Makalah Kesehatan Haji
Makalah Kesehatan Haji
Di susun oleh ;
FINA FATMAWATI
2120101820
YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan
adalah mencegah keluarnya penyakit menular dari Indonesia dan masuknya
penyakit menular dari luar negeri yang mungkin terbawa oleh calon/ jemaah haji ke
Indonesia, mengetahui distribusi penyakit, kematian menurut waktu dan tempat serta
faktor risiko yang terdapat pada calon/ jemaah haji Indonesia.
Tujuan umum
Meningkatnya kondisi kesehatan calon/ jemaah haji Indonesia serta terbebasnya
masyarakat Indonesia/ Internasional dari transmisi penyakit menular yang mungkin
terbawa keluar/ masuk oleh calon/ jemaah haji Indonesia.
Tujuan Khusus
a. Terindentifikasinya calon jemaah haji yang memenuhi persyaratan kesehatan
untuk ibadah haji.
b. Terbinanya kondisi kesehatan calon jemaah haji dan kemandirian pemeliharaan
kesehatan.
c. Tersedianya petugas kesehatan haji yang berpengetahuan, terampil, berdedikasi
dan profesional disetiap jenjang pelayanan kesehatan haji.
d. Meningkatnya surveilans, sistem kewaspadaan dini dan respon KLB.
e. Terwujudnya kesiapsiagaan dalam mengantisipasi penanggulangan bencana dan
musibah masal pada jemaah haji Indonesia.
f. Tersedianya data/ informasi cepat, tepat, terpercaya dan diseminasi informasi
kesehatan haji.
g. Terbinanya kerjasama dan kemitraan lintas program, sektor, bilateral dan
multilateral tentang kesehatan haji.
h. Tersedianya obat dan alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
i. Menurunnya angka kunjungan sakit dan angka kematian jemaah haji di Arab
Saudi.
BAB II
PEMBAHASAN
Sasaran
Sasaran penyelenggaraan kesehatan haji Indonesia adalah seluruh calon/ jemaah haji
sejak terdaftar di daerah asal, di perjalanan, selama di Arab Saudi dan 14 hari setelah
kembali dari Arab Saudi, pengelola kesehatan haji, tenaga kesehatan, instansi pemerintah
di semua jenjang administrasi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan haji, dan
petugas kesehatan haji (Tim Kesehatan Haji Indonesia dan Panitia Penyelenggaran
Ibadah Haji di Arab Saudi bidang kesehatan) ◄
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Kebijakan
Menyiapkan dan menyusun daftar kebutuhan obat, alat kesehatan haji maupun
distribusinya.
Menjalin kerjasama lintas program, sektoral, regional Asean, bilateral dengan Pemerintah
Arab Saudi maupun Internasional.
Kebijakan
Kebijakan
Strategi
Advokasi pada pengambil keputusan untuk dukungan politis dan komitmen dalam
pembiayaan terutama SKD dan respon KLB, bencana dan musibah masal.
Strategi
Strategi
Pengembangan metode dan materi pelatihan petugas kesehatan haji (PPIH dan TKHI)
yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan (aplikatif)
Seluruh Puskesmas pemeriksa kesehatan calon jemaah haji dan Dinas Kesehatan
Daerah Kabupaten/ Kota melaksanakan pemeriksaan, rujukan dan pembinaan kesehatan
sesuai dengan standar.
Cakupan tes kehamilan pada calon jemaah haji wanita pasangan usia subur ( PUS )
100%.
Target
Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan Kesehatan I
Pemeriksaan kesehatan I dilakukan untuk mengetahui faktor risiko calon jemaah haji
dan selanjutnya dilakukan manajemen terhadap faktor risiko tersebut sehingga calon
jemaah haji mencapai kesehatan yang optimal untuk menunaikan ibadah haji.
Pemeriksaan Kesehatan I
Pada saat pemeriksaan kesehatan I tersebut, foto harus sudah ditempel pada lembar
Surat Keterangan Kesehatan yang akan diserahkan ke BPS dan sesuai dengan wajah
calon jemaah haji. Selanjutnya calon jemaah haji diingatkan bahwa setelah memperoleh
kursi (seat) atau terdaftar di Siskohat, calon jemaah haji harus kembali ke puskesmas
untuk dilakukan pembinaan lebih lanjut dan dibuatkan buku kesehatan
Pemeriksaan Kesehatan I
Pasfoto yang ditempel pada buku kesehatan dan surat keterangan kesehatan harus
sama dengan pasfoto yang digunakan untuk paspor haji dan berukuran 4 x 6 cm
kemudian dibubuhi stempel puskesmas dan harus mengenai pasfoto.
Pemeriksaan Kesehatan I
Bila yang diperiksa calon jemaah haji wanita sebaiknya pemeriksa kesehatan adalah
dokter wanita. Apabila yang memeriksa dokter pria harus didampingi oleh perawat
wanita.
Data hasil pemeriksaan kesehatan calon jemaah haji harus ditulis dengan lengkap dan
benar dalam BKJH dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya sesuai dengan
lembar I Petunjuk Pengisian Buku Kesehatan Jemaah Haji terlampir
Pemeriksaan Kesehatan I
Tenaga kesehatan harus mengisi kode diagnosis sesuai dengan hasil pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji, sesuai dengan lembar II petunjuk pengisian terlampir. Calon
jemaah haji yang hasil pemeriksaan kesehatannya BAIK atau KURANG BAIK
kesehatannya, tetapi besar harapan dapat disembuhkan sebelum keberangkatannya, maka
buku kesehatannya dapat ditanda tangani langsung oleh dokter pemeriksa dengan catatan
harus mengikuti pengobatan dan pembinaan kesehatan secara teratur
Pemeriksaan Kesehatan I
Khusus untuk calon jemaah haji wanita pasangan usia subur (PUS) perlu dilakukan
pemeriksaan tes kehamilan (bagi puskesmas yang sudah mampu). Bagi yang tidak hamil
ditekankan untuk mengikuti keluarga berencana (KB), untuk mencegah kehamilan
sampai keberangkatan. Kemudian menanda tangani surat pernyataan pada buku
kesehatan bahwa jika ternyata hamil menjelang saat keberangkatan bersedia menunda
keberangkatannya ke Arab Saudi
Pemeriksaan Kesehatan I
Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan kurang dari 14 minggu dan lebih dari 26
minggu harus menunda keberangkatannya sesuai dengan Surat Keputusan Bersama
(SKB) Menteri Agama dan Menteri Kesehatan serta peraturan penerbangan Internasional
Bagi wanita hamil dengan usia kehamilan antara 14 s/d 26 minggu dan telah
divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen sebelum hamil diizinkan berangkat
dengan syarat menanda tangani surat pernyataan bersedia menanggung segala risikonya
Pemeriksaan Kesehatan I
Khusus bagi calon jemaah haji usia lanjut (Usia >60 tahun ) selain dilakukan
pemeriksaan laboratorium (darah dan urin) perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten/
Kota untuk dilakukan pemeriksaan EKG, foto thorak dan kimia darah sesuai indikasi.
Hasil pemeriksaan dilampirkan pada Buku Kesehatan Jemaah Haji
Pemeriksaan Kesehatan I
Bagi calon jemaah haji yang batuk lebih dari 3 minggu, dilakukan pemeriksaan
laboratorium Basil Tahan Asam (BTA) dan foto thorak. Apabila hasilnya positif maka
diberi pengobatan sesuai dengan ketentuan Program Pemberantasan TB Paru Nasional
Pemeriksaan Kesehatan I
Hasil pemeriksaan kesehatan harus ditulis sesuai kode diagnosis calon jemaah haji
risti maksimal 5 kode dengan urutan pertama yang terberat.
Pemeriksaan Kesehatan II
Pemeriksaan Kesehatan II
Pelaksana pemeriksaan kesehatan II dan rujukan adalah dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya (dinas kesehatan dan rumah sakit) dan atau dokter yang pernah
bertugas sebagai Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) atau Tim Kesehatan Haji Daerah
(TKHD) yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
Tim Pelaksana Penerima Rujukan Kabupaten/ Kota adalah dokter spesialis yang
ditetapkan oleh Tim Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota
Pemeriksaan Kesehatan II
Pada saat memeriksa calon jemaah haji, tenaga kesehatan harus memeriksa dengan
teliti apakah calon jemaah haji yang diperiksa sesuai dengan foto yang terdapat dalam
BKJH
Bagi calon jemaah haji wanita pasangan usia subur harus dilakukan tes kehamilan
sebelum divaksinasi Meningitis meningokokus tetravalen
Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji yang BAIK kesehatannya diberikan imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen. BKJH diisi dengan lengkap dan ditanda tangani oleh dokter
pemeriksa kesehatan II dan selanjutnya dianjurkan untuk mengikuti pembinaan kesehatan
hingga waktu keberangkatan ke pelabuhan Embarkasi Haji
Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji yang TIDAK BAIK kesehatannya tetapi menurut dokter
pemeriksa kesehatan dapat disembuhkan sebelum keberangkatan maka kesimpulan hasil
pemeriksaan ditentukan setelah pengobatan terakhir dan apabila sampai dengan
pengobatan terakhir tidak sembuh maka dinyatakan tidak baik kesehatannya dan ditunda/
ditolak keberangkatannya
Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji penderita penyakit menular yang membahayakan diri
sendiri maupun orang lain, dilakukan pengobatan hingga tidak membahayakan lagi. Jika
memerlukan pengobatan yang lama dan diperkirakan tidak sembuh hingga saat
keberangkatan ke Arab Saudi, maka dokter pemeriksa kesehatan II bersama Tim
Penyelenggara Kesehatan Haji Kabupaten/ Kota memutuskan menunda/ menolak
keberangkatan calon jemaah haji tersebut
Pemeriksaan Kesehatan II
Bagi calon jemaah haji berumur lebih dari 60 tahun dan sesuai dengan indikasi agar
dilengkapi dengan hasil foto thorak, EKG, dan laboratorium kimia darah, hasilnya ditulis
dan dilampirkan pada BKJH
Pemeriksaan Kesehatan II
Pemeriksaan Kesehatan II
Di Arab Saudi
- Pelayanan Medis Petugas TKHI Kloter
- Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter Aspiran
- Pelayanan Medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
Tujuan Pemeriksaan
- Teridentifikasinya kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji.
- Tercatatnya data kondisi kesehatan dan faktor risiko calon jemaah haji secara benar
dan lengkap dalam Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) Indonesia.
Tujuan Pemeriksaan
- Berfungsinya BKJH sebagai catatan medis calon jemaah haji untuk memudahkan
tindak lanjut dalam pengobatan dan perawatan di perjalanan, embarkasi haji, selama
di Arab Saudi dan 14 hari sekembalinya dari Arab Saudi.
- Terpenuhinya persyaratan kesehatan calon jemaah haji (istihito’ah) yang
diberangkatkan
DI TANAH AIR
- Pelaksanaan pelayanan medis di tanah air dilaksanakan di puskesmas, rumah sakit
kabupaten/ kota, embarkasi/ debarkasi haji.
Puskesmas
- Memberikan pelayanan pengobatan rawat jalan, rawat inap bila tersedia dan rujukan
ke rumah sakit kabupaten/ kota bila diperlukan.
DI PESAWAT
DI ARAB SAUDI
- Pelayanan medis di Arab Saudi dilaksanakan oleh dokter dan tenaga keperawatan di
kloter serta PPIH di Arab Saudi bidang kesehatan sesuai daerah kerja
- Pelayanan medis petugas TKHI kloter
- Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Madinah
- Memantau kondisi kesehatan seluruh jemaah haji,
- Melapor ke wakadaker pelayanan kesehatan.
- Mengambil tas yang berisi paket obat dan alat kesehatan kloter
- Menganjurkan jemaah haji cukup istirahat makan dan minum.
- Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke BPHI.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
- Selama perjalanan dari Jeddah ke Madinah/ Makkah
- Memantau kondisi kesehatan jemaah haji.
- Memberikan pelayanan pengobatan bagi jemaah haji yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke BPHI atau rumah sakit Arab Saudi (RSAS).
- Selama berada di Madinah, Makkah & Armina
- Menempatkan jemaah haji risiko tinggi dekat petugas kesehatan.
- Melakukan visite secara berkala terutama bagi jemaah haji risti.
- Menganjurkan calon jemaah haji cukup istirahat, makan dan minum.
- Memberikan pelayanan kesehatan/pengobatan.
- Melakukan rujukan ke BPHI atau RSAS.
- Membuat Certificate of Death (COD) bila ada jemaah haji yang wafat.
- Pelayanan obat di Sektor dilaksanakan oleh dokter Aspiran
- Memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan bila diperlukan.
- Menyediakan ambulans untuk rujukan ke BPHI atau RSAS.
- Meneruskan permintaan obat dari kloter ke Depo.
- Membagikan jatah obat untuk kloter di sektor.
- Pelayanan medis di BPHI oleh PPIH bidang kesehatan
Di Bandara King Abdul Aziz Jeddah (saat kedatangan)
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat sementara bagi jemaah haji
yang memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS atau ke BPHI Makkah dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Di Madinatul Hujjaj - Jeddah (saat pemulangan)
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
- Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
- Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Di Madinah
Di Airport Madinah (saat kedatangan dan pemulangan)
- Melakukan rujukan ke BPHI Madinah atau ke RSAS dengan disertai laporan rujukan
(Lru).
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Di BPHI
- Memberikan pelayanan pengobatan, rawat jalan, rawat inap bagi jemaah haji yang
memerlukan.
- Melakukan rujukan ke RSAS dengan disertai laporan rujukan (Lru) dan laporan tanda
terima rujukan (Tru).
- Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
Di BPHI
- Memberikan pelayanan pulang dini atau tidak bersama kloternya, perlu disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
- Menyerah terimakan pasien pulang dini beserta resume penyakit dan pengobatannya
(Rpp) kepada dokter kloter yang akan mendampingi.
Di BPHI
- Menjawab konsultasi rujukan dari dokter kloter.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Di Makkah
- Memberikan pelayanan rawat jalan.
- Memberikan pelayanan rawat inap.
- Memberikan pelayanan kegawat daruratan dan spesialistik.
- Memberikan pelayanan rujukan ke RSAS disertai formulir Lru dan Tru.
- Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
Di Makkah
- Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
- Memberikan jawaban konsultasi rujukan dari kloter.
- Menyeleksi dan melayani jemaah haji sakit yang ikut safari wukuf.
- Mendampingi Tawaf Ifadhah bagi jemaah haji sakit yang memerlukan pengawasan
petugas kesehatan.
- Memberikan pelayanan pulang dini atau pulang tidak bersama kloternya disertai
resume riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp).
Di Makkah
- Menyerah terimakan pasien pulang dini atau tidak bersama kloternya beserta resume
riwayat penyakit dan pengobatannya (Rpp) kepada dokter BPHI.
- Melaksanakan evakuasi jemaah sakit ke Jeddah dan Madinah disertai formulir
evakuasi.
- Memberikan pelayanan kesehatan gigi.
- Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
- Membuat Certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Di Arafah Mina (Armina)
- Memberikan pelayanan rawat jalan.
- Memberikan pelayanan rujukan ke BPHI Makkah atau ke RSAS disertai formulir Lru
dan Tru.
- Memberikan pelayanan kegawat daruratan.
- Memberikan pelayanan kesehatan rawat inap.
Di Arafah Mina (Armina)
- Memberikan pelayanan kesehatan rujukan dari kloter.
- Memberikan pelayanan penunjang kesehatan terbatas.
- Memberikan pelayanan dan konsultasi gizi dietetik.
- Membuat certificate of Death (COD) bagi jemaah haji yang wafat.
Bila imunisasi diberikan kurang dari 10 hari sejak keberangkatan ke Arab Saudi
harus diberikan profilaksis dengan Ciprofloxacin 500 mg dosis tunggal
Pencatatan
- Bagi calon jemaah haji yang tidak mempunyai bukti imunisasi Meningitis
meningokokus tetravalen harus imunisasi di pelabuhan Embarkasi dan diberi kartu
ICV serta minum Cyprofloxacin 500 mg dosis tunggal sebagai profilaksis.
TUJUAN
KEGIATAN
Pengumpulan, pengolahan, analisis dan disiminasi data atau informasi, dilakukan
sejak calon jemaah haji melakukan pemeriksaan kesehatan di daerah asal,
diperjalanan, selama di Arab Saudi dan setelah kembali dari Arab Saudi sampai ke
daerah asal selama 14 hari.
Pengamatan terhadap jemaah haji sakit dan wafat baik di Arab Saudi, di
embarkasi/ debarkasi haji dan sekembalinya dari Arab Saudi.
KEGIATAN
SASARAN
Kesimpulan
Saran
Untuk calon jemaah haji sebelum pergi ke tanah suci sebaiknya memeriksakan
kesehatan secara rutin di puskesmas, rumah sakit, atau pos pelayanan kesehatan terdekat,
atau kepada pelayan kesehatan yang sudah ditujukan. Sehingga apabila terdapat gejala
kelainan kesehatan akan dapat segera diatasi.
Daftar Pustaka
Akperkapuas.files.worspress.com/2010/04/kesehatan- haji
Adningsih, 2003. Tidak Merokok Adalah Investasi, Interaksi Media Promosi Kesehatan
Indonesia No XIV, Jakarta.
Alfrida, 2003. Perumahan Sehat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes R.I.
Jakarta.