Anda di halaman 1dari 3

TUGAS FILM DIGITAL

Industri Film Indonesia dalam Masa Pandemi: Kebijakan


Krisis atau Krisis Kebijakan?

Oleh:
NAMA : USWATUN NURUL HALIMAH
NIM : C1D119119

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
Industri Film Indonesia dalam Masa Pandemi: Kebijakan Krisis atau Krisis
Kebijakan?
Novi Kurnia

Pandemi dan terpuruknya industri film Indonesia


Pandemi COVID-19 menghantam industri film dunia. Jika sebelumnya
diperhitungkan film laris dunia (world box office) tahun 2020 akan lebih tinggi dari tahun
2019 dengan pemasukan 42 milyar dolar Amerika, tahun 2020 ternyata justru turun dratis
(Watson, 2020). Bioskop yang tidak beroperasi berbulan-bulan karena pandemi menutup
peluang tersebut. Kondisi di Indonesia kurang lebih sama. Tahun 2019 jumlah penonton
bioskop hampir 52 juta (Mediarta, 2020). Tahun 2019 film layar lebar yang beredar tinggi
dengan 130 film. Tahun 2018, industri film juga tak kalah menggembirakan: 146 film
beredar, penonton film naik 20% dari tahun 2017 menjadi 51 juta dan bioskop bertambah
menjadi 343 bioskop dan 1.756 layar di 32 propinsi (Bekraf dan Film Indonesia, 2019).

Produksi Film, Protokol Kesehatan dan Insentif Pandemi


Selama pandemi, banyak produksi film terhenti atau dibatalkan karena
kebutuhan untuk melakukan jaga jarak tak mudah untuk dilakukan terutama untuk
produksi film layar lebar yang melibatkan banyak orang. Sutradara ternama Indonesia,
Joko Anwar (dalam Farisi, 2020) menyatakan ada sekitar 30 produksi film dalam 3 bulan
pertama pandemi sehingga kerugian bisa ditaksir sekitar 500 milyar rupiah.

Bioskop tutup, layanan streaming meningkat juga bioskop daring dan drive-in cinema
Bioskop yang membuka kembali layanannya diwajibkan mematuhi 9 peraturan SK
Kadisparekraf no. 259 Tahun 2020. Pertama, 3 M, memakai masker, menjaga jarak, dan
mencuci tangan sebelum dan sesudah menonton. Kedua, maksimal penonton hanya
25% dari kapasitas bioskop. Ketiga, tiket dibeli secara daring. Keempat, cara pembayaran
non tunai. Kelima, jarak antar penonton minimal satu meter. Keenam, tidak
diperkenankan makan dan minum karena masker harus selalu dipakai saat menonton
Peluang lain distribusi dan eksibisi yang muncul selama pandemi adalah bioskop
drive-in. Driven in Senja di bilangan Alam Sutera Tangerang, misalnya, buka mulai 1 Agustus
2020 (Syahban, 2020). Sedangkan Meikarta Drive-in Cinema di daerah Bekasi beroperasi
pada bulan Juni 2020 dengan melakukan protokol kesehatan seperti sanitasi tangan, suhu
tubuh, masker, pengaturan pembelian makanan/minuman, jarak mobil, semprot mobil, dan
memanfaatkan frekuensi radio untuk sistem audionya (Asrianti, 2020).

Kebijakan Krisis atau Krisis Kebijakan?


Idealnya, kebijakan perfilman yang baik adalah kebijakan yang mampu
mendorong perkembangan industri film dengan dukungan dari hulu dan hilir (Andriyanti,
2017). Sayangnya, dilihat dari konteks kebijakan perfilman Indonesia baik sebelum dan
sesudah reformasi, masih terkesan setengah-setengah sebab fasilitasi pemerintah untuk
menjadi fasilitator industri perfilman masih belum optimal (Sasono dkk, 2011; Kurnia, 2008).
Kebijakan perfilman Indonesia selama pandemi, memang dibutuhkan niat baik pemerintah
untuk meluncurkan kebijakan perfilman yang tak hanya integratif dan adaptif. Pemerintah
idealnya juga meluncurkan kebijakan perfilman yang tak hanya berjangka pendek tapi juga
berjangka panjang karena tidak ada yang tahu kapan pandemi berakhir. Tentu saja, kebijakan
perfilman tersebut bisa digunakan untuk mengatasi krisis, bukan malah menimbulkan krisis
baru di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai