Faktor Yang Mempengaruhi Kefektifan Obat
Faktor Yang Mempengaruhi Kefektifan Obat
Volume 16 Nomor 1 48
ABSTRAK
Swamedikasi merupakan pengobatan yang dilakukan diri sendiri tanpa melalui resep dokter.
Dalam pengobatan risiko seperti kesalahan diagnosis, penggunaan dosis obat yang berlebihan,
serta penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek buruk pada pasien. Penulisan artikel
tinjauan ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan dan berperan
untuk mencegah risiko yang ditimbulkan dari pengobatan swamedikasi. Artikel disusun dari
artikel yang telah terbit pada Jurnal yang terindeks pada Sciencedirect, Pubmed-NCBI, dan
Google Scholar. Berdasarkan beberapa artikel menyebutkan bahwa iklan, riwayat pengobatan,
kondisi ekonomi, dan edukasi yang diterima pasien menjadi faktor pendorong pilihan
swamedikasi. Faktor edukasi mengenai obat seperti efek samping sangat berperan dalam
mencegah efek samping dari pengobatan swamedikasi.
Kata Kunci: Swamedikasi, risiko swamedikasi, edukasi.
ABSTRACT
riwayat pendidikan [4] dapat menjadi faktor kepercayaan konsumen. Konsumen sudah
dalam menentukan pemilihan pengobatan tidak asing dengan khasiat dari suatu
swamedikasi. Walaupun, swamedikasi produk farmasi dikarenakan informasi yang
menggunakan obat dengan efek buruk yang didapat dari iklan dari media seperti, iklan
minimal pada pasien, namun tetap memiliki televisi maupun internet.
risiko seperti kesalahan diagnosis,
Iklan di televisi berpengaruh
penggunaan dosis obat yang berlebihan,
terhadap pemilihan suatu obat oleh
serta penggunaan jangka panjang dapat
masyarakat. Iklan televisi sangat berperan
menimbulkan efek buruk pada pasien [5].
dalam membentuk persepsi masyarakat
Oleh karena itu, penulisan artikel tinjauan
dibandingkan dengan media lain [6].
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
Munculnya persepsi dapat memicu perilaku
faktor yang mempengaruhi pilihan dan
seseorang [7]. Namun iklan yang beredar di
berperan untuk mencegah risiko yang
televisi pada umumnya tidak
ditimbulkan dari pengobatan swamedikasi.
menyampaikan informasi secara lengkap
Metode mengenai suatu obat. Berdasarkan data
Badan Pengawas Obat dan Makanan, iklan
Penyusunan artikel tinjauan ini
obat yang terdapat di televisi media cetak
dilakukan dengan metode tinjauan pustaka
dan radio tidak mematuhi peraturan
yang didapat dari literatur primer maupun
periklanan obat [7]. Hal ini dapat
literatur sekunder. Literatur primer berupa
menimbulkan persepsi yang salah pada
artikel dari jurnal yang didapat secara
masyarakat mengenai obat untuk
online. Digunakan website pencarian jurnal
swamedikasi.
Pubmed-NCBI, Sciencedirect, dan Google
Scholar, dengan menggunakan kata kunci Suatu penelitian di Jerman
“Self mecication”, “Self-medication trigger menunjukkan perilaku penelusuran terkait
factor” dan “Risk Benefits and Risks of Self topik kesehatan rata-rata setiap bulan pada
Medication”. tahun 2013 berjumlah 400 berdasarkan
gejala dan 1.115 berdasarkan penyakit [8].
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pada data suatu penelitian 41.2% dari 400
Pilihan Pengobatan Swamedikasi
responden konsumen mengetahui obat
Banyaknya produk yang beredar di bebas dari iklan, persentase yang kurang
pasaran membuat persaingan bagi Industri dari 50% menunjukkan bahwa iklan kurang
Farmasi untuk memperkenalkan produk efektif [9].
hasil produksinya. Informasi dan kesadaran
Pengaruh dari pengalaman masa
memiliki peran penting dalam pemasaran
lalu pada pemilihan swamedikasi terkait
produk farmasi untuk mendapatkan
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 50
dengan sikap, biaya, dan penyakit. Biaya penggunaan swamedikasi pada keluarga.
relatif tinggi, komplikasi, serta waktu yang Dari 597 responden anak yang memiliki
diperlukan apabila melakukan perawatan di ayah yang dengan pendidikan hanya sampai
Rumah Sakit ataupun klinik menjadi sekolah dasar dan menengah, anaknya
penghalang. Dengan demikian, pasien melakukan swamedikasi 1.6 kali lebih
mencoba untuk meneruskan pengobatan tinggi dibandingkan Ayah yang memiliki
yang disarankan dari Rumah Sakit ataupun riwayat pendidikan lebih tinggi [12].
klinik dengan pengobatan swamedikasi. Kemudian penelitian dilakukan pada 258
responden, responden dengan riwayat
Penelitian yang dilakukan di Kota
pendidikan rendah cenderung tidak
Wuhan Central China. Sebanyak 258
memperhatikan instruksi pengobatan
partisipan mengungkapkan tidak
dibandingkan dengan responden dengan
melakukan pemeriksaan penyakitnya
riwayat pendidikan yang tinggi, hal ini
kepada dokter dikarenakan gejala penyakit
menyebabkan 17,8% responden mengalami
yang dialami masih ringan (46,4%),
Adverse Drug Reaction (ADR) [10].
kesulitan menemui dokter (22,5%), tidak
Penelitian lain menunjukkan pada 342
ada waktu (11,6 %), biaya medis terlalu
responden dengan mayoritas tingkat
tinggi (11,6%). Sehingga sebagai alternatif
pendidikan menengah, hanya 26%
melakukan pengobatan swamedikasi yang
responden yang mengetahui maksud dai
dapat didorong oleh berasal dari
logo obat dan 28,4% mengetahui definisi
pengalaman pengobatan sendiri (51,2 %),
swamedikasi [13].
saran teman (27,7%), dan majalah atau
iklan (2%) [10]. Dari penelitian lain yang Risiko Swamedikasi pada Kondisi Hamil
dilakukan dengan subjek 213 mahasiswa
Swamedikasi pada kondisi hamil
farmasi menyatakan bahwan sumber
dan menyusui perlu perhatian lebih
informasi pemilihan obat dipengaruhi oleh
mengenai efek dari pengobatan terhadap
pengalaman pribadi (43,2%), Perkuliahan
janin dan bayi. Pengobatan ditujukan untuk
(22,5%), Petugas kesehatan (18,8%),
mengatasi mual, konstipasi, dan migrain
Rekomendasi orang lain (10,3%), serta
[14]. Pengobatan sendiri dipengaruhi
iklan (5,2%) [11].
terutama oleh kerabat atau teman, yang
Hal lain yang dapat mempengaruhi merekomendasikan penggunaan obat herbal
pilihan swamedikasi yaitu faktor riwayat atau obat sintesis. Namun dilaporkan
pendidikan. Riwayat pendidikan memiliki terdapat dua tanaman obat yang paling
peran untuk pasien lebih selektif dalam umum (Arnica montana dan Ruta
menggunakan obat swamedikasi. Riwayat chalepensis) dilaporkan menyebabkan
pendidikan orang tua dapat mempengaruhi aborsi atau toksisitas selama kehamilan
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 51
[17]. Penelitian lain menyebutkan yang [1] WHO (2000) Guidelines for the
Regulatory Assessment of Medicinal
dilakukan di Jerman bahwa 7000 pasien Products for Use in Self-Medication.,
yang dirawat di Rumah Sakit menunjukkan Geneva. Terdapat pada:
http://apps.who.int/medicinedocs/pdf/s
ADR 3,9% diakibatkan oleh penggunaan
2218e/s2218e.pdf. Diakses: 4 April
swamedikasi [18]. Timbulnya efek ADR 2018.
disebabkan kurangnya kewaspadaan dalam [2] Adhikary, M., Tiwari, P., Singh, S., &
penggunaan obat swamedikasi mengenai Karoo, C. (2014). Study of self-
medication practices and its
potensi efek samping, interaksi obat, dan
determinant among college students of
kapan harus berkonsultasi ke Dokter [19]. Delhi University North Campus, New
Delhi, India. International Journal of
Farmaka
Volume 16 Nomor 1 52