Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KESEHATAN HAJI

Di susun oleh ;

FINA FATMAWATI

2120101820

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tugas nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah secara inter departemental


Departemen Kesehatan bertanggung jawab dalam pembinaan dan pelayanan kesehatan
calon/ jemaah haji Indonesia Tanggung jawab pelayanan ini sejak sebelum keberangkatan
ke Arab Saudi, diperjalanan pergi/ pulang, selama di Arab Saudi dan setelah kembali ke
tanah air.

Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan


dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan
yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan
nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.

1.2 Tujuan

 Tujuan
adalah mencegah keluarnya penyakit menular dari Indonesia dan masuknya
penyakit menular dari luar negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke
Indonesia, mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan tempat serta
faktor risiko yang terdapat pada calon/ jemaah haji Indonesia.

 Tujuan umum
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah haji Indonesia.
 Tujuan Khusus
a. Terindentifikasinya calon jemaah haji yang memenuhi persyaratan kesehatan
untuk ibadah haji.
b. Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji dan kemandirian pemeliharaan
kesehatan.
c. Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi
dan profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan haji.
d. Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan dini dan respon KLB.
e. Terwujudnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi penanggulangan bencana dan
musibah masal pada jemaah haji Indonesia.
f. Tersedianya data/ informasi cepat, tepat, terpercaya dan diseminasi informasi
kesehatan haji.
g. Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, bilateral dan
multilateral tentang kesehatan haji.
h. Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
i. Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka kematian jemaah haji di Arab
Saudi.
BAB II

PEMBAHASAN

 Sasaran

Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji
sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah
kembali dari Arab Saudi, pengelola kesehatan haji, tenaga kesehatan, instansi pemerintah
di semua jenjang administrasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji, dan
petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan Haji Indonesia dan Panitia Penyelenggaran
Ibadah Haji di Arab Saudi bidang kesehatan) ◄

 Kebijakan

Meningkatkan sistem dan manajemen penyelenggaraan kesehatan haji secara terpadu,


menyeluruh baik lintas program maupun lintas sektor dengan pendekatan epidemiologi.

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan haji dengan mengoptimalkan kemampuan


di puskesmas, dinas kesehatan kabupaten/ kota, dinas kesehatan provinsi, embarkasi/
debarkasi haji dan di Arab Saudi.

 Kebijakan

Mengembangkan dan meningkatkan pembinaan kesehatan calon/ jemaah haji dengan


pendekatan manajemen risiko, profesional, terintegrasi lintas program, lintas sektor
terkait dan mengikut sertakan peran masyarakat.

 Kebijakan

Mengembangkan dan memperkuat jejaring surveilans dengan fokus penyakit


potensial wabah terutama Meningitis meningokokus, penyakit menular baru (new
emerging diseases) dan penyakit menular yang berjangkit kembali (re emerging
diseases), sistem kewaspadaan dini dan respon KLB, bencana serta musibah masal.

 Kebijakan

Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam


penyelenggaraan kesehatan haji dibidang pemeriksaan dan pembinaan, surveilans,
Kesehatan Lingkungan, penanggulangan KLB dan musibah masal, sistem informasi
kesehatan haji.

Menyediakan dan meningkatkan perangkat keras dan perangkat lunak sistem


informasi manajemen kesehatan haji pada setiap jenjang administrasi kesehatan.

 Kebijakan

Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat kesehatan haji maupun
distribusinya.

Menjalin kerjasama lintas program, sektoral, regional Asean, bilateral dengan Pemerintah
Arab Saudi maupun Internasional.

 Kebijakan

Meningkatkan dan memantapkan sistem rekrutmen Panitia Penyelenggara Ibadah


Haji (PPIH) di Arab Saudi bidang kesehatan dan Petugas yang menyertai jemaah haji
(TKHI Kloter) melalui prosedur, kriteria serta cara penyeleksian secara berjenjang dari
dinas kesehatan kabupaten/ kota, dinas kesehatan provinsi dan pusat.

 Kebijakan

Meningkatkan kemampuan penggalian sumber daya daerah (provinsi dan


kabupaten/kota) dan sumber daya yang berasal dari masyarakat dalam penyelenggaraan
kesehatan haji.
 Strategi

Sosialisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji sehingga


petugas dan masyarakat mengetahui manfaat dari pemeriksaan dan pembinaan kesehatan
haji. Standarisasi pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji.

 Strategi

Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan politis dan komitmen dalam
pembiayaan terutama SKD dan respon KLB, bencana dan musibah masal.

Intensifikasi pemeriksaan fisik didukung pemeriksaan laboratorium yang akurat,


tatalaksana kasus dengan pendekatan manajemen risiko sesuai dengan standar yang
berlaku.

 Strategi

Swadana dalam pemeriksaan dan pembinaan kesehatan calon jemaah haji

Penggalangan kemitraan dengan badan pengelola pembiayaan kesehatan seperti


Asuransi Kesehatan (ASKES), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
dan asuransi kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan haji.

 Strategi

Fasilitasi dan asistensi metode, teknologi pemeriksaan, pembinaan serta pengukuran


kualitas (quality assurance) kesehatan haji.

Pengembangan metode dan materi pelatihan petugas kesehatan haji (PPIH dan TKHI)
yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan (aplikatif)

Intensifikasi surveilans epidemiologi, SKD dan respon KLB


 Target

Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan calon jemaah haji dan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pemeriksaan, rujukan dan pembinaan kesehatan
sesuai dengan standar.

Cakupan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji 100 %.

Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah haji wanita pasangan usia subur ( PUS )
100%.

 Target

Cakupan imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen 100 % dengan Indeks


Pemakaian (IP) 9

Frekuensi KLB menurun.

Menurunnya angka kunjungan dan angka kematian.

Seluruh pelabuhan Embarkasi/ Debarkasi Haji melaksanakan pemeriksaan dokumen


kesehatan haji sesuai dengan standar.

Cakupan pengumpulan Kartu Kewaspadaan Kesehatan Jemaah Haji (K3JH) 80 %

Kegiatan pokok pelayanan kesehatan haji,Pemeriksaan kesehatan calon jemaah


haji,Pembinaan kesehatan calon jemaah haji, Imunisasi,Surveilans,Kesiapsiagaan
Penanggulangan KLB dan Musibah Masal, Kesehatan Lingkungan,Kegiatan manajemen
penyelenggaraan kesehatan haji,Perencanaan,Pengorganisasian,Pelatihan,Pembinaan
teknis, Sistem Informasi , Monitoring dan Evaluasi.

1.3 Tahap - Tahap Pemeriksaan Kesehatan Calon Jemaah Haji


a. Pemeriksaan Kesehatan I
b. Pemeriksaan Kesehatan II

 Pemeriksaan Kesehatan I

Pemeriksaan kesehatan I dilaksanakan di puskesmas oleh dokter puskesmas sebagai


pemeriksa kesehatan, dibantu tenaga keperawatan dan analis laboratorium puskesmas
sebelum melunasi Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) ke Bank Penerima Setoran (BPS)

 Pemeriksaan Kesehatan I

Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko calon jemaah haji
dan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap faktor risiko tersebut sehingga calon
jemaah haji mencapai kesehatan yang optimal untuk menunaikan ibadah haji.

 Pemeriksaan Kesehatan I

Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah ditempel pada lembar
Surat Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan ke BPS dan sesuai dengan wajah
calon jemaah haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan bahwa setelah memperoleh
kursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus kembali ke puskesmas
untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut dan dibuatkan buku kesehatan

 Pemeriksaan Kesehatan I

Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan kesehatan harus
sama dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor haji dan berukuran 4 x 6 cm
kemudian dibubuhi stempel puskesmas dan harus mengenai pasfoto.

 Pemeriksaan Kesehatan I

Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa kesehatan adalah
dokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria harus didampingi oleh perawat
wanita.
Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis dengan lengkap dan
benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sesuai dengan
lembar I Petunjuk Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir

 Pemeriksaan Kesehatan I

Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk pengisian terlampir. Calon
jemaah haji yang hasil pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG BAIK
kesehatannya, tetapi besar harapan dapat disembuhkan sebelum keberangkatannya, maka
buku kesehatannya dapat ditanda tangani langsung oleh dokter pemeriksa dengan catatan
harus mengikuti pengobatan dan pembinaan kesehatan secara teratur

 Pemeriksaan Kesehatan I

Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS) perlu dilakukan
pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu). Bagi yang tidak hamil
ditekankan untuk mengikuti keluarga berencana (KB), untuk mencegah kehamilan
sampai keberangkatan. Kemudian menanda tangani surat pernyataan pada buku
kesehatan bahwa jika ternyata hamil menjelang saat keberangkatan bersedia menunda
keberangkatannya ke Arab Saudi

 Pemeriksaan Kesehatan I

Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari 14 minggu dan lebih dari 26
minggu harus menunda keberangkatannya sesuai dengan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan serta peraturan penerbangan Internasional

Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14 s/d 26 minggu dan telah
divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan berangkat
dengan syarat menanda tangani surat pernyataan bersedia menanggung segala risikonya

 Pemeriksaan Kesehatan I
Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain dilakukan
pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten/
Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG, foto thorak dan kimia darah sesuai indikasi.
Hasil pemeriksaan dilampirkan pada Buku Kesehatan Jemaah Haji

 Pemeriksaan Kesehatan I

Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan pemeriksaan
laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak. Apabila hasilnya positif maka
diberi pengobatan sesuai dengan ketentuan Program Pemberantasan TB Paru Nasional

 Pemeriksaan Kesehatan I

Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis calon jemaah haji
risti maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang terberat.

 Pemeriksaan Kesehatan II

Pemeriksaan kesehatan II dilaksanakan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji


Kabupaten/ Kota dengan penanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
yang anggotanya terdiri dari Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Umum Kabupaten/ Kota

Pemeriksaan kesehatan II dilakukan terhadap seluruh calon jemaah haji untuk


menentukan layak tidaknya calon jemaah haji berangkat ke Arab Saudi

 Pemeriksaan Kesehatan II

Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan atau dokter yang pernah
bertugas sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim Kesehatan Haji Daerah
(TKHD) yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/ Kota adalah dokter spesialis yang
ditetapkan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
 Pemeriksaan Kesehatan II

Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus memeriksa dengan
teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa sesuai dengan foto yang terdapat dalam
BKJH

Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan tes kehamilan
sebelum divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen

 Pemeriksaan Kesehatan II

Dokter pemeriksa kesehatan II harus menentukan kesimpulan sesuai dengan hasil


pemeriksaan, yang dinyatakan BAIK atau TIDAK BAIK

Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda tangani oleh dokter
pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya dianjurkan untuk mengikuti pembinaan kesehatan
hingga waktu keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji

 Pemeriksaan Kesehatan II

Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK kesehatannya tetapi menurut dokter
pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum keberangkatan maka kesimpulan hasil
pemeriksaan ditentukan setelah pengobatan terakhir dan apabila sampai dengan
pengobatan terakhir tidak sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan ditunda/
ditolak keberangkatannya

 Pemeriksaan Kesehatan II

Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang membahayakan diri
sendiri maupun orang lain, dilakukan pengobatan hingga tidak membahayakan lagi. Jika
memerlukan pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II bersama Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota memutuskan menunda/ menolak
keberangkatan calon jemaah haji tersebut
 Pemeriksaan Kesehatan II

Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai dengan indikasi agar
dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis
dan dilampirkan pada BKJH

 Pemeriksaan Kesehatan II

Seluruh hasil pemeriksaan kesehatan II ditulis secara lengkap sesuai status


kesehatannya di BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan akan kebenaran isinya

 Pemeriksaan Kesehatan II

Pelanggaran terhadap pelaksanaan pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji dapat


dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Di Arab Saudi
- Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
- Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter Aspiran
- Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
 Tujuan Pemeriksaan
- Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji.
- Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji secara benar
dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
 Tujuan Pemeriksaan
- Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon jemaah haji untuk memudahkan
tindak lanjut dalam pengobatan dan perawatan di perjalanan, embarkasi haji, selama
di Arab Saudi dan 14 hari sekembalinya dari Arab Saudi.
- Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah haji (istihito’ah) yang
diberangkatkan

 DI TANAH AIR
- Pelaksanaan pelayanan medis di tanah air dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit
kabupaten/ kota, embarkasi/ debarkasi haji.
 Puskesmas
- Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap bila tersedia dan rujukan
ke rumah sakit kabupaten/ kota bila diperlukan.

 Rumah Sakit Kabupaten/Kota


- Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap, pemeriksaan penunjang
medis (laboratorium, EKG, foto thoraks dan lain-lain), konsultasi dan rujukan
spesialisasi
- Memberikan jawaban konsultasi kepada dokter puskesmas yang merujuk calon
jemaah haji
- Dokter spesialis menentukan obat-obatan yang harus dibawa oleh calon jemaah haji
risti
 Embarkasi/ Debarkasi Haji
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat sementara, pemeriksaan
penunjang medis dan rujukan ke rumah sakit yang telah ditetapkan selama calon
jemaah haji berada di asrama haji pada saat keberangkatan
- Melegalisir obat-obatan yang dibawa oleh calon jemaah haji
- Embarkasi/ Debarkasi Haji
- Menerbitkan surat keterangan layak terbang bagi calon jemaah haji risiko tinggi yang
sakit dan hamil
- Memantau kesehatan dan memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat
sementara, rujukan bagi jemaah haji pada saat sekembalinya dari Arab Saudi
 DI PESAWAT
- Pelayanan medis di pesawat dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan Kloter
- Memeriksa kelengkapan obat yang disediakan di pesawat.
- Melakukan visite secara berkala kepada calon jemaah haji risti.

DI PESAWAT

- Memberikan pengobatan kepada jemaah haji sakit.


- Memberikan penyuluhan kesehatan untuk mengurangi dampak peningkatan tekanan
udara dan mabuk dalam perjalanan.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi calon/ jemaah haji yang wafat.

 DI ARAB SAUDI
- Pelayanan medis di Arab Saudi dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan di
kloter serta PPIH di Arab Saudi bidang kesehatan sesuai daerah kerja
- Pelayanan medis petugas TKHI kloter
- Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Madinah
- Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
- Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
- Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat kesehatan kloter
- Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan dan minum.
- Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke BPHI.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
- Selama perjalanan dari Jeddah ke Madinah/ Makkah
- Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
- Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke BPHI atau rumah sakit Arab Saudi (RSAS).
- Selama berada di Madinah, Makkah & Armina
- Menempatkan jemaah haji risiko tinggi dekat petugas kesehatan.
- Melakukan visite secara berkala terutama bagi jemaah haji risti.
- Menganjurkan calon jemaah haji cukup istirahat, makan dan minum.
- Memberikan pelayanan kesehatan/pengobatan.
- Melakukan rujukan ke BPHI atau RSAS.
- Membuat Certificate of Death (COD) bila ada jemaah haji yang wafat.
- Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter Aspiran
- Memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan bila diperlukan.
- Menyediakan ambulans untuk rujukan ke BPHI atau RSAS.
- Meneruskan permintaan obat dari kloter ke Depo.
- Membagikan jatah obat untuk kloter di sektor.
- Pelayanan medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
 Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah (saat kedatangan)
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat sementara bagi jemaah haji
yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI Makkah dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
 Di Madinatul Hujjaj - Jeddah (saat pemulangan)
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
- Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
- Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.

 Di Madinah
 Di Airport Madinah (saat kedatangan dan pemulangan)
- Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke RSAS dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
 Di BPHI
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
- Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
 Di BPHI
- Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
- Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
 Di BPHI
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.

 Di Makkah
- Memberikan pelayanan rawat jalan.
- Memberikan pelayanan rawat inap.
- Memberikan pelayanan kegawat daruratan dan spesialistik.
- Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS disertai formulir Lru dan Tru.
- Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
 Di Makkah
- Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
- Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
- Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang ikut safari wukuf.
- Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit yang memerlukan pengawasan
petugas kesehatan.
- Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak bersama kloternya disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
 Di Makkah
- Menyerah terimakan pasien pulang dini atau tidak bersama kloternya beserta resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter BPHI.
- Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah dan Madinah disertai formulir
evakuasi.
- Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
- Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
 Di Arafah Mina (Armina)
- Memberikan pelayanan rawat jalan.
- Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI Makkah atau ke RSAS disertai formulir Lru
dan Tru.
- Memberikan pelayanan kegawat daruratan.
- Memberikan pelayanan kesehatan rawat inap.
 Di Arafah Mina (Armina)
- Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
- Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
- Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
- Membuat certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.

 Imunisasi Meningitis Meningokokus


 Tujuan

imunisasi meningitis meningokokus tetravalen untuk memberikan kekebalan


tubuh terhadap penyakit Meningitis meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang
diberikan pada calon jemaah haji

 PENATALAKSANAAN IMUNISASI Meningitis meningokokus

Imunisasi Meningitis meningokokus tetravalen pada calon jemaah haji diberikan


minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi.

Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak keberangkatan ke Arab Saudi
harus diberikan profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal

Pelaksanaan imunisasi bersamaan dengan pemeriksaan kesehatan II di Dinas


Kesehatan Kabupaten/ Kota.
o Komposisi Vaksin dan Kemasan
- Vaksin mencevak ACW135Y adalah preparat polisacharida murni yang diambil dari
bahan Neisseria meningitidis group ACW135Y.
- Terdapat dua kemasan yaitu; dosis tunggal dan multi dosis (10 dosis).
o Cara Penyimpanan Vaksin
- Penyimpanan vaksin dalam lemari es pada suhu 2 – 8oC
- Pelarut dapat disimpan dalam suhu kamar
o Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
- Ambil cairan pelarut, seluruh cairan pelarut disedot ke dalam semprit kemudian
dimasukkan ke dalam botol vaksin, kocok perlahan-lahan sampai vaksin larut semua
- Vaksin yang telah dilarutkan disimpan dalam thermos es atau lemari es dengan suhu
2- 80 C
- Vaksin diberikan dengan dosis 0,5 cc untuk umur 2 tahun keatas dan 0,3 cc untuk
umur dibawah 2 tahun
o Cara Pelarutan dan Cara Imunisasi
- Kulit di lengan kiri atas di desinfeksi dengan kapas alkohol kemudian dengan
menggunakan semprit 1 cc vaksin disuntikkan secara subkutan dalam
- Vaksin yang telah dilarutkan dan atau sisa vaksin yang telah dipakai tidak dapat
digunakan lagi setelah delapan jam
- Efikasi Vaksin, Daya Lindung dan Imunisasi Ulang (Revaksinasi)
- Efikasi vaksin : 95 %
- Daya lindung/ proteksi kekebalan : 2 tahun, antibody terbentuk 10 hari setelah
imunisasi.
- Imunisasi ulang dilakukan setelah 2 tahun.
o Kontra Indikasi
- Wanita hamil, panas tinggi serta bagi mereka yang peka atau alergi terhadap phenol.
- Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KIPI)
- Hampir tidak ada, kadang-kadang timbul bercak kemerahan (skin rash) yang sangat
ringan dan dapat terjadi Syok Anaphilaksis (renjatan)
- Bila terjadi syok dapat diatasi dengan suntikan Adrenalin 1 : 1000 dengan dosis 0,2 –
0,3 cc secara Intra Musculair (IM)
- Untuk tindakan pengamanan bagi calon jemaah haji setelah diimunisasi meningitis
meningokokus tetravalen dianjurkan menunggu 30 menit.
Pencatatan
- Setelah imunisasi meningitis meningokokus tetravalen kemudian dicatat pada kartu
International Certificate of Vaccination (ICV): nama calon jemaah haji, nomor
paspor, tanggal imunisasi, nama vaksin, nomor vaksin/batch number dan dosis.
Pencatatan
- ICV ditanda tangani oleh dokter, baik dokter Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota atau dokter yang ditunjuk, dokter Kepala KKP Embarkasi/ dokter yang ditunjuk
dan distempel “Port Health Authority” (bukan stempel dinas kesehatan kabupaten/
kota atau puskesmas).

Pencatatan

- Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen harus imunisasi di pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu
ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai profilaksis.

 Surveilans Epidemiologi (SE)

TUJUAN

adalah mencegah keluarnya penyakit menular dari Indonesia dan masuknya


penyakit menular dari luar negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke
Indonesia, mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan tempat serta
faktor risiko yang terdapat pada calon/ jemaah haji Indonesia

KEGIATAN
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi data atau informasi, dilakukan
sejak calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di daerah asal,
diperjalanan, selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab Saudi sampai ke
daerah asal selama 14 hari.

Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat baik di Arab Saudi, di
embarkasi/ debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab Saudi.

KEGIATAN

Pengamatan terhadap kesehatan lingkungan di Indonesia dan Arab Saudi.

Sumber data SE kesehatan haji meliputi hasil pemeriksaan kesehatan calon


jemaah haji di puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/ kota, laboratorium, rumah
sakit dan unit-unit rujukan lainnya baik di Indonesia maupun di Arab Saudi.

SASARAN

Sasaran SE meliputi penyakit menular sesuai dengan ketentuan Undang-undang


Karantina, Undang-undang Wabah Penyakit Menular, International Health
Regulation (IHR), penyakit tidak menular, keracunan dan kesehatan lingkungan.
BAB III

KESIMPULAN & SARAN

Kesimpulan

Penyelenggaraan ibadah haji bertujuan untuk memberikan pembinaan, pelayanan


dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui sistem dan manajemen penyelenggaraan
yang terpadu agar pelaksanaan ibadah haji dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar dan
nyaman sesuai dengan tuntunan agama serta jemaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
secara mandiri sehingga diperoleh haji mabrur.

Saran

Untuk calon jemaah haji sebelum pergi ke tanah suci sebaiknya memeriksakan
kesehatan secara rutin di puskesmas, rumah sakit, atau pos pelayanan kesehatan terdekat,
atau kepada pelayan kesehatan yang sudah ditujukan. Sehingga apabila terdapat gejala
kelainan kesehatan akan dapat segera diatasi.
Daftar Pustaka

Akperkapuas.files.worspress.com/2010/04/kesehatan- haji

Almazinni, Prima .2001. Buku Kesehatan Jemaah Haji, Jakarta ; grafindo

Adningsih, 2003. Tidak Merokok Adalah Investasi, Interaksi Media Promosi Kesehatan
Indonesia No XIV, Jakarta.

Agustina, 1999. Pencahayaan dan Perhawaan Terhadap Perumahan Penderita TB Paru,


Cermin Dunia Kedokteran, No.84.

Alfrida, 2003. Perumahan Sehat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes R.I.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai