SPESIFIKASI TEKNIS
KEGIATAN : PEMBUATAN TROTOAR TAHUN 2009 BETON K. 225 UNTUK PELEBARAN JALAN
PEKERJAAN : PEMBUATAN TROTOAR JALAN IR. H. JUANDA
LOKASI : KECAMATAN CIANJUR KABUPATEN CIANJUR
JENIS PEKERJAAN
BETON K. 225 UNTUK PELEBARAN JALAN
A. UMUM
1. Uraian
1.1. Pekerjaan ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur beton, termasuk tulangan, struktur
pencetak dan komposit, sesuai dengan spesifikasi serta sesuai dengan garis, elevasi,
kelandaian dan dimensi.
1.2. Pekerjaan ini juga mencakup penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemeliharaan
pondasi, pengadaan lantai kerja, pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan
agar pondasi tetap kering.
1.3. Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan.
CV. SATRIA
1.4. Syarat dari PBI NI-2 1971 diterapkan sepenuhnya pada semua bagian pekerjaan beton yang
dilaksanakan, kecuali ada ketentuan lain yang dipersyaratkan.
2. Kaitan Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan ini, antara lain :
3. Toleransi
SPESIFIKASI TEKNIS
3.2.4. Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 BETON
m K. 225=UNTUK
20 mmPELEBARAN JALAN
4. Standar Rujukan
SPESIFIKASI TEKNIS
4.2.10. SNI 03-2493-1991 [AASHTO T 126-90] BETON K. 225 UNTUK PELEBARAN JALAN
Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium .
4.2.11. SNI 03-2458-1991 [AASHTO T 141-84]
Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
4.3. AASHTO
4.3.1. AASHTO T 26-79
Quality of water to be used in concrete.
B. BAHAN
1.1. Semen yang digunakan untuk pekerjaan Beton adalah jenis Semen Portland atau jenis lain
yang memenuhi AASHTO M85.
1.2. Untuk campuran, perawatan dan pemakaian lainnya, air yang digunakan adalah air bersih
dan bebas dari minyak, garam, asam, basa, gula dan organik. Air tersebut memenuhi
ketentuan AASHTO T26.
2.1. Ketentuan gradasi agregat dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1.
KETENTUAN GRADASI AGREGAT
2.2. Agregat kasar dipilih sedemikian rupa, sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari ¾
dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau
celah-celah lainnya dimana beton harus dicor.
3. Sifat Agregat
3.1. Agregat untuk pekerjaan beton terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat, yang diperoleh
dengan pemecahan batu [rock] atau berangkal [boulder], atau dari pengayakan dan jika
perlu pencucian dari kerikil dan pasir sungai.
3.2. Agregat terbebas dari bahan organik dengan ketentuan SNI 03-2816-1992.
3.3. Sifat-sifat lain dari agregat dijelaskan pada Tabel 2. berikut ini.
4
SPESIFIKASI TEKNIS
Tabel 2. BETON K. 225 UNTUK PELEBARAN JALAN
SIFAT-SIFAT AGREGAT
Batas Maksimum
Sifat-Sifat Metode Pengujian Agregat
HALUS KASAR
Keausan agregat dengan mesin Los
SNI 03-2417-1991 - 40%
Angeles pada 500 putaran
Kekekalan bentuk batu terhadap
natrium sulfat atau magnesium sulfat SNI 03-3407-1994 10% 12%
setelah 5 siklus
Gumpalan lempung partikel yang
SK SNI M 01-1994-03 0,5% 0,25%
mudah pecah
Bahan yang lolos ayakan No. 200 SK SNI M 02-1994-03 3% 1%
3.4. Bahan semen yang digunakan untuk pekerjaan beton, seluruhnya ditempatkan di tempat
yang tahan cuaca dan kedap udara serta mempunyai lantai kayu yang lebih tinggi dari tanah,
bahan ditutup dengan lembar plastik [polyethylene].
1. Proporsi bahan dan berat penakaran ditentukan dengan menggunakan metode PBI dan sesuai
dengan batas-batas yang diperlihatkan oleh Tabel 3. berikut ini :
CV. SATRIA
Tabel 3.
BATAS TAKARAN
2. Seluruh beton yang digunakan memenuhi kuat tekan dan “ slump” yang dibutuhkan, serta
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 [AASHTO T22],
Pd M-16-1996-03 [AASHTO T23], SNI 03-2493-1991 [AASHTO T126], SNI 03-2458-1991 [AASHTO
T141]. Sifat-sifat campuran beton yang dimaksud dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini.
Tabel 4.
SIFAT-SIFAT CAMPURAN BETON
5
SPESIFIKASI TEKNIS
BETON K. 225 UNTUK PELEBARAN JALAN
3. Kelecakan [workability] dan tekstur campuran diatur sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor
pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, hingga
pada saat pembungkaran acuan diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.
4. Sebelum penakaran, agregat dibasahi sampai titik jenuh dan dipertahankan dalam kondisi lembab,
CV. SATRIA
pada kadar yang mendekati keadaan jenuh-kering permukaan, dengan menyemprot tumpukan
agregat dengan air secara berkala. Pada saat penakaran, agregat telah dibasahi paling sedikit 12
jam sebelumnya untuk menjamin pengaliran yang memadai dari tumpukan agregat.
5. Beton dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari jenis dan ukuran yang disetujui
sehingga dapat menjamin distribusi yang merata dari seluruh bahan. Percampuran bahan
dilengkapi dengan tangki air serta alat ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan
jumlah air yang dipergunakan dalam setiap penakaran.
6. Alat pencampur diisi dengan agregat dan semen yang telah ditakar, dan selanjutnya alat
pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan. Waktu pencampuran diukur pada saat air
dimasukkan ke dalam campuran bahan kering, seluruh air yang diperlukan dimasukan sebelum
waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu pencampuran untuk mesin
berkapasitas ¾ m3 atau kurang selama 1,5 menit, untuk mesin yang lebih besar waktu yang
diperlukan ditambah 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3.
D. PELAKSANAAN PENGECORAN
1.1. Struktur lama yang akan diganti dibongkar agar dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan
beton. Pembongkaran dilaksanakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
1.2. Penggalian dan Penimbunan kembali pondasi atau formasi untuk pekerjaan beton sesuai
dengan garis yang ditunjukkan pada gambar kerja. Untuk dapat menjamin dicapainya seluruh
sudut pekerjaan, maka dilakukan pembersihan dan penggaruan tempat disekeliling pekerjaan
beton yang cukup luas.
1.3. Jalan kerja yang stabil disediakan agar menjamin seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa
dengan mudah dan aman.
1.4. Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton dijaga agar tetap kering.
6
SPESIFIKASI TEKNIS
1.5. Agar tidak terjadi penggeseran struktur beton pada saat pengecoran,
BETON sebelum
K. 225 UNTUK pengecoran
PELEBARAN JALAN
dimulai seluruh acuan, tulangan, pipa atau selongsong dimasukkan kedalam beton.
2. Acuan
2.1. Bahan acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan yang kedap dan
kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
2.2. Jika Acuan dari tanah dipersyaratkan, maka acuan dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping
serta dasarnya dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan.
2.3. Seluruh kotoran tanah yang lepas akan dibuang sebelum pengecoran dilakukan.
2.4. Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos, menggunakan kayu yang
permukaannya tidak diserut. Sedangkan untuk permukaan beton yang terekspos,
menggunakan kayu yang diserut dengan tebal yang rata, dan seluruh sudut acuan yang
tajam dibulatkan.
2.5. Acuan yang dibuat diatur sedemikian rupa, sehingga dalam pelaksanaan pembongkaran
acuan tidak merusak beton.
3. Pengecoran
3.1. Sebelum pengecoran dimulai, acuan dibasahi dengan air atau dioles dengan minyak di bagian
CV. SATRIA
SPESIFIKASI TEKNIS
3.9. Dalam waktu 24 jam, air tidak boleh dialirkan di atas atau dinaikan
BETON ke permukaan
K. 225 UNTUK pekerjaan
PELEBARAN JALAN
beton setelah pengecoran.
4.1. Seluruh sambungan kontruksi tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan diletakan pada
titik dengan gaya geser minimum.
4.2. Bila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan menerus melewati sambungan sedemikian
rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
4.3. Lidah alur disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman minimal 4 cm untuk
dinding, pelat dan antara telapak pondasi serta dinding. Untuk pelat yang terletak diatas
permukaan, sambungan konstruksi diletakkan sedemikian rupa sehingga pelat-pelat
mempunyai luas tidak melampaui 40 m2, dengan dimensi yang lebih besar tidak melampaui
1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
5. Konsolidasi
5.1. Beton dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar. Jika diperlukan,
penggetaran disertai dengan penusukan secara manual dengan alat untuk menjamin
pemadatan yang tepat.
5.2. Alat penggetar mekanis dari luar mampu mengasilkan minimal 5000 putaran per menit
CV. SATRIA
dengan berat efektif 0,25 kg. Untuk penggetar mekanis dari dalam dengan jenis pulsating
(berdenyut) mampu menghasilkan minimal 5000 putaran per menit jika digunakan pada
beton yang mempunyai slump 2,5 cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak
kurang dari 45 cm.
5.3. Alat penggetar mekanis dari dalam dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal, hingga
dapat melakukan penetrasi sampai ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan
kepadatan pada seluruh kedalaman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian ditarik
perlahan dan dimasukan kembali pada posisi lain dengan jarak antara itik lama dengan titik
baru tidak lebih dari 45 cm, dan alat penggetar berada pada satu titik dengan rentak waktu
tidak boleh lebih dari 30 detik serta dalam pemindahannya tidak boleh menyentuh tulangan
beton.
5.4. Jumlah minimum alat penggetar beton mekanis dijelaskan pada Tabel 5. berikut ini.
Tabel 5.
JUMLAH MINIMUM
ALAT PENGGETAR BETON MEKANIS
E. PEKERJAAN AKHIR
1. Pembongkaran Acuan
1.1 Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan struktur yang
sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton.
8
SPESIFIKASI TEKNIS
1.2. Cetakan yang ditopang oleh perancah di bawah pelat,BETON
balok,K. gelagar,
225 UNTUKatau strukturJALAN
PELEBARAN busur,
tidak boleh dibongkar hingga pengujian menunjukan paling sedikit 85% dari kekuatan
rancangan beton.
1.3. Acuan yang digunakan untuk pekerjaan ornamen, sandaran [railing], dinding pemisah
[parapet] dan permukaan vertikal yang terekspos, akan dibongkar dalam waktu setelah
minimal 9 jam dari pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam [tergantung keadaan cuaca].
2. Permukaan
2.5. Bagian atas pelat, kerb, permukaan trotoar, dan permukaan horisontal lainnya, akan digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian yang diperlukan segera
setelah pengecoran beton dan diselesaikan secara manual sampai halus dan rata dengan
menggerakkan perata kayu secara memanjang dan melintang, sebelum beton mulai
mengeras.
2.6. Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk trotoar, harus sedikit
kasar tetapi merata dengan penyapuan, dan dilakukan sebelum beton mulai mengeras.
2.7. Permukaan bukan horisontal yang nampak, yang telah ditambal atau yang masih belum rata
harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar ( medium), dengan menempatkan sedikit
adukan semen pada permukaannya.
2.8. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang
digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga terisi, serta diperoleh
permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari penggosokan harus dibiarkan tertinggal
ditempat.
3. Perawatan
3.1. Segera setelah pengecoran, beton dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu
panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi
seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan
untuk menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
3.2. Beton segera diselimuti dengan bahan yang dapat menyerap air setelah beton mulai
mengeras. Lembatan bahan penyerap air ini harus dibuat jenuh dalam waktu minimal 3 hari.
Lembaran bahan penyerap air, dibebani atau diikat ke bawah untuk mencegah permukaan
yang terekspos dari aliran udara.
3.3. Acuan dengan menggunakan kayu, akan dipertahankan basah pada setiap saat sampai
pembongkaran, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan
beton. Permukaan beton tidak boleh digunakan (diinjak) dalam waktu 7 hari setelah beton
dicor.
9
SPESIFIKASI TEKNIS
3.4. Lantai beton sebagai lapis aus, dirawat setelah permukaannya
BETON K.mulai mengeras,
225 UNTUK dengan
PELEBARAN cara
JALAN
ditutup oleh lapisan pasir lembab setebal 5 cm, dan dibiarkan minimal selama 21 hari.
3.5. Beton yang dibuat dengan semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi atau
beton yang dibuat dengan semen biasa yang ditambah bahan aditif, akan dibasahi sampai
kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
CV. SATRIA