Anda di halaman 1dari 7

COMPETITIVE STRATEGY

PT. Kimia Farma Tbk. merupakan salah satu perusahaan farmasi terbesar dan dinamis.
Untuk mempertahankan serta memperkokoh posisi tersebut, Kimia Farma selalu berupaya
untuk beradaptasi dengan segala bentuk perubahan. Kimia Farma melakukan integrasi dan
konsolidasi dengan mengakuisisi perusahaan lain serta memaksimalkan sinergi layanan dari
hulu ke hilir. Untuk memahami strategi kompetitif dari Kimia Farma dalam mempertahankan
posisinya sebagai world class company dapat dilihat dari implementasi cost leadership,
product differentiation, Strenght and Weakness

a. Cost Leadership
1. Akuisisi PT. Phapros

Akuisisi PT. Phapros bertujuan untuk menciptakan sinergi yang dapat mendorong
efisiensi biaya operasional dan distribusi barang, meningkatkan diversifikasi portofolio
produk, serta memperkuat jaringan produksi Kimia Farma. Akuisisi ini juga menjadikan
Kimia Farma sebagai salah satu perusahaan farmasi terintegrasi yang terbesar karena
memiliki lini produksi dan fasilitas produk yang sangat lengkap. PT Phapros Tbk merupakan
perusahaan yang dipercaya industri farmasi lain untuk memproduksi obat melalui kerja sama
Contract Manufacturing. Produk PT. Phapros Tbk. digunakan untuk kebutuhan nasional dan
kebutuhan negara lain melalui kerjasama ekspor yang dirintis sejak tahun 2013. Hingga saat
ini sudah ada 6 produk yang diizinkan untuk beredar di Kamboja, serta obat antituberkulosis
yang pada akhir tahun 2019 diekspor ke Peru, Amerika Selatan.

2. Teknologi Informasi

Kimia Farma berupaya memperkuat sisi operasionalnya dengan melakukan


transformasi digital agar proses dari hulu ke hilirnya terintegrasi dalam sistem teknologi
Informasi. Pengintegrasian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kinerja perseroan
dengan produksi obat tepat sasaran sesuai dengan permintaan pasar. Digitalisasi farmasi juga
akan meminimalisir pemalsuan obat dan peredaran obat palsu yang selama ini menyebabkan
adanya tambahan biaya operasional.
3. Efisiensi dan efektifitas kegiatan Manufaktur

Dalam kegiatan manufaktur, Kimia Farma memiliki beberapa strategi untuk menjaga
efisiensi dan efektifitas kinerjanya, antara lain :

a. Koordinasi rencana produksi dengan Supply Chain untuk menghindari penumpukan


produk.
b. Mengoptimalkan penjajakan calon maklooner terutama untuk pelaksanaan makloon
produk-produk dengan pesanan melebihi kapasitas produksi Plant.
c. Optimasi bahan kemas primer dan bahan kemas sekunder.
d. Percepatan proses sertifikasi, pembuatan produk berdasarkan make to stock, dan
pencarian calon maklooner untuk pemenuhan pesanan produk.
e. Pengoptimalan proses sertifikasi dengan penetapan target sertifikasi yang terukur
sesuai dengan persyaratan regulasi dan membentuk tim khusus untuk pelaksanaan
sertifikasi

4. Divisi Procurement Sourcing

Kimia Farma memiliki divisi strategis yaitu Procurement Sourcing. Procurement


memiliki tugas untuk meningkatkan cost saving sehingga dapat menurunkan Harga Pokok
Pembelian (HPP) dan menaikkan margin bagi Perseroan.

b. Product Differentiation
PT. Kimia Farma Tbk. melakukan diferensiasi produk dengan mengembangkan sinergi
jasa farmasi dan kesahatan terbesar dari hulu ke hilir. Segmen usaha Kimia Farma
dikelompokkan menurut kegiatan usaha yaitu, manufaktur atau produksi, distribusi dan ritel
atau unit usaha serta jasa unit lainnya.

1. Segmen Manufaktur atau Produksi


Kegiatan usaha manufaktur Kimia Farma menghasilkan produk obat-obat kimia,
formulasi dan herbal. Produk dapat dibagi dalam 6 (enam) lini produksi yaitu etikal, obat
bebas, generik, narkotika, lisensi dan bahan baku. Total item produk yang dihasilkan
mencapai 365 item produk yang dipasarkan ke seluruh Indonesia dan ke beberapa negara..
Kimia Farma memiliki 12 (dua belas) fasilitas produksi yang tersebar di Jakarta,
Semarang, Bandung, Medan, Watudakon, Bali dan Subang yang merupakan tulang punggung
dari segmen bisnis manufaktur Perseroan. Ke-12 fasilitas produksi tersebut telah mendapat
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), sertifikat Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB), sertifikat Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB),
sertifikat ISO 9001:2015, dan ISO 14001:2015 dari institusi luar negeri (Llyod’s, SGS,
TUV), serta sertifikat Halal Produk

2. Segmen Distribusi
Kegiatan usah distribusi dilaksanakan oleh PT Kimia Farma Trading & Distribution
(KFTD),yang merupakan entitas anak usaha PT. Kimia Farma Tbk. KFTD didirikan dengan
fokus pada kegiatan usaha distribusi dan perdagangan produk kesehatan. KFTD telah
mengantongi sertifikasi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Distribusi produk farmasi
yang dilakukan Perseroan tidak terbatas hanya pada pasar domestik, tetapi di pasar ekspor
yang dilakukan secara business to business dengan mitra yang berada di luar negeri. Pasar
ekspor Kimia Farma antara lain Arab Saudi, Amerika Serikat, Belanda, Inggris, Tiongkok,
Malaysia dan beberapa negara lainnya. Selain di pasar domestik.

3. Segmen Ritel
Kegiatan usaha ritel merupakan bisnis penjualan obat-obatan dan produk farmasi
langsung kepada pelanggan. Kegiatan usaha ini dijalankan oleh entitas anak Perseroan yaitu
PT Kimia Farma Apotek (KFA). KFA mengelola jaringan apotek dengan merek “Apotek
Kimia Farma”. Pengembangan jaringan apotek dilakukan dengan program franchise dan
KSO. KFA membuka 141 apotek baru di berbagai wilayah di Indonesia pada tahun 2019,
sehingga pada akhir tahun 2019 jumlah apotek KFA mencapai 1.279 outlet. Apotek Kimia
Farma menyediakan tidak hanya menjualan obat dan produk Kimia Farma, tetapi juga
memberikan layanan klinik kesehatan terintegrasi dengan apotek dan laboratorium klinik..

4. Segmen Lainnya
Segmen lainnya dijalankan oleh PT Kimia Farma Diagnostika (KFD), yang
menyediakan laboratorium klinik dengan layanan meliputi pemeriksaan laboratorium (rutin,
rujukan, dan penunjang penelitian), pemeriksaan non-laboratorium (fisik lengkap, Spirometri,
Audiometri, Rontgen, Panoramic, Elektrokardiogram atau EKG, Ultrasonography atau USG,
Treadmill, dll), serta Konsultasi Kesehatan Kerja dan Konsultasi Gizi. Adapun pemeriksaan
laboratorium yang dapat dilakukan di antaranya Test Drug Monitoring (TDM), Narkotest,
Alergi Test, Tumor Marker, Cardio Marker, Uji Fertilitas, Imunologi, Serologi, Urinalisa,
Hematologi Kimia Klinik (antara lain Tes Fungsi Ginjal, Tes Fungsi Hati, Diabetes Mellitus),
Biomolekuler Virus & Onkologi dan lain sebagainya. Laboratorium klinik KFD mengusung
konsep One Stop pemeriksaan laboratorium dan Medical Check Up.

c. Strength and Weakness


1. Strength
a. Sinergi hulu ke hilir
Kimia Farma menjadi perusahaan dengan pelayanan kesehatan (healthcare)
terintegrasi di Indonesia. Selain apotek dan klinik, bidang usaha healthcare Kimia Farma
didukung oleh kegiatan manufaktur farmasi, riset dan pengembangan, pusat perdagangan
dan distribusi, pemasaran, serta ritel farmasi. Kimia Farma memiliki 46 cabang trading &
distribusi serta 45.000 gerai apotek yang tersebar di seluruh Indonesia, Kimia Farma
menghadirkan fasilitas kesehatan yang lengkap, yakni apotek, klinik, dan laboratorium
klinik. Hal ini menjadikan Kimia Farma sebagai perusahaan dengan pelayanan kesehatan
yang terintegrasi.

b. Kimia Farma sebagai Holding BUMN


Kimia Farma bergabung sebagai Holding BUMN berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 76 Tahun 2019 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara
Republik Indonesia ke dalam Perusahaan Perseroan (Persero) PT Bio Farma. Holding ini
dapat memperluas pangsa pasar dari Kimia Farma pada aktivitas di bidang industri kimia
dan farmasi seperti perdagangan dan jaringan distribusi,retail farmasi, layanan kesehatan,
serta optimalisasi aset. Holding juga akan semakin memperkuat posisi Kimia Farma dalam
kompetisi bisnis farmasi.
Holding BUMN Farmasi ini semakin memperkuat perusahaan Farmasi BUMN dari
hulu ke hilir. Untuk pengembangan bisnis hulu, yaitu perluasan produk dan fasilitas untuk
bahan pembuatan obat (Active Pharmaceutical Ingredient Raw). Untuk pengembangan
bisnis hilir antara lain, menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat dan produk
farmasi lainnya untuk mendukung Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi masyarakat
Indonesia, mendorong penguasaan teknologi industri farmasi, mempercepat kemandirian
industri farmasi dan alat kesehatan
c. Kerja sama dengan perusahaan luar negeri
Kimia Farma melakukan Joint Venture dengan Sungwun Pharmacopia Co Ltd
dalam menghasilkan Bahan Baku Obat (BBO) di Indonesia. Sepanjang tahun tahun 2019,
Perseroan memfokuskan diri untuk mengoptimalkan lini produksi HFC (Non Farma)
dengan melakukan kerja sama dengan Jinyoung Bio, Co., Ltd Korea. Kerjasama ini
menghasilkan kesepakatan kontrak penjualan selama 10 tahun. Kontrak berisi tentang
transfer teknologi 2 produk bahan baku kosmetika yaitu Lauroyl Lysine dan LDXP (Low
Density Dextrin Palmitate) dan juga transfer technology intermediate BAPA Bersama
Sung Wun Pharmacopia, Co. Ltd Korea. Selain optimalisasi produksi line HFC (Non
Farma), Perseroan juga melakukan melakukan alih teknologi untuk beberapa produk
Bahan Baku Obat (BBO) bersama dengan Sung Wun Pharmacopia, Co. Ltd Korea yaitu
Lamivudine, Entecavir dan Efavirenz.

d. Implementasi Good Corporate Governance


Untuk lebih mengefektifkan implementasi GCG, Kimia Farma melakukan praktik-
praktik bisnis terbaik yang mengacu:
(1) Prinsip-prinsip Corporate Governance untuk State Owned Company yang
dikembangkan oleh Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD);
(2) ASEAN Corporate Governance Scorecard;
(3) Penilaian penerapan bisnis ekselen melalui Kriteria Penilaian Kinerja Unggul
(KPKU)

e. Harga produk
Dari segi harga, obat generik berlogo memiliki harga lebih murah dibandingkan
dengan obat paten. Obat Generik memiliki harga yang murah karena obat generik berlogo
tidak memerlukan kemasan dengan biaya mahal, yang dipentingkan adalah khasiatnya.
Selain itu, promosi obat generik berlogo tidak menggunakan promosi dengan media TV
ataupun iklan, tetapi boleh dipromosikan untuk kalangan medis seperti majalah kesehatan
dan melalui iklan layanan masyarakat.

f. Sumber daya Manusia


Kimia Farma memiliki corporate culture, yaitu ICARE yang merupakan singkatan
dari Innovative, Collaborative, Agile, Responsible, Enthusiastic. Kimia Farma juga
melaksanakan program Talent Management untuk meningkatkan kualitas SDM secara
berkelanjutan dengan mengikutsertakan karyawannya dalam berbagai program pendidikan
dan pelatihan (Diklat) untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi,
keterampilan dan sikap karyawan untuk tercapainya sasaran strategis Kimia Farma.

2. Weakness
a. Bahan baku
Suplai bahan baku obat di Indonesia masih lebih dari 90% di impor dari negara
Tiongkok dan India. Perubahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat akan
berdampak pada harga bahan baku obat, sehingga setiap pelaku industri perlu memitigasi
kondisi ini dengan baik

b. Brand Awareness
Obat–obatan Kimia Farma berada di peringkat ke–2 untuk kategori Obat Generik
Berlogo (OGB), tetapi untuk kategori obat bebas (OTC) masih peringkat ke–26, dan untuk
kategori obat etikal pada peringkat ke–22.

c. Perdagangan dan Distribusi


Kehadiran produk Kimia Farma di segmen modern channel seperti toko online
masih terbatas. Kimia Farma memiliki laman penjualan produk Kimia Farma di
kimiafarma.online, Official Store di toko online Lazada, Tokopedia, Shopee, namun
produk yang dijual masih sangat terbatas.

d. Kosmetik dan Perawatan Diri


Brand kosmetik Marck’s yang cukup dikenal hanya memiliki produk di segmen
colour cosmetic. Kimia Farma juga mengeluarkan prosuk kosmetik “Venus” yang belum
dikenal dikalangan masyarakat. Kimia dan memiliki harga yang relative lebih mahal
Farma memiliki keterbatasan dalam kategori produk kosmetik dan perawatan lainnya.

e. Ritel
Kapabilitas digital & kehadiran omni–channel di Kimia Farma Apotek masih terbatas.
Kimia Farma belum memiliki sistem penjualan produk yang terintegarasi dari satu channel
ke channel yang lain. Untuk saat ini, channel penjualan Kimia Farma masih bersifat Multi
Channnel.
f. Laboratoium & Diagnostik
Walaupun menduduki peringkat ke–2 dari sisi jumlah jaringan laboratorium, KFD
berada pada peringkat ke–6 dari sisi pendapatan di pasar laboratorium klinik Indonesia (4
pemain besar lainnya memiliki pendapatan per laboratorium klinik mencapai 4–8 kali
lebih besar).

Daftar Pustaka

Kurniawan, R. (2020). Holding Farmasi Terbentuk, Bagaimana Prospek Industri Farmasi? Retrieved
from http://rivankurniawan.com/2020/02/24/holding-farmasi-terbentuk/
Nursyamsyi, M. (2020). Kimia Farma Genjot Kinerja. Retrieved from
https://www.republika.id/posts/4937/kimia-farma-genjot-kinerja
Permatasari, M. R. (2017). Strategi Pengembangan Usaha Untuk Mengatasi Persaingan. Cakrawala,
XVII(1), 81-87.
PT. Kimia Farma Tbk.. (2019). Annual Report 2019 "Facing The Future, Moving Forward".
PT. Kimia Farma Tbk. (2020). Paparan Public (Public Expose). Retrieved from idx:
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiny-em0
HsAhXH6XMBHfiuDQAQFjACegQIAxAC&url=https%3A%2F%2Fwww.idx.co.id
%2FStaticData%2FNewsAndAnnouncement%2FANNOUNCEMENTSTOCK
%2FFrom_EREP%2F202007%2F8099c1f1dc_5923f1

Anda mungkin juga menyukai