Anda di halaman 1dari 115

LAPORAN

PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT


DI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN
KESEHATAN REPRODUKSI
BADAN KELUARGA BERENCANA DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KOTA PALEMBANG

OLEH

NAMA : HERMAN BRAWIJAYA


NIM : 10111001047

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
LAPORAN
PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT
DI BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN
KESEHATAN REPRODUKSI
BADAN KELUARGA BERENCANA DAN
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KOTA PALEMBANG

Laporan ini dibuat sebagai syarat


Telah menyelesaikan Praktikum Kesehatan Masyarakat
Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)

OLEH

NAMA : HERMAN BRAWIJAYA


NIM : 10111001047

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang

dari tanggal 15 Desember 2014 sampai tanggal 20 Januari 2015 dan telah disetujui

pada tanggal 12 Februari 2015

Mengetahui,

Dekan FKM Unsri Pembimbing Materi

Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes Najmah, S.KM., M.PH


NIP. 19771206 200312 1 003 NIP. 19830724 200604 2 003

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

di Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang

dari tanggal 15 Desember 2014 sampai tanggal 20 Januari 2015

Mengetahui,

Kepala Badan
BKB-PP Kota Palembang Pembimbing Lapangan

K. Sadaruddin, S.Sos., M.Si Drs. Najib Pradedi, MM


NIP. 19590816 198403 1 006 NIP. 19590828 198312 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, dan

memohon ampun kepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allah dari kejahatan

jiwa dan dari buruknya amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh

Allah, maka tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang

disesatkan maka tiada seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. Aku

bersaksi bahwa tiada ilah yang haq kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu

bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah, para

sahabat, keluarga hingga orang-orang yang berpegang teguh pada agama yang

lurus ini. Rasulullah adalah manusia yang merupakan rahmat bagi seluruh alam,

teladan bagi seluruh manusia, figur yang akhlaknya dipuji setinggi langit oleh

Allah, pribadi yang keteladanannya dijadikan Allah sebagai standar cinta kepada-

Nya, dan pribadi yang diangkat-Nya menjadi pemimpin bagi seluruh manusia.

Lebih dari itu, beliau adalah figur yang menjadi parameter cara hidup yang lurus,

“Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar memberikan

petunjuk ke jalan yang lurus” (QS. asy-Syura : 52).

Rasa syukur penulis kepada Allah Yang Maha Esa semata atas kemudahan

yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

Praktikum Kesehatan Masyarakat di Badan Keluarga Berencana dan

iv
Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang. Adapun hasil pembahasan dalam

laporan ini lebih difokuskan untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan

pelayanan KB. Laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini dibuat dalam rangka

sebagai bentuk hasil yang diperoleh dan kegiatan yang dilakukan selama lebih

dari satu bulan di BKB-PP Kota Palembang.

Dalam proses kegiatan dan penyelesaian laporan Praktikum Kesehatan

Masyarakat ini, penulis mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran dari

berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Rangkaian kata

bermakna terima kasih penulis haturkan kepada :

1. Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sriwijaya.

2. K. Sadaruddin, S.Sos., M.Si selaku Kepala Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang.

3. Najmah, S.KM., M.PH selaku Dosen Pembimbing Materi.

4. Drs. Najib Pradedi, MM selaku Sekretaris Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang sekaligus sebagai Pembimbing

Lapangan.

5. Sri Yulia Ningsih, S.KM., M.Kes selaku Kepala Bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

6. Drs. Muhammad Haryanto, Ir. Yulia dan PLKB lainnya di Kecamatan Ilir

Timur II, terima kasih atas pengalaman yang penulis dapatkan.

7. Teman se-almamater selama di BKB-PP Kota Palembang, Lailatul Rahmah,

Niken Tri Gusti dan Siti Kurniatun, terima kasih atas pembelajarannya.

v
8. Teman-teman seangkatan, FKM Unsri 2011, mari menatap ke depan,

tuntaskan tugas akhir kita. Tetap semangat sampai akhir!

Demikian laporan Praktikum Kesehatan Masyarakat ini dibuat semoga bisa

bermanfaat dan memberikan informasi bagi pembaca. Demi kemajuan dan

kebaikan bersama, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun jika ada kekeliruan dalam laporan magang ini agar nilai

kebermanfaatan laporan ini menjadi lebih baik.

Palembang, Februari 2015

Penulis

Herman Brawijaya
NIM. 10111001047

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................................... i


Halaman Pengesahan ........................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ......................................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi ............................................................................................................. vii
Daftar Tabel ......................................................................................................... ix
Daftar Gambar ......................................................................................................x
Daftar Lampiran ................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum ..................................................................................4
1.2.2 Tujuan Khusus .................................................................................4
1.3 Manfaat .....................................................................................................5
1.3.1 Bagi Penulis .....................................................................................5
1.3.2 Bagi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan ....5
1.3.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya ...........6
1.4 Waktu dan Lokasi PKM ............................................................................6
1.4.1 Waktu ................................................................................................6
1.4.2 Tempat .............................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Keluarga Berencana ................................................................7
2.2 Ruang Lingkup ..........................................................................................8
2.3 Tujuan Pelayanan KB ...............................................................................8
2.4 Alat dan Obat Kontrasepsi ........................................................................8
2.5 Mutu Pelayanan ......................................................................................13
2.6 Pelayanan KB di Luar Negeri .................................................................13
2.6.1 Pelayanan KB di Singapura ...........................................................13
2.6.2 Program KB di Mesir .....................................................................14
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB ...................................17
2.8 Tindakan Pelayanan KB .........................................................................21
2.9 Bentuk Tindakan Pelayanan KB .............................................................23
2.9.1 Bentuk Pelayanan ...........................................................................24
2.9.2 Moment Pelayanan .........................................................................24
2.10 Standard Operating Procedure Pelayanan KB.......................................25
2.11 Pendanaan Pelayanan KB ......................................................................30
2.12 Penyelenggaraan Pelayanan KB pada Jaminan Kesehatan Nasional .....31
2.12.1 Ruang Lingkup ............................................................................32
2.12.2 Tugas dan Tanggungjawab .........................................................33

vii
BAB III DESKRIPSI TEMPAT PKM
3.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Kota Palembang ...................................................................35
3.1.1 Keadaan Umum Wilayah ...............................................................36
3.1.2 Kependudukan ...............................................................................37
3.1.3 Sumber Daya ..................................................................................39
3.1.4 Anggaran Dana ..............................................................................42
3.1.5 Visi dan Misi ..................................................................................42
3.1.6 Struktur Organisasi ........................................................................43
3.1.7 Tujuan ............................................................................................44
3.1.8 Sasaran ...........................................................................................45
3.1.9 Kebijakan .......................................................................................45
3.1.10 Strategi .........................................................................................46
3.1.11 Program Utama ............................................................................47
3.2 Gambaran Khusus Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi ..............................................................................................54
3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi .................................................................54
3.2.2 Program dan Kegiatan ....................................................................56
3.2.3 Anggaran Dana ..............................................................................57
3.2.4 Sumber Daya Manusia ...................................................................58
3.2.5 Sarana dan Prasarana .....................................................................58
3.2.6 Keluaran dan Hasil .........................................................................59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana ........................60
4.1.1 Input ...............................................................................................61
4.1.2 Proses .............................................................................................68
4.1.3 Output ............................................................................................81
4.2 Hambatan dan Kendala Pelayanan Keluarga Berencana ........................84
4.2.1 Input ...............................................................................................84
4.2.2 Proses .............................................................................................85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan .............................................................................................87
5.2 Saran .......................................................................................................89

Daftar Pustaka
Lampiran

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Alat dan Obat Kontrasepsi Cara Modern dengan Berbagai Manfaat,
Efek Samping, dan Cara Kerjanya .......................................................10
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin .............37
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Palembang 2000 - 2010 ...........38
Tabel 3.3 Jumlah Klinik di Kota Palembang ...................................................40
Tabel 3.4 Data Kepegawaian Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Kota Palembang .................................................................41
Tabel 3.5 Anggaran Dana Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan
Perempuan Kota Palembang Tahun 2013 ............................................42
Tabel 3.6 Anggaran Dana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi ............................................................................................57
Tabel 3.7 Sumber Daya Manusia Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi ............................................................................................58
Tabel 3.8 Sarana Prasarana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi ............................................................................................58
Tabel 4.1 SPM Bidang KB-KS Tahun 2010-2014 ...........................................79
Tabel 4.2 Realisasi SPM Bidang KB-KS .........................................................79
Tabel 4.3 Program Kerja dengan Indikator Kinerja sesuai SPM .....................81

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kondom .............................................................................................12


Gambar 2.2 Intra Urine Device ............................................................................12
Gambar 2.3 Pil KB ................................................................................................12
Gambar 2.4 Implant ..............................................................................................12
Gambar 4.1 Perspektif Sistem dalam Manajemen ................................................61
Gambar 4.2 Alur Koordinasi pada Pelayanan KB ................................................69
Gambar 4.3 Penggunaan Alat dan Obat Kontrasepsi di Kota Palembang ............76

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Bimbingan Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat


Lampiran II : Lembar Pemantauan Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat
Lampiran III : Surat Perintah Tugas Praktikum Kesehatan Masyarakat di Kota
Palembang dan Kecamatan
Lampiran IV : Jadwal Praktikum Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan
Masyarakat Tahun 2014 di BKB-PP Kota Palembang
Lampiran V : Daftar Hadir Praktikum Kesehatan Masyarakat Mahasiswa FKM
Unsri di BKB-PP Kota Palembang
Lampiran VI : Daftar Hadir Praktikum Kesehatan Masyarakat Mahasiswa FKM
Unsri di BKB-PP Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang
Lampiran VII : Foto Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Bersama

dengan Cina, India dan Amerika Serikat, Indonesia menjadi negara-negara

dengan penduduk terbesar. Jika dikalkulasi mencapai lebih dari tiga miliar

jiwa penduduk. Ditambah lagi posisi Indonesia berada pada titik strategis

yang biasa disebut sebagai bonus demografi, yakni pertemuan antara dua

benua dan dua samudera sehingga memudahkan terjadinya pertemuan antar-

manusia.

Dengan luas wilayah sekitar 1.910.931 km2, maka rata-rata tingkat

kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km2. Penduduk

Indonesia terus bertambah dari waktu ke waktu. Ketika pemerintah Hindia

Belanda mengadakan sensus penduduk tahun 1930 penduduk nusantara

adalah 60,7 juta jiwa. Pada tahun 1961, ketika sensus penduduk pertama

setelah Indonesia merdeka, jumlah penduduk sebanyak 97,1 jutajiwa. Pada

tahun 1971, penduduk Indonesia sebanyak 119,2 juta jiwa, tahun 1980

sebanyak 146,9 juta jiwa, tahun 1990 sebanyak 178,6 juta jiwa, tahun 2000

sebanyak 205,1 juta jiwa, dan pada tahun 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa

(Badan Pusat Statistik, 2011).

Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% hingga

2,49% per tahun. Tingkat pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga

1
faktor utama, yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

perpindahan penduduk (migrasi) (Arum, 2009).

Menurut Prawirohardjo (2010), laju pertumbuhan penduduk

ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Adanya perbaikan

pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah,

sedangkan laju tingkat kalahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab

utama ledakan penduduk (Selli, 2012).

Di Indonesia, cikal bakal terbentuknya gerakan Keluarga Berencana

(KB) berawal dari tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan,

kebidanan, dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat

memecahkan masalah-masalah pertumbuhan penduduk. Pada tanggal 23

Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan bergerak secara silent operation

membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara sukarela. Jadi di

Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan Keluarga Berencana nasional

(Arum, 2009).

Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) selama 2004-2009 adalah

masih tinggi dan bervariasinya angka kelahiran, bervariasinya angka

pemakaian kontrasepsi, masih tinggi dan bervariasinya unmet need, masih

rendahnya pengetahuan dan kesadaran remaja dan PUS tentang keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi, masih rendahnya partisipasi keluarga

dalam pengasuhan dan pembinaan, masih rendahnya partisipasi keluarga

2
dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak dan remaja, angka

laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,49%, belum optimalnya pemanfaatan

kelompok-kelompok kegiatan untuk peningkatan, pembinaan dan

kemandirian peserta KB (Renstra BKKBN, 2011).

Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya pelayanan kesehatan

preventif yang paling dasar dan utama (Saifuddin, 2006). Menurut Hidayati

(2009, dikutip dari Rochma, 2012) salah satu program untuk menurunkan

angka kematian ibu dan menekan angka pertumbuhan penduduk yakni

melalui program KB. Program KB memiliki peranan dalam menurunkan

risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, penundaan usia

kehamilan serta menjarangkan kehamilan dengan sasaran utama adalah

PUS.

Program KB yang ditujukan kepada mereka yang tergolong pasangan

usia subur adalah menjadi akseptor sebagai peserta KB aktif dengan

menggunakan berbagai metode alat dan obat kontrasepsi baik jangka pendek

maupun jangka panjang.

Berdasarkan Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi Januari-Juli 2013

(BKKBN), capaian cakupan KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran

masih didominasi oleh non MKJP yaitu suntikan (52,49%) dan pil

(18,95%), sementara capaian MKJP implan (8,08%), IUD (14,06%), MOW

(3,27%) dan MOP (0,02%) (Kemenkes, 2013).

Dari 59,7 persen yang menggunakan KB saat ini, 59,3%

menggunakan cara modern: 51,9% penggunaan KB hormonal, dan 7,5%

3
non-hormonal. Menurut metodenya 10,2% penggunaan kontrasepsi jangka

panjang (MKJP), dan 49,1% non-MKJP. Penggunaan alat/ cara KB terdiri

dari alat KB modern dan KB cara tradisional. Indikator Contraceptive

Prevalence Rate (CPR) modern merupakan salah satu indikator MDGs

kelima dengan target peningkatan CPR modern sebesar 65%. Proporsi

penggunaan KB di Indonesia pada tahun Riskesdas 2010 ialah 55,8% dan

Riskesdas 2013 menjadi 59,7% (Riskesdas, 2013).

Meskipun telah terjadi peningkatan sebesar 3,9% selama tiga tahun,

pencapaian proporsi penggunaan KB belum tercapai sesuai dengan target

MDGs pada 2015 ini. Oleh karena permasalahan tersebut, penulis tertarik

untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan pelayanan keluarga

berencana di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Kota Palembang.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pelayanan

keluarga berencana di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan Kota Palembang

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tindakan pelayanan keluarga berencana dan target

pencapaian di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan Kota Palembang.

4
2. Mengetahui alur koordinasi dalam upaya pelayanan keluarga

berencana di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kota

Palembang.

3. Mengetahui program-program pelayanan keluarga berencana di Badan

Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang.

4. Mengetahui kendala dan hambatan pelayanan keluarga berencana di

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota

Palembang.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan serta wawasan yang terkait dengan pelayanan

keluarga berencana.

2. Mendapat pengalaman kerja yang terkait dengan Bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

3. Mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah terkait dengan

pelaksanaan pengolahan dan analisis data.

1.3.2 Bagi Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota

Palembang

1. Memberikan masukan dalam pelayanan keluarga berencana yang

dilakukan oleh Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan Kota Palembang.

5
2. Memperoleh informasi tentang sikap dan kemampuan professional

tenaga pelaksana di kota maupun di kecamatan.

1.3.3 Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

1. Terbinanya jaringan kerjasama dengan Badan Keluarga Berencana

dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang.

2. Mendapat masukan bagi pengembangan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sriwijaya.

3. Menambah kualitas literatur sebagai sumber referensi terkait dengan

pelaksanaan pelayanan keluarga berencana.

1.4 Waktu dan Lokasi Praktikum Kesehatan Masyarakat

1.4.1 Waktu

Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat dilaksanakan dari 15

Desember 2014 - 20 Januari 2015.

1.4.2 Tempat

Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat dilaksanakan di bidang

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKB-PP Kota Palembang

serta Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Kecamatan Ilir Timur II.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Keluarga Berencana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Pasal 1

menyebutkan bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan

usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan

dan bantuan sesuai dengan hak-hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga

berkualitas (Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015).

Menurut Arum (2009), Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu

usaha yang dilakukan untuk mencegah kehamilan, baik secara tradisional

dan modern yang tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan

anak serta mewujudkan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera yang

menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui

pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk.

Everet (2008) menyatkan bahwa akseptor KB adalah peserta keluarga

yang merupakan pasangan usia subur dimana salah seorang diantaranya

menggunakan alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik itu

melalui program KB maupun non-program (Selli, 2012).

7
2.2 Ruang Lingkup

Menurut Handayani (2010), ruang lingkup program KB meliputi: (a)

komunikasi informasi dan edukasi, (b) konseling, (c) pelayanan kontrasepsi,

(d) pelayanan infertilitas, (e) pendidikan seks, (f) konsultasi pra-pernikahan

dan konsultasi pernikahan, (g) konsultasi genetik, (h) tes keganasan, (i)

adopsi (Parinduri, 2011).

2.3 Tujuan Pelayanan Keluarga Berencana

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,

menurunkan tingkat atau angka kematian ibu dan bayi serta penanggulangan

masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil

yang berkualitas (Pinem, 2011).

Menurut Everet (2008), upaya KB dilakukan dengan tujuan : (1)

terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk, (2)

meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, (3) berkembangnya

usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak,

perpanjangan usia harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan

balita, serta kematian ibu pada masa kelahiran dan persalinan (Selli, 2012).

2.4 Alat dan Obat Kontrasepsi

Hartanto (2005) mengatakan alat kontrasepsi adalah alat yang

digunakan untuk mengendalikan angka kelahiran dalam keluarga berencana

8
(KB), yang meliputi cara-cara alamiah, sterilisasi dan cara untuk mencegah

bertemunya sel sperma dengan sel telur (Selli, 2012).

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Upaya itu dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen.

Kontrasepsi mencegah terjadinya pembuahan dengan cara, alat, dan

obat‐obatan tertentu. Dalam SDKI, cara kontrasepsi terbagi menjadi cara

tradisional dan cara modern. Cara tradisional meliputi pantang berkala,

senggama terputus, dan lainnya seperti pijat dan jamu, sementara cara

modern meliputi penggunaan IUD, susuk KB/ implant, sterilisasi pria/

Medis Operasi Pria, sterilisasi wanita/ Medis Operasi Wanita, suntikan, pil,

dan kondom.

Suatu cara kontrasepsi dapat dikatakan ideal apabila (1) pemakaiannya

aman dan dapat dipercaya; (2) harganya murah dan terjangkau oleh

masyarakat; (3) alokon dapat diterima oleh pasangan suami istri; (4) tidak

memerlukan motivasi terus menerus; (5) tidak memerlukan bantuan medik

atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya; (6) cara penggunaannya

sederhana; dan (7) efek samping yang merugikan minimal.

Alat kontrasepsi yang bermutu minimal memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: punya daya guna, aman, estetis, mudah didapat, tidak memerlukan

motivasi terus-menerus dan efek sampingnya sedikit-dikitnya. Angka

konkret mengenai jumlah konsumen yang harus menderita akibat

komplikasi pemakaian KB, jumlah kegagalan alat kontrasepsi, berapa

9
banyak pengguna KB yang dapat ditolong ataupun tidak dan berapa jumlah

akseptor yang harus drop-out (Pinem, 2011).

Berikut adalah beberapa alat dan obat kontrasepsi cara modern dengan

berbagai manfaat, efek samping, dan cara kerjanya.

Tabel 2.1
Alat dan Obat Kontrasepsi Cara Modern dengan Berbagai Manfaat, Efek
Samping, dan Cara Kerjanya

Jenis Alat
Metode Kerugian dan Efek
dan Obat Kelebihan dan Manfaat Keterangan
Kontrasepsi Samping
Kontrasepsi
Metode Intraurine 1. Tahan lama sampai 8 1. Nyeri pada saat  IUD dipasangkan pada
Kontrasepsi Device/ Alat tahun pemasangan rahim/ liang senggama
Jangka Kontrasepsi 2. Pemasangan dan 2. Sekret menjadi lebih wanita dari pasangan usia
Panjang dalam pencabutannya murah dan banyak subur yang sedang
(MKJP) Rahim mudah 3. Ekspulsi/ IUD terlepas menstruasi/ tidak sedang
(AKDR) 3. Dipasangkan oleh dokter/ secara spontan hamil
berupa: IUD bidan yang terlatih 4. Nyeri/ infeksi pelvic  Mencegah kehamilan
progesterone 4. Dapat dipasang di semua 5. Kejang rahim dengan mempengaruhi
dan IUD klinik KB pemerintah atau 6. Semaput, sehingga bisa pergerakan sperma atau
berisi swasta terjadi bradikardia dan implantasi sel telur yang
tembaga (T) 5. Tidak mengganggu refleks vagal telah dibuahi dalam
hubungan suami istri 7. Spotting dinding rahim
6. Tidak menghambat 8. Menoragia  Pengawasan ginekologik
produksi ASI 9. Perforasi uterus terhadap akseptor AKDR
10. Endometritis dilakukan 1 minggu dan 1
bulan sesudah
pemasangan, kemudian
setiap 3 bulan
 Efektifitas IUD bentuk T
= 99%, IUD Progesterone
= 97%
Implant/ 1. Rasa nyaman 1. Gangguan pola  Alat kontrasepsi yang
susuk KB/ 2. Jangka waktu pemakaian menstruasi disusupkan di bawah kulit
Alat lama (3 atau 5 tahun) 2. Hematoma/ lengan atas sebelah dalam
Kontrasepsi 3. Pemasangan dan pembekakan dan nyeri  Berbentuk kapsul silastik
Bawah pencabutannya murah dan 3. Pening/ pusing kepala, (lentur), panjangnya
Lengan mudah perubahan perasaan sedikit lebih pendek
(AKBK) 4. Dapat dipasang di semua atau kegelisahan daripada batang korek api
klinik KB pemerintah atau 4. Peningkatan/  Implan mengandung
swasta penurunan berat badan, progesterone yang akan
5. Tidak menghambat nyeri payudara, mual- terlepas secara perlahan
produksi ASI mual dalam tubuh
6. Kesuburan segera kembali 5. Harus dipasang oleh  Mengentalkan lendir
setelah implant dicabut dokter/ bidan terlatih serviks, mengganggu
7. Mengurangi nyeri haid 6. Pemakai tidak dapat proses pembentukan
dan mengurangi jumlah menghentikan endometrium sehingga
darah haid pemakainya sendiri sulit terjadi implantasi,
8. Mengurangi/ memperbaiki 7. Membutuhkan tindakan mengurangi transportasi

10
anemia pembedahan minor sperma, dan menekan
9. Mencegah kanker rahim, untuk insersi dan ovulasi
kanker endometrium, dan pencabutan  99% sangat efektif
radang panggul 8. Tidak memberikan efek  Efektifitasnya menurun
protektif terhadap bila menggunakan obat-
infeksi menular seksual obat tuberculosis atau obat
dan AIDS epilepsi
9. Terjadinya kehamilan
ektopik lebih tinggi
Medis 1. Alat kontrasepsi seumur Rasa nyeri pada bekas  Saluran vas deferens yang
Operasi Pria hidup operasi berfungsi mengangkut
(MOP)/ 2. Tidak mengganggu sperma dipotong dan diikat
Vasektomi produksi hormon sehingga aliran sperma
3. Praktis, murah dan mudah dihambat tanpa
4. Tidak mengganggu mempengaruhi jumlah
hubungan seksual cairan semen. Jumlah
semen hanya 5% dari
cairan ejakulasi. Cairan
semen diproduksi dalam
vesika seminalis dan
prostat sehingga tidak akan
terganggu oleh vasektomi
 Diutamakan bagi pria PUS
yang telah memiliki anak
dua orang atau lebih dan
harus memperoleh izin dari
pasangan
 Efektifitas MOP > 99%
Medis 1. Alat kontrasepsi seumur 1. Tidak menstruasi  Merupakan tindakan pada
Operasi hidup 2. Rasa nyeri pada bekas kedua saluran telur wanita
Wanita 2. Tidak bersifat hormonal operasi yang mengakibatkan orang
(MOW)/ 3. Praktis, murah dan mudah yang bersangkutan tidak
Tubektomi 4. Tidak mengganggu akan memiliki keturunan
hubungan seksual lagi
5. Tidak menghambat  Dilakukan melalui operasi
produksi ASI kecil dan diutamakan bagi
PUS yang telah memiliki
dua anak atau lebih dan
harus mendapat izin dari
pasangan
 Efektifitas MOW > 99%
Metode Suntikan 1. Dapat menurunkan anemia 1. Suntik rutin 1 atau 3  Alat kontrasepsi bersifat
Kontrasepsi 2. Mengurangi risiko kanker bulanan hormonal mengandung
Jangka rahim 2. Gangguan haid progesterone dan estrogen
Pendek 3. Aman digunakan setelah 3. Spotting  Disuntikkan pada panggul
melahirkan dan saat 4. Gangguan emosional perempuan PUS saat
menyusui 5. Perubahan gairah seks sedang tidak hamil
4. Mengurangi kram saat 6. Timbul jerawat  Cara kerja sama dengan pil
menstruasi 7. Perubahan berat badan  99% efektif mencegah
5. Tidak mengganggu 8. Kandungan mineral kehamilan
aktivitas seksual tulang berkurang
Pil 1. Mengurangi risiko kanker 1. Harus diminum setiap  Menghasilkan hormon
uterus, ovarium serta hari estrogen dan progesterone
radang panggul 2. Tekanan darah tinggi, buatan, yang cara kerjanya
2. Mengurangi sindroma pra penyakit hati, penyakit menyerupai hormon alami

11
menstruasi, jerawat, kandung empedu yang diproduksi oleh tubuh
pendarahan, anemia, kista (jarang terjadi) setiap bulan. Estrogen akan
ovarium, dan nyeri 3. Mual dan pusing, mencegah produksi sel
payudara gangguan emosional telur (ovum) dari ovarium,
3. Memperbaiki siklus 4. Gangguan pola sehingga pembuahan tidak
menstruasi menstruasi terjadi
4. Tidak mengganggu 5. Pendarahan saat mens  99% efektif mencegah
aktivitas seksual 6. Mengganggu produksi kehamilan
ASI
7. Pertambahan berat
badan
8. Penurunan gairah seks
9. Alopesia dan Melasma
10. Gangguan kulit
Kondom 1. Murah, mudah didapat, 1. Pada sejumlah kecil  Alat kontrasepsi yang
(terbuat dari tidak perlu resep dokter kasus terdapat reaksi terbuat dari karet dan
karet dan 2. Mudah dipakai sendiri alergik terhadap digunakan oleh pria
kulit domba) 3. Dapat mencegah kondom karet  Kondom menghalangi
penularan penyakit 2. Tidak perlu masuknya sperma ke
kelamin pengawasan medis dalam rahim sehingga
4. Mudah dibawa dan pembuahan dapat dicegah
digunakan sewaktu-waktu  80 - 90% efektif mencegah
5. Tidak membebani istri kehamilan
Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2010)

Gambar 2.1 Gambar 2.2


Kondom Intra Urine Device

Gambar 2.3 Gambar 2.4


Pil KB Implant

12
2.5 Mutu Pelayanan

Menurut BKKBN (2000), mutu pelayanan mencakup dua dimensi,

yaitu klien dan petugas pelayanan. Dari dimensi klien, pelayanan dianggap

bermutu apabila pelayanan mampu memberikan kepuasan kepada klien

(client satisfaction). Dengan kata lain, pelayanan yang bermutu adalah

pelayanan yang mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan serta hak-hak

klien. Dari dimensi penyedia layanan, pelayanan yang bermutu adalah

pelayanan yang sesuai dengan kode etik dan memenuhi standar profesi

pelayanan yang telah ditetapkan (Purwanti, Suherni dan Astuti, 2013).

2.6 Pelayanan Keluarga Berencana di Luar Negeri

2.6.1 Program KB di Singapura

Di negara lain yang telah berupaya melakukan penurunan angka

kelahiran salah satunya di Singapura. Saw (1999, dikutip dari Sakinah,

2012) menyatakan bahwa sebelum 1966, telah dikenal organisasi sosial di

Singapura yaitu Singapore Family Planning Association (SFPA). SFPA

merupakan organisasi pelopor yang melaksanakan program KB di tingkat

kotamadya. Dikarenakan semakin banyak permintaan pelayanan KB maka

pemerintah mengambil alih tanggungjawab melalui Singapore Family

Planning and Population Board (SFPPB). SFPPB melakukan sosialisasi

pelayanan KB dibagi menjadi dua periode sesuai dengan Rencana Lima

Tahun, melalui pendidikan KB di berbagai media, pelayanan klinik

13
kontrasepsi yang memberikan perhatian pada perempuan, penggunaan alat

kontrasepsi khususnya IUD, oral pil dan kondom.

Pada Rencana Lima Tahun I, angka kelahiran tetap tinggi. Pada tahun

1970, angka kelahiran sebesar 3,1% dan tahun berikutnya menjadi 2,5%.

Pada tahun 1972 berubah secara signifikan mencapai 5,5%. Hal tersebut

disebabkan penurunan drastis akseptor klinik SFPPB sebagai dampak

perubahan sikap perempuan melaksanakan program KB yang berakibat

meningkatnya laju kelahiran. Faktor lainnya adalah laki-laki dan perempuan

yang lahir pada masa ledakan bayi tahun 1950-an memasuki usia

reproduktif.

Namun, pada tahun 1973 pemerintah Singapura berhasil menurunkan

angka kelahiran sebesar 2,8% dan pada 1974 terjadi penurunan secara

drastis hingga 10,4%. Dan pada akhir periode Rencana Lima Tahun II

SFPPB (1971-1975), laju kelahiran kembali menurun sebesar 7,7% menjadi

39.948 jiwa. Hal ini didorong oleh pelaksanaan kebijakan KB dari

pemerintah dilakukan secara ketat dengan mencanangkan slogan jumlah

anak tiap keluarga, merangsang kegiatan aborsi, sterilisasi melalui program

insentif dan diinsentif yang bersifat keras dan tegas.

2.6.2 Program KB di Mesir

Ketertarikan Mesir dalam kebijakan penduduk sudah ada sejak 1930

akan tetapi belum ada intervensi pemerintah dalam keluarga berencana

14
sampai awal 1950-an. Sejak itu, terjadi empat fase pengendalian KB di

Mesir.

Pertama, fase penemuan dan belum ada intervensi (1953-1965).

Tahun 1953 merupakan intervensi awal pemerintah dalam pertumbuhan

penduduk Mesir saat Komite Nasional Urusan Penduduk mengusulkan

kebijakan yang mendorong peningkatan kelahiran. Setidaknya pada

awalnya, peningkatan populasi dianggap sebagai aset utama untuk

mempertahankan dan meningkatkan posisi politik Mesir. Kebijakan tersebut

berubah, pada tahun 1962, pemerintah menyimpulkan bahwa bertambahnya

populasi dapat menghambat peningkatan produksi di Mesir.

Kedua, fase intervensi positif (1965-1972). Adanya target pencapaian

untuk mengurangi angka kelahiran 30 per 1.000 penduduk pada 1978

dimulai pada 1970 dengan tujuan utama: penurunan angka usia subur dan

peningkatan partisipasi program KB. Fase ini memiliki berbagai kelemahan

seperti terbatasnya dana dan personil, tidak memiliki rencana strategis

jangka panjang maupun jangka pendek tapi tetap dapat memberikan hasil

yang positif. Tingkat total kelahiran menurun signifikan antara 1966 dan

1972 dan penggunaan kontrasepsi dua kali lipat selama periode ini.

Ketiga, fase kebijakan kependudukan (1973-1984). Terbentuknya

rencana nasional sepuluh tahun untuk kependudukan dan keluarga

berencana dimulai sejak 1973-1982. Untuk membantu penerapannya

dibutuhkan alokasi dana tiga kali lipat; pertama, untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat akan kebutuhan ekonomi untuk membatasi jumlah

15
keluarga; kedua, untuk mendorong terbentuknya keluarga kecil; ketiga,

untuk mengubah perilaku masyarakat dan meningkatkan penggunaan

kontrasepsi. Pada tahun 1984, Mesir telah mengadopsi kebijakan yang

bertepatan dengan slogan internasional populer "pembangunan ekonomi

adalah kontrasepsi terbaik". Sebagai contoh, standar ekonomi keluarga

dinaikkan, perempuan dididik dan didorong untuk memasuki angkatan

kerja, pertanian diarahkan untuk menjadi teknologi, daerah pedesaan

menjadi lebih industri, asuransi sosial berfungsi sebagai pengganti peran

anak dalam menyediakan untuk orang tua di usia tua mereka, penggunaan

media dalam menginformasikan kepada masyarakat tentang kontrasepsi, dan

ketersediaan dari pelayanan KB kepada masyarakat umum.

Keempat, fase komitmen politik (1985-sekarang). Pemerintah

mengadakan Konferensi Nasional tentang Kependudukan pada tahun 1984

menciptakan Dewan Kependudukan Nasional pada 1985, dan pada akhirnya

menghasilkan kebijakan kependudukan nasional Mesir yang mengandung

tujuh prinsip dasar yakni hak keluarga untuk memilih sesuai dengan jumlah

anak, tidak digunakan aborsi dan sterilisasi dalam keluarga berencana, hak

individu untuk berimigrasi baik di Mesir atau di luar, penggunaan insentif

positif, dukungan dan pengembangan program yang berhubungan dengan

isu-isu kependudukan, ketergantungan pada pemerintah daerah/ kota untuk

melaksanakan program KB, dan penekanan pada peran kegiatan sukarela

nasional dan partisipasi publik dan sosial dalam menghadapi masalah

kependudukan (Wisensale and Khodair, 1998).

16
2.7 Mekanisme Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB Aktif

Tahun 2011, mekanisme pengelolaan pembinaan peserta KB aktif mengacu

pada pokok kegiatan yang diuraikan sebagai berikut:

1. Pusat

a. Menyusun buku pedoman pembinaan peserta KB aktif

b. Menyusun prototype materi advokasi dan KIE

c. Menyiapkan prototype materi konseling bagi pengelola dan pelaksana

program KB

d. Menyiapkan modul pelatihan konseling bagi pengelola dan pelaksana

program KB

e. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi serta sarana dan prasarana

pendukung pelayanan KB

f. Melakukan koordinasi untuk merencanakan kegiatan pembinaan

peserta KB aktif

g. Melakukan kerjasama dengan mitra kerja dalam meningkatkan

pembinaan peserta KB aktif

2. Perwakilan BKKBN Provinsi

Kegiatan pembinaan peserta KB aktif dilakukan oleh perwakilan

BKKBN Provinsi dengan melibatkan atau berkoordinasi dengan

Pemerintah Daerah Provinsi, meliputi:

a. Menyusun petunjuk pelaksanaan pembinaan peserta KB aktif.

17
b. Identifikasi masalah dan sasaran kegiatan pembinaan peserta KB aktif

di tingkat provinsi.

c. Mengembangkan materi advokasi dan KIE.

d. Mengembangkan materi konseling bagi pengelola dan pelaksana

program KB sesuai dengan kearifan lokal.

e. Menyiapkan rencana pelatihan konseling.

f. Menyiapkan rencana pelatihan medis teknis pelayanan KB bagi

provider.

g. Menyusun rencana distribusi alat dan obat kontrasepsi serta sarana

dan prasarana pendukung pelayanan KB ke Kabupaten dan Kota.

h. Menyiapkan kegiatan-kegiatan inovasi sesuai dengan memanfaatkan

momentum strategis lokal.

i. Melakukan koordinasi di tingkat Provinsi untuk merencanakan

kegiatan pembinaan peserta KB aktif.

3. Kabupaten/ Kota

Dalam upaya pembinaan peserta KB aktif di kabupaten dan kota,

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota melalui Satuan Kerja Perangkat

Daerah yang melaksanakan urusan bidang KB (SKPD-KB) dengan

melibatkan mitra kerja, stakeholder dan masyarakat melakukan kegiatan

sebagai berikut:

a. Identifikasi masalah dan sasaran kegiatan pembinaan peserta KB aktif

di tingkat Kabupaten/ Kota meliputi: akses dan kualitas pelayanan

18
KB, tenaga pengelola dan pelaksana, sarana dan prasarana pelayanan

serta pembiayaan.

b. Identifikasi potensi sumber daya yang mendukung dalam pembinaan

peserta KB meliputi: jaringan kelembagaan mitra kerja, sumber daya

manusia, sarana dan prasarana serta dukungan pembiayaan.

c. Identifikasi kebutuhan tenaga pelaksana pelayanan KB dalam

pembinaan peserta KB aktif yang akan dilatih konseling dan media

teknis.

d. Menyusun rencana kebutuhan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi

serta sarana dan prasarana pendukung pelayanan KB ke klinik KB.

4. Penyuluh Keluarga Berencana (PKB)/ Petugas Lapangan Keluarga

Berencana (PLKB)

Peranan seorang Penyuluh KB/ Petugas KB (PKB/ PLKB) dalam

pembinaan kesertaan ber-KB bagi PUS sangat penting mengingat para

peserta KB (PUS) berada di lapangan/ tingkat desa. Oleh karena itu,

kegiatan yang harus dilakukan oleh PKB/ PLKB melalui perannya dalam

pembinaan peserta KB aktif meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Melakukan konsultasi dengan Kepala Desa/ Lurah, Pengawas/

Koordinator/ Ka. UPTD Kecamatan serta SKPD-KB Kabupaten/ Kota

dalam perencanaan dan evaluasi pembinaan peserta KB aktif di

daerahnya.

b. Melakukan koordinasi dengan kelurahan/ desa dalam kegiatan

pembinaan peserta KB aktif dengan melibatkan para tokoh

19
masyarakat/ tokoh agama dan lembaga swadaya yang ada meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi program KB

di desa/ kelurahan untuk mencapai sasaran bulanan yang dilakukan

secara sistematis dan berkelanjutan.

c. Melakukan dan menumbuhkan hubungan kerja dan silaturrahim

dengan para tokoh dan tokoh masyarakat untuk memperoleh

dukungan politis dan operasional pelaksanaan kegiatan pembinaan

peserta KB aktif.

d. Pembentukan Group Pelopor/ Penteladanan dengan memberikan

motivasi kepada keluarga dan kader untuk dapat dijadikan teladan dan

dapat berperan aktif dalam pembinaan peserta KB aktif melalui

program BKB, BKR, BKL dan PEK.

e. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan klinik KB (pemerintah

dan swasta) untuk memantau dan memfasilitasi penyediaan alat dan

obat kontrasepsi serta laporan pelayanan KB di wilayah kerjanya.

f. Menetapkan sasaran pembinaan peserta KB aktif di wilayah kerjanya

termasuk melakukan kegiatan penyuluhan bagi PUS dan keluarganya.

g. Menyiakan rencana kegiatan pelayanan, penyuluhan dan pembinaan

kesertaan ber-KB di daerah kerjanya.

5. Kader (Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan-IMP)

Dalam pembinaan peserta KB aktif di pedesaan/ kelurahan, peran

IMP/ Kader KB sangat penting karena yang paling dekat dengan

masyarakat, dengan kegiatan meliputi:

20
a. Melakukan konsultasi dan koordinasi dengan PKB/ PLKB untuk

melakukan perencanaan kegiatan pembinaan peserta KB aktif.

b. Menyusun rencana kegiatan pelaksanaan pembinaan peserta KB aktif

di wilayahnya meliputi pengorganisasian, pertemuan, KIE dan

konseling, pencatatan dan pendataan, pelayanan KB dan KS, serta

meningkatkan kemandirian dalam pelaksanaan tugasnya.

c. Membantu PKB/ PLKB untuk identifikasi mitra kerja di tingkat desa/

kelurahan yang dapat mendukung.

d. Membantu PKB/ PLKB dalam melakukan identifikasi sasaran

kegiatan pembinaan peserta KB aktif.

e. Melaksanakan enam peran meliputi pengorganisasian, pertemuan,

komunikasi edukasi dan informasi (KIE), dan penyuluhan, pelayanan

kegiatan KB/ KS, pencatatan dan pendataan serta upaya kemandirian.

f. Identifikasi perkembangan kuantitas dan kualitas IMP/ Kader melalui

kegiatan pemetaan kondisi IMP/ Kader dengan jenjang: Tingkat

Dusun/ RW dibuat peta kuantitas dan kualitas kelompok KB dan

Tingkat Desa/ Kelurahan dibuat peta kuantitas dan kualitas kelompok

KB, peta kuantitas dan kualitas Sub PPKBD.

2.8 Tindakan Pelayanan Keluarga Berencana

Kegiatan pelayanan KB di lapangan melibatkan dua kementerian/

lembaga, yaitu BKKBN dan Kementerian Kesehatan. BKKBN bertanggung

jawab menciptakan permintaan akan layanan KB (demand creation), yaitu

21
dengan mengajak pasangan usia subur (PUS) untuk ber‐KB dan menjaga

PUS tersebut untuk terus aktif ber‐KB melalui tenaga lini lapangan (Petugas

Lapangan Keluarga Berencana/ PLKB, Pengawas KB/ PKB, Petugas

Pembina KB Desa/ PPKBD, dan Sub‐PPKBD). Sementara itu, Kementerian

Kesehatan bertanggung jawab terhadap sisi penawaran/ supply, yaitu dengan

memberikan pelayanan KB di klinik/ puskesmas/ rumah sakit melalui bidan

dan dokter terlatih. Kegiatan demand creation mencakup promosi dan KIE

(komunikasi, informasi, dan edukasi) serta penyediaan alat dan obat

kontrasepsi (Bappenas, 2010).

Pelayanan kontrasepsi sebagai bagian dari pelayanan KB merupakan

bagian dari pelayanan kesehatan, jenis pelayanan yang dapat diberikan

kepada konsumen pada kemampuan fasilitas kesehatan ini berhubungan

dengan jenjang pelayanan. Fasilitas pelayanan KB professional dapat

bersifat teknis statis atau mobile dan diselenggarakan oleh tenaga

profesional, yaitu dokter spesialis, dokter umum, bidan atau perawat

kesehatan. Pelayanan yang mobile diperlukan untuk menjangkau pedesaan

yang terpencil. Fasilitas pelayanan KB profesional statis meliputi pelayanan

KB sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna (Pinem, 2011).

Berdasarkan Rencanan Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014,

Pelayanan KB yang berkualitas dan merata terdiri dari :

1. Peningkatan advokasi dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok

khusus (pasangan usia muda dan memiliki dua anak); PUS dari keluarga

miskin, serta pelayanan KB di wilayah sulit dan kumuh melalui

22
kampanye “2 ANAK CUKUP” dan “4 TERLALU” (terlalu muda, terlalu

tua, terlalu sering, dan terlalu dekat dalam melahirkan).

2. Pembinaan/ pelestarian akseptor KB, untuk meningkatkan jumlah

akseptor dan menurunkan angka DO, serta meningkatkan penggunaan

alat dan obat kontrasepsi jangka panjang (MKJP).

3. Peningkatan distribusi alat dan obat kontrasepsi ke Klinik KB/

Puskesmas secara optimal agar kebutuhan ber-KB terpenuhi secara baik.

4. Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (Genre).

5. Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di Kabupaten/

Kota.

2.9 Bentuk Tindakan Pelayanan Keluarga Berencana

Di dalam panduan pelaksanaan pelayanan KB dan KS disebutkan

bahwa bentuk pelayanan KB dan KR harus menjaga prinsip‐prinsip

pelayanan yang berkualitas agar tercapai kepuasan pada akseptor dan

memberikan dampak demografis yang optimal.

Prinsip‐prinsip tersebut antara lain mencakup: (a) tercapaianya tujuan

informed choice; (b) tersedianya alat dan obat di tempat pelayanan dan

pemberian secara rasional; (c) petugas yang mempunyai kompetensi medis

dan kemampuan konseling cukup memadai; (d) tempat dan konstelasi

pelayanan yang memenuhi kriteria pelayanan bermutu; (e) tindakan rujukan

bisa dilakukan apabila terjadi efek samping, komplikasi, dan kegagalan

23
penggunaan kontrasepsi; dan (f) menjamin tindakan follow up yang

diperlukan dapat dilakukan di tempat yang sama atau di tempat rujukan.

2.9.1 Bentuk Pelayanan

1. Pelayanan Statis

Merupakan pelayanan yang diberikan di tempat pelayanan yang

menetap, misalnya di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, rumah

sakit, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan TNI, Polri, swasta, dan

Lembaga Swadaya Masyarakat.

2. Pelayanan Tim Mobil

Pelayanan tim mobil dilaksanakan oleh tim mobil yang terdiri dari

unsur BKKBN, dinas kesehatan, Organisasi Profesi maupun TNI, Polri

untuk menjangkau sasaran di tempat terdekat dengan tempat tinggal

akseptor. Pelayanan mobil diprioritaskan pada daerah yang secara

geografis sulit dijangkau dan aksesibilitas ke tempat pelayanan statis

rendah dan minimal.

2.9.2 Moment Pelayanan

1. Pelayanan Rutin

Pemenuhan permintaan masyarakat terhadap pelayanan KB dan

KR tersebut dapat dilaksanakan pada semua unit pelayanan yang ada

secara berjenjang sejak di tingkat bawah sampai pada tingkat layanan

yang paripurna.

24
2. Pelayanan pada Momentum Strategis

Merupakan bentuk pelayanan yang dilakukan pada kegiatan

momentum strategis dan bersifat nasional dan lokal. Di tingkat nasional

pelayanan tersebut adalah pelayanan yang berkaitan dengan bulan bakti,

PKK, IBI, TNI, Polri dan kegiatan peringatan Hari keluarga Nasional,

hari kependudukan Sedunia, dan Hari kesehatan. Pada tingkat lokal dapat

dikaitkan dengan kejadian penting di daerah, misalnya dalam rangka

peringatan hari jadi provinsi atau kabupaten/ kota tertentu.

3. Pelayanan Khusus

Merupakan bentuk pelayanan yang dilaksanakan pada sasaran

khusus misalnya penduduk miskin yang tidak punya tempat tinggal

khusus seperti yang bertempat tinggal di daerah kumuh, pengungsian,

daerah konflik, dan lain‐lain (Bappenas, 2010).

2.10 Standar Operasional Prosedure Pelayanan Keluarga Berencana

Berdasarkan SOP BKKBN Tahun 2011, kegiatan pelayanan KB yang

berkualitas dan berkelanjutan harus sesuai dengan Standard Operasional

Prosedure (SOP) dan kebutuhan klien dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

Pra-Pelayanan

1. Pemberian konseling

Pemberian konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam

pelayanan keluarga berencana. Dengan melakukan konseling berarti

25
petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis

kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling

yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya

lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB.

Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan

klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah

ada. Konseling diberikan oleh petugas lapangan terlatih atau petugas

medis yang dilakukan sejak dini di lapangan atau di fasilitas pelayanan

dengan sasaran konseling:

a. Calon pengantin

b. PUS calon peserta KB

c. Ibu hamil pada saat Antenatal Care (ANC)

d. Ibu pasca persalinan dan pasca keguguran

Pemberian konseling yang baik dengan memberikan informasi yang

lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan kepada klien dalam

memutuskan untuk memilih kontrasepsi (informed choice) yang akan

digunakan.

1) Penapisan klien

Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode

kontrasepsi adalah untuk menentukan apakah ada:

a) Kehamilan.

b) Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus.

26
c) Masalah kesehatan (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi)

yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut.

Penapisan klien harus dilakukan oleh petugas medis dengan cara

anamnesis terarah, sedangkan pemeriksaan fisik maupun panggul

dibutuhkan terutama pada pemasangan IUD dan kontrasepsi mantap.

Pemeriksaan laboratorium seperti uji kehamilan dilakukan bila sangat

diperlukan untuk meyakinkan bahwa klien tidak hamil.

2) Informed Consent

Setelah klien mendapatkan konseling dan penapisan klien serta

dinyatakan layak untuk menggunakan alat kontrasepsi, maka klien

diminta untuk memutuskan/ memilih kontrasepsi yang dikehendaki

(informed choice), selanjutnya klien dan pasutri harus menandatangani

lembar informed consent untuk pelayanan kontrasepsi Implant, IUD,

MOW, MOP. Lembar informed consent dalam pelayanan kontrasepsi

seyogyanya dapat diketahui, dipahami dan dilaksanakan oleh seluruh

petugas KB, baik petugas pelayanan di tempat-tempat pelayanan

kesehatan (RS, Puskesmas) maupun petugas lapangan KB. Informed

consent ini berisi informasi yang terbagi dalam enam bagian, yaitu:

(1) identitas pelayanan; (2) persetujuan klien; (3) persetujuan suami-

istri; (4) check list untuk provider; (5) catatan tindakan untuk

pernyataan provider; (6) lembar robekan untuk Kabupaten/ Kota.

Dengan informed consent akan melindungi klien maupun provider

dalam pelayanan KB.

27
Pada saat Pelayanan

1. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi.

Salah satu faktor untuk meningkatkan keberlangsungan

penggunaan kontrasepsi ditentukan oleh ketersediaan jenis dan mutu

kontrasepsi yang digunakan peserta KB di tempat pelayanan KB. Oleh

karena itu harus dipastikan distribusi alat dan obat kontrasepsi ke tempat

pelayanan KB berjalan dengan lancar sesuai dengan mekanisme

pendistribusian alat dan obat kontrasepsi yang berlaku.

2. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan.

Untuk terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas harus

didukung dengan adanya sarana prasarana yang memadai baik dari segi

jumlah dan kualitasnya.

3. Dukungan SDM dan Provider.

Jumlah SDM penunjang serta tenaga pelayanan harus memadai

serta terlatih sehingga masing-masing mengetahui tugas dan

tanggungjawabnya dalam pelaksanaan pelayanan KB.

4. Pencapaian Standar Operasional Prosedur (SOP) wajib dilakukan dalam

pelayanan KB yang berkualitas untuk mengurangi kejadian efek samping

dan komplikasi. SOP yang sudah ditetapkan bersifat dinamis dan

disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pasca Pelayanan

1. Mengatasi efek samping, komplikasi dan kegagalan akibat pemakaian

alat dan obat kontrasepsi (alokon).

28
Upaya untuk memantau terhadap timbulnya efek samping,

komplikasi dan kegagalan penggunaan alokon serta penanganannya perlu

dilakukan optimalisasi “Survailens Pasca Pelayanan” yang dilakukan

oleh petugas lapangan KB. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan

melakukan pengamatan atau pengumpulan data secara aktif baik

kunjungan ke rumah atau melalui pertemuan langsung dengan klien.

Apabila terjadi komplikasi dan efek samping setelah tindakan atau

pelayanan, klien harus segera ditangani dengan memberikan pertolongan

pengobatan atau membawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat yang

menjadi rujukan. Melalui penanganan komplikasi dan efek samping

dapat mengurangi angka ketidaklangsungan pemakaian kontrasepsi. Oleh

karena itu penapisan kesehatan mutlak dilakukan.

2. Mengatasi rumor yang timbul akibat efek samping

Dalam upaya mengatasi rumor tentang kontrasepsi yang ada di

masyarakat, dapat memberdayakan para tokoh (Toga, Toma, Toda),

individu atau kelompok (paguyuban) yang telah menggunakan jenis

kontrasepsi tertentu serta provider untuk kemudian menjadi sumber

pemberian informasi kepada masyarakat melalui berbagai model

komunikasi.

3. Pemberian konseling untuk ganti cara ke Metode Kontrasepsi Jangka

Panjang (MKJP).

Pada klien yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek, pada

saat kunjungan ulang perlu dilakukan pemberian konseling kembali

29
tentang pilihan metode kontrasepsi jangka panjang dan mencoba untuk

memotivasi klien untuk ganti cara dengan menjelaskan keuntungan

penggunaan kontrasepsi jangka panjang.

4. Optimalisasi peran petugas lapangan KB dalam melakukan peningkatan

kelangsungan kesertaan ber-KB.

a. Melakukan kunjungan rumah secara intensif dalam rangka pembinaan

kepada peserta aktif.

b. Pemberian KIE kepada klien agar tetap patuh dalam menggunakan

kontrasepsi secara benar dan patuh terhadap kunjungan ulang secara

tepat waktu untuk mencegah risiko efek samping dan komplikasi serta

kegagalan penggunaan kontrasepsi.

2.11 Pendanaan Pelayanan KB

Berdasarkan Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015,

adanya desentralisasi dan otonomi daerah, komitmen daerah terhadap

pembangunan kependudukan dan KB menurun. Hal ini antara lain ditandai

dengan kurang tersedianya sarana dan prasarana untuk layanan KB. Oleh

sebab itu, untuk kembali menggiatkan pembangunan kependudukan dan KB

tersebut, sejak tahun 2008 dikeluarkanlah kebijakan dana alokasi khusus

(DAK) KB. Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada daerah tertentu

untuk mendanai kegiatan khusus, yang terkait dengan fisik (sarana dan

prasarana layanan KB), dan merupakan bagian dari program yang menjadi

prioritas nasional (Pasal 51 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005

30
Tentang Dana Perimbangan). DAK KB diprioritaskan untuk daerah‐daerah

(kabupaten/kota) yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, pencapaian KB

masih rendah, fertilitas tinggi, persentase KPS dan KS‐I tinggi, serta jumlah

keluarga yang besar.

Dengan adanya kebijakan DAK KB tersebut, ketidaktersediaan sarana

dan prasarana layanan KB didaerah dapat diatasi. Sarana dan prasarana

tersebut antara lain adalah Muyan, Mupen, sepeda motor, gudang alokon,

dan sarana KIE lainnya. Pengadaan Muyan KB memungkinkan melakukan

pelayanan KB di daerah‐daerah yang secara geografis sulit dijangkau.

Pengadaan sepeda motor untuk meningkatkan mobilitas petugas lapangan

KB, serta Mupen menjadikan proses komunikasi, edukasi, dan informasi

KB lebih efektif. Masyarakat miskin yang pada umumnya memiliki

keterbatasan akses terhadap KB dan kesehatan reproduksi menjadi terlayani

program KB.

2.12 Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana pada Jaminan

Kesehatan Nasional

Berdasarakan Perjanjian Kerjasama Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana (BKKBN) dengan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) tentang Penyelenggaraan Pelayanan Keluarga Berencana pada

Jaminan Kesehatan Nasional menyatakan adanya Pihak Pertama dan Pihak

Kedua.

31
Pihak Pertama adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang

bertugas di Bidang Pengendalian Penduduk dan Penyelenggaraan Keluarga

Berencana. Memiliki fungsi sebagai perumus kebijakan nasional dalam

penetapan norma, standar, prosedur dan kriteria, pelaksanaan advokasi,

dankoordinasi, penyelenggaraan komunikasi, informasi, dan edukasi,

penyelenggaraan, pemantauan dan evaluasi, pembinaan, pembimbingan dan

fasilitasi.

Pihak Kedua merupakan badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial kesehatan.

2.12.1 Ruang Lingkup

1. Fasilitas Kesehatan milik pemerintah maupun swasta, baik Tingkat

Pertama maupun Rujukan Tingkat Lanjutan yang memberikan pelayanan

KB bagi peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan.

2. Pelayanan KB meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi

dantubektomi.

3. Mekanisme pemberian Pelayanan KB bagi peserta yang telah terdaftar

pada BPJS Kesehatan.

4. Peningkatan kompetensi dokter dan bidan dalam pelayanan KB.

5. Sosialisasi Pelayanan KB dalam JKN.

6. Pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.

7. Monitoring dan evaluasi.

8. Pelayanan KB pada daerah yang tidak ada fasilitas kesehatan yang

memenuhi syarat.

32
2.12.2 Tugas dan Tanggungjawab

Pihak Pertama mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. Memberikan informasi dan rekomendasi kepada Pihak Kedua tentang

fasilitas kesehatan yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan

untukmemberikan pelayanan KB di fasilitas kesehatan baik milik

pemerintah maupun swasta kepada yang telah terdaftar pada BPJS

Kesehatan.

b. Menggerakkan secara berjenjang mulai dari perwakilan BKKBN

Provinsidan Satuan Kerja Perangkat Daerah bidang Keluarga

Berencana Kabupaten/ Kota untuk meningkatkan kerjasama dan

koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota dan Puskesmas di wilayah kerjanya dalam

pelaksanaan program Keluarga Berencana melalui pertemuan berkala,

bimbingan teknis dan supervise terpadu.

c. Menyediakan dan mendistribusikan:

1) Materi komunikasi, informasi dan edukasi untuk penggerakan

pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi (KR) ke fasilitas

pelayanan yang berkerjasama dengan BPJS Kesehatan.

2) Sarana penunjang pelayanan kontrasepsi ke fasilitas pelayanan

yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

3) Menjamin ketersediaan Alat dan Obat Kontrasepsi (alokon) sesuai

dengan kebutuhan pelayanan KB ke seluruh fasilitas pelayanan

yang teregistrasi dan berkerjasama dengan BPJS Kesehatan.

33
d. Merencanakan lokus penggerakan pelayanan KB mobile sesuai

dengan penetapan PUS, yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan

setempat.

e. Melakukan pelatihan teknis medis pelayanan KB bagi dokter dan

bidan serta pelatihan non-teknis medis bagi petugas di fasilitas

pelayanan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

f. Melakukan Sosialisasi Pelayanan KB dalam Jaminan Kesehatan

Nasional.

g. Melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan, pengawasan dan

evaluasi Program Keluarga Berencana dalam JKN.

Pihak Kedua mempunyai tugas dan tanggung jawab:

a. Memberikan informasi kepada Pihak Pertama tentang Fasilitas

Kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta yang telah bekerja

sama dengan BPJS Kesehatan.

b. Menyediakan anggaran pelayanan KB pada setiap fasilitas kesehatan,

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Melakukan Sosialisasi Pelayanan KB dalam JKN.

d. Melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan, pengawasan dan

evaluasi Program Keluarga Berencana dalam JKN.

34
BAB III
DESKRIPSI TEMPAT PKM

3.1 Gambaran Umum Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan

Perempuan Kota Palembang

Secara kelembagaan, BKB PP Kota Palembang dibentuk berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun 2008 tentang

Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah

Kota Palembang. Tugas pokok BKB PP adalah melaksanakan sebagian

urusan pemerintahan daerah di bidang Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan (Pasal 33). Adapun fungsi BKB PP (Pasal 34)

adalah:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan

2. Mendukung penyelenggaran pemerintahan daerah di bidang Keluarga

Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan

4. Pelaksanaan pelayanan teknis ketatausahaan

5. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya

35
3.1.1 Keadaan Umum Wilayah

Kota Palembang memiliki luas wilayah 358,57 km2 yang terdiri dari

16 kecamatan dan terbagi menjadi 107 kelurahan. Beriklim tropis, suhunya

antara 23,4 - 31,70C dengan kecepatan angin mencapai 2,3 - 4,5 km/ jam,

kelembaban udara mencapai 75-89% dan rata-rata penyinaran matahari

45%.

Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2052’ - 305’ LS dan

104037’ - 104052’ BT. Wilayah Kota Palembang berbatasan dengan daerah-

daerah yaitu: Sebelah Utara berbatasan dengan desa Pangkalan Benteng,

desa Gasing, dan Kenten Laut, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten

Banyuasin. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Bakung, Kecamatan

Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir dan Kecamatan Gelumbang, Kabupaten

Muara Enim. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Balai Makmur,

Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin. Sebelah Barat berbatasan

dengan desa Sukajadi, Kecamatan Talang Kelapa, Kabupaten Banyuasin.

Dengan luas wilayah Kota Palembang sekitar 358,57 km2 yang

didiami oleh 1.452.840 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk

Kota Palembang adalah sebanyak 4.052 orang per km2. Kecamatan yang

paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Bukit Kecil

yakni sebanyak 28.223 orang per km2 sedangkan yang paling rendah adalah

Kecamatan Gandus yakni sebanyak 1.132 orang per km2.

Sex ratio keseluruhan Kota Palembang adalah sebesar 100, artinya

jumlah penduduk laki-laki hampir sama banyak dibandingkan jumlah

36
perempuan, atau setiap 100 orang perempuan terdapat 100 orang laki-laki.

Sex ratio terbesar terdapat di Kecamatan Gandus yakni 103 dan yang

terkecil terdapat di Kecamatan Ilir Timur I sebesar 95 (Survey Demografi

Kesehatan Indonesia, 2012).

3.1.2 Kependudukan

Gambaran kependudukan di Kota Palembang adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Penduduk
Laki-Laki Sex
Kecamatan
Laki-Laki Perempuan dan Ratio
Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Ilir Barat II 32.094 31.680 63.774 101
Gandus 29.092 28.196 57.288 103
Seberang Ulu I 81.450 81.783 163.233 100
Kertapati 40.531 39.645 80.176 102
Seberang Ulu II 46.575 46.678 93.253 100
Plaju 39.659 39.325 78.984 101
Ilir Barat I 62.439 61.580 124.019 101
Bukit Kecil 22.231 21.504 43.735 103
Ilir Timur I 33.592 35.405 68.997 95
Kemuning 40.283 41.360 81.643 97
Ilir Timur II 78.692 79.692 158.384 99
Kalidoni 49.653 49.704 99.357 100
Sako 41.098 41.009 82.107 100
Sematang Borang 16.092 15.865 31.957 101
Sukarami 69.450 69.783 139.233 100
Alang-Alang Lebar 43.397 43.303 86.700 100
PALEMBANG 726.328 726.512 1.452.840 100
Sumber:Badan Pusat Statistik Kota Palembang (2010)

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kota

Palembang adalah 1.452.840 orang yang terdiri atas 726.328 laki-laki dan

726.512 perempuan. Dari hasil tersebut, penyebaran penduduk Kota

37
Palembang masih bertumpu di Kecamatan Seberang Ulu I yakni sebesar

11,2%, kemudian diikuti oleh Kecamatan Ilir Timur II sebesar 10,9%,

Kecamatan Sukarami 9,6% dan kecamatan lainnya dibawah 9%.

Kecamatan Sematang Borang, Bukit Kecil dan Gandus adalah tiga

kecamatan dengan urutan terbawah yang memiliki jumlah penduduk paling

sedikit yang masing-masing berjumlah 31.957 orang, 43.735 orang dan

57.288 orang.

Tabel 3.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Palembang 2000 - 2010
6

3 Laju Pertumbuhan
Penduduk(%)
2

0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q

Keterangan:
A : Alang-Alang Lebar J : Kertapati
B : Bukit Kecil K : Palembang
C : Gandus L : Plaju
D : Ilir Barat I M : Sako
E : Ilir Barat II N : Seberang Ulu I
F : Ilir Timur I O : Seberang Ulu II
G : Ilir Timur II P : Sematang Borang
H : Kalidoni Q : Sukarami
I : Kemuning
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Palembang (2010)

38
Laju pertumbuhan penduduk menggambarkan pertambahan penduduk

di kecamatan pada Kota Palembang. Selama sepuluh tahun terakhir, sejak

2000 - 2010, Kecamatan Alang-Alang Lebar memiliki laju pertumbuhan

penduduk tertinggi di Kota Palembang sebesar 5,2%, diikuti Kecamatan

Sematang Borang dan Kecamatan Sukarami masing-masing 4,4%. Dan

kecamatan dengan laju pertumbuhan terendah yakni Kecamatan Bukit Kecil

dan Kecamatan Ilir Timur I yang cenderung tetap dan menurun.

3.1.3 Sumber Daya

A. Sarana Pendukung

Dalam upaya pelayanan KB, Badan Keluarga Berencana dan

Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang memiliki perwakilan di

tiap kecamatan, bernama Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB). Dan

teknis pelayanan KB berupa pemasangan alat kontrasepsi jangka

panjang (IUD, Implant, MOP, MOW) maupun pemberian alat

kontrasepsi jangka pendek (suntikan, pil, kondom) dilakukan di klinik

pemerintah atau klinik swasta yang berada di tiap kecamatan.

39
Tabel 3.3
Jumlah Klinik di Kota Palembang
No. Kecamatan Status Klinik Klasifikasi
Pemerintah Swasta Sederhana Lengkap Paripurna Sempurna
1 Ilir Barat II 5 5 10 0 0 0
2 Seberang Ulu I 14 1 14 1 0 0
3 Seberang Ulu II 8 6 13 1 0 0
4 Ilir Barat I 11 10 19 1 0 1
5 Ilir Timur I 6 3 9 0 0 0
6 Ilir Timur II 10 12 22 0 0 0
7 Sukarami 12 12 24 0 0 0
8 Sako 6 13 19 0 0 0
9 Kemuning 12 9 18 2 1 0
10 Kalidoni 9 8 16 1 0 0
11 Bukit Kecil 6 4 9 1 0 0
12 Gandus 8 7 15 0 0 0
13 Kertapati 11 9 20 0 0 0
14 Plaju 5 7 12 0 0 0
Alang-Alang 5 9 13 1 0 0
15
Lebar
Sematang 6 6 12 0 0 0
16
Borang
Palembang 134 131 255 8 1 1
Sumber :Bagian Kepegawaian BKB-PP Kota Palembang (2013)

B. Kepegawaian

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah aset terpenting dalam

sistem apapun termasuk dalam sistem pelayanan keluarga berencana.

Sumber daya manusia adalah komponen terpenting yang menentukan

keberhasilan suatu sistem kerja. Pelayanan keluarga berencana

khususnya di BKB-PP Kota Palembang telah memiliki tenaga

pelaksana baik di kantor maupun di lapangan dengan kualitas yang

baik dan akan terus bertambah.

40
Tabel 3.4
Data Kepegawaian Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
Kota Palembang
No. Jabatan Tingkat Pendidikan Total
SD SMP SMA D1 D3 S1 S2
1 Kepala 0 0 0 0 0 0 1 1
2 Sekretaris Badan 0 0 0 0 0 0 1 1
3 Bendaharawan 0 0 0 0 0 2 0 2
4 Pembantu Umum 0 0 0 0 1 1 4 6
5 Kabid 0 0 0 0 0 1 3 4
6 Kasubbid/ Kasubbag 0 0 0 0 0 4 5 9
7 Staf Kantor 0 0 7 0 2 4 0 13
8 Ka. UPTB 0 0 1 0 0 12 2 15
9 Kasubbag TU Kec. 0 0 4 0 2 4 1 11
10 PKB/ PLKB 0 0 14 1 4 32 0 51
Jumlah 0 0 26 1 9 60 17 113
Sumber: Bagian Kepegawaian BKB-PP Kota Palembang (2013)

Berdasarkan data tersebut, tingkat pendidikan kepegawaian

Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota

Palembang baik di kantor maupun di lapangan berjumlah 113 orang.

Berasal dari latar belakang berbeda mulai dari S2, S1, D3, D1 dan

Sekolah Menengah Atas. Tingkat pendidikan paling banyak ialah S1

mencapai 60 orang (53%) dan tingkat pendidikan dengan jumlah

paling sedikit yakni D1 hanya 1 orang.

Latar belakang pendidikan juga tak kalah beragam antara lain

Magister Manajemen (MM), Magister Kesehatan (M.Kes), Magister

Sains (M.Si), Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM), Sarjana Hukum

(SH), Sarjana Ekonomi (SE), Sarjana Komputer (S.Kom), Sarjana

Pertanian (SP), psikologi, perawat, bidan, ilmu pemerintahan hingga

tarbiyah.

41
3.1.4 Anggaran Dana

Total Anggaran Dana di BKB-PPKota Palembang Tahun 2013 sebesar

Rp18.144.315.000,berasal dari sumber APBD Kota Palembang.

Tabel 3.5
Anggaran Dana Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota
Palembang Tahun 2013

No. Uraian Jumlah


1. Belanja Tidak Langsung 10.615.680.000,-
a. Belanja Pegawai 10.615.680.000,-
2. Belanja Langsung 7.528.635.000,-
a. Belanja Pegawai 858.466.000,-
b. Belanja Barang dan Jasa 6.325.649.000,-
c. Belanja Modal 344.520.000,-
Total Anggaran 18.144.315.000,-
Sumber : Rencana dan Anggaran Program BKB-PP Kota Palembang (2013)

3.1.5 Visi dan Misi

Dalam mendukung Visi, Misi, Program Strategis dan Program

Prioritas Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Kota Palembang

menetapkan Visi “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”, dengan Misi:

1. Memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil

berkualitas

2. Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian

dan ketahanan keluarga

3. Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak

reproduksi

4. Meningkatkan kualitas pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi

42
5. Meningkatkan upaya perlindungan perempuan untuk mewujudkan

kesejahteraan dan keadilan gender melalui program KB

6. Mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan

sampai usia lansia

7. Menyediakan data informasi keluarga berbasis data mikro untuk

pengetahuan pembangunan khususnya menyangkut upaya

pemberdayaan keluarga miskin

3.1.6 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun

2011 Tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Teknis Daerah Kota Palembang, Bagan Struktur Organisasi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Kota Palembang terdiri dari:

a. Kepala, membawahi:

1. Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB)

b. Sekretaris, membawahi:

1. Sub Bagian Umum

2. Sub Bagian Kepegawaian

3. Sub Bagian Keuangan

c. Kelompok Fungsional

d. Bidang Pengolahan Data dan Evaluasi, membawahi:

1. Sub Bidang Pengolahan Data Pelayanan Informasi dan

Dokumentasi

43
2. Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi

e. Bidang Pemberdayaan Perempuan, membawahi:

1. Sub Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan

Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Perempuan

2. Sub Bidang Perlindungan Perempuan, Anak dan Remaja

f. Bidang Pengendalian Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,

membawahi:

1. Sub Bidang Peningkatan Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria

2. Sub Bidang Pelayanan Keluarga Berencana

g. Bidang Pengendalian Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan

Keluarga, membawahi:

1. Sub Bidang Advokasi, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

dan Peningkatan Ketahanan Keluarga Akseptor KB

2. Sub Bidang Pembinaan Institusi Masyarakat Perkotaan dan

Pemberdayaan Ekonomi Akseptor KB

3.1.7 Tujuan

Untuk melaksanakan misi BKB PP Kota Palembang, maka tujuan

yang harus dicapai adalah:

1. Mewujudkan sistem pelayanan prima

2. Mewujudkan perlindungan sosial kemasyarakatan

3. Mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, mandiri dan

berdaya saing tinggi

44
3.1.8 Sasaran

Sasaran Renstra BKB PP Kota Palembang 2013-2018 yang mengacu

pada sasaran RPJMD Kota Palembang adalah:

1. Optimalisasi pelayanan administrasi perkantoran

2. Optimalisasi sarana dan prasarana aparatur

3. Meningkatnya kompetensi sumber daya aparatur

4. Meningkatkan akurasi sistem pelaporan capaian kinerja program

5. Meningkatnya perlindungan pada perempuan dan anak

6. Meningkatnya kualitas keluarga kecil sejahtera

3.1.9 Kebijakan

Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga

kecil bahagia sejahtera, yang ditandai dengan menurunnya angka TFR

menjadi 2,1 dan NRR = 1,0, meningkatnya CPR cara modern menjadi 65%,

meningkatnya median Usai Kawin Pertama (UKP) perempuan menjadi 21

tahun, menurunnya ASFR (15-19 tahun) menjadi 30 per 1000 perempuan

usia 15-19 tahun, meningkatnya kesejahteraan peserta KB dan

meningkatnya ketahanan keluarga maka arah Kebijakan Program Keluarga

Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang adalah sebagai

berikut :

1. Revitalisasi Program KB, yang ditekankan pada:

a. Pembinaan dan peningkatan kemandirian keluarga berencana

45
b. Promosi dan penggerakkan masyarakat yang didukung dengan

pengembangan dan sosialisasi kebijakan pengendalian penduduk

c. Peningkatan pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen (SIM)

berbasis Teknologi Informasi (TI)

d. Peningkatan kualitas manajemen program

2. Penyerasian Kebijakan Pengendalian Penduduk, yang ditekankan

pada:

a. Penyusunan peraturan perundangan pengendalian penduduk

b. Perumusan kebijakan kependudukan yang sinergis antara aspek

kuantitas, kualitas dan mobilitas

c. Penyediaan sasaran parameter kependudukan yang disepakati

semua sektor terkait

3.1.10 Strategi

Adapun strategi yang ditetapkan untuk melaksanakan kebijakan

tersebut adalah sebagai berikut

1. Mengembangkan dan melakukan sosialisasi kebijakan pengendalian

penduduk guna mewujudkan pembangunan berwawasan

kependudukan dengan menyerasikan kebijakan pengendalian

penduduk, menjamin ketersediaan dan pemanfaatan parameter

kependudukan, mensosialisasikan kebijakan dan program

kependudukan serta melakukan analisis dampak kependudukan

46
2. Melakukan pembinaan dan peningkatan kesertaan Keluarga

Berencana melalui pembinaan dan kemandirian ber-KB

3. Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui

pembinaan keluarga (BKB, BKR, BKL), pembinaan remaja dalam

menyiapkan kehidupan berkeluarga dan peningkatan pendapatan

keluarga melalui UPPKS

4. Melaksanakan promosi dan penggerakan masyarakat guna

meningkatkan komitmen stakeholder dan meningkatkan peran serta

mitra kerja

5. Menyediakan dan menyebarluaskan data dan informasi kependudukan

dan KB yang akurat dan terpercaya

6. Meningkatkan kapasitas SDM serta penelitian dan pengembangan

program kependudukan dan KB

7. Meningkatkan kualitas manajemen dan kapasitas kelembagaan serta

meningkatkan pembiayaan dan pengelolaan keuangan secara efektif

dan efisien

3.1.11 Program Utama

Program Utama yang tercantum dalam Rencana Strategis Badan

Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kota Palembang Tahun

2013 - 2018 adalah sebagai berikut:

1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

a. Penyediaan jasa surat menyurat

47
b. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

c. Penyediaan jasa administrasi keuangan

d. Penyediaan jasa kebersihan kantor

e. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja

f. Penyediaan ATK

g. Penyediaan barang cetakan dan penggandaan

h. Penyediaan komponen instalasi listrik

i. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor

j. Penyediaan peralatan rumah tangga

k. Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan

l. Penyediaan makanan dan minuman

m. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah

n. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah

2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

a. Pengadaan kendaraan dinas/operasional

b. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor

c. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional

d. Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung

e. Pemeliharaan rutin berkala peralatan kantor

f. Rehabilitasi sedang/ berat gedung kantor

3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur

a. Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya

b. Pengadaan pakaian KORPRI

48
c. Pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu

4. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

a. Pendidikan dan pelatihan formal

b. Sosialisasi peraturan perundang-undangan

c. Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan

5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian

Kinerja dan Keuangan

a. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja

SKPD

b. Penyusunan pelaporan keuangan semesteran

c. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

6. Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan

Perempuan

a. Perumusan kebijakan peningkatan kualitas hidup perempuan

dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi

b. Perumusan kebijakan peningkatan peran dan posisi perempuan

di bidang politik dan jabatan politik

c. Pelaksanaan sosialisasi yang terkait dengan kesetaraan gender,

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

7. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak

a. Advokasi dan fasilitasi PUG bagi perempuan

b. Fasilitasi pengembangan Pusat Pelayanan Terpadu

Pemberdayaan Perempuan (P2TP2)

49
c. Pemetaan potensi organisasi dan lembaga masyarakat yang

berperan dalam pemberdayaan perempuan dan anak

d. Pengembangan materi dan pelaksanaan KIE tentang kesetaraan

dan keadilan gender (KKG)

e. Penguatan kelembagaan pengarustamaan gender dan anak

f. Peningkatan kapasitas dan jaringan kelembagaan pemberdayaan

perempuan dan anak

g. Evaluasi pelaksanaan PUG

h. Pengembangan sistem informasi gender dan anak

8. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan

a. Pelaksanaan kebijakan perlindungan perempuan di daerah

b. Pelatihan bagi pelatih SDM pelayanan dan pendampingan

korban KDRT

c. Penyusunan sistem perlindungan bagi perempuan

d. Sosialasi dan advokasi kebijakan Penghapusan Buta Aksara

Perempuan (PBAP)

e. Sosialasi dan advokasi kebijakan perlindungan tenaga kerja

perempuan

f. Sosialisasi sistem pencatatan dan pelaporan KDRT

g. Penyusunan profil perlindungan perempuan lansia dan cacat

h. Fasilitasi upaya perlindungan perempuan terhadap tindak

kekerasan

i. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

50
9. Program Peningkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam

Pembangunan

a. Kegiatan pembinaan organisasi perempuan

b. Kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan

kesetaraan gender

c. Kegiatan penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun

keluarga sejahtera

d. Kegiatan bimbingan manajemen usaha bagi perempuan dalam

mengelola usaha

e. Kegiatan pameran hasil karya perempuan di bidang

pembangunan

10. Program Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan

Anak

a. Workshop peningkatan peran perempuan dalam pengambilan

keputusan

b. Pemberdayaan lembaga yang berbasis gender

11. Program Keluarga Berencana

a. Penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi bagi keluarga

miskin

b. Pelayanan Konseling Informasi Edukasi (KIE)

c. Peningkatan perlindungan hak reproduksi individu

d. Promosi dan pelayanan Kelangsungan Hidup Ibu Anak

(KHIBA)

51
e. Pembinaan keluarga berencana

f. Pengadaan sarana mobilitas tim KB keliling

g. Penyusunan laporan bulanan program KB

h. Penyusunan laporan analisis data program KB

i. Pemutakhiran data keluarga

j. Survey IKM terhadap program KB

k. Rapat Kerja Daerah Program

12. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

a. Advokasi dan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

b. Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat

13. Program Pelayanan Kontrasepsi

a. Pelayanan konseling KB

b. Pelayanan pemasangan kontrasepsi KB

c. Pengadaan alat kontrasepsi

d. Pelayanan KB medis operasi

14. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan KB-

KR yang Mandiri

a. Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat peduli KB

15. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Kelompok

Kegiatan di Masyarakat

a. Penyuluhan kesehatan ibu, bayi dan anak melalui kegiatan di

masyarakat

52
16. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

a. Pendirian pusat pelayanan informasi dan konseling KRR

b. Fasilitasi forum pelayanan KRR bagi kelompok remaja dan

kelompok sebaya di luar sekolah

17. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS Termasuk

HIV/ AIDS

a. Penyuluhan penanggulangan narkoba dan PMS di sekolah

18. Program Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan

Pembinaan Tumbuh Kembang Anak

a. Pengumpulan bahan informasi tentang pengasuhan dan

pembinaan tumbuh kembang anak

19. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga

a. Pelatihan tenaga pendamping kelompok bina keluarga di

kecamatan

20. Program pengembangan model operasional BKB-Posyandu-PADU

a. Pengkajian pengembangan model operasional BKB-Posyandu-

PAUD

53
3.2 Gambaran Khusus Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

3.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi mempunyai

tugas pokok melaksanakan sebagian tugas badan dalam melaksanakan dan

mengendalikan penyelenggaraan program keluarga berencana dan

repoduksi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, bidang Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang

Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis di bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi

c. Pengawasan, pembinaan dan pengendalian di bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga/ instansi

lain di bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

f. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala badan

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

54
Sub Bidang Peningkatan Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang pengendalian

keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dalam melakukan dan

mengendalikan serta mengevaluasi pelaksanaan pengendalian program

peningkatan kesehatan reproduksi dan partisipasi pria melalui promosi,

pembinaan dan konseling di bidang keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sub Bidang Peningkatan

Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang

Peningkatan Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria

b. Pelaksanaan program dan petunjuk teknis di bidang Peningkatan

Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria

c. Pengawasan, pembinaan dan pengendalian di bidang Peningkatan

Kesehatan Reproduksi dan Partisipasi Pria

d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga atau

instansi lain di bidang Peningkatan Kesehatan Reproduksi dan

Partisipasi Pria

f. Pelaksanaan tugas lain-lain yang diberikan oleh kepala bidang

sesuai dengan tugas dan fungsinya.

55
3.2.2 Program dan Kegiatan Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

1. Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi Keluarga Miskin

1.1 Momentum

a. HUT Kota Palembang

b. HUT KOPRI

c. HUT TNI

d. Kesatuan PKK

1.2 Pelayanan mobil keliling 24 kali per tahun di 16 kecamatan,

masing-masing dua kali.

2. Pelayanan Konseling Informasi Edukasi (KIE)

2.1 Sarana KB pria

3. Peningkatan Perlindungan Hak Reproduksi Individu

3.1 Pembagian Pap Smear bagi 300 orang

4. Promosi dan Pelayanan Kelangsungan Hidup Ibu dan Anak

5. Advokasi dan KIE tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

6. Memperkuat Dukungan dan Partisipasi Masyarakat terhadap Kesehatan

Reproduksi Remaja

7. Pelayanan Konseling KB

8. Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB

9. Pengadaan Alat Kontrasepsi (IUD dan Implant)

10. Pelayanan KB Medis Operasi (MOW dan MOP)

11. Pembentukan Kelompok PIK-R

56
12. Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak melalui Kegiatan di

Masyarakat

13. Fasilitasi Forum Pelayanan KRR bagi Remaja dan Kelompok Sebaya di

Luar Sekolah

14. Penyuluhan Penanggulangan Narkoba dan PMS di Sekolah-Sekolah

3.2.3 Anggaran Dana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

Anggaran Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

BKB-PP Kota Palembang sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran Tahun

2014 sebagai berikut:

Tabel 3.6
Anggaran Dana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
Alokasi Anggaran
No. Program dan Kegiatan
(Rupiah)
1. Pelayanan KB dan Alat Kontrasepsi bagi 250.000.000,-
Keluarga Miskin
2. Pelayanan Konseling Informasi Edukasi 156.500.000,-
3. Peningkatan Perlindungan Hak 46.075.000,-
Reproduksi Individu
4. Promosi dan Pelayanan Kelangsungan 25.000.000,-
Hidup Ibu dan Anak
5. Advokasi dan KIE tentang Kesehatan 40.000.000,-
Reproduksi Remaja
6. Memperkuat Dukungan dan Partisipasi 16.000.000,-
Masyarakat terhadap Kesehatan
Reproduksi Remaja
7. Pelayanan Konseling KB 50.000.000,-
8. Pelayanan Pemasangan Kontrasepsi KB 100.000.000,-
9. Pengadaan Alat Kontrasepsi 202.750.000,-
10. Pelayanan KB Medis Operasi 700.000.000,-
11. Pembentukan Kelompok PIK-R 18.000.000,-
12. Penyuluhan Kesehatan Ibu, Bayi dan 105.700.000,-
Anak melalui Kegiatan di Masyarakat

57
13. Fasilitasi Forum Pelayanan KRR bagi 32.400.000,-
Remaja dan Kelompok Sebaya di Luar
Sekolah
14. Penyuluhan Penanggulangan Narkoba di 31.300.000,-
Sekolah-Sekolah
Total Anggaran 1.773.725.000,-
Sumber : Rencana dan Anggaran Program BKB-PP Kota Palembang (2013)

3.2.4 Sumber Daya Manusia Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) pada Bidang Keluarga

Berencana dan Kesehatan Reproduksi saat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7
Sumber Daya Manusia Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
No Nama NIP Gol Jabatan
1. Sri Yulia Ningsih, 197207161992032004 III/c
Kabid KB-KR
S.KM., M.Kes
2. Johan Effendi, SE., 196208031985031001 IV/a Kasubbid PKR dan
M.Si Part. Pria
3. Ujang Daryatno, SP 197401231997031003 III/d Kasubbid
Pelayanan KB
4. Khadijah, SE., M.Si 197704012007012013 III/b Pengadministrasian
5. Afrina, AmG 198004232011012003 II/c Pengadministrasian
Sumber : Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

3.2.5 Sarana Prasarana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

Tabel 3.8.
Sarana Prasarana Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi
No Nama Barang Jumlah Bahan Tahun
Pembuatan/
Pembelian
1. Lemari Besi 2 buah Besi 2005
2. Filling Kabinet 1 buah Besi 2005
3. Kipas Angin 1 buah Plastik 2005

58
4. Mesin Tik 1 buah Plastik 2005
5. Meja Ketik 1 buah Kayu 1989
6. Hordeng 1 buah Kain 2005
7. Meja Kerja 2 buah Kayu 2005
8. Kursi Putar 6 buah Jok 2005
9. Kursi Kerja 2 buah Kayu 2005
10. Komputer PC 1 buah Plastik 2007
11. Kursi Kerja 1 buah Kayu 2008
12. Air Conditioner 1 buah Plastik 2009
13. Kursi Putar Kabid 1 buah Plastik/ Jok 2009
14. Kursi Putar Kasubbid 2 buah Plastik/ Jok 2009
15. Laptop 1 buah Plastik 2011
16. Kalkulator 1 buah Plastik 2006
17. Kalkulator 1 buah Plastik 2007
18. TV 1 buah Plastik 2009
Sumber : Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

3.2.6 Keluaran dan Hasil Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi

Keluaran dan hasil kegiatan Bidang Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi yaitu:

1. Pelayanan Keluarga Berencana dapat dimanfaatkan oleh keluarga

miskin dalam berbagai momen kegiatan maupun melalui tiap-tiap

kecamatan

2. Meningkatnya penggunaan alat kontrasepsi bagi pria dengan

melakukan Konseling Informasi Edukasi (KIE)

3. Memberikan perhatian pada upaya perlindungan reproduksi individu

4. Memperkuat dukungan dan partisipasi masyarakat terhadap Kesehatan

Reproduksi Remaja (KRR) dengan pembentukan PIK Remaja

5. Meningkatnya pengadaan alat kontrasepsi jangka panjang

6. Meningkatkan pelayanan konseling dan pemasangan alat kontrasepsi

59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat yang penulis lakukan selama

satu minggu pertama di kantor BKB-PP Kota Palembang terhitung sejak 15

Desember 2014 - 19 Desember 2014 dan lima hari terakhir tanggal 15 Januari

2015 - 20 Januari 2015. Adapun tiga minggu selanjutnya, penulis ditempatkan di

Unit Pelaksana Teknis Badan (UPTB) Kecamatan Ilir Timur II mulai 22

Desember 2014 hingga 14 Januari 2015.

Selama kegiatan Praktikum Kesehatan Masyarakat, hasil yang diperoleh di

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KB-KR) di BKB-PP

Kota Palembang adalah sebagai berikut.

4.1 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Keluarga Berencana

Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi merupakan

ujung tombak dalam pelayanan-pelayanan keluarga berencana di Kota

Palembang untuk pembinaan akseptor KB dalam memilih alat-alat

kontrasepsi, jika masih menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek maka

diarahkan ke Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), melalui fasilitas

pelayanan yang bergerak seperti Mobil Pelayanan (Muyan), Mobil

Penerangan (Mupen), sepeda motor, dan puskesmas, klinik, praktik dokter

sebagai pelayanan menetap.

Dalam menganalisis suatu sistem maka dapat digunakan pendekatan

sistem. Menurut Trisnawati dan Saefullah (2009), perspektif sistem dalam

60
manajemen terdiri dari input (bahan baku, sumber daya manusia, informasi,

uang), proses (sistem operasi, sistem administrasi, sistem kontrol) dan

output (perilaku pekerja, barang/ jasa, untung/ rugi).

Gambar 4.1
Perspektif Sistem dalam Manajemen

INPUT PROSES OUTPUT


Sumber: Trisnawati dan Saefullah (2009)

Adapun gambaran pelaksanaan pelayanan KB di Kota Palembang

adalah sebagai berikut :

4.1.1 Input

Secara input pelaksanaan pelayanan KB adalah sebagai berikut :

a. Kepegawaian

Kepegawaian pada pelayanan KB terbagi menjadi dua unit,

yakni kepegawaian di kantor dan di lapangan, dengan latar belakang

pendidikan yang beragam. Berdasarkan Data Kepegawaian BKB-PP

Kota Palembang Tahun 2013, pegawai tetap kantor berjumlah 63

orang dan pegawai tetap di lapangan berjumlah 50 orang yang

menyebar ke tiap-tiap kecamatan yang ada di Kota Palembang.

“Petugas KB penggerak, petugas kesehatan pelayanan”. (SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

tugas pegawai KB di kantor ialah sebagai perencana kegiatan yang

tertuang dalam program sedangkan tugas pegawai KB di lapangan,

tepatnya di kecamatan, ialah sebagai pelaksana atau Petugas Lapangan

Keluarga Berencana (PLKB) sebagai motor penggerak pelayanan KB

61
di masyarakat, sehingga antara pegawai KB di kantor dan di lapangan

saling mengisi satu sama lain.

b. Sarana Pendukung

Untuk mengoptimalkan pelayanan KB di masyarakat, BKB-PP

Kota Palembang memiliki dua sarana pendukung, yakni Unit

Pelaksana Teknis Badan (UPTB) dan klinik kesehatan milik

pemerintah maupun swasta. UPTB berada di setiap kecamatan di Kota

Palembang berjumlah 16 kecamatan, sedangkan klinik pemerintah

berjumlah 134 dan klinik swasta berjumlah 131.

“UPTB itu untuk penggerakkan pengumpulan akseptor yang


akan dilayani, bekerja sama dengan lintas sektor. Kita bekerja sama
dengan Dinkes utamanya karena yang akan memasang dan
bertanggungjawab untuk tindakan KB itu orang dinkes. Kita di
BKKBN ini hanya sebagai motivator dan penggerak saja”. (SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

tidak terjadi tumpang tindih tugas dan wewenang antara UPTB

dengan klinik kesehatan karena memiliki job description yang

berbeda. PLKB di kecamatan sebagai penggerak pengumpulan

akseptor dengan bekerja sama dengan kader posyandu, kader Instansi

Masyarakat Pedesaan (IMP), lurah RT dan RW. Mereka mendorong

Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menggunakan KB, jika sudah ber-

KB non-MKJP dipindahkan ke MKJP. Petugas kesehatan

bertanggungjawab untuk tindakan pemasangan pelayanan KB.

62
Hal tersebut sesuai dengan rujukan dari Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional (2010), mengatakan bahwa PLKB sebagai

petugas BKKBN bertanggungjawab menciptakan layanan permintaan

(demand creation), yaitu dengan mengajak PUS untuk ber-KB dan

menjaga PUS tersebut untuk terus aktif ber-KB. Petugas kesehatan

bertanggungjawab terhadap sisi penawaran (supply creation), yaitu

dengan memberikan pelayanan KB di fasilitas kesehatan seperti

klinik/ puskesmas/ rumah sakit melalui bidan dan dokter terlatih.

c. Dana

Dana yang diperlukan untuk pelaksanaan pelayanan KB ini

berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) serta Dana Alokasi Khusus

(DAK).

“Untuk pengadaan ada dua, dari APBN ada, dari APBD ada,

yang banyak dari APBN”. (SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

sebagian besar berasal dana pelayanan KB berasal dari APBN melalui

jenjang provinsi, sedangkan APBD melalui SKPD Kota Palembang.

Berdasarkan Laporan Pengendalian Lapangan Kota Palembang Tahun

2014 menunjukkan bahwa Kecamatan Ilir Timur II mengakses modal

Dana Alokasi Khusus untuk pemberdayaan kelompok UPPKS sebesar

Rp12.966.000. Kecamatan Ilir Timur II menduduki urutan kedua

63
dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Palembang (Badan Pusat

Statistik, 2010).

Penggunaan DAK tersebut sesuai dengan rujukan Rencana Aksi

Nasional Pelayanan KB 2014-2015 dengan mengutip dari Peraturan

Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan

menyatakan bahwa DAK KB diprioritaskan pada daerah-daerah

dengan kepadatan penduduk tinggi.

d. Standard Operating Procedure (SOP)

Berdasarkan Standard Operating Procedure Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011), kegiatan

pelayanan KB yang berkualitas dan berkelanjutan harus sesuai dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

Pra-Pelayanan

1. Pemberian Konseling

Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien

dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik akan

membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama

dan meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan

mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien karena dapat

meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.

Konseling diberikan oleh petugas lapangan terlatih atau petugas

64
medis yang dilakukan sejak dini di lapangan atau di fasilitas

pelayanan.

2. Informed Consent

Setelah klien mendapatkan konseling untuk menggunakan alat

kontrasepsi, maka klien diminta untuk memutuskan/ memilih

kontrasepsi yang dikehendaki (informed choice), selanjutnya klien

dan pasutri harus menandatangani lembar informed consent untuk

pelayanan kontrasepsi Implant, IUD, MOW, MOP. Informed

consent ini akan melindungi klien maupun provider dalam

pelayanan KB.

Pada saat Pelayanan

1. Penyediaan alat dan obat kontrasepsi.

Salah satu faktor untuk meningkatkan keberlangsungan

penggunaan kontrasepsi ditentukan oleh ketersediaan jenis dan

mutu kontrasepsi yang digunakan peserta KB di tempat pelayanan

KB.

2. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan.

Untuk terselenggaranya pelayanan KB yang berkualitas harus

didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai baik

dari segi jumlah dan kualitasnya.

65
3. Dukungan SDM dan Provider.

Jumlah SDM penunjang serta tenaga pelayanan harus memadai

serta terlatih sehingga masing-masing mengetahui tugas dan

tanggungjawabnya dalam pelaksanaan pelayanan KB.

Pasca Pelayanan

1. Mengatasi efek samping, komplikasi dan kegagalan akibat

pemakaian alat dan obat kontrasepsi (alokon).

Upaya untuk memantau terhadap timbulnya efek samping,

komplikasi dan kegagalan penggunaan alokon serta penanganannya

perlu dilakukan optimalisasi “Survailens Pasca Pelayanan” yang

dilakukan oleh petugas lapangan KB. Kegiatan yang dilakukan

adalah dengan melakukan pengamatan atau pengumpulan data

secara aktif baik kunjungan ke rumah atau melalui pertemuan

langsung dengan klien.

2. Mengatasi rumor yang timbul akibat efek samping

Dalam upaya mengatasi rumor tentang kontrasepsi yang ada di

masyarakat, dapat memberdayakan para tokoh (Toga, Toma,

Toda), individu atau kelompok (paguyuban) yang telah

menggunakan jenis kontrasepsi tertentu serta provider untuk

kemudian menjadi sumber pemberian informasi kepada masyarakat

melalui berbagai model komunikasi.

66
3. Pemberian konseling untuk ganti cara ke Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang (MKJP).

Pada klien yang menggunakan kontrasepsi jangka pendek, pada

saat kunjungan ulang perlu dilakukan pemberian konseling kembali

tentang pilihan metode kontrasepsi jangka panjang dan mencoba

untuk memotivasi klien untuk ganti cara dengan menjelaskan

keuntungan penggunaan kontrasepsi jangka panjang.

“Tahapan sebelum, ya kita pertama advokasi dan KIE seluruh


PUS bahwa kita akan mengadakan pelayanan. Itu dilakukan kita
memberi surat ke Ka. UPTB dan ke dinkes jadwal pelayanan kita. Ka.
UPTB akan mempersiapkan sesuai dengan jadwal. Jadwal pelayanan
mereka sendiri yang menentukan, nanti kita kerjasama dengan
Dinkes. Saat pelayanan KB, kita melakukan konseling KB pada
akseptor, kalau masih menggunakan jangka pendek kita arahkan
untuk jangka panjang seperti steril, IUD, implant. Pasca pelayanan,
kita konseling lagi untuk mengontrol mereka biar mereka tetap
menjadi akseptor dan memakai KB”. (SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

dalam pelaksanaan pelayanan KB memiliki tiga tahapan yakni

sebelum, saat dan sesudah pelayanan.

Fase pertama, sebelum pelayanan, petugas PLKB melakukan

advokasi dan KIE dengan sasaran utama ialah pasangan usia subur.

Dengan berkoordinasi dengan UPTB dan dinas kesehatan untuk

pembuatan jadwal pelayanan maka PUS dapat diberikan konseling

sebagai upaya penambahan wawasan penggunaan KB sehingga

nantinya PUS dapat menentukan sikap dalam menggunakan alat-alat

kontrasepsi sesuai kebutuhan dan keinginan.

67
Fase kedua, saat pelayanan, BKB-PP Kota Palembang bekerja

sama dengan instansi terkait guna menunjang keberhasilan pelayanan

KB, dengan berkoordinasi dengan BKKBN Pusat mengenai

pendistribusian alat-alat kontrasepsi baik jangka pendek maupun

jangka panjang untuk digunakan kepada PUS. UPTB dan dinas

kesehatan bekerja sama dalam tindakan medis pelayanan KB di

fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan.

Fase ketiga, setelah pelayanan, petugas KB di lapangan

melakukan konseling kembali kepada PUS untuk mengontrol mereka

tetap menggunakan KB dengan berkonsultasi mengenai efek samping

dan penanganannya setelah menggunakan alat kontrasepsi tertentu.

Jika PUS tersebut sudah menjadi peserta KB aktif maka diarahkan

untuk menggunakan MKJP seperti implant, IUD dan sterilisasi pria

maupun wanita.

4.1.2 Proses

George R. Terry mengatakan bahwa proses manajemen terdiri atas

Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC). Menurut Luther H.

Gullick, menyatakan proses manajemen disingkat menjadi POSDCoRB

yakni Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting,

Budgeting. Sedangkan Henry Fayol, manajemen terdiri dari Planning,

Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling (Wijayanto, 2012).

68
Dalam proses pelaksanaan pelayanan KB ini erat kaitannya dengan

coordinating (koordinasi) karena pelaksanaan pelayanan KB dilakukan

secara berjenjang lima tahapan. Koordinasi ini penting dilakukan dalam

upaya untuk pembinaan peserta KB, pendistribusian alat dan obat

kontrasepsi dan pencapaian dari hasil program KB.

Gambar 4.2
Alur Koordinasi pada Pelayanan KB

PUSAT

BKKBN PROVINSI

BKB-PP KABUPATEN/ KOTA

PLKB

KADER

Proses dalam pelaksanaan pelayanan KB mencakup hal berikut :

a. Pembinaan Peserta KB

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB

Aktif (2011), mekanisme pembinaan peserta KB aktif mengacu pada:

1. Pusat

Bertugas membuat buku pedoman pembinaan peserta KB aktif,

menyiapkan modul pelatihan konseling bagi pengelola dan

pelaksana program KB, menyediakan alat dan obat kontrasepsi

serta sarana dan prasarana pendukung pelayanan KB, melakukan

69
koordinasi untuk merencanakan kegiatan pembinaan peserta KB

aktif dan melakukan kerjasama dengan mitra kerja dalam

meningkatkan pembinaan peserta KB aktif.

2. Perwakilan BKKBN Provinsi

Kegiatan pembinaan peserta KB aktif dilakukan oleh perwakilan

BKKBN Provinsi meliputi menyusun rencana distribusi alat dan

obat kontrasepsi serta sarana dan prasarana pendukung pelayanan

KB ke Kabupaten dan Kota, mengidentifikasi masalah dan sasaran

kegiatan pembinaan peserta KB aktif di tingkat provinsi, dan

melakukan koordinasi di tingkat Provinsi untuk merencanakan

kegiatan pembinaan peserta KB aktif.

3. Kabupaten/ Kota

Dalam upaya pembinaan peserta KB aktif di kabupaten dan kota,

Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota melalui Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan bidang KB (SKPD-

KB) bertugas untuk mengidentifikasi potensi sumber daya yang

mendukung dalam pembinaan peserta KB meliputi: jaringan

kelembagaan mitra kerja, sumber daya manusia, sarana dan

prasarana serta dukungan pembiayaan, mengidentifikasi kebutuhan

tenaga pelaksana pelayanan KB dalam pembinaan peserta KB aktif

yang akan dilatih konseling dan media teknis, dan menyusun

rencana kebutuhan dan distribusi alat dan obat kontrasepsi serta

sarana dan prasarana pendukung pelayanan KB ke klinik KB.

70
4. Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)

Peranan seorang PLKB sangat penting mengingat para peserta KB

(PUS) berada di lapangan/ tingkat desa. Oleh karena itu, kegiatan

yang harus dilakukan oleh PLKB melalui perannya dalam

pembinaan peserta KB aktif yakni melakukan konsultasi dengan

Kepala Desa/ Lurah, SKPD-KB Kabupaten/ Kota, Kader, TOMA

dan TOGA, melakukan hubungan kerja dan silaturrahim dengan

para tokoh dan tokoh masyarakat untuk memperoleh dukungan

politis dan operasional, melakukan kerjasama dengan klinik KB

(pemerintah dan swasta) untuk memantau dan memfasilitasi

penyediaan alat dan obat kontrasepsi serta laporan pelayanan KB di

wilayah kerjanya, dan menetapkan sasaran pembinaan peserta KB

aktif di wilayah kerjanya termasuk melakukan kegiatan penyuluhan

bagi PUS dan keluarganya.

5. Kader (Institusi Masyarakat Pedesaan)

Dalam pembinaan peserta KB aktif di pedesaan/ kelurahan, peran

IMP/ Kader KB sangat penting karena yang paling dekat dengan

masyarakat, dengan kegiatan meliputi melakukan konsultasi dan

koordinasi dengan PKB/ PLKB untuk melakukan perencanaan

kegiatan pembinaan peserta KB aktif, membantu PKB/ PLKB

dalam melakukan identifikasi sasaran kegiatan pembinaan peserta

KB aktif, dan melaksanakan enam peran meliputi

pengorganisasian, pertemuan, komunikasi edukasi dan informasi

71
(KIE), dan penyuluhan, pelayanan kegiatan KB/ KS, pencatatan

dan pendataan serta upaya kemandirian.

“Tugas pembinaan peserta KB utamanya ada pada Ka. UPTB


karena mereka penggerak di masyarakat. Dari Pusat, Provinsi, ke
Kabupaten/ Kota ke puskesmas induk, bisa melalui Ka. UPTB.
Puskesmas induk membawahi beberapa klinik, praktek dokter yang
harus sudah kerjasama, artinya ada nomor klinik KB-nya, yang sudah
teregistrasi di KB bahwa memang dia bekerja sama dengan BKKBN”.
(SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dan dari observasi

langsung ke lapangan dengan Ka. UPTB, PLKB serta kader di

kecamatan menunjukkan bahwa pembinaan peserta KB aktif sesuai

dengan rujukan dari Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB

Aktif, yakni melalui lima jenjang, mulai dari BKKBN Pusat, BKKBN

Provinsi, BKB-PP Kabupaten/ Kota, PLKB dan Kader IMP.

Di Pusat, berperan dalam menginduk seluruh pelaksanaan

pelayanan KB melalui pembuatan buku pedoman sebagai acuan

standar pelaksanaan, serta pengadaan dan pendistribusian alat-alat

kontrasepsi pada jenjang selanjutnya, karena jika terhambat distribusi

alokon maka akan fasilitas pelayanan kesehatan di KB juga terhambat.

Di Provinsi dan Kabupaten/ Kota, memiliki tugas pembinaan

yang hampir mirip, yakni dengan meningkatkan lembaga kemitraan

sebagai sarana pendukung khususnya Dinas Kesehatan Provinsi atau

Kabupaten/ Kota sebagai pihak pelaksana layanan KB. Perbedaannya

ada pada ruang lingkup dalam mengidentifikasi sasaran KB, provinsi

72
lebih ke tiap-tiap kabupaten sedangkan kabupaten/ kota ke tingkat

kecamatan.

Pada PLKB, merupakan tenaga pelaksana yang memegang

peranan vital dalam pembinaan akseptor karena sebagai motor

penggerak di masyarakat. Tugas PLKB ialah dengan memantau dan

memfasilitasi penyediaan alat dan obat kontrasepsi, menjalin

hubungan kerja dengan berbagai pihak seperti Kepala Desa, Tokoh

Agama, Tokoh Masyarakat, unit pelayanan kesehatan, Ketua RT dan

RW, serta kader untuk menjalin kedekatan biar memudahkan

koordinasi dalam pengerahan massa untuk menggunakan KB.

Kemudian, menetapkan sasaran pembinaan peserta KB aktif di

wilayah kerja untuk penyuluhan. Di Kecamatan Ilir Timur II, tenaga

PLKB berjumlah 5 orang sedangkan jumlah kelurahan yang ada di

Kecamatan Ilir Timur II sebanyak 12 kelurahan. Akibatnya, rasio

PLKB dengan wilayah kerja di desa/ kelurahan ialah melebihi SPM

yang dianjurkan.

Pada Kader yang biasanya termasuk perangkat desa, juga

memiliki peranan tak kalah penting karena langsung bersinggungan

dengan masyarakat sebagai objek sasaran sebagai PUS. Tugas

pembinaan peserta KB oleh kader ialah melakukan tindakan

pencatatan, pendataan dan pelaporan peserta KB melalui sebuah buku

khusus dari Pusat, mengidentifikasi peserta KB dengan pembuatan

Peta Sistem Informasi Kependudukan Keluarga (SIDUGA) satu tahun

73
sekali, dan mengadakan Temu Kader IMP yang dilakukan satu kali

selama sebulan guna penyolidan dan pengakraban.

Menurut Yuliana (2013), peran kepala adat sebagai pemuka

pendapat sampai saat ini masih tetap efektif. Masyarakat adat terbukti

masih sangat loyal dan taat kepada nilai-nilai lokal yang dalam

penerapannya dijaga dan dikontrol oleh kepala adat. Peranan

kepemimpinan kepala adat ini, membawa pengaruh yang kuat

terutama dalam mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan

keterlibatan seluruh warga masyarakat di lingkungannya guna

mendukung keberhasilan program. Dalam sosialisasi peran kepala

adat adalah sebagai jembatan antara pihak penyuluh atau pemerintah

dengan masyarakat agar tercapai mutual understanding (saling

pengertian) antara kedua belah pihak. Dalam hal ini kepala adat

bertindak sebagai fasilitator komunikasi untuk membantu PLKB

dalam hal menyampaikan apa yang diinginkan penyuluh lapangan

keluarga berencana (PLKB).

b. Pelayanan Alat dan Obat Kontrasepsi

Menurut Pinem (2011), Pelayanan kontrasepsi sebagai bagian

dari pelayanan KB merupakan bagian dari pelayanan kesehatan.

Fasilitas pelayanan KB professional dapat bersifat teknis statis atau

mobile dan diselenggarakan oleh tenaga professional, yaitu dokter

spesialis, dokter umum, bidan atau perawat kesehatan. Pelayanan yang

74
mobile diperlukan untuk menjangkau tempat yang membutuhkan.

Fasilitas pelayanan KB professional statis meliputi pelayanan KB

sederhana, lengkap, sempurna dan paripurna.

“Kalau pelayanan mobil setiap tahun digunakan rata-rata


setiap tahun 24 gerak, itu yang pasti dan teranggarkan tapi di luar
permintaan masyarakatada. Di hari-hari momentum, ulang tahun
Muhammadiyah, ulang tahun rumah sakit, ulang tahun organisasi
LSM lain kalau mereka mengajukan proposal dan minta bantuan
pelayanan, kita lakukan untuk pelayanan”. (SYN)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

pelayanan bergerak di BKB-PP Kota Palembang dengan Mobil

Pelayanan (Muyan), Mobil Penerangan (Mupen), setiap tahun

digunakan di 16 kecamatan tertuang dalam bentuk program kegiatan.

Di luar itu, permintaan masyarakat juga ada seperti perayaan ulang

tahun rumah sakit, ulang tahun organisasi LSM jika mengajukan

proposal kegiatan pelayanan KB. Pelayanan menetap melalui fasilitas-

fasilitas kesehatan yang setiap hari melayani masyarakat misalnya

puskesmas, klinik.

Menurut Data Laporan Peserta KB Bulan Desember 2014 di

Kota Palembang, menunjukkan hasil bahwa penggunaan alat dan obat

kontrasepsi masih didominasi oleh penggunaan non-MKJP: kondom

(7,62%), pil (24,53%) dan suntikan (36,3%), dari total peserta KB

keseluruhan mencapai 232.174 PUS.

75
Gambar 4.3
Penggunaan Alat dan Obat Kontrasepsi di Kota Palembang

9.87
IUD
6.96 0.52
24.53 MOW
MOP
7.62
Kondom
Implant
14.11
Suntikan
36.3 Pil

Sumber: Laporan Peserta KB Bulan Desember di Kota Palembang (2014)

Menurut Mochtar (2002, dikutip dari Eko, Wulansari dan

Purwanti, 2013), salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi

pilihan akseptor adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman,

efektif, sederhana, dan murah. Cara ini mulai disukai masyarakat kita

dan diperkirakan setengah juta pasangan memakai kontrasepsi

suntikan untuk mencegah kehamilan.

Hal ini juga didukung oleh Hartanto (2004, dikutip dari Eko,

Wulansari dan Purwanti, 2013) yang menyatakan bahwa kontrasepsi

hormonal seperti suntik memiliki daya kerja yang lama, tidak

membutuhkan pemakaian setiap hari tetapi tetap efektif dan tingkat

reversibilitasnya tinggi, artinya kembali kesuburan setelah pemakaian

berlangsung cepat.

76
“Kalau sekarang mayoritas jangka pendek untuk Kota
Palembang, suntik itu masih nominasi tapi sekarangkan peralihannya
terus gencar mengadakan MKJP, karena distribusi suntik juga sudah
agak dikurangi supaya masyarakat itu menggunakan yang jangka
panjang”. (SYN)

Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

memang masyarakat Kota Palembang masih menggunakan jangka

pendek, dimana suntik KB menjadi prioritas utama. Meskipun

demikian, terus dilakukan peralihan secara berkelanjutan agar

menggunakan MKJP dan distribusi suntikan dari pusat perlahan

dikurangi.

“Itu hanya alokon tertentu yang telah diatur, suntik, IUD,

MOW dan MOP. Yang terbanyak MKJP, karena memang diarahkan

untuk jangka panjang”. (SYN)

Di sisi lain, BKKBN Pusat menjalin kerjasama dengan BPJS

dalam upaya pelayanan alat dan obat kontrasepsi, dimana ruang

lingkup pelayanan KB terbanyak adalah vasektomi dan tubektomi

yang termasuk MKJP karena memang diprioritaskan. Bahkan di luar

negeri, seperti Singapura dan Mesir, telah menerapkan pelayanan KB

yang mengarah kepada jangka panjang sejak lama. Singapura

misalnya, pada akhir periode Rencana Lima Tahun II SFPPB (1971-

1975) mengeluarkan kebijakan KB dengan melakukan sterilisasi

melalui program insentif dan diinsentif dan bahkan merangsang

kegiatan aborsi. Sedangkan Mesir tahun 1985, di awal era Hosni

Mubarak, mengadakan Konferensi Nasional tentang Kependudukan

77
yang menghasilkan tujuh prinsip dasar untuk mencegah bertambahnya

populasi Mesir secara signifikan.

c. Program-Program Pelayanan KB

Program pelayanan KB di BKB-PP kota Palembang merupakan

hasil dari penjabaran visi, misi dan rencana strategis BKKBN 2013-

2018. Visi dan misi tersebut ditempuh melalui strategi yang

dijabarkan kedalam bentuk sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai

mencakup perencanaan program-program kesehatan berbasis

pelayanan KB.

BKB-PP Kota Palembang memiliki program-program dengan

tujuan mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, mandiri

dan berdaya saing, dengan sasaran meningkatnya kualitas keluarga

kecil sejahtera. Keberhasilan program tersebut mempunyai Standar

Pelayanan Minimal (SPM).

“Setiap program memiliki SPM-nya. Standar Pelayanan

Minimal itulah menjadi indikator kinerja kita, kalau SPM-nya

dibawah target, kinerja kita tidak bagus”. (SYN)

Hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa setiap program

memiliki SPM. SPM itu menjadi indikator kinerja sebuah program.

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Bidang Keluarga

Berencana dan Keluarga Sejahtera (2010), jenis pelayanan dasar

beserta indikator kinerja dan target tahun 2010-2014 terdiri dari:

78
Tabel 4.1
SPM Bidang KB-KS Tahun 2010-2014
No. Indikator Kinerja Target Capaian
1 Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS)
3,5%
yang istrinya dibawah usia 20 tahun
2 Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur
65%
menjadi Peserta KB aktif
3 Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak
5,0%
terpenuhi (unmet need)
4 Cakupan anggota Bina Keluarga Balita
70%
(BKB) ber-KB
5 Cakupan PUS peserta KB anggota
Usaha Peningkatan Pendapatan
87%
Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-
KB
6 Rasio Petugas Lapangan Keluarga 1 PKB/PLKB
Berencana (PLKB) dengan wilayah untuk setiap 2
kerja di desa/ kelurahan desa/kelurahan
7 Rasio petugas Pembantu Pembina KB 1 PPKBD untuk
Desa (PPKBD) dengan wilayah kerja di setiap 1 desa/
desa/ kelurahan kelurahan
Sumber: Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (2010)

Berdasarkan data dari BKB-PP Kota Palembang, menunjukkan

hasil kinerja tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 4.2
Realisasi SPM Bidang KB-KS
No. Indikator Kinerja Realisasi
1 Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS)
8,59%
yang istrinya dibawah usia 20 tahun
2 Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur
78,3%
menjadi Peserta KB aktif
3 Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak
14%
terpenuhi (unmet need)
4 Cakupan anggota Bina Keluarga Balita
90,17%
(BKB) ber-KB
5 Cakupan PUS peserta KB anggota
Usaha Peningkatan Pendapatan
51,4%
Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-
KB
6 Rasio Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) dengan wilayah 1,84
kerja di desa/ kelurahan

79
7 Rasio petugas Pembantu Pembina KB
Desa (PPKBD) dengan wilayah kerja di 1
desa/ kelurahan
Sumber: Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (2012)

Dari perbandingan antara target capaian dan realisasi Standar

Pelayanan Minimal pada tahun 2012, menunjukkan bahwa 5 dari 7

indikator program sesuai SPM telah tercapai. Cakupan jumlah Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) belum

mencapai target dan rasio PLKB dengan wilayah kerja di desa/

kelurahan hanya 1,84. Artinya, tidak setiap PLKB bertanggungjawab

pada dua desa/ kelurahan.

Hasil observasi di kecamatan, diketahui bahwa jumlah UPPKS

tersebut rendah karena kurangnya perhatian dari Kabupaten/ Kota dari

segi koordinasi dan juga pendanaan sehingga PLKB dan kader di

lapangan kurang optimal dalam penggerakan massa. Ditambah lagi

tidak direncanakan program Pembinaan Keluarga Berencana pada

tahun 2014 dengan menggunakan indikator kinerja yang berkaitan

dengan UPPKS. Akibatnya kegiatan UPPKS menjadi terhambat.

Adapun program-program Bidang Keluarga Berencana dan

Kesehatan Reproduksi di BKB-PP Kota Palembang beberapa

diantaranya menggunakan SPM yang dianjurkan.

80
Tabel 4.3
Program Kerja dengan Indikator Kinerja sesuai SPM
No. Indikator Kinerja Program Kerja
1 Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) Pelayanan Konseling
yang istrinya dibawah usia 20 tahun Informasi Edukasi
2 Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur Pelayanan Konseling
menjadi Peserta KB aktif Informasi Edukasi
3 Cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak Pelayanan KB dan
terpenuhi (unmet need) Alat Kontrasepsi bagi
Keluarga Miskin
4 Cakupan anggota Bina Keluarga Balita Pembinaan Keluarga
(BKB) ber-KB Berencana
5 Cakupan PUS peserta KB anggota Pembinaan Keluarga
Usaha Peningkatan Pendapatan Berencana
Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber-
KB
6 Rasio Petugas Lapangan Keluarga Pelayanan Konseling
Berencana (PLKB) dengan wilayah Informasi Edukasi
kerja di desa/ kelurahan
7 Rasio petugas Pembantu Pembina KB Pelayanan Konseling
Desa (PPKBD) dengan wilayah kerja di Informasi Edukasi
desa/ kelurahan
Sumber: Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (2014)

4.1.3 Output

Keluaran hasil dari pelaksanaan pelayanan KB ialah adanya pelayanan

KB yang berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (2014), Pelayanan KB yang

berkualitas dan merata terdiri dari :

1. Peningkatan advokasi dan KIE difokuskan pada sasaran kelompok

khusus, yakni PUS yang memiliki dua anak, PUS dari keluarga

miskin, dan PUS yang berada di daerah yang membutuhkan

pelayanan KB.

81
2. Pembinaan akseptor KB, untuk meningkatkan jumlah akseptor dan

meningkatkan penggunaan alat dan obat kontrasepsi jangka

panjang (MKJP).

3. Peningkatan distribusi alat dan obat kontrasepsi ke fasilitas

pelayanan kesehatan secara optimal agar kebutuhan ber-KB

terpenuhi secara baik.

4. Pembinaan remaja melalui Generasi Berencana (Genre).

5. Penguatan kapasitas kelembagaan Kependudukan dan KB di

Kabupaten/ Kota.

“KIE itu rutinitas, setiap sebelum pelayanan dan sesudah


pelayanan, persiapan pelayanan it kerja tupoksi PLKB. Jadi,
advokasinya itu terus, tidak hanya pada rutinitas dan tidak hanya
pada momentum. Tapi itu memang tupoksi PLKB untuk KIE dan
advokasi untuk ke lapangan nantinya”. (SYN)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa

tindakan advokasi maupun KIE merupakan hal yang penting

khususnya sebelum pelayanan KB sebagai tupoksi dari PLKB sebagai

upaya pendekatan ke masyarakat. Advokasi dan KIE itu terus

disesuaikan saat dibutuhkan dan dioptimalkan ketika pelayanan.

Advokasi dana juga bisa dilakukan, misalnya di Kecamatan Ilir

Timur II dengan jumlah PUS tertinggi, jumlah penduduk terbanyak

kedua, dan jumlah pengguna KB peringkat ketiga pada Desember

2014 di Kota Palembang, maka dapat dilakukan Dana Alokasi Khusus

untuk pelayanan KB.

82
Dalam pelaksanaan pelayanan KB juga dilakukan pembinaan

akseptor secara berjenjang dari BKKBN Pusat, BKKBN Provinsi,

BKB-PP Kabupaten/ Kota, PLKB hingga ke Kader IMP.

Pendistribusian alat dan obat kontrasepsi tergantung pada Pusat, jika

tidak ada kendala dan hambatan maka tindakan pelayanan KB dapat

berlangsung secara baik. Pada tingkat provinsi maupun kabupaten/

kota hanya meneruskan kepada fasilitas pelayanan kesehatan.

“Di sekolah-sekolah itu, kita terkendala dengan anggaran.


Anggaran paling setahun itu hanya 10 sekolah yang kita kunjungi
untuk sosialisasi soal Genre dan pendewasaan usia perkawinan.
Sekolah-sekolah itu paling sedikit mungkin 50 - 100 mahasiswa yang
bisa . Kalau setahun cuman 1.000, antara 500 - 1.000. Sedangkan
sasaran kita, remaja, itu banyak sekali. Ini masih kurang, tidak hanya
disitu, di luar sekolah juga mungkin kita lakukan. Misalnya di panti-
panti asuhan, itu Genre di luar sekolah”. (SYN)

Adapun sosialisasi mengenai Generasi Berencana (Genre),

belum begitu optimal karena terbatasnya anggaran dan waktu

sedangkan remaja, sebagai objek sasaran, jumlahnya begitu banyak

bukan hanya pada pendidikan formal (sekolah, madrasah, perguruan

tinggi) tapi juga non-formal (panti asuhan, keorganisasian Pramuka,

OSIS).

“Kalu hambatan, umpamanya kita kerjasama dengan orang lain


yang instansinya beda. Sedangkan instansi sendiri, merekapun punya
pekerjaan yang banyak intinya. Dan kita harus memasuki supaya kita
minta bantu pekerjaan kita juga. Mungkin ya, terkadang responsnya
negatif dan ada respons positif. Terkadang ada yang mau dan
terkadang tidak”. (SYN)

Sebagai sebuah instansi, tentu membutuhkan instansi lainnya

untuk bekerja sama, berkoordinasi dan berkolaborasi. Bagi BKB-PP

83
Kota Palembang, Dinas Kesehatan merupakan mitra kerja utama

sebagai pelaksana teknis pelayanan medis alat dan obat kontrasepsi.

Tak menutup diri juga dengan instansi-instansi lainnya, tapi terkadang

ada instansi yang memiliki respons positif dalam bekerja sama, dan

begitu juga sebaliknya, tidak bersedia karena memiliki aktivitas

masing-masing di instansi.

4.2 Hambatan dan Kendala Pelayanan Keluarga Berencana

4.2.1 Input

1. Rasio PLKB dengan wilayah kerja di desa/ kelurahan belum mencapai

target yang diinginkan yakni satu PLKB untuk dua desa/ kelurahan.

2. Perlu adanya penyebaran secara merata untuk kepegawaian di

lapangan dan penambahan kepegawaian di kantor dengan latar

belakang pendidikan kesehatan seperti bidan, dokter praktik, perawat

agar dapat membantu tindakan teknis pelayanan KB di fasilitas-

fasilitas kesehatan.

3. Anggaran dana masih minim untuk program-program yang dituntut

pelaksanaannya, misalnya sosialisasi Generasi Berencana (Genre),

dimana pembinaan Genre secara baik merupakan salah satu ciri

pelayanan KB yang berkualitas.

4. Standard Operating Procedure (SOP) pelaksanaan pelayanan KB

belum begitu dilakukan secara lengkap dan sistematis. Perlu diberi

84
penguatan penerapan di setiap tahapan agar lebih berdaya guna dan

berhasil guna.

4.2.2 Proses

1. Dalam upaya pembinaan akseptor KB secara berjenjang, seringkali di

kecamatan mendapat hambatan. Misalnya, masih minim partisipasi

masyarakat untuk menghadiri kegiatan-kegiatan dari PLKB. Dari

kader sendiri, dibutuhkan penambahan jumlah kader aktif dan

pelatihan keterampilan seperti pembuatan Peta SIDUGA sebagai data

akurat yang representatif untuk mengetahui peserta KB di tiap desa/

kelurahan.

2. Seringkali terhambatnya penerimaan upah kepada kader terhadap

tugas kerja mereka di desa/ kelurahan, sehingga terlebih dahulu

menggunakan dana pribadi dari PLKB sebagai cara untuk membuat

kader tetap bertugas.

3. Alat dan obat kontrasepsi masih didominasi oleh non-MKJP yakni

suntikan dan pil sebesar dua pertiga dari jumlah penggunaan alokon.

Sedangkan MKJP, khususnya MOP/ vasektomi hanya 0,52%.

4. Bentuk pelayanan KB yang bergerak dan menetap perlu direncanakan

diluar program kerja BKB-PP Kota Palembang sebagai bentuk

kesiapan dalam berbagai waktu, situasi dan tempat dalam upaya

pelayanan KB.

85
5. Ada beberapa instansi terkait pelayanan KB yang terkadang tidak

memberikan respons positif dalam bekerja sama, berkoordinasi dan

berkolaborasi.

86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil kegiatan selama melakukan Praktikum Kesehatan

Masyarakat di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Kota Palembang, maka dapat disimpulkan bahwa gambaran umum

pelaksanaan pelayanan KB sebagai berikut.

1. Kepegawaian terbagi menjadi kepegawaian di kantor sebagai

perencana diharapkan memiliki latar belakang pendidikan

kesehatan dan di lapangan sebagai pelaksana pelayanan KB harus

memiliki rasio satu berbanding dua, antara PLKB dengan wilayah

kerja di desa/ kelurahan.

2. Sarana pendukung yang dimiliki ialah UPTB sebagai layanan

permintaan (demand creation) untuk menggerakkan masyarakat

menggunakan KB dan klinik kesehatan sebagai layanan penawaran

(supply creation) untuk memasang alat dan obat kontrasepsi.

3. Sumber dana pelaksanaan pelayanan KB berasal dari APBN,

APBD dan bisa juga dari DAK bagi daerah dengan jumlah

penduduk dan PUS tinggi.

4. Standard Operating Procedure pelayanan KB meliputi tiga

tahapan, yakni sebelum pelayanan (pemberian konseling, informed

consent), saat pelayanan (penyediaan alokon, penyediaan sarana

pendukung, dukungan SDM dan provider) dan setelah pelayanan,

87
5. konseling kembali untuk mengetahi efek samping, mengatasi rumor

akibat efek samping, mengarahkan peserta KB menggunakan

MKJP.

6. Pembinaan peserta KB dilakukan secara berjenjang dengan lima

tingkatan yakni Pusat, Perwakilan BKKBN Provinsi, Kabupaten/

Kota, PLKB, dan Kader IMP dengan memiliki peranan berbeda

tapi tetap saling berkaitan satu sama lain.

7. Pelaksanan pelayanan KB dapat dilakukan dengan pelayanan

bergerak dan menetap. Pelayanan bergerak melalui kendaraan

motor dan mobil sesuai arahan program maupun pada momentum

tertentu, sedangkan pelayanan menetap ialah pada fasilitas

pelayanan kesehatan.

8. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang masih kecil angka

penggunaannya meskipun berbagai pihak sudah berupaya agar

dapat mengimbangi penggunaan non-MKJP. Suntik KB masih

menjadi pilihan pertama dan utama.

9. Setiap program memiliki Standar Pelayanan Minimal. SPM acuan

terdiri dari tujuh indikator yakni cakupan PUS yang istrinya

dibawah usia 20 tahun, cakupan sasaran PUS menjadi Peserta KB

Aktif (PA), cakupan PUS yang ingin ber-KB tidak terpenuhi,

cakupan anggota BKB, cakupan PUS peserta KB anggota UPPKS,

rasio PLKB dengan wilayah kerja di desa/ kelurahan dan rasio

PPKBD dengan wilayah kerja di desa/ kelurahan.

88
10. Program UPPKS dan pembinaan Generasi Berencana perlu

mendapat perhatian dari segi anggaran, sarana dan sumber daya

manusia agar lebih dapat dioptimalkan.

5.2 Saran

Dari hasil kegiatan selama melakukan Praktikum Kesehatan

Masyarakat di Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan

Kota Palembang, maka saran yang dapat penulis sampaikan antara lain:

a. Bagi BKB-PP Kota Palembang

1. Pembuatan program-program pelayanan KB diutamakan

menginduk kepada Standar Pelayanan Minimal sebagai indikator

keberhasilan suatu program.

2. Penerapan ulang dalam Standard Operating Procedure dan

pembinaan peserta KB agar lebih lengkap dan sistematis.

3. Memperkuat hubungan mitra kerja dengan instansi-instansi terkait,

khususnya Dinas Kesehatan sebagai pelaksana teknis pelayanan

KB.

Bagi Pemerintah yaitu menciptakan kreativitas dan inovasi dalam

penerapan alat dan obat kontrasepsi jangka panjang bisa melalui kebijakan

maupun sebuah program, sehingga masyarakat khususnya PUS ikut

berpartisipasi dalam MKJP ini.

89
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Dyah Noviawati Setya dan Sujiyatini. (2009) Panduan Lengkap Pelayanan
KB Terkini. Yogyakarta, Nuha Medika.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2011) Rencana


Strategis (Renstra) Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2010-2014. Jakarta, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011) Pedoman


Pelayanan KB dalam Jaminan Persalinan (Jampersal). Jakarta, Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2011) Pedoman


Pelaksanaan Pembinaan Peserta KB Aktif. Jakarta, Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2012) Bagaimana


Merencanakan Program Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi (JKK). Jakarta,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2013) Survey


Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 Provinsi Sumatera Selatan.
Palembang, Unsri Press.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


(2013) Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.

Badan Pusat Statistik. (2011) Hasil Sensus Penduduk 2010 Kota Palembang Data
Agregat per Kecamatan. Palembang, Badan Pusat Statistik.

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2013) Rencana Aksi
Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015. Jakarta, Kementerian
Kesehatan RI.

Direktorat Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak


Kedeputian Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan Bappenas Tahun 2010.
(2010) Evaluasi Pelayanan Keluarga Berencana bagi Masyarakat Miskin
(Keluarga Prasejahtera/ KPS dan Keluarga Sejahtera-I/ KS-I. Jakarta,
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dosriani Sitopu, Selli. (2012) Hubungan Pengetahuan Akseptor Keluarga
Berencana dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi di Puskesmas Helvetia
Medan [internet]. Diunduh dari:
<http://uda.ac.id/jurnal/files/jurnal%20bu%20selly%20vol%2022-
%20FIK.pdf> [diakses 15 Januari 2015].

Eko, Wulansari dan Purwanti (2013) Analisis Perbedaan Berat Badan Sebelum
dan Selama Menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS Ny. Ismiati Desa
Jatirunggo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang [internet]. Diunduh
dari:
<http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114677&val=5245>
[diakses 10 Februari 2015].

Kementerian Kesehatan RI. (2013) Buletin Jendela Data dan Informasi


Kesehatan. Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.

Parinduri, Nikmah Choiriah. (2011) Faktor-Faktor Ketidakikutsertaan Pasangan


Usia Subur Menjadi Akseptor KB di Desa banda Klippa Kabupaten Deli
Serdang [internet]. Diunduh dari:
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27190/7/Cover.pdf>
[diakses 15 Januari 2015].

Peraturan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Nomor


55/HK-010/B5/2010. Jakarta, Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional.

Pinem, Elvi Diana. (2011) Analisis Tingkat Efektivitas Pengguna Alat


Kontrasepsi Berdasarkan Tingkat Kegagalan Peserta KB di Kabupaten
Langkat Tahun 2008-2009 [internet]. Diunduh dari:
<http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28404/5/Chapter%20I.pdf
> [diakses 15 Januari 2015].

Purwanti, Suherni dan Astuti. (2013) Hubungan Mutu Layanan Konseling AKDR
dengan Tingkat Kepuasan Akseptor Bidan Delima di Kota Semarang
[internet]. Diunduh dari:
<http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/article/view/817> [diakses 15
Januari 2015].

Rochma. (2012) Hubungan Pengetahuan dan Paritas dengan Pemakaian Alat


Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus
Palembang Tahun 2012 [internet]. Diunduh dari
<http://poltekkespalembang.ac.id/userfiles/files/hubungan_pengetahuan_dan
_paritas_dengan_pemakaian_alat_kontrasepsi_dalam_rahim_1.pdf>
[diakses 16 Januari 2015].
Saifuddin, Abdul Bari. (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sule, Erni Trisnawati dan Saefullah, Kurniawan. (2009) Pengantar Manajemen.
Jakarta: Kencana.

Tunufus, Sakinah. (2012) Keluarga Berencana di Singapura pada Tahun 1966-


1986 [internet]. Diunduh dari: <http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308303-
S42665-Program%20keluarga.pdf> [diakses 9 Februari 2015].

Wijayanto, Dian. (2012) Pengantar Manajemen. Jakarta, Gramedia Pustaka


Utama.

Wisensale and Khodair. (1998) The Two-child Family: The Egyptian Model of
Family Planning [internet], pp.505-507. Diunduh dari:
<http://search.proquest.com/docview/232582549/C151FE418DDC42EDPQ/
1?accountid=31434> [diakses 10 Februari 2015].

Yuliana, Eka. (2013) Peranan Kepala Adat dalam Sosialisasi Program Keluarga
Berencana di Pampang Kelurahan Sungai Siring Samarinda [internet]. E-
Journal Ilmu Komunikasi. Diunduh dari: <http://ejournal.ilkom.fisip-
unmul.ac.id/site/?p=734> [diakses 11 Februari 2015].
LAMPIRAN
Lampiran I

LEMBAR BIMBINGAN
KEGIATAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT

Nama : Herman Brawijaya


NIM : 10111001047
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)
Tempat PKM : BKB-PP Kota Palembang
Tandatangan
No. Tanggal Uraian Bahasan Dosen
Pembimbing
1 6 Januari 2015 Konsultasi Bab I

2 6 Januari 2015 Konsultasi Bab II

3 8 Januari 2015 Revisi Bab I

4 15 Januari 2015 Revisi Bab I

5 17 Januari 2015 Revisi Bab II

6 30 Januari 2015 Revisi Bab II

7 30 Januari 2015 Konsultasi Bab III

8 3 Februari 2015 Revisi Bab I dan Bab II

9 7 Februari 2015 Konsultasi Bab IV dan Bab V

10 10 Februari 2015 Revisi Bab IV

11 12 Februari 2015 Revisi Bab IV

Mengetahui,
Dosen Pembimbing PKM

Najmah, S.KM., M.PH


NIP. 19830724 200604 2 003
Lampiran II

LEMBAR PEMANTAUAN
KEGIATAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT

Nama : Herman Brawijaya


NIM : 10111001047
Peminatan : Administrasi Kebijakan Kesehatan (AKK)
Tempat PKM : BKB-PP Kota Palembang
Paraf
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Pembimbing
Lapangan
15 Desember 2014 Penerimaan Praktikum Kesehatan
Masyarakat (PKM) oleh Kepala
dan Sekretaris BKB-PP Kota
Palembang
16 Desember 2014 Mengikuti Kegiatan Perayaan hari
Ibu ke-86 di Rumah Dinas PLT
Walikota Palembang
18 Desember 2014 Diskusi dengan Kepala Bidang
KB-KR
19 Desember 2014 Diskusi dengan Kepala Subbidang
Keuangan
22 Desember 2014 Penerimaan di Unit Pelaksana
Teknis Badan (UPTB) Kecamatan
Ilir Timur II
22 Desember 2014 Berkunjung ke Puskesmas
Pembantu Kelurahan 1 Ilir
22 Desember 2014 Berkunjung ke rumah kader
Kelurahan 1 Ilir
23 Desember 2014 Survey lapangan di RT 08 dan RT
15 Kelurahan 1 Ilir dalam rangka
pembuatan Peta Keluarga
Berencana
24 Desember 2014 Finishing tahap awal pembuatan
Peta KB
29 Desember 2014 Penempelan sticker pada Peta KB
sebagai Sistem Informasi
Kependudukan Keluarga
(SIDUGA)
2 Januari 2015 Finishing tahap akhir pembuatan
Peta KB
5 Januari 2015 Mengikuti kegiatan Instansi
Masyarakat Pedesaan (IMP)
Kecamatan Ilir Timur II di Balai
Kecamatan
13 Januari 2015 Mengunjungi Puskesmas
Kelurahan 5 Ilir dalam rangka
kegiatan posyandu
15 Januari 2015 Penutupan kegiatan PKM di
UPTB Kecamatan Ilir Timur II
16 Januari 2015 Mengumpulkan data pelengkap
untuk penyelesaian laporan
20 Januari 2015 Penutupan kegiatan PKM oleh
Sekretaris Badan di BKB-PP Kota
Palembang

Mengetahui

Pembimbing Lapangan,

Drs. Najib Pradedi, MM


NIP. 19590828 198312 1 001
Lampiran III
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII

FOTO KEGIATAN PRAKTIKUM KESEHATAN MASYARAKAT

Batu Peresmian Puskesmas Pembantu (Pustu) Kelurahan 1 Ilir

Mengunjungi Puskesmas Pembantu (Pustu) di Kelurahan 1 Ilir


Proses Pembuatan Peta SIDUGA (Sistem Informasi Kependudukan Keluarga)

Hasil Akhir Peta SIDUGA Bersama Kader Kelurahan 1 Ilir RT 16


Mengikuti Kegiatan Instansi Masyarakat Pedesaan (IMP) di Balai Kecamatan

Foto Bersama Kepala UPTB Kecamatan Ilir Timur II Beserta Jajaran

Anda mungkin juga menyukai