diyakini wafat pada tahun 1607 M. Sejumlah penelitian dan kajian
menunjukkan bahwa makamnya berada di Desa Oboh, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam,
yang dahulu termasuk wilayah Aceh Singkil.

Anda mungkin juga menyukai