Resume Osce Orthodonsia - Annica
Resume Osce Orthodonsia - Annica
(160112160102)
RESUME OSCE ORTHODONSIA
ANAMNESIS
NO PROSEDUR NOTES
1 Operator menggunakan alat pelindung diri (menggunakan masker,
cuci tangan 6 langkah WHO, menggunakan handscoon)
2 Lingkungan kerja dan DU dalam kondisi bersih dan steril
3 Persiapan alat dan bahan
- Nierbeken
- Masker
- Handscoon
- Status ortodonti
- Tissue
4 Senyum salam sapa
5 Persiapan pasien
- Ketersediaan rekam medis
- Informed consent
- Pasien dipasangkan polybib
- Sediakan gelas kumur dan suction
6 Konfirmasi identitas pasien
- Nama
- Jenis kelamin
- Tanggal lahir
- Nama orang tua
- TB/BB
- Menarche (perempuan)
- Alamat
- Pekerjaan
- No telepon
- No rekam medis
7 Lakukan anamnesis dengan menanyakan
- Keluhan utama
- Lokasi keluhan
- Onset
- Durasi
- Kronologi
- Hal yang memperparah
- Hal yang memperingan
- Riwayat pengobatan atas keluhan yang drasa
- Riwayat dental
- Riwayat kesehatan umum
- Riwayat penggunaan obat
- Riwayat penyakit dan perawatan di RS
- Kelainan kongenital
- Riwayat operasi
- Kebiasaan buruk
- Harapan pasien
Annisa Hasna N T
(160112160102)
7 Indeks wajah
- Cara memeriksanya pasien duduk tegak, melihat ke depan
- Operator berada di depan pasien
- Pengukuran dilakukan dengan menggunakan sliding caliper
- Indeks wajah diukur dengan rumus Morphologic Facial Index :
MFH*
MFI = X 100%
Byzigomatic Width*
*MFH (Morphological facial height) : jarak vertikal dari Nasion ke Gnation
*Byzigomatic width : jarak horizontal tl.zygomatic kiri dan kanan
Klasifikasi:
Hypereuriprosop (sangat lebar) = <78,9%
Euriprosop (lebar) = 79,0 – 83,9%
Annisa Hasna N T
(160112160102)
Mesoporosop (sedang) = 84,0 – 87,9%
Leptoprosop (sempit) = 88,0 – 92,9%
Hyperleptoprosop (sangat sempit) = > 93,0%
- Pasien tipe wajah lebar memiliki basis apikal lebar pula, sehingga
ekspansi aman untuk dlakukan
7 Palatum
- Dinilai dengan menggunakan rumus Palatal Height Index/ Indeks
Tinggi Palatum
- Ukur tinggi palatum dengan mengukur titik terdalam palatum pada
garis median tegak lurus ke garis khayal (fossa 16 – 26)
- Ukur lebar lengkung posterior dengan mengukur jarak horizontal
dari fossa sentral (16 – 26)
9 Tonsil
- Pasien diinstrukskan untuk membka mulut, operator menahan lidah
pasien dengan menggunakan kaca mulut
- Instrukskan pasien untuk mengucapkan “Aaaaaa”
- Amati ukuran tonsil pasien
T0 : post tonsilektomi
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak
pilar ant - uvula
T2 : batas medial tonsil melewati sampai ¼ jarak pilar anterior
sampai ½ pilar ant - uvula
T3 : batas medial tonsil melewati sampai ½ jarak pilar anterior
sampai ¾ pilar ant - uvula
T4 : batas medial tonsil melewati sampai ¾ jarak pilar anterior
sampai uvula
10 Garis median
- Pasien dalam keadaan oklusi sentrik
- Bandingkan garis median EO (Nasion – subnasion) dengan garis
pertemuan insisif sentral RA dan rahang bawah
- Pada keadaan normal garis median EO akan berhimpit dengan garis
pertemuan insisif sentral RA dan RB
- Pergerseran garis median dapat bersifat dental atau skeletal
- Pergeseran garis medan dapat diakibatkan maloklusi, jumah gigi
tidak seimbang
11 Overbite
- Merupakan perbandingan antara jarak vertikal antara insisal insisif
RB ke garis proyeksi insisal insisif RA dengan jarak vertikal
insisoservkal insisif RB
- Pasien/model studi dalam keadaan oklusi sentrik
- Tandai posisi insisal RA pada permukaan labial insisif RB
- Pasien/model studi diinstruksikan membuka mulut
- Hitung jarak vertikal antara insisal insisif RB ke garis proyeksi
insisal insisif RA, dengan menggunakan jangka sorong
- hitung jarak vertikal antara insisal insisif RB dan servikal insisif RB
- tulis nilai overbite berdasarkan rumus:
12 Overjet
- merupakan jarak horizontal antara permukaan labial insisif RA
dengan insisal insisif RB
- pasien/model studi dalam keadaan oklusi sentrik
- ukur jarak horizontal antara permukaan labial insisif RB dengan
permukaan insisif RA, menggunakan jangka sorong
- tulis nilai overjet, apbila crossbite maka nilai overjetnya negatif
Klasifikasi:
Normal : Lk 2,2±0,8mm ; Pr 2,5±1,1mm
Overjet : ≥ 4mm
Crossbite : nilai overjet negatif
Edge to edge : 0
13 Crossbite
- posisikan pasien/model studi dalam posisi oklusi sentrik
- periksa pada bidang sagtal untuk mencari crossbtite anterior
- periksa pada bidang transversal untuk mencari crossbite posterior
- tulis hasil pemeriksaan
14 Curve of spee
- merupakan kurva yang dibentuk dari cusp bukal molar paling dstal
ke insisal insisif paling anterior
- Diperiksa dengan cara memposisikan pasien/model studi dalam
keadaan mulut terbuka
- Gunakan tangkai instrumen atau penggaris besi
- Letakan instrumen tersebut dari cusp bukal molar paling distal ke
insisal insisif paling anterior
- Hitung jarak dari dasar cekungan terdalam (biasanya di puncak
cusp P2) ke instrumen tersebut
Normal : ≤ 1,5mm
Dalam : > 1,5mm
15 Penutupan mandibula
- Dilihat dengan memeriksan bukaan mulut pasien. Perhatikan
gerakan mandibula.
- Kalsifikasi:
1. Normal : mandibula membuka dan menutup dalam 1 garis
lurus. Tidak ada deviasi atau defleksi
2. Deviasi mandibula : penyimpangan gerak mandibula saat
pembukaan rahang, dengan pergeseran midline arah gerak
mandibula pada saat pembukaan awal, namun saat akhir
bukaan mulut, gerakan mandibula kembali ke arah midline.
3. Defleksi : ditandai dengan pergeseran midline gerak
mandibula dari awal sampai akhir bukaan mulut.
Annisa Hasna N T
(160112160102)
ANALISIS MODEL STUDI
NO PROSEDUR NOTES
1 Operator menggunakan alat pelindung diri (menggunakan masker,
cuci tangan 6 langkah WHO, menggunakan handscoon)
2 Lingkungan kerja dalam kondisi bersih dan steril
3 Persiapan alat dan bahan
- Nierbeken
- Sliding caliper
- Penggaris besi
- Jangka dengan kedua ujung jarum
- Papan jalan
- Status ortodonti
- Pulpen
- Spidol merah
4 Analisis kesimetrisan lengkung arah sagital dan transversal
- Untuk memperkirakan perbedaan posisi gigi kiri-kanan dalam
arah sagital transversal.
- Dinilai dengan menggunakan titik referensi,
I1, I2 : pertengahan insisal
C : puncak insisisal
P1, P2 : puncak bonjol bukal
M1 : central fossa
- Bandingkan gigi geligi kiri dan kanan menggunaan
Symmetograph atau Orthocross
7 Analisis Howes
- Bertujuan untuk mencari perbandingan antara basis apikal dengan
panjang lengkung gigi
- Susunan gigi berjejal tidak hanya disebabkan ukuran gigi yang
terlalu besar tetapi juga dapat dsebabkan karena lengkung basal
tulang yang terlalu kecil.
- Hanya dapat dilakukan di RA
Ukuran yang digunakan:
1. Panjang lengkung gigi
2. Lebar lengkung gigi : jarak anatar puncak bonjol bukal gigi 14
dan 24
3. Lebar lengkung rahang (basis apikal): jarak antara titik
terdalam fossa caninca, diukur dari ujung apeks gig 14 dan 24
Jarak basis apikal
Rasio total = X 100%
PLG
> 44% : aman dilakukan ekspansi
< 37% : tidak aman ekspansi, lakukan ekstraksi
37% - 44&% : meragukan anatra melakukan ekspansi atau
ekstraksi
44 : basis apikal cukup lebar untuk semua gigi
8 Analisis pont
Annisa Hasna N T
(160112160102)
- Merupakan sebuah metode untuk menentukan lebar lengkung
ideal berdasarkan lebar mesiodistal keempat gigi nsisif rahang
atas
- Cara analisisnya dengan mengukur lebar mesiodistal 12,11,21,22
- Ukur jarak interpremolar (distal pit 14 – 24) da inter molar (sentral
fossa 16 – 26) pada model studi
Tabel pont :
Penderita Pont Selisih
14 – 24 ...........mm ...........mm .......mm
16 – 26 ...........mm ...........mm .......mm
Jika hasilnya – (negatif) pasien mengalami penyempitan
lengkung gigi/konstriksi (aman di ekspansi)
Jika hasilnya + (positif) pasien mengalami pelebaran
lengkung gigi/distraksi (ekstraksi jika ALD= -9mm)
9 Analisis moyers
- Dilakukan untuk mengevaluasi jumlah ruangan yang tersedia pada
lengkung rahang rahang bagi gigi tetap yang belum erupsi dan
menentukan sisa ruangan yang ada bagi penyesuaian oklusi gigi M
tetap.
- Dinilai dengan cara
1) Ukur lebar mesiodistal 4 gigi insisif RB
2) Ukur sisa ruangan dari distal i2 sampai mesial gigi m1
3) Lihat tabel prediksi moyers untuk ukuran 345 RA dan RB
berdasarkan jarak 4 gigi insisif RB.
4) Hitung selisih antara sisa ruang (2) dan prediksi 345 moyers (3)
Jika hasilnya + (positif) berarti masih ada sisa ruangan (lee way
space) pasien hanya perlu mempertahankan ruangan tersebut
(space maintainer)
Kelas I Angle:
Puncak bonjol mesiobukal molar 1 tetap rahang atas berada pada
buccal groove molar 1 tetap rahang bawah.
Kelas II Angle:
Puncak bonjol mesiobukal molar 1 tetap rahang atas berada lebih ke
anterior dari buccal groove molar 1 tetap rahang bawah.
Pada Kelas II Angle penuh Puncak bonjol distobukal molar 1 tetap
rahang atas berada pada buccal groove molar 1 tetap rahang bawah.
Tipe 1
Gigitan anterior "edge to edge". Pada rahang bawah edge to
edge ini disebabkan oleh adanya gigi-gigi yang berjejal dan inklinasi
rahang bawah condong ke lingual.
Tipe 2
Hubungan gigi-gigi insisif rahang atas dengan rahang bawah
tampak normal. Hubungan gigi insisif bawah lebih condong ke
Annisa Hasna N T
(160112160102)
lingual dibandingkan tipe 1 disertai gigi-gigi insisif dan kaninus
rahang bawah yang berjejal.
Tipe 3
Tipe ini merupakan gambaran khas mandibula yang besar. Bentuk
profil muka cekung, dagu menonjol ke depan dan gigitan bersilang
gigi anterior (cross bite anterior).
PENCETAKAN
NO PROSEDUR NOTES
1 Operator menggunakan alat pelindung diri (menggunakan masker,
cuci tangan 6 langkah WHO, menggunakan handscoon)
2 Lingkungan kerja dan DU dalam kondisi bersih dan steril
3 Persiapan alat dan bahan
- Nierbeken
- Baki
- Alat dasar (2 kaca mulut, 1 pinset, 1 sonde halfmoon, 1 excavator)
- Sendok cetak
- Alginat
- Sendok takar
- Gelas ukur
- air
- Spatula alginat
- Rubberbowl
- Tissue
4 Senyum salam sapa
5 Persiapan pasien
- Ketersediaan rekam medis
- Informed consent
- Pasien dipasangkan polybib
- Sediakan gelas kumur dan suction
6 Posisi pasien
- RA: duduk tegak oklusal RA sejajar lantai, mulut pasien sejajar siku
operator
- RB: duduk tegak oklusal RB sejajar lantai, mulut pasien sejajar siku
operato
7 Posisi operator
- RA: operator berada di belakang kanan pasien
- RB: operator berada di depan kanan pasien
8 Pemilihan sendok cetak, plih sendok cetak yang sesuai dengan
ukuran rahang pasien
- Tidak sakit saat sendok cetak dimasukan kedalam mulut pasien
- Terdapat ruang antara sendok cetak dengan permukaan anatomis
yang akan dicetak minimal 5 mm
- Sayap sendok cetak memiliki ketinggian yang cukup untuk
mencetak muccobccal fold
9 Manipulasi alginat
- Tuang air dan alginat ke dalam rubber bowl dengan ratio bubuk:air
sesuai dengan instruksi pabrik
- Lakukan manipulasi alginat dengan menekan alginat ke arah
dinding rubberbowl sampai adonan homogen
- Masukan adonan kedalam sendok cetak dengan cara menekan
sampai sendok cetak terisi rata
Annisa Hasna N T
(160112160102)
10 Pencetakan RA
- Pasien duduk tegak menghadap kedepan, oklusal RA sejajar lantai,
operator berada di belakang kanan pasien
- Masukan sendok cetak dimulai dengan menarik salah satu sisi
sudut mulut, masukan sendok cetak diikuti dengan sisi lainnya
dengan gerakan memutar
- Luruskan garis median sendok cetak dengan garis median pasien
- Pencetakan dimulai dengan menekan sisi kiri sendok cetak, tarik
bibir atas bagan kiri ke arah depan
- Lanjutkan dengan menekan sisi kanan, tarik bbir atas kanan ke
arah depan
- Fiksasi sendok cetak dengan jari telunjuk dan jari tengan tangan
kanan, dan tangan kri menahan kepala pasien
- Tunggu hingga alginat setting dan mengeras, kemudian keluarkan
cetakan dari mulut pasien
11 Pencetakan RB
- Pasien duduk tegak menghadap kedepan, oklusal RB sejajar lantai,
operator berada di depan kanan pasien
- Masukan sendok cetak dimulai dengan menarik salah satu sisi
sudut mulut, masukan sendok cetak diikuti dengan sisi lainnya
dengan gerakan memutar
- Luruskan garis median sendok cetak dengan garis medn pasien
- Pencetakan dimulai dengan menekan sisi kiri sendok cetak, tarik
bibi bawah bagan kiri ke arah depan
- Lanjutkan dengan menekan sisi kanan, tarik bibir bawah kanan ke
arah depan
- Fiksasi sendok cetak dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan
kanan, dan tangan kiri menahan kepala pasien
- Pasien diinstruksikan untuk menggerakan lidah ke atas dan luar
- Tunggu hingga alginat setting dan mengeras, kemudian keluarkan
cetakan dari mulut pasien
12 Hasil cetakan RA yang ideal
- Cetakan harus didukung oleh sendok cetak
- Hasil cetakan tidak boleh ada yang lepas atau robek
- Cetakan tidak boleh berporus
- Mencetak seluruh bagian anatomis dengan baik (meliputi
vestibulum labialis dan bukalis, frenulum labialis dan bukalis,
seluruh gigi RA, posterior palatal seal, palatum keras, residual
ridge, median palatinal raphae, rugae area, papila insisivum,
hammular notch dan tuberositas maksila)
13 Hasil cetakan RB yang ideal
- Cetakan harus didukung oleh sendok cetak
- Hasil cetakan tidak boleh ada yang lepas atau robek
- Cetakan tidak boleh berporus
- Mencetak seluruh bagian anatomis dengan baik (meliputi
vestibulum labialis dan bukalis, frenulum labialis, lingualis dan
bukalis, seluruh gigi RB, buccal shelf, residual ridge, retromolar
pad, dan sulkus alveolingualis)
14 Jika pencetakan telah selesai, instruksikan pasien untuk berkumur
Annisa Hasna N T
(160112160102)
15 Pasen diintruksikan untuk datang kembali untuk melanjutkan
perawatan
16 Tanyakan kepada pasien apakah masih ada yang ingin ditanyakan
atau tidak,jika tidak ada, pasien diperbolehkan pulang
17 Operator mematikan lampu DU, memberihkan DU, dan membuang
masker dan handscoon ke tempat sampah medis
Annisa Hasna N T
(160112160102)
Seorang laki-laki/perempuan berusia 19 tahun mengeluhkan gigi depan atas terdapat celah
dan menyebabkan sisa makanan sering terselip pada celah tersebut dan menimbulkan rasa
tidak percaya diri. Pasien memiliki kondisi umum yang baik.
Hasil pemeriksaan ekstraoral :
Tipe muka : Sempit
Simetrisasi muka : asimteri
Profil wajah : cembung
Tonus Bibir : Normal
Relasi Bibir : Terbuka
Metode Pelatihan :
1. Demonstrasi (20 menit ) : DPKKT melakukan demonstrasi pada model studi dengan
maloklusi kelas I tipe 1 sesuai topik pelatihan yang terdapat pada pemandu DPKKT
2. Simulasi pada model studi ( 60 menit untuk 6-7 mahasiswa) : mahasiswa melakukan
topik pelatihan keterampilan pada model studi dengan alat dan bahan yang tersedia.
Skenario I (bagian 2)
Dokter gigi yang bertugas melakukan pemeriksaan intra oral untuk memastikan kelainan gigi
yang dikeluhkan oleh pasien. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan dokter gigi, didapatkan
data sebagai berikut:
Pemeriksaan intraoral : malposisi gigi : Linguoversi 32, rotasi (mesial out distal in) 41,
distolabioversi 42
frenulum labii : rendah
palatum : rendah
garis median : gigi rahang bawah bergeser ke kiri
overjet : ... mm
overbite : /
diastema : 11//21
crossbite :
kurva of spee : ...mm
References:
Bishara, S.E. 2001. Textbook of Orthodontics. W.B. Saunders company. Philadelphia.
Graber, L.W., R.L. Vanarsdall, Katherine W.L. Orthodontic: Currents Principles and
Technique. 5th edition. USA: Elsevier Mosby.
Rakosi, T, et.al. 1993. Color Atlas of Dental Medicine: Orthodontic Diagnosis. New York:
Thieme, p.
Sumber lain:
PPT drg. Andriani Harsanti, MM., Sp.Ort
Status Ortodontik FKG Unpad
Modul SPKKT 2016