COMMUNITY OF
PRACTICE
SEBAGAI BAGIAN
KNOWLEDGE
ASSET CREATOR
ORGANISASI
\
| Assessed by FANDI ARYA PRATAMA under guidance RURY HANASRI | PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN | 2019 |
“BPKP punya banyak barang
berharga, tapi masih berserakan.
Masih banyak yang tacit. Beberapa
waktu sebelum BPKP membangun
SPIP, BPKP berhasil membangun
SAKIP. Itu pernah jadi aset besar
BPKP bahkan bisa menjadi Deputi.
Sekarang hilang, hilang orang-
orangnya, hilang pengetahuannya,
hilang Kedeputiannya dan kini aset
itu tumbuh diluar, tumbuh Deputinya,
tumbuh orang-orangnya. Itu contoh
kegagalan kita menjaga knowledge
asset.” – Narasumber di BPKP
Community of Practice adalah kelompok orang yang memiliki kepedulian atau semangat untuk sesuatu yang
mereka lakukan dan bagaimana melakukannya dengan lebih baik melalui interaksi secara teratur. Di BPKP,
Community of Practice ini umumnya berbentuk Satuan Tugas dan Forum Diskusi yang melakukan interaksi
rutin. Mengutip paparan World Bank pada KMS Ambassadors’s Meeting di Bali tanggal 26 Oktober 2018 lalu,
bahwa untuk mendukung visi BPKP sebagai Auditor Berkelas Dunia, maka BPKP perlu menjadi organisasi
yang secara utuh didalam mengelola dan mengembangkan pengetahuan serta melakukan pembelajaran
berkesinambungan, diantaranya:
1) secara sistematis melakukan capture best practice yang relevan,
2) validasi dan mengelola aset pengetahuan,
3) memelihara Community of Practice,
4) berbagi pengetahuan secara internal dan eksternal,
5) meningkatkan program pembelajaran.
Community of Practice merupakan salah satu knowledge asset creator yang harus dikelola dan didukung
penuh oleh organisasi, sehingga tacit-tacit knowledge maupun best practice yang tersebar diseluruh
komunitas dapat menjadi bagian dari Knowledge Asset Organisasi. Bukankah kita tidak ingin kehilangan Aset
lagi?
Oleh karena itu, melalui Assessment ini, akan dilakukan identifikasi faktor-faktor kunci yang berperan penting
dalam optimaIisasi Community of Practice di BPKP. Assessment ini tidak dimaksudkan untuk memberikan
sebuah perbandingan indeks “baik” atau “buruk”, namun lebih menekankan pada analisa mendalam dari
aspek kebijakan/peraturan, kesiapan struktur, kegiatan dan program untuk meningkatkan interaksi dalam
membangun model integrasi antara Community of Practice dengan Knowledge Management System BPKP.
Peter Ferdinand Drucker, seorang penulis dan juga konsultan management yang pernah mempopulerkan
istilah “Knowledge Worker” mengatakan, “What gets measured, gets managed”. Istilah ini sangat relevan jika
dikaitkan dengan pengelolaan aset di organisasi, termasuk juga pengelolaan pengetahuan. Implementasi
Community of Practice yang optimal, harus pula mengikutsertaskan aktivitas pengukuran (measurement)
sebagai salah satu aktivitas utama dalam siklus pengembangan sistem tersebut.
- F&D-
i
F.E.A.R HAS TWO MEANING | FORGET EVERYTHING AND RUN, or | FACE EVERYTHING AND RISE.
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya lah sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik.
Proses penyusunan laporan ini merupakan salah satu tahapan dari rangkaian proses
panjang dalam rangka optimalisasi Community of Practice (CoP) sebagai bagian dari
Knowledge Asset Creator Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Setelah melalui beberapa tahapan selama kurang lebih 30 hari kerja, pada
akhirnya dihasilkan sebuah skor Community Maturity Model™ (CMM) yang mewakili
gambaran umum Community of Practice di BPKP.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Namun
terlepas dari berbagai kekurangan tersebut, saya berharap laporan ini mampu
memberikan informasi yang bermanfaat dalam rangka optimalisasi Community of
Practice BPKP menjadi lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Tujuan ............................................................................................................. 2
C. Sistematika Penyajian ..................................................................................... 2
ii
B. Rekomendasi ................................................................................................ 45
1. Jalur Komunikasi Untuk Mendapatkan Dukungan Pimpinan, Komitmen
Bersama dan Formalisasi ........................................................................ 46
2. Membentuk Struktur Satgas..................................................................... 47
3. Pelaksanaan Kegiatan/program CoP dan Dokumentasi Knowledge
Asset ....................................................................................................... 47
4. Sharing Knowledge Asset CoP menjadi Knowledge Organisasi .............. 55
5. Pengukuran serta Evaluasi CoP dan KMS ............................................... 55
REFERENSI ...................................................................................................................... 56
Lampiran ............................................................................................................................ 58
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan adalah salah satu aset yang sangat berharga bagi organisasi.
Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah organisasi,
akan membuat organisasi tersebut menjadi semakin maju. Dalam rangka menjaga agar
pengetahuan itu terus berkembang dan berkesinambungan, dibutuhkan adanya sarana
atau kegiatan yang mampu memfasilitasi setiap individu atau anggota suatu organisasi
untuk dapat menyampaikan gagasan atau idenya. Hasil riset Delphi Group
menunjukkan bahwa pengetahuan atau knowledge dalam organisasi, 42 % tersimpan
dan terstruktur di pikiran atau otak karyawan, 26 % pada dokumen kertas, 20 % pada
dokumen elektronik dan 12 % berupa knowledge base elektronik (Bambang Setiarso,
2009). Berdasarkan hasil riset ini, 42 % pengetahuan yang masih berada di pikiran atau
otak masing-masing individu organisasi perlu mendapatkan ruang / sarana yang baik
sehingga dapat disampaikan atau dikomunikasikan kepada orang lain. Upaya ini,
nantinya tidak hanya diharapkan untuk menambah pengetahuan atau informasi orang
tersebut, tetapi juga untuk mendorong lahirnya ide atau gagasan baru untuk
menciptakan produk atau sistem baru dan juga melakukan perbaikan pada produk atau
sistem yang lama. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan suatu organisasi adalah
dengan manajemen pengetahuan (knowledge management).
BPKP dalam hal ini Puslitbangwas, telah mengembangkan Knowledge
Management System dengan membentuk Knowledge Center berbasis web yang dapat
diakses melalui app.bpkp.go.id. Salah satu program dari Knowledge center adalah
forum Community of Practice (CoP). Forum CoP merupakan suatu bentuk komunitas
praktisi berbasis online yang membahas hal spesifik yang selaras dengan tujuan
organisasi. Didalam perjalanannya, forum CoP pada KMS masih belum terintegrasi
dengan Community of Practice yang ada di BPKP. Puslitbangwas, sebagai garda
terdepan dalam pengelolaan pengetahuan harus menjaga pengetahuan agar tidak
“hilang” mengingat pengetahuan di BPKP jumlahnya sangat banyak dan tersebar pada
tiap-tiap Community of Practice. Selain itu, dari kondisi yang ada dapat dilihat bahwa
Community of Practice di BPKP saat ini belum terorganisir dan terukur dengan baik.
Padahal salah satu outcome dari Community of Practice adalah solusi, inovasi dan best
practice dalam rangka peningkatan efektifitas, efisiensi serta skills yang mendukung
visi dan misi organisasi.
1
Latar belakang diatas mendorong Penulis untuk melakukan Assessment
terhadap community of Practice untuk dianalisis lebih lanjut. Assessment ini merupakan
langkah awal sebagai bentuk upaya optimalisasi Community of Practice sebagai bagian
dari pengembangan Knowledge Management System di BPKP.
Peter Ferdinand Drucker, seorang penulis dan juga konsultan management
yang pernah mempopulerkan istilah “Knowledge Worker” mengatakan, “What gets
measured, gets managed”. Istilah ini sangat relevan jika dikaitkan dengan pengelolaan
aset di organisasi, termasuk juga pengelolaan pengetahuan. Implementasi Community
of Practice yang baik, harus pula memasukkan aktivitas pengukuran (measurement)
sebagai salah satu aktivitas utama dalam siklus pengembangan sistem tersebut.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya assessment terhadap Community of Practice di BPKP
adalah untuk:
1. Melihat gambaran umum (kondisi) Community of Practice di BPKP melalui model
yang dikembangkan oleh penulis dari kerangka kerja implementasi CoP model
Wenger dipadukan dengan siklus Knowledge Management (KM) Wiig
(Venkatraman dan Venkatraman, 2018), serta KM Control dari Knoco Indonesia.
2. Membandingkan dan menganalisis kondisi Community of Practice di BPKP dengan
indeks Community Maturity Model dan Community of Practice sejenis dari Instansi
lain (Benchmarking).
3. Memberikan rekomendasi untuk optimalisasi Community of Practice, baik dalam
interaksi praktik juga sinergi pada KMS.
C. Sistematika Penyajian
Laporan hasil Assessment terhadap Community of Practice di BPKP disajikan
dengan sistematika sebagai berikut.
1. BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan latar belakang, tujuan dan sistematika
penyajian
2
4. BAB IV PEMBAHASAN HASIL ASSESSMENT
Dalam bab ini diuraikan hasil assessment yang terdiri dari
deskripsi umum, skor maturitas dan pembahasan setiap
aspek/variabel yang menjadi fokus assessment.
3
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Dasar Teori
1. Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management)
Definisi dibawah ini di kutip dari Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 tahun 2011 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management).
Manajemen pengetahuan adalah upaya terstruktur dan sistematis dalam
mengembangkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk membantu
proses pengambilan keputusan bagi peningkatan kinerja organisasi. Aktivitas
dalam manajemen pengetahuan meliputi upaya perolehan, penyimpanan,
pengolahan dan pengambilan kembali, penggunaan dan penyebaran, serta
evaluasi dan penyempurnaan terhadap pengetahuan sebagai aset intelektual
organisasi.
Pengetahuan adalah pemahaman tentang sesuatu hal berdasarkan
interpretasi atas sebuah konteks permasalahan tertentu. Kategori pengetahuan
dalam organisasi adalah:
a. pengetahuan implisit (tacit), yaitu pengetahuan yang masih berada dalam
pikiran individu yang memiliki pengetahuan tersebut. Pengetahuan implisit terdiri
komponen kognitif dan komponen teknis. Komponen kognitif merupakan
kerangka berpikir yang tidak dapat begitu saja diutarakan dalam sebuah
representasi data yang terstruktur, sehingga kerap kali disebut pengetahuan tak
terstruktur. Sementara komponen teknis adalah konsep konkrit yang bisa
diutarakan secara eksplisit, sehingga sering kali disebut pengetahuan terstruktur.
b. pengetahuan eksplisit, yaitu pengetahuan yang sudah secara eksplisit
diutarakan dan tersedia dalam organisasi. Umumnya pengetahuan eksplisit
bersifat terstruktur dan tercermin dalam berbagai rujukan peraturan dan standar
kerja dalam organisasi. Pengetahuan akan dapat memberikan manfaat terbesar
bagi organisasi mana kala bisa disebarkan kepada segenap pihak yang
berkepentingan dalam organisasi tersebut.
Sistem manajemen pengetahuan (knowledge Management System)
adalah sistem (umumnya berbasis teknologi informasi) yang digunakan untuk
melakukan pengelolaan atas pengetahuan pada tiap tahapan, baik saat perolehan,
penyimpanan, pengambilan kembali, pemanfaatan maupun penyempurnaannya.
4
Aset pengetahuan (knowledge asset) adalah bagian dari aset tidak
berwujud organisasi yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian, informasi,
gagasan, praktik terbaik, kekayaan intelektual dan pengetahuan lainnya.
Gambar 2.1
Siklus Knowledge Sharing
Sumber: Ackerman (2003)
5
Gambar diatas menunjukan tiga tipe mendasar dalam knowledge sharing,
antara lain:
a. Knowledge retrieval. Berbagi pengetahuan dari organisasi ke individu memiliki
tujuan mengambil pengetahuan yang ada pada organisasi, selama
pengambilan pengetahuan individu belajar dari organisasi. Tipe knowledge
sharing ini digambarkan pada gambar 2.1 dengan panah yang menunjuk dari
pengetahuan organisasi (organizational knowledge) ke pengetahuan individu
(individual knowledge).
b. Knowledge exchange. Berbagi pengetahuan dari individu ke individu yang lain
memiliki tujuan pertukaran pengetahuan antara individu yang ada. Pertukaran
pengetahuan diilustrasikan dengan panah yang menunjuk dari pengetahuan
individu ke shared knowledge (pengetahuan yang dibagikan).
c. Knowledge Creation. Berbagi pengetahuan antar individu memiliki tujuan
untuk menciptakan pengetahuan baru. Kombinasi antara Individual Knowledge,
Shared Knowledge, dan Organizational Knowledge menciptakan pengetahuan
baru. Perihal ini digambarkan dengan panah dari masing-masing ketiga jenis
pengetahuan tersebut menuju satu titik “innovation knowledge creation”.
Siklus knowledge sharing di atas menunjukan adanya transfer pengetahuan dari
individu yang satu ke individu lainnya, baik pengetahuan yang bersifat tacit maupun
pengetahuan yang bersifat explicit, namun pengetahuan yang bersifat tacit relatif
lebih sulit untuk diverbalisasikan atau diungkapkan dengan kata-kata dan ditransfer
dari pada pengetahuan yang bersifat explicit. Pengetahuan yang bersifat tacit lebih
mudah ditransfer dengan cara menunjukan seseorang untuk melakukan sesuatu
daripada mencoba untuk menjelaskan dengan kata-kata, terlebih lagi jika
pengetahuan tacit tersebut merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilan atau keahlian seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut
Nonaka dan Takeuchi (1995), hal tersebut terjadi karena pengetahuan tacit memiliki
dua karakteristik dimensi berikut ini:
a. Dimensi teknis. Dimensi ini bersifat informal dan mengetahui bagaimana cara
(know how) dalam melakukan sesuatu. Dimensi teknis mengandung prinsip dan
teknis pengetahuan yang diperoleh karena pengalaman oleh karena itu sulit
untuk didefinisikan atau diverbalisasikan.
b. Dimensi kognitif. Dimensi ini terdiri dari kepercayaan, persepsi, idealisme,
nilai-nilai, emosi dan mental yang juga sulit untuk di jelaskan. Dimensi ini akan
membentuk cara seseorang menerima segala sesuatu yang ada di
sekelilingnya.
6
3. Komunitas Praktisi (Community of Practice)
Menurut Wenger (1998), Community of Practice adalah kelompok orang yang
memiliki kepedulian atau semangat untuk sesuatu yang mereka lakukan dan
bagaimana melakukannya dengan lebih baik dengan berinteraksi secara teratur.
Pada dasarnya Community of Practice terdiri dari 2 unsur utama, yaitu:
a. Core member /Tim inti, yang terdiri dari
1) Champion/Sponsor, merupakan individu yang mampu membayangkan
layanan Community of Practice dari waktu ke waktu, dan harus memiliki
perasaan tentang bagaimana Community of Practice dapat berinteraksi
diseluruh organisasi.
2) Facilitator/Coordinator merupakan individu berperam dalam konsultasi,
menghubungkan, memfasilitasi, membantu, membimbing.
3) Experts merupakan ahli di bidangnya untuk berbagi pengetahuan kepada
member.
4) Others Core Group merupakan bagian dari core group untuk mendukung
kegiatan Community of Practice berkelanjutan. Contohnya dokumentator,
evaluator, publikator dan sebagainya.
b. Member/Peserta, yang terdiri dari:
1) Active Member, merupakan peserta yang rutin mengikuti dan berkontribusi
pada forum.
2) Peripheral Member, merupakan peserta yang masih minim berinteraksi
dengan forum.
Active
Member
Peripheral
Member
Gambar 2.2
Unsur Utama CoP
7
Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, komunitas dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) tipe, yaitu:
a. Problem Solving (Helping) Communities
Merupakan suatu grup informal yang bertujuan untuk mengumpulkan
keahlian dari berbagai kelompok dan berfokus pada masalah atau masalah
tertentu (kebutuhan kerja sehari-hari).
b. Knowledge Sharing Communities
Merupakan suatu grup informal yang datang Bersama-sama dengan ide
untuk mengembangkan pengetahuan baru yang meningkatkan proses atau
kinerja. Termasuk dalam hal ini adalah menemukan, menyusun, mengatur dan
mendistribusikan pengetahuan.
c. Best Practices Communities
Merupakan suatu grup informal yang berkumpul untuk berbagi dan
mempelajari praktik terbaik. Fokusnya adalah mengembangkan, memvalidasi,
mendokumentasikan, dan menyebarluaskan praktik terbaik kepada semua
anggota dalam organisasi.
d. Innovation Communities
Merupakan suatu grup informal dari berbagai bidang teknis tertentu, fokus
pada ide terobosan, pengetahuan baru, dan praktik baru yang mungkin ada
peluang untuk mendapatkan keunggulan.
Pada dasarnya, Community of Practice bersifat informal, sukarela dan
karena adanya kesamaan minat terhadap suatu domain (knowledge). Namun dasar
dari informal dan sukarela ini perlu di sesuaikan dengan nature Pemerintah dengan
sistem birokrasinya dan cenderung harus memiliki struktur formal. Hal ini
disampaikan dalam Paparan BPPK Kemenkeu, pada Studi KMS dan CoP tanggal
22 April 2019.
Community of Practice merupakan suatu wadah berbagi pengetahuan
dengan cara menunjukan seseorang untuk melakukan sesuatu (practice) karena
sifat pengetahuan tacit yang sulit untuk diverbalisasikan, maka konsep Community
of Practice menawarkan solusi yang sesuai dengan kondisi tersebut. Bentuk dari
Community of Practice sangatlah beragam tergantung pada tujuan dan kebutuhan
kelompok, namun struktur mendasarnya adalah kegiatan saling berbagi dan
mengembangkan pengetahuan. Community of Practice merupakan kombinasi unik
yang terdiri dari tiga elemen fundamental yaitu domain atau bidang pengetahuan,
community atau sekumpulan orang pemerhati bidang pengetahuan tersebut, dan
shared practice yaitu kegiatan berbagi pengetahuan melalui praktik untuk
8
meningkatkan kemampuan pada domain tersebut (Wenger, McDemort, dan
Snyder: 2002). Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai ketiga elemen
fundamental dalam Community of Practice:
a. Domain menciptakan ground (dasar) yang sama serta perasaan kesamaan
identitas. Untuk dapat mendefinisikan domain yang baik, komunitas harus
mampu mengukuhkan tujuan dan nilai atau manfaatnya bagi anggota. Domain
memberikan dorongan bagi anggotanya untuk berkontribusi dan berpartisipasi.
Cakupan domain yang jelas membantu para anggota untuk mampu
menentukan dengan tepat mengenai pengetahuan yang akan mereka bagi.
b. Community menciptakan jaringan sosial kegiatan pembelajaran. Komunitas
yang kuat akan mendorong interaksi dan hubungan yang saling percaya dan
menghormati, hal ini akan mendorong keinginan untuk berbagi ide,
mengungkap masalah, bertanya dan mendengarkan dengan seksama antar
individu.
c. Practice merupakan seperangkat kerangka pemikiran, ide, alat informasi, gaya
bahasa, cerita, serta dokumen mengenai kegiatan saling berbagi pengetahuan
antara anggota komunitas.
9
caranya sendiri dan sebagainya. Menurut teori pembelajaran sosial, proses
pembelajaran tidak terjadi secara terpisah, melainkan terjadi dari partisipasi
sosial. Belajar dikaitkan dengan:
a) Makna atau Sense making (berkaitan dengan domain model CoP
Wenger), ketika seseorang mendiskusikan pengalaman hidup mereka
terkait dengan bisnis organisasi;
b) Praktik (berkaitan dengan practice model CoP Wenger), ketika individu
berbicara tentang kegiatan dan bagaimana mereka dilakukan;
c) Komunitas (berkaitan dengan community model CoP Wenger), ketika
seseorang diakui kompeten melalui partisipasi yang menjadi
identitasnya.
Oleh karena itu, Community of Practice, di mana bentuk pembelajaran
ini tertanam, dapat memfasilitasi pembelajaran organisasi, yang merupakan
kunci untuk membangun pengetahuan.
2) Pendidikan dan pelatihan formal
Mode ini untuk memperoleh pengetahuan melalui pembinaan formal
dan intens dengan penetapan tujuan dan pelatihan khusus memfasilitasi
para ahli dari domain pengetahuan untuk berpartisipasi dalam CoP dan
mengambil berbagai peran. Hal ini berkaitan dengan domain model CoP
Wenger.
3) Community of Practice mencakup peran yang sudah ditentukan seperti (1)
Sponsor — Champion CoP, penasihat komunitas, rekrutmen anggota baru,
dan sebagainya; (2) Pemimpin — pendorong tujuan strategis organisasi; (3)
Kehadiran ahli yang memandu dalam mengembangkan basis pengetahuan
organisasi; (4) Editor konten — orang-orang yang dilatih untuk meninjau dan
menyetujui kontribusi anggota untuk CoP; dan (5) Fasilitator — individu yang
membantu anggota berkumpul dan memfasilitasi komunikasi di antara
mereka. Mereka membentuk pilar pendekatan terstruktur untuk belajar
dalam suatu organisasi.
4) Sumber intelijen
Mode Ini dikembangkan dari berbagi pengalaman para ahli, bercerita,
dan sebagainya. Rekonstruksi pengetahuan terjadi melalui analisis
pengetahuan yang diperoleh pada bagian ini. Proses ini terdiri dari
mendengarkan pengalaman dan cerita yang dibagikan serta pemilihan
konsep untuk dipertimbangkan lebih lanjut. Dalam pendekatan CoP, individu
10
dapat berbagi dan belajar satu sama lain secara langsung, atau dalam mode
virtual melalui teknologi online, atau keduanya.
5) Media, buku, dan teman sejawat
Mode ini merujuk pada pengetahuan yang diperoleh dari video, manual
prosedur, berbagi ide oleh orang-orang dari departemen yang sama atau
berbeda, dan sebagainya.
b. Menyimpan Pengetahuan (Hold)
Seperti yang terlihat di atas, pengetahuan yang diperoleh dari langkah 1
dapat dibangun melalui proses informal dan formal, karenanya, langkah ini
membantu untuk menahan pengetahuan sebagai ingatan jangka panjang bagi
individu dan organisasi. Langkah ini memetakan elemen practice model CoP
Wenger untuk mengembangkan sumber daya pengetahuan. Hal ini melibatkan
proses terpisah untuk menyimpan pengetahuan dalam bentuk berwujud
(pengetahuan eksplisit) dan tidak berwujud (pengetahuan tacit). Dalam
assessment ini, penulis menggunakan rekomendasi praktis dari Venkatraman
& Venkatraman (2018) pada langkah 2, dengan menerapkan model Nonaka dan
Takeuchi. Nonaka dan Takeuchi memperkenalkan model SECI, yang
merupakan model dasar penciptaan dan transfer pengetahuan. Dua jenis
pengetahuan (tacit dan explicit) yang dapat dimiliki organisasi mengikuti empat
proses yaitu sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi.
1) Sosialisasi: Pengetahuan diteruskan melalui praktik, bimbingan, imitasi, dan
observasi dan proses sosialisasi dalam berbagai pendekatan CoP ini
memfasilitasi konversi pengetahuan dari bentuk tacit ke tacit.
2) Eksternalisasi: Konversi pengetahuan ke bentuk eksplisit bisa sangat sulit
meskipun memainkan proses penting untuk menyusun pengetahuan
menjadi manual, dokumen, dan bentuk digital lainnya yang dapat lebih
mudah diakses oleh lebih banyak orang di organisasi. Penggunaan
metafora adalah teknik umum untuk melakukan proses eksternalisasi ini.
3) Kombinasi: Pengetahuan eksplisit dapat dikonversi ke bentuk eksplisit lain
menggunakan proses kombinasi di mana pengetahuan terkodifikasi seperti
manual atau dokumen dapat digabungkan untuk membuat pengetahuan
eksplisit baru.
4) Internalisasi: Proses internalisasi ini digunakan untuk menggabungkan
pengetahuan eksplisit yang dipelajari ke dalam Knowledge Management
dengan mengembangkan pengetahuan yang ada.
11
c. Mengembangkan Pengetahuan (Pool)
Merupakan bentuk rekonstruksi, penyusunan, dan sintesa pengetahuan
melalui media (intranet, portal, brainstorming, conference, mentoring, dan
sebagainya). Community of Practice dapat memfasilitasi orang-orang
berkumpul bersama untuk mengumpulkan pengetahuan melalui pertemuan
kelompok, sesi curah pendapat, dan bentuk kolaborasi lainnya. Pengetahuan
dapat diakses dan diambil langsung dari repositori dan dikonsultasikan dengan
para ahli dan rekan untuk memecahkan masalah yang sulit dalam suatu
organisasi. Demikian pula, menggunakan Community of Practice berbasis
teknologi, anggota dapat berbagi wawasan dengan komunitas menggunakan
kepercayaan kolaboratif yang didirikan secara online.
d. Penggunaan Pengetahuan (Use)
Langkah ini melibatkan penggunaan pengetahuan dari repositori
pengetahuan yang dibuat dalam langkah-langkah sebelumnya untuk melakukan
tugas, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan. Analisis proses kerja
dan menanamkan pengetahuan dalam berbagai konteks kerja terjadi melalui
pembelajaran dan berbagi menggunakan pendekatan CoP. CoP menawarkan
alat yang berharga bagi organisasi dalam mengevaluasi penggunaan
pengetahuan dan mempertahankan pengetahuan karena membantu
menciptakan ide-ide baru, mengurangi kurva pembelajaran karyawan baru,
memberikan respon lebih cepat kepada pelanggan, mengurangi pengerjaan
berulang, dan mencegah pengulangan.
12
b. Manfaat Community of Practice jangka panjang bagi individu:
1) Menyediakan forum dan Jaringan untuk tetap up-to-date dalam memperluas
pengetahuan, keterampilan & keahlian.
2) Memperkuat identitas profesional seseorang.
3) Penyebaran informasi yang lebih luas.
4) Keuntungan kolaboratif.
5) Meningkatkan daya saing dan skills.
6) Mekanisme umpan balik yang berkelanjutan untuk bahan pertimbangan dan
input pada pemangku kepentingan.
c. Manfaat Community of Practice jangka pendek bagi organisasi:
1) Memfasilitasi identifikasi individu dengan keahlian khusus.
2) Meningkatkan kualitas penelitian dan praktik.
3) Mempercepat berbagi pengetahuan.
4) Sinergi antar pemangku kepentingan.
5) Penggunaan kembali sumber daya.
d. Manfaat Community of Practice jangka panjang bagi organisasi yaitu:
1) Meningkatkan Inovasi.
2) Berbagi praktik terbaik.
3) Membantu mencapai rencana strategis.
4) Peningkatan retensi bakat.
5) Peningkatan kapasitas untuk pengembangan pengetahuan.
6) Kemitraan berbasis pengetahuan.
b. Misi
1) Menyediakan pengetahuan bagi pegawai BPKP yang dapat diakses setiap
saat Pengetahuan bagi pegawai BPKP yang dapat diakses setiap saat
artinya pengetahuan yang diperlukan pegawai tersebut telah tersedia
sebelum dicari oleh pegawai yang membutuhkan. Pegawai BPKP tidak perlu
13
menunggu waktu lama untuk mencari dan bertanya kepada pihak yang
dinilai lebih ahli. Lebih lanjut, pengetahuan tersebut dapat diakses tidak
hanya ketika berada di kantor namun juga dapat diakses dari lokasi lain
bahkan ketika sedang dalam perjalanan.
2) Menghubungkan antara pemilik pengetahuan dan pencari pengetahuan.
Seringkali hambatan transfer pengetahuan terjadi karena pencari
pengetahuan tidak dapat menemukan pemilik pengetahuan yang dimaksud
dan sebaliknya, pemilik pengetahuan tidak mengetahui ada pegawai lain
yang memerlukan pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu, seringkali
ditemui para pemilik pengetahuan yang tidak dapat melakukan transfer
pengetahuan yang dimilikinya kepada pegawai lain karena berbagai hal
seperti keterbatasan waktu dan kemampuan melakukan transfer.
Knowledge Center akan menyediakan mekanisme yang dapat
memudahkan para pencari pengetahuan untuk menemukan pengetahuan
dan pemilik pengetahuan yang mereka perlukan. Selain itu Knowledge
Center juga akan menyediakan mekanisme yang memudahkan para pemilik
pengetahuan untuk mendokumentasikan pengetahuannya agar dapat
dibagikan kepada pencari pengetahuan yang membutuhkan.
3) Mendorong inovasi baru dalam pengawasan internal maupun proses
pendukungnya. Pengetahuan yang dapat diakses setiap saat akan
memudahkan pegawai untuk menghubungkan antara satu pengetahuan
dengan pengetahuan lainnya. Pengetahuan yang saling terhubung ini
mendorong pegawai untuk menemukan hal-hal baru yang dapat digunakan
untuk perbaikan dan peningkatan proses bisnis pengawasan maupun
pendukung pengawasan.
4) Mempercepat pembentukan pegawai yang ahli di masing-masing bidang.
Pengetahuan yang dapat diakses setiap saat dan terhubungnya pencari
pengetahuan dengan pemilik pengetahuan akan meningkatkan efektivitas
transfer pengetahuan. Transfer pengetahuan yang efektif akan
mempercepat pembentukan ahli-ahli baru dalam suatu bidang. Percepatan
pembentukan ahli-ahli baru ini untuk mengantisipasi hilangnya pengetahuan
yang ada pada pegawai yang keluar dari organisasi dengan berbagai alasan
terutama berakhirnya masa pengabdian generasi baby boomers dalam
beberapa tahun ke depan.
14
Berikut ini adalah struktur organisasi Knowledge Management System
(Knowledge Center) di BPKP.
Gambar 2.3
struktur organisasi Knowledge Center di BPKP
Gambar 2.4
Menu Utama Knowledge Management System BPKP
15
Pada bagian isi, terdiri dari ucapan selamat datang di KMS BPKP, overview,
visi dan misi. Kemudian menjelaskan setiap bagian KMS melalui modul
Videografis, Infografis, PKS/PPM, Inovasi, Aspirasi Anda dan informasi.
Gambar 2.5
Sub Menu Knowledge Management System BPKP
Gambar 2.6
Bagian Footer Knowledge Management System BPKP
16
Pengembangan sistem manajemen pengetahuan di BPKP merupakan
pengembangan yang berkelanjutan. Keberhasilan pengelolaan pengetahuan di
BPKP bukan semata-mata menjadi tanggung jawab Puslitbangwas BPKP
sebagai inisiator namun merupakan tanggung jawab seluruh pegawai dari
seluruh lini dan unit di BPKP.
Gambar 2.7
Tampilan Forum-Forum Community of Practice di KMS BPKP
Dan berikut ini adalah contoh sub-forum yang ada pada forum Community of
Practice di KMS BPKP.
Gambar 2.8
Tampilan Sub Forum Pada Forum Community of Practice di KMS BPKP
17
BAB III
METODE
A. Aspek Assessment
Assessment yang dilakukan menggunakan Model integrasi KMS Wiig dan CoP
Wenger dalam Venkatraman dan Venkatraman (2018) dan dikoneksikan dengan
variabel pengendalian yang di kenalkan oleh Knoco Indonesia (Konsultan KM). Adapun
Aspek yang menjadi perhatian yaitu:
1. Membangun Pengetahuan (Build Knowledge)
Proses memperoleh, Analisa, rekonstruksi, sinkronisasi, kodifikasi, dan
pengorganisasian pengetahuan melalui internal dan eksternal.
2. Menyimpan Pengetahuan (Hold Knowledge)
Proses mengingat, akumulasi, menanamkan dan menyimpan knowledge pada
individu.
3. Mengembangkan Pengetahuan (Pool Knowledge)
Proses rekonstruksi, penyusunan, dan sintesa pengetahuan melalui media dan
kegiatan.
4. Pemanfaatan Pengetahuan (Use Knowledge)
proses Analisa, sintesa, evaluasi, pemanfaatan dan implementasi pengetahuan
yang relevan dalam mendukung kegiatan organisasi.
5. Pengendalian (Control)
Proses pengukuran dan evaluasi berkesinambungan.
Setiap aspek memiliki bobot penilaian yang sama yaitu sebesar 20%
(dua puluh persen).
18
3. Studi Banding (Benchmarking)
Studi ini digunakan sebagai media pembanding terhadap Community of
Practice sejenis pada instansi berbeda. Selain itu sebagai wadah untuk
pengembangan dan adaptasi dari kegiatan atau program yang diterapkan dan
telah berjalan pada Community of Practice sejenis.
4. Desk Review
Desk Review merupakan cara pengumpulan data dan informasi melalui
pengamatan langsung terhadap kesiapan komponen pendukung manajemen
pengetahuan yaitu sistem teknologi informasi KMS BPKP baik berupa
dokumen-dokumen internal organisasi, peraturan, studi pustaka dan
sebagainya. Temuan desk review ini berfungsi sebagai untuk melengkapi hasil
assessment dan saran perbaikan.
C. Metode Assessment
Metode assessment dilakukan dengan melakukan tabulasi dan kompilasi hasil
kuesioner untuk mendapatkan indeks/skor maturitas. Hasil skor maturitas kemudian
dicocokkan dengan Indeks/Skor Community Maturity Model™ (CMM). Community
Maturity Model™ (CMM) dikembangkan pertama kali oleh Storer (2009) dengan tujuan
untuk membantu organisasi memahami, merencanakan dan menilai kinerja komunitas
dan interaksi sosial. Kemudian, Boughzala dan Bououd (2011) mengaplikasikan
Community Maturity Model sebagai pendekatan untuk melakukan Assessment pada
perspektif Knowledge Management (KM). Berikut ini adalah perjenjangan setiap level
pada model maturitas komunitas.
19
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4
Community
Hierarchy Emergent Community Networked
Maturity Model
Community
Alat dan perlengkapan perlengkapan Campuran dari Perlengkapan
Perlengkapan dasar dasar dan perlengkapan dan alat yang
Pendukung pelayanan mandiri dasar individu terintegrasi
dan organisasi secara fungsi
dan sosial
Metrik dan anekdot Kegiatan dasar Kegiatan dan Perilaku dan
Pengukuran Konten outcome
Misi (Kaitannya Belum Samar (blur) masih Terdefinisi Misi terintegrasi
dengan KM) terdefinisi berdasarkan secara penuh dengan kerangka
persepsi individu oleh individu kerja dan strategi
dan organisasi organisasi
Berikut ini adalah rentang nilai setiap level maturitas komunitas. Indeks Skor
Maksimal untuk level tertinggi pada assessment (level 4) adalah 3.5. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
D. Objek Assessment
20
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL ASSESSMENT
A. Deskripsi Umum
1. Responden
Responden terdiri dari 25 individu yang tersebar dari 9 Community of
Practice di BPKP. Kuesioner disebarkan melalui media online (google form) dan
hardcopy. Media online dapat diakses melalui:
Link http://bit.ly/2PXJhgg - Community of Practice Assessment Data
Responden.
Atau dengan scan QR Code pada sisi kiri berikut ini.
Untuk Hardcopy terlampir pada lampiran 1.
Dari hasil kuesioner, diperoleh data sebagai berikut.
21
2. Deskripsi Singkat Community of Practice yang Menjadi Sampel
a. Kapabilitas APIP merupakan Satuan Tugas di BPKP yang berperan
meningkatkan Kapabilitas APIP Kementerian/Lembaga maupun Pemerintah
Daerah dengan tujuan pencegahan korupsi melalui probity assurance dan
advice.
b. Bintal merupakan komunitas bimbingan rohani (keagamaan) di BPKP.
c. COEC merupakan kependekan dari community of English Club di BPKP yang
berfungsi mengembangkan kapasitas berbahas Inggris pegawai BPKP dengan
mengusung tema fun office.
d. IACM (Internal Audit Capability Model) merupakan Komunitas serupa Kapabilitas
APIP dengan tujuan untuk mengindentifikasi aspek-aspek fundamental yang
dibutuhkan untuk pengawasan intern yang efektif di sektor publik, yang
menunjukkan langkah-langkah menuju kondisi tingkat kapabilitas pengawasan
intern yang kuat dan efektif.
e. KMS merupakan tim pengembangan knowledge management system di BPKP.
f. LKPD merupakan Tim Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) Menuju Opini WTP bertujuan untuk mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah yang lebih tertib,
efektif, efesien dan sesuai peraturan perundang-undanganan dalam menyusun
laporan keuangan agar mendapat opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan
dan menciptakan good governance.
g. PPM BPKP Perwakilan Maluku Utara merupakan Forum diskusi antar unit kerja
yang melakukan kegiatan berbagi pengetahuan secara rutin untuk
meningkatkan kemampuan dan kapasitas pengetahuan.
h. SPIP merupakan Satuan Tugas yang secara umum berperan dalam
meningkatkan maturitas SPIP terhadap Kementerian Lembaga dan juga
Pemerintah Daerah.
i. Zona Integritas merupakan satuan tugas yang secara umum berfungsi untuk
melakukan pembangunan zona integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi
(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di BPKP.
B. Hasil Assessment
1. Skor Maturitas Community of Practice di BPKP
Berdasarkan hasil tabulasi dan kompilasi data kuesioner pada lampiran 2
(dua), dihasilkan Community Maturity Model™ (CMM) sebagai berikut.
22
Tabel 4.3 Skor Maturitas Community of Practice di BPKP
Hasil Skor
Aspek Penilaian Kuesioner Bobot Indeks
Tabulasi Akhir
23
mudah mendapatkan contact person/PIC komunitas
tersebut?
Community Maturity
1.90
Model™ (CMM)
Dari hasil perhitungan, diperoleh Community Maturity Model™ (CMM) sebesar 1,90.
24
Berdasarkan tingkatan (level), kondisi Community of Practice di BPKP
secara umum berada pada level 2 dari 4 level, yaitu Emergent Community.
Emergent Community secara umum diinterpretasikan sebagai berikut.
Emergent
Aspek Interpretasi
Community
Strategi Partisipasi Didalam memutuskan suatu permasalahan
telah melibatkan partisipasi dari anggota
Kepemimpinan Persetujuan Gaya kepemimpinan bersifat persetujuan
umum umum, artinya mempertimbangkan masukan
dan saran dari anggota. Namun belum
ditandai dengan kolaborasi yang signifikan.
Budaya Kontributif Masing-masing anggota sebagian besar telah
aktif dan berkontribusi namun belum
terstruktur dengan baik.
Manajemen Informal Sifat komunitas masih informal, belum ada
Komunitas struktur yang jelas.
Konten dan Beberapa Beberapa dari anggota sudah ada yang aktif
Program pengguna mempelajari, mengembangkan dan menulis
membuat konten konten walaupun tidak signifikan.
Kebijakan dan Terbatas pada Kebijakan berbagi pengetahuan masih
Aturan (dalam media dan terbatas pada kelompok dan media tertentu.
berbagi pengguna tertentu
Pengetahuan)
Alat dan perlengkapan Tahap ini, komunitas telah memiliki
Perlengkapan dasar dan perlengkapan dasar seperti kecukupan ahli,
Pendukung pelayanan wadah komunikasi dan publikasi yang dapat
mandiri diakses secara online.
Metrik dan Kegiatan dasar Tahap ini, pengukuran kinerja masih sebatas
Pengukuran pada kegiatan akhir yang menjadi beban
penugasan, belum tersambung dengan proses
dan pengembangan ilmu pengetahuan melalui
konten dan media (KMS).
Misi (Kaitannya Samar (blur) Misi Komunitas masih samar-samar jika
dengan KMS) masih dikaitkan dengan KMS. Artinya belum menjadi
berdasarkan perhatian utama.
persepsi individu
25
2. Pembahasan Setiap Aspek Assessment
a. Membangun Pengetahuan (Build Knowledge)
“Pada ajang Most Admire Knowledge Enterprise yang dilaksanakan oleh
Dunamis Organization Services bekerjasama dengan Teleos-Inggris, BPKP
pernah masuk 10 besar dan hanya satu-satunya instansi pemerintah,
selebihnya pihak Swasta. Sehingga knowledge kita tidak perlu diragukan lagi.”
– Narasumber di BPKP
Dari skor maturitas secara parsial, aspek Membangun Pengetahuan
(Build Knowledge) berada pada skor 2,41 (Level 3). Artinya, dari aspek ini
sudah mendukung Community of Practice untuk menjadi salah satu content
creator di KMS dan pengembang knowledge di organisasi. Hal ini didukung
dengan salah satu pernyataan Narasumber diatas mengenai pencapaian
BPKP dibidang pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, terlepas dari hal
tersebut, penulis merekomendasikan agar dilakukan peningkatan interaksi
lintas unit, dapat berupa PPM, Sharing Session, Publikasi, Peer Review, dan
brainstorming. Hal ini untuk meningkatkan daya analisis dan pola pikir individu
dari beragam sisi. Selain itu dapat juga diterapkan gerakan membaca buku
sebagai kegiatan wajib komunitas/organisasi.
b. Menyimpan Pengetahuan (Hold Knowledge)
“BPKP punya banyak barang berharga, tapi masih berserakan. Masih
banyak yang tacit. Beberapa waktu sebelum BPKP membangun SPIP, BPKP
berhasil membangun SAKIP. Itu pernah jadi aset besar BPKP bahkan bisa
menjadi Deputi. Sekarang hilang, hilang orang-orangnya, hilang
pengetahuannya, hilang Kedeputiannya dan kini aset itu tumbuh diluar,
tumbuh Deputinya, tumbuh orang-orangnya. Itu contoh kegagalan kita
menjaga knowledge asset.” – Narasumber di BPKP
Dari skor maturitas secara parsial, aspek Menyimpan Pengetahuan
(Hold Knowledge) berada pada skor 1,33 (level 2). Artinya, dari aspek ini,
kegiatan dokumentasi dan media untuk menampung knowledge asset masih
sangat minim, sehingga berisiko pada hilangnya pengetahuan (knowledge
lost), seperti pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP)
yang pernah menjadi asset BPKP.
Kembali kepada data, dari hasil observasi dapat diketahui bahwa dari
7 (tujuh) komunitas, hanya 2 komunitas yang menggunakan KMS BPKP
sebagai media berbagi (walaupun bukan sebagai yang utama). Selebihnya
dilakukan melalui grup Whatshapp.
26
Tabel 4.5 Media sharing yang digunakan CoP
27
itu penulis juga merekomendasikan agar disusun format baku penulisan
knowledge Asset sehingga lebih terstruktur dan mampu telusur,
c. Mengembangkan Pengetahuan (Pool Knowledge)
“Jangan berhenti sampai sharing knowledge asset, kalau bisa ada
sebuah langkah, prosedur, kebijakan, sehingga expertise kita dapat dibuat
tersistem. Karena kalau sebatas sharing saja tidak bisa langsung dipakai,
harus dibaca lagi. tapi jika sudah berbentuk aplikasi sistem bakat, maka
kepakarannya akan terus tumbuh. Jadi bisa langsung diimplementasikan.
Langsung di praktikkan. Memiliki nilai jual.” – Narasumber di BPKP
Dari skor maturitas secara parsial, aspek Mengembangkan
Pengetahuan (Pool Knowledge) berada pada skor 2,47 (level 3). Pada level
ini proses mengembangkan pengetahuan melalui interaksi sosial (forum,
brainstorming, diskusi, training, mentoring dan sebagainya) sudah cukup
untuk mendukung pengembangan knowledge organisasi. Namun, dari sisi
KMS, belum dapat memfasilitasi (portal) untuk proses diskusi dan
brainstorming. Hal ini didukung dari hasil observasi bahwa Platform Whatsapp
masih dominan dalam proses diskusi, sementara pembicaraan di Whatshapp
tidak dapat di capture dengan sendirinya, selain itu sebaran informasi yang
bersifat ekslusif (idak dapat diakses anggota organisasi lain).
Salah seorang narasumber menyampaikan bahwa, sebenarnya pada
posisi yang lebih advance, KMS dapat dikembangkan menjadi sistem pakar,
bukan hanya untuk otomatisasi, juga dapat menjadi input didalam sistem
bakat. BPKP sudah memiliki dasar yang baik untuk mengembangkan
keahlian, namun perlu lebih ditingkatkan intensitifitas dan keterlibatan banyak
pihak.
Tabel 4.7 Media yang digunakan Responden Untuk Update Informasi
28
Berikut juga terlampir hasil observasi tentang partisipasi pegawai
terhadap KMS. Dapat dilihat bahwa:
1) Sebagian besar responden sudah mengetahui KMS BPKP.
2) 40% responden mengetahui KMS dari Publikasi Puslitbangwas.
3) Namun, pada dasarnya 2/3 dari responden tidak pernah sekalipun untuk
Login ke KMS termasuk forum CoP.
Sehingga bisa ditarik sebuah benang merah, yaitu publikasi
Puslitbangwas masih belum optimal dan belum menarik minat Pengguna
untuk mencari tahu lebih lanjut.
29
d. Pemanfaatan Pengetahuan (Use Knowledge)
“Delegasi Pemerintah Brazil khusus datang ke BPKP untuk belajar
bagaimana implementasi IACM (Kapabilitas APIP) berhasil di negara maju,
bagaimana dengan negara berkembang? Ternyata mereka lebih pas belajar ke
negara sesamanya, negara berkembang. Indonesia dan Brazil memiliki
karakteristik negara yang hampir serupa, seperti jumlah penduduk yang banyak
dan wilayah administrasi yang luas. secara internasional BPKP mulai diakui
eksistensinya. Rugi dong kalau kita tidak mempersiapkan diri.” – Narasumber di
BPKP
Dari skor maturitas secara parsial, aspek Pemanfaatan Pengetahuan
(Use Knowledge) berada pada skor 2,05 (level 3). Pada level ini, implementasi
output dari Community of Practice terindikasi sudah cukup baik, mampu
menyelesaikan masalah-masalah rumit (problem solving), pengambilan
keputusan strategis dan dapat mengimprovisasi proses kerja.
Hal ini selaras dengan inovasi-inovasi BPKP diantaranya didalam
implementasi IACM. Banyak negara-negara berkembang seperti Brazil, datang
khusus ke BPKP Untuk mendapatkan informasi mengenai penerapan IACM di
Indonesia. IACM yang dikembangkan BPKP ternyata digunakan (use) sebagai
referensi negara lain untuk mempelajari lebih lanjut terkait implementasinya,
Tabel 4.9 Hasil Assessment Pada Aspek Pemanfaatan Pengetahuan
Aspek Hasil
Kuesioner Indeks Skor
Penilaian Tabulasi Akhir
30
Berdasarkan data yang diperoleh, hal yang menjadi perhatian pada
aspek ini adalah inovasi, best practice, ataupun knowledge yang relevan
lainnya belum dipublikasikan menyeluruh pada level organisasi. Dengan kata
lain, knowledge masih berada pada kepada setiap individu. Apabila individu
tersebut mutasi, berhenti bekerja, atau lainnya yang berhubungan dengan
meninggalkan pekerjaan, maka knowledge yang ada juga ikut pergi (hilang).
Pada tahap ini peran KMS sebagai salah satu media publikasi dan bank
pengetahuan organisasi memiliki peranan yang sangat penting.
e. Pengendalian (Control)
“Struktur Satgas kebanyakan teknis, tidak ada struktur khusus yang
membangun knowledge Asset. Padahal Aset ini milik kita. sangat disayangkan
kalau kita sendiri tidak mengetahuinya.” – Narasumber BPKP
Dari skor maturitas secara parsial, aspek Pengendalian (Control)
berada pada skor 1,25 (level 2). Merupakan skor paling rendah dari seluruh
aspek. Secara umum dapat dikatakan bahwa kita (BPKP) belum terlalu peduli
terhadap asset kita sendiri. Berikut hasil observasi dari jawaban responden
untuk aspek pengendalian.
31
Tabel 4.11 Hasil Responen Atas Struktur Organisasi CoP
Apakah CoP anda memiliki struktur organisasi
Nama Community (pembagian peran)? Contoh Sponsor/Champion/Advisor,
of Practice Anda? Leader, Expert, Conten editor, fasilitator dan Core
member.
COEC Ya
APIP Tidak
BINTAL Tidak
IACM Tidak
KMS Ya
LKPD Ya
MALUT Tidak
SPIP Tidak
ZONA
Tidak
INTEGRITAS
32
5) Prosedur Monitoring dan Evaluasi secara Periodik. Ada 3 tipe metrik yang
dapat diadaptasi, yaitu monitoring dan evaluasi pada (i) System Metrics,
(ii) Output Metrics dan (iii) Outcome Metrics.
6) Memberlakukan skema reward & punishment.
33
Kesimpulan Wawancara
No. Nama CoP Peran
(CoP dengan integrasi KMS)
5. PPM BPKP Core Member CoP di Maluku Utara menjadi kebutuhan,
PERW. MALUKU mengingat komposisi pegawai disini masih banyak
UTARA yang junior, sehingga perlu dilakukan transfer
knowledge rutin.
6. SPIP Core Member perkembangan forum Community of Practice di
BPKP telah banyak dilakukan pengembangan, baik
dari lotus note, KMS dan terakhir dalam versi
mobile yang sedang diuji coba. Namun, dukungan
dari Pimpinan (organisasi) masih belum
menyeluruh.
7. SPIP Core Member a) CoP mempercepat kordinasi.
b) CoP mempercepat pemecahan masalah.
34
4. Studi Banding (Benchmarking) dengan BPPK Kementrian Keuangan
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) merupakan salah satu
unit eselon I di bawah Kementerian Keuangan yang bertanggung jawab dalam
bidang pengembangan SDM Kementerian Keuangan. BPPK juga mengelola
Knowledge Management System (KMS) dengan nama Kementerian Keuangan
Learning Center (KLC). KLC merupakan media pembelajaran online yang
membahas berbagai materi tentang Pengelolaan Keuangan Negara yang dapat
diakses oleh seluruh pegawai Kementerian Keuangan dan masyarakat umum.
KLC berfungsi untuk mendukung proses pendidikan dan pelatihan yang
diselenggarakan di lingkungan Kementerian Keuangan.
Gambar 4.1
Website KLC
35
Gambar 4.2
Studi KMS dan CoP oleh Puslitbangwas ke BPPK Kemenkeu
Faktor
No. Keberhasilan Bentuk Penjelasan Kondisi di BPKP
(s-1531/SJ/2018
KMS dan CoP belum
Indikator Kerja tentang hasil a) Perlu dilakukan Review
masuk sebagai
2. Utama (IKU) steerco meeting terhadap Community of
Indikator Kerja
termasuk program RBTK Practice (CoP), untuk melihat
Utama BPKP.
didalamnya Semester I 2018 CoP yang paling aktif dan yang
seperangkat kurang aktif, serta
36
Peraturan, mengidentifikasi ahli yang
Kebijakan, terbaik di bidang tertentu
Monitoring dan dalam pengelolaan keuangan
Evaluasi. negara.
b) Salah satu IKU CoP adalah
Setiap Community of Practice
wajib menerbitkan 4 (empat)
knowledge Asset (Lesson
Learn) per tahun.
c) Misi digital learning Kemenkeu.
Tahun 2019 ini sekitar 30%-
nya harus sudah e-learning.
Target ini terus meningkat
hingga pada tahun 2021, 70%-
nya harus sudah e-learning.
d) Salah satu metode evaluasi
menggunakan Google Analytic
dengan indikator jumlah page
use, read, dan share.
1. Penyelenggara
bertanggungjawab
menyelenggarakan, memberi
dukungan teknis dan
administratif CoP.
2. Moderator bertanggungjawab
memimpin perencanaan inti CoP,
menjaga member mengikuti
jadwal dan agenda yang telah
ditetapkan, mengoordinasikan
Penyelenggara,
acara-acara CoP, dan
membangkitkan antusiasme dan
Moderator,
energi dalam komunitas. Belum ada Struktur
4. Struktur (Role) pada Community of
Skill Group
3. Skill Group Owner Practice BPKP.
Owner
bertanggungjawab sebagai ahli
di bidangnya untuk berbagi
Anggota
pengetahuan kepada member.
4. Anggota bertanggungjawab
berpartisipasi dalam berbagi
pengalaman dan pengetahuan
tentang kebutuhan komunitas,
mencari solusi terhadap masalah
sehari-hari, berbagi best
practice, dan berpartisipasi
dalam pemeliharaan CoP.
37
a) KLC sudah mengembangkan
Community of Practice
berbasis Website, namun tidak
begitu berhasil.
b) KLC telah melakukan
benchmarking dengan Telkom
Corpu dan Pertamina Corpu,
bahwa mereka memiliki
masalah yang sama.
c) Whatsapp merupakan media
yang awam dan hampir
seluruh pegawai menjadi
pengguna.
d) SWAP merupakan salah satu
cara alternatif untuk berbagi
pengetahuan secara online
menggunakan media grup
WhatsApp tematik. SWAP
akan menghadirkan Kegiatan pendukung
Kegiatan/Program SWAP (Sharing narasumber dan moderator Community of
5.
pendukung Via Whatshap) sebagai pemandu jalannya Practice di BPKP
diskusi sesuai tema yang akan salah satunya adalah
dibahas. Untuk bergabung, Library Café.
calon peserta mendaftarkan
diri terlebih dahulu melalui
Whatsapp Admin dengan
memenuhi beberapa
persyaratan pendaftaran.
Admin akan memberikan
tautan agar calon peserta
dapat ikut dalam diskusi.
Calon peserta yang berhasil
bergabung dinyatakan sebagai
peserta dan dapat mengajukan
pertanyaan untuk narasumber
melalui moderator pada waktu
yang ditentukan. Pada acara
inti, Narasumber akan
diundang ke dalam grup dan
melakukan diskusi dengan
para peserta.
d) Belum ada
KMS BPPK
pembagian Role
dibagi menjadi 2, a) User interface Website yang
(masih open)
yaitu menarik.
e) CoP belum
b) Mendukung upload konten
6. Dukungan IT mendukung
1. BPPK Comet berukuran besar. > 150 MB.
fasilitas upload file.
(Internal) c) Pembagian role (peran) yang
f) Kapasitas Upload
2. Kemenkeu jelas. (Admin – Super Admin –
dokumen/video
Learning User)
masih 10 MB.
Center
(Publik)
38
Berikut ini adalah tampilan SWAP (Sharing Via Whatsapp) melalui website
Kemenkeu Learning Center.
Gambar 4.3
tampilan SWAP (Sharing Via Whatsapp) melalui website KLC
5. Desk Review
Desk Review merupakan kegiatan pengumpulan bukti dan temuan
yang lebih banyak mengarah pada aspek pendukung (IT).
a. Struktur Tim KMS belum Update
Gambar 4.4
Struktur Tim KMS
39
Struktur Tim KMS Seharusnya:
1) Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan adalah
Bonardo Hutauruk.
2) Kepala Bidang Program dan Kerjasama, sudah berubah menjadi
Kepala Bidang Pengembangan dan Inovasi Pengawasan pada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengawasan.
3) Kepala Sub Bidang Program dan Kerjasama sudah berubah menjadi
Kepala Subbidang Pengembangan, Inovasi, dan Manajemen
Pengetahuan.
40
Gambar 4.5
Menu KMS di APP BPKP pada Jaringan Intranet
Gambar 4.6
Tidak ada Menu KMS di APP BPKP pada Jaringan Internet
41
Gambar 4.7
Forum CoP di KMS belum mendukung upload file
e. Perlu ditambahkan satu menu pada Header KMS yaitu Menu Direktori
Pengetahuan yang berisi daftar knowledge Asset yang sudah
dipublikasi
Contohnya dapat dilihat pada KLC berikut ini dengan menu
Knowledge Center.
Gambar 4.8
Menu Utama pada KLC
42
Implementasinya Pada KMS BPKP dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Gambar 4.9
Ilustrasi Penambahan Satu Menu Utama Pada KMS BPKP
43
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari Hasil assessment diperoleh indeks Community Maturity Model™ (CMM)
sebesar 1,90 (Level 2 dari 4 level) yang merupakan emerging community (komunitas
yang masih dalam tahap pengembangan). Mengacu pada outcome, disimpulkan bahwa
Community of Practice di BPKP memiliki peran yang penting dan sangat bermanfaat
bagi organisasi. Selain itu Community of Practice di BPKP juga sudah rutin melakukan
Knowledge Sharing & Development sesama Tim, namun untuk proses dokumentasi
knowledge menjadi knowledge Asset serta proses berbagi Knowledge pada level
organisasi masih belum berjalan.
Salah satu faktor utamanya karena Knowledge Management System (KMS)
BPKP tidak menjadi target capaian kinerja dan belum didukung penuh oleh Organisasi
(Aturan, pendanaan, infrastruktur, dan budaya).
Kekuatan Kelemahan
Strenghts Weaknesses
• CoP telah banyak menghasilkan output • CoP belum memiliki struktur formal (SK
yang mendukung visi dan misi Satgas) termasuk struktur yang
organisasi. bertanggungjawab atas dokumentasi
• Library Cafe sebagai wadah/forum Knowledge Asset.
Knowledge Sharing/Capturing. • Knowledge di CoP belum sepenuhnya
• Telah Memiliki wadah berbagi menjadi Knowledge Asset organisasi
pengetahuan (KMS). • Belum ada alat ukur dan skema
apresiasi.
• Belum Didukung penuh oleh organisasi
(IKU, Anggaran, Peraturan dsb)
• KMS masih butuh perbaikan.
Ancaman Kesempatan
Threats Oppurtunities
• Knowledge Lost dan kebocoran data • Tacit Knowledge beredar luas dan
• Risiko Kebocoran data (WhatsApp tersebar di BPKP.
dan Gdrive) • Ahli (expert) di BPKP sangat memadai
• CoP masih dianggap sebagai beban untuk mendukung KMS.
kerja, bukan sebagai pendukung • Lesson Learn (Knowledge Asset) CoP
kinerja organisasi. dapat diusulkan sebagai angka kredit.
• CoP dapat dikaitkan dengan identitas
profesional seseorang.
Gambar 5.1
Ringkasan Analisis SWOT pada Community of Practice BPKP
44
B. Rekomendasi
Community of Practice merupakan salah satu komponen penting pada
Knowledge Management. Sehingga untuk melakukan integrasi dan optimalisasi
Community of Practice terhadap Knowledge Management diperlukan model pemetaan.
Berikut ini adalah model integrasi dan optimalisasi yang di usulkan oleh Penulis.
Menyusun indikator penilaian dan evaluasi berdasarkan (i) System Metrics, (ii) Output Metrics dan (iii)
Outcome Metrics.
Gambar 5.2
Model Integrasi dan Optimalisasi Community of Practice Terhadap KMS dan
Pencapaian Tujuan Organisasi.
45
Terhadap masing-masing tahapan, dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut ini.
46
2. Membentuk Struktur Satgas
a. Struktur Teknis
Membentuk Struktur Teknis yang umumnya memuat Tugas dan
Tanggungjawab Satgas, serta terdiri dari Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan
Anggota Satgas.
b. Struktur Dokumentasi Knowledge Asset
Membentuk Struktur Dokumentasi Knowledge Asset minimal terdiri dari:
1) Penanggjawab Dokumentasi Knowledge Asset (Administrator),
merupakan individu yang memiliki sifat kritis dan selalu terkoneksi dengan
forum diskusi. Bertanggungjawab menginformasikan dan mengingatkan
anggota mengenai kegiatan-kegiatan CoP. Mengatur jadwal dan
sebagainya.
2) Dokumentator, merupakan individu yang melakukan capture knowledge
dalam bentuk teks, suara, gambar, dan video. Termasuk percakapan dan
diskusi yang dilakukan pada media online, contoh Whatshapp.
3) Content Editor dan Publikator merupakan individu yang melakukan
finalisasi dan pengemasan knowledge asset untuk di rilis pada KMS dan
media lainnya
4) Validator, merupakan individu (sebaiknya lebih dari 1 individu) yang
bertanggungjawab melakukan validasi terhadap materi yang di submit oleh
Dokumentator dan Conten editor/Publikator. Validator dapat dirangkap oleh
Administrator. Validator juga sebaiknya dibentuk menjadi 2 layer
dengan kata lain juga membentuk Satgas terpisah yang bertugas
khusus untuk melakukan validator knowledge Asset sebelum
dibagikan pada KMS.
47
mengisi knowledge sharing di BPKP. Dapat berbentuk sharing session,
forum diskusi, brainstorming, problem solving, bedah buku, dan sebagainya
2) Sharing Via Whatshapp (SWAP)
SWAP atau Sharing via WhatsApp adalah cara alternatif untuk
berbagi pengetahuan secara online menggunakan media grup WhatsApp
tematik. SWAP akan menghadirkan narasumber dan moderator sebagai
pemandu jalannya diskusi sesuai tema yang akan dibahas. SWAP juga
merupakan salah satu program di BPPK Kemenkeu untuk mendukung
proses sharing knowledge Community of Practice, mengingat CoP di KLC
(website) tidak terlalu aktif. Hasil dari paparan, diskusi dan sharing
knowledge di SWAP akan di publikasikan melalui KLC. Adapun teknisnya
adalah sebagai berikut.
a) Pada awalnya, SWAP membuka pendaftaran dengan kapasitas peserta
maksimal 256 orang termasuk narasumber dan panitia melalui media
online dengan persyaratan tertentu (contoh harus tag teman dan
sebagainya). SWAP pada topik tertentu bisa untuk umum.
b) Setelah persyaratan sudah terpenuhi, Admin akan memberikan link
untuk masuk ke dalam grup Whatsapp. Klik, dan bergabung.
c) Beberapa hari sebelum SWAP dimulai, setiap peserta mengajukan
pertanyaan melalui website https://www.sli.do/ kemudian masukkan
kode yang telah ditentukan dengan tanda tagar (#). Jika ada pertanyaan
yang sama dengan peserta SWAP yang lain cukup di vote pada
pertanyaan tersebut.
d) Harap mencantumkan Nama dan Instansi dan nomor pendaftaran
SWAP. Contoh: Fandi, BPKP, 01. Jika tidak, maka pertanyaan tidak
akan dipilih. Nomor peserta didapat di baris akhir chat japri terakhir
Admin.
e) 10 (sepuluh) pertanyaan yang memiliki vote terbanyak akan diajukan
pada sesi materi. Untuk Peserta SWAP yang pertanyaannya belum
terpilih pertanyaannya dapat diajukan kembali saat sesi tanya jawab.
f) Alur pelaksanaan SWAP dimulai dari moderator yang akan
menyampaikan setiap pertanyaan yang masuk kemudian Narasumber
akan memberikan tanggapan, dan penanya/Sobat SWAP akan diberikan
kesempatan untuk memberikan tanggapan kembali dan diharapkan tidak
memberikan pertanyaan baru di luar Materi SWAP pada sesi ini. Materi
disampaikan melalui file presentasi dari narasumber.
48
Untuk teknis diskusi melalui SWAP diuraikan sebagai berikut.
a) Diskusi dipimpin dan dibuka oleh moderator.
b) Moderator menyampaikan agenda kegiatan SWAP.
c) Moderator menjelaskan tata tertib diskusi.
d) Kode dalam diskusi:
✋ Kode menanggapi atau bertanya
👌 Sudah selesai/cukup
e) Jika ada pertanyaan tambahan, akan dipertimbangkan sesuai waktu
yang tersisa.
49
Apa yang terjadi pada grup Whatsapp setelah selesai acara?
Grup Whatsapp tidak akan dihapus agar hasil diskusi tidak hilang dan bisa
dibaca kembali oleh Sobat SWAP yang ingin membaca ulang. Saat acara
selesai, peserta dipersilakan untuk memilih apakah ingin tetap di dalam grup
atau left chat. Tetapi untuk saran, grup SWAP yang sudah terbentuk
berisikan Sobat SWAP dengan passion yang sama bisa saja dimanfaatkan
untuk hal lain atau bahkan melanjutkan silaturahmi (misalnya membentuk
komunitas baru, mengadakan seminar, berbagi informasi, dan lain-lain).
Selain itu, Admin juga akan mengabari SWAP selanjutnya di grup SWAP
yang lama juga.
3) Live Sharing IG (LIVING)
Hampir sama seperti SWAP, namun proses sharing session dan
paparan materi disampaikan langsung oleh Narasumber melalui live
Instagram. Ini cocok untuk topik-topik umum yang mampu mengundang
peserta diluar BPKP dan menambah follower IG Library Café. Contoh
topiknya seperti “Beasiswa Luar Negeri? Kenapa tidak?” dan topik-topik
umum lainnya.
4) Knowledge Day (NOWDAY)
Community of Practice melakukan pertemuan secara rutin dapat
dengan bentuk formal atau informal namun secara substansi melakukan
forum diskusi dan juga evaluasi serta renana tindak lanjut yang menjadi
fokus spesifik CoP. Untuk permulaan, pertemuan ini dapat dimulai setiap 1
(satu) bulan sekali.
Pengalaman yang didapatkan penulis pada PT Wijaya Karya (Persero)
Tbk, kegiatan NOWDAY sudah berjalan dengan nama Safety Morning Talk
yang dilaksanakan rutin setiap hari Jumat Pagi dimasing-masing
departemen, dan pada hari Jumat minggu ke 4 (empat) setiap bulannya
dilaksanakan Safety Morning Talk di aula untuk seluruh pegawai. Teknisnya
yaitu unit SHE (Safety, Health, dan Environment) melakukan paparan yang
berhubungan dengan keamananan, kesehatan, dan lingkungan. Pada saat
yang sama juga dilaksanakan sarapan pagi bersama yang disediakan oleh
Perusahaan.
5) Community of Practice Topic of The Month (TOP)
Topik-topik hangat, menarik dan relevan dipilih melalui tim khusus
(dapat dilakukan oleh Puslitbangwas/Tim Validator) sebagai CoP Topic of
50
The Month dan disebarluaskan dengan Banner (poster). Serta diberikan
piagam CoP Topic of The Month bagi Komunitas dan inisiatornya.
6) Community of Practice Mobile – Event Mobile
Saat ini telah dikembangkan KMS Event oleh Kepala Subbagian
Bimbingan Perencanaan pada Biro Perencanaan Pengawasan. Namun
KMS Event belum terkoneksi dengan KMS. KMS Event memuat daftar acara
tertentu dan diperkenankan bagi pegawai yang mengikuti acara tersebut
untuk mendownload materi acara dengan terlebih dahulu log-in aplikasi
dengan NIP, Password dan Kode Acara. Tanpa kode acara maka tidak
dapat diakses oleh Pegawai bersangkutan. Saat ini sedang dilakukan
pembicaraan lebih lanjut perihal integrasi KMS Event dengan KMS.
7) Program Baca Buku Serentak dan Bedah Buku (BUS BPKP)
Program ini untuk meningkatkan minat baca dan pemanfaatan buku-
buku di Perpustakaan. Agar lebih menarik, program ini difasilitasi dengan
topik yang mampu meningkatkan gairah (energize) peserta, disediakan
gimmick sebagai bentuk reward dan proses diskusi/bedah buku secara
bersama-sama.
8) Penambahan Menu Pada KMS
a. Menu Direktori Pengetahuan, agar memudahkan mengakses knowledge
Asset.
b. Disediakan daftar Community of Practice yang terdaftar di BPKP beserta
informasi umum, struktur CoP, Contact person PIC dan Agenda CoP
beberapa waktu kedepan jika ada.
c. Menu upload dokumen pada forum Community of Practice.
9) Buku Saku Community of Practice
Merupakan buku panduan pelaksanaan Community of Practice.
Fungsi Buku saku ini adalah untuk menjelaskan tentang Community of
Practice (latar belakang, definisi, tujuan, lingkup dan keanggotaan) dan
pembentukan serta Pemeliharaan CoP (termasuk mengelola pengetahuan,
inovasi, dan metode-metode membangun antusiasme serta evaluasi
periodik). Tujuan dari buku saku ini adalah untuk memberikan pemahaman
yang sama bagi setiap individu/pegawai di BPKP terhadap Community of
Practice yang berlaku di BPKP. Berikut ini adalah contoh dari buku saku
(buku panduan) Community of Practice yang dapat diadaptasi.
51
Contoh buku saku Community of Practice PLN diakses
melalui http://bit.ly/2QcEPL2 atau dengan scan QR Code
pada sisi kiri berikut ini.
52
3) Validasi (Validation)
Mengeksplorasi berbagai opsi dan alat untuk meninjau kualitas dan
kebenaran dari pengetahuan yang ditangkap sehingga dapat dibagikan
dengan percaya diri. Validasi sebaiknya dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu:
a) Validasi oleh tim validator internal Community of Practice (Satgas).
b) Validasi oleh tim validator independen yang dibentuk dari Satgas
berbeda. Validasi tahap 2 (dua) ini dilakukan setelah terbitnya konten
knowledge asset final dari Community of Practice yang bersangkutan.
Validasi tahap 2 (dua) ini diilustrasikan sebagai berikut.
Validasi Internal
Validasi Internal Validasi Internal Validasi Internal
Community of
(Teknis) (Teknis) (Teknis)
Practice
Gambar 5.3
Rangkaian Proses Validasi Knowledge Asset
4) Format (Formatting)
Merupakan bagian dari merevisi konten berdasarkan umpan balik
Validator dan untuk menambahkan informasi yang memenuhi syarat dan
disesuaikan dengan format baku sehingga aset dapat dicari dan ditemukan
dengan mudah.
53
Berikut merupakan usulan dari Penulis tentang format baku
penulisan konteKnowledge Asset.
Judul
i. Konteks; Tantangan;
Permasalahan.
Fakta ii. Solusi dan tindakan
yang dilakukan
iii. Hasil yang diperoleh
iv. Pelajaran/Pengetahuan
Interpretasi yang dapat dipetik
v. Rekomendasi
Selain itu, sejalan dengan visi BPKP menjadi auditor berkelas dunia,
Penulis menyarankan agar proses formatting juga tersedia dalam 2 bahasa
(Indonesia dan Inggris). Sebagai bentuk sinergi Community of Practice,
BPKP dapat memanfaatkan peran Community of English Club (COEC)
sebagai partner dalam konversi tulisan menjadi format Bahasa Inggris. Oleh
karena itu, sebaiknya COEC juga memasukkan modul jurnalistik dalam
Bahasa Inggris pada rangkaian kegiatannya.
5) Pengemasan (Packaging)
Merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah knowledge
asset menjadi produk pengetahuan dan pembelajaran seperti publikasi,
presentasi, makalah penelitian, kursus pelatihan dan sebagainya. Pada
proses ini keahlian dibidang infografis dan videografis dibutuhkan untuk
membuat packaging semakin menarik. Oleh karena itu, peran Publikator
terlebih dahulu dapat dibekali dengan kemampuan tersebut.
Terakhir, Penulis juga menyarankan agar proses dokumentasi
Knowledge Asset melalui proses identification, capturing, validation,
formatting dan packaging berkolaborasi dengan Puslitbangwas. Dalam
hal ini Puslitbangwas berperan sebagai fasilitator dan stand-by untuk
membantu setiap prosesnya.
54
4. Sharing Knowledge Asset CoP menjadi Knowledge Organisasi
a. Knowledge Management System (KMS) BPKP
Dokumen (softfile) yang telah melalui proses formatting dan packaging
segera diupload melalui KMS BPKP agar pengetahuan tersebut tersebar dan
berubah status menjadi pengetahuan organisasi.
b. Website BPKP, Majalah BPKP, dan Media lainnya
Agar lebih menjangkau setiap sisi, Knowledge Asset juga dapat
dipublikasi melalui media lainnya seperti majalah Warta Pengawasan dan
Seputar Litbang, Website BPKP, Banner dan Poster dan sebagainya.
55
REFERENSI
Ackerman, Mark S., Pipek, Volkmar, dan Wulf, Volker., 2003. “Sharing Expertise: Beyond
Knowledge Management”. London: The MIT Press.
Boughzala, Imed and Bououd, Ikram, 2011. "A Community Maturity Model: An Application
for Assessing Knowledge Sharing in The Field”. PACIS 2011 Proceedings. Paper
30.
Laporte, Bruno, 2018. “BPKP A World Class Internal Auditor”. Paparan Materi Pada BPKP-
KMS Ambassadors' Meeting Bali, 26 Oktober 2018.
McDermott, Richard, 2002. “Measuring the Impact of Communities: How to Draw Meaning
from Measures of Communities of Practice”. Melcrum Consulting, Volume 5 Issue 2
May/June 2002.
PLN (Persero), PT, 2009. “Buku Panduan Pelaksanaan Community of Practice”. Tim
Knowledge Management bersama Narasumber Tim dibentuk melalui Keputusan
Direksi PT PLN (Persero) No. 317.K/DIR/2009 tertanggal 11 Oktober 2007.
Research and Development Centre of BPKP, 2018. “The Changes of BPKP’s Capability: a
Library Café Perspective”. Paparan LC-KMS BPKP.
56
Smits dan Moor, 2004. “Measuring Knowledge Management Effectiveness in Communities
of Practice”. Proceedings of the 37th Hawaii International Conference on System
Sciences.
Subramanian, Ventana, 2014. “Reliable Evaluation Frameworks and Metrics for Knowledge
Management Systems”. Thesis. India: B.S.Abdur Rahman University.
Wenger, E.C., 1998. “Communities of Practice: Learning, Meaning and Identity; Cambridge
University Press”. Cambridge,UK, 1998.
Wenger, E.C.; McDermott, R.; Snyder, W.M., 2002. “Cultivating Communities of Practice”.
Harvard Business School Press: Boston, MA, USA.
Wiig, K.M., 1997. “Knowledge Management: Where Did it Come from and Where Will It
Go?”. Expert Syst. Appl. 1997, 13, 1–14.
57
Lampiran I – Pertanyaan Kuesioner
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Lampiran 2 - Tabulasi Hasil Kuesioner
Maks. COEC COEC IACM KMS COEC BINTAL COEC BINTAL BINTAL Z. INTG APIP APIP APIP SPIP SPIP SPIP MALUT MALUT MALUT SPIP MALUT SPIP LKPD APIP APIP Grand
Daftar Pertanyaan POIN
Level
Total
C o re M e m be r C ha m pio n M e m be r
C o re
M e m be r M e m be r M e m be r M e m be r M e m be r M e m be r
C o re
M e m be r
C ha m pio n/ S
M e m be r M e m be r M e m be r M e m be r M e m be r
C o re C o re C ha m pio n/ S C ha m pio n/ S
M e m be r M e m be r
C o re Total
M e m be r M e m be r po ns o r M e m be r M e m be r po ns o r po ns o r M e m be r
1. Apakah anda rutin mencari informasi perihal pengetahuan-pengetahuan baru? 3.5 5 4 5 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 5 5 3 5 4 4 4 2.74
2. Apakah anda suka berbagi pengetahuan ataupun hal-hal menarik untuk dibahas/diketahui? 5 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 2 3 4 5 5 5 5 4 4 4 2.88
3.5
3. Apakah anda dapat dengan mudah mencari orang yang tepat untuk berdiskusi perihal
5 4 5 3 3 4 3 5 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 5 4 4 3 4 4 4 4 2.49
kebutuhan pekerjaan? (peer review, after action review atau retrospective) 3.5
4. Seberapa pentingkah peer assist, after action review, dan retrospective bagi anda? 3.5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 3.08
5. Pembelajaran dari pengalaman pribadi: Seberapa besar pengaruh dari pengalaman
5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 4 5 3 3 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 2.97
pribadi anda terhadap peningkatan kinerja setiap penugasan anda? 3.5
6. Apakah CoP yang anda ikuti memiliki daya tarik dan tujuan yang jelas? 3.5 5 4 5 2 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 5 4 3 3.00
9. Berapa kali dalam 6 bulan, CoP anda mengadakan pertemuan informal (tatap muka)
4 4 4 1 3 3z 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 1 4 3 4 4 1 4 4 2.87
kegiatan diskusi/workshop/ seminar/gathering/ aktivitas lain? 3.5
11. Apakah anda mengetahui komunitas apa sajakah yang ada di BPKP? 3.5 5 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1.06
13. Apakah anda sering melakukan diskusi mengenai permasalahan pekerjaan yang terjadi
5 3 4 4 3 1 3 2 3 3 4 3 1 1 3 3 1 3 5 4 4 2 5 4 3 2 2.07
dengan unit lain? 3.5
14. Berapa kali dalam setahun anda mengikuti pelatihan/workshop diluar PPM/CoP/Internal
5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 3 1 1 1 0.81 2.40
BPKP? 3.5
2. Apakah hasil dari sharing knowledge dari CoP anda sudah didokumentasikan dengan baik
(setiap percakapan penting dilakukan pengambilan sintesa dan di dokumentasikan secara
3 3 2 0 1 2 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 3 0 0 3 0 1 1 1.21
teratur) untuk setiap diskusi yang terjadi baik pada group chatting (media online) ataupun
pertemuan tatap muka? 3.5
3. (Jika ya) apakah hasil dari sharing knowledge CoP anda semuannya di publikasikan ke
2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 0 1 1 0 1 2 2 1 2.31
setiap anggota? 3.5
4. Apakah CoP anda memiliki teknologi informasi untuk memfasilitasi sharing knowledge /
mendokumentasikan hasil dari pengetahuan baru /inovasi/best practice/lainnya agar mudah 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1.68
diakses oleh setiap anggota? 3.5
6. Apakah hasil dari sharing knowledge dari CoP anda memiliki penanggungjawab yang
2 2 1 0 1 0 2 0 0 1 1 1 0 1 0 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 1 1.19
ditunjuk untuk peran dokumentasi? 3.5
7. Apakah hasil dari sharing knowledge CoP anda memiliki penanggungjawab untuk peran
2 2 1 0 2 1 1 0 0 0 1 2 0 1 0 1 0 0 0 2 0 0 2 0 0 1 1.19
Publikasi? 3.5
8. Apakah ada struktur penulisan formal (format penulisan baku) didalam pelaporan hasil
1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.42 1.33
CoP? 3.5
1. Apakah Anda merasa lebih terinspirasi setelah mengikuti CoP? 3.5 5 4 5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 5 3 5 4 4 3 2.80
2. Apakah dengan CoP anda sering merubah perspektif / pola pikir anda? 3.5 5 4 5 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 2.66
3. Apakah anda merasa lebih percaya diri terhadap kemampuan anda didalam penyelesaian
5 4 5 4 4 2 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 4 4 2.80
permasalahan pekerjaan dengan mengikuti CoP? 3.5
4. Apakah CoP Anda memiliki agenda topik / masalah untuk dipecahkan selama tiga hingga
1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1.40
enam bulan ke depan? 3.5
7. Apakah CoP Anda memiliki pemimpin dan / atau fasilitator yang berdedikasi, terampil? 3.5 5 4 4 2 4 4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 3.00
8. Apakah CoP Anda mudah untuk diikuti/diakses? (memiliki informasi jadwal yang jelas) 3.5 5 4 5 1 3 2 4 3 2 4 5 3 4 4 5 4 4 5 1 4 4 5 4 3 3 4 2.52
10. Seberapa sering komunikasi CoP melalui grup online (cth. whatshapp) ? 3.5 4 4 4 4 3 4 3 4 1 2 4 3 3 4 4 3 4 4 2 2 1 1 4 1 4 4 2.70
12. Jika anda ingin berdiskusi/bergabung dengan suatu komunitas di BPKP, apakah anda
3 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 2 1 1.17
dapat dengan mudah mendapatkan contact person/PIC komunitas tersebut? 3.5
11. Seberapa banyak materi yang dapat anda serap ketika melakukan diskusi pada
4 3 3 1 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 2 4 2 2 3 2.59
CoP/diskusi lainnya? 3.5
12. Menurut anda seberapa pentingkah peran media komunikasi online untuk seluruh warga
BPKP dalam berbagi ilmu pengetahuan serta untuk sarana diskusi mengenai permasalahan 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3.30
yang terjadi ? 3.5
18. Didalam menyongsong era 4.0 dimana peran teknologi informasi menjadi hal penting
tidak terlepas pada TI di BPKP, sejauh mana anda merasa bahwa sistem yang dibangun
5 3 2 2 4 2 4 4 3 1 5 4 4 3 3 4 3 3 5 3 4 5 1 1 2 3 2.18 2.47
(KMS) mudah untuk digunakan? (jika dinilai melalui kemudahan akses, interaktif dan
membuat pegawai ketergantungan untuk mengakses?) 3.5
1. Apakah anda mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih memuaskan dengan community of
5 4 5 3 3 1 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 5 1 5 4 4 4 2.41
practice? 3.5
2. Apakah anda mendapatkan penghematan waktu dengan keikutsertaan Community of
5 3 3 2 3 1 3 5 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 5 4 5 1 5 4 4 4 2.32
Practice? 3.5
3. Seberapa sering anda menggunakan solusi yang merupakan hasil diskusi dengan orang
5 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 2 3 4 5 5 2 5 4 4 4 2.52
lain di BPKP? 3.5
4. Sejauh mana anda merasakan bahwa partisipasi dalam aktivitas Knowledge Sharing CoP
5 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 5 3 3 3 4 4 4 5 2 4 4 4 4 2.60
dapat memberikan relasi baru dan pengalaman baru? 3.5
5. Apakah anda mendapatkan tools, metode atau proses-proses baru dari CoP? 3.5 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2.24
6. Apakah anda pernah menggunakan publikasi/hasil dari CoP sebagai referensi untuk
1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 2.10
problem solving? 3.5
8. Apakah CoP anda pernah mempublikasikan inovasi baru? (Via media apa saja) 3.5 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1.12
9. Apakah informasi (knowledge) yang dihasilkan dari CoP anda dipublikasikan secara
3 2 2 1 1 2 1 1 1 0 0 1 0 2 0 1 0 1 2 1 0 0 1 0 2 1 1.07 2.05
terbuka (dapat diakses dengan mudah) terhadap seluruh pegawai BPKP? 3.5
1. Seberapa sering anda melakukan konfirmasi terhadap suatu berita dengan
5 4 4 4 4 5 3 5 4 3 1 4 5 4 3 3 4 3 4 5 2 3 5 4 3 4 2.60
membandingkan dengan sumber berbeda? 3.5
3. Apakah anda memiliki prosedur (Seperangkat aturan tertulis) pada Community of Practice
1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0.56
anda? 3.5
4. Apakah CoP anda memiliki struktur organisasi (pembagian peran)? Contoh
Sponsor/Champion/Advisor, recruiter of new member, Leader, Expert, Conten editor, 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1.12
fasilitator dan Core member. 3.5
6. Bagaimanakah anda mendeskripsikan kegiatan CoP anda? menyenangkan dan menarik.
4 4 3 1 3 4 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 2 3 2.63
meeting atau formal. 3.5
7. Apakah Pelaksanaan CoP anda memiliki proses monitoring dan evaluasi secara periodik? 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1.68
3.5
8. Apakah CoP anda memiliki dukungan dari organisasi (BPKP)? 3.5 3 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 2 2 2 0 2 0 2 1 1.73
10. Apakah CoP anda memiliki data update tentang daftar keanggotaan CoP? 3.5 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1.12
13. Apakah setiap pengelolaan dokumen pengetahuan dari CoP, memiliki prosedur validasi /
1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0.42
evaluasi? 3.5
14. Apakah ada kebijakan reward terhadap publikasi CoP yang inspiratif/menarik? 3.5 3 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0.23
15. Apakah di CoP anda terdapat skema rotasi seperti role admin CoP? (cth. tiap anggota
1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0.56
mendapat giliran menjadi Administrator) 3.5
16. Apakah CoP anda pernah melakukan Gathering? 3.5 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1.12 1.25
1.90