Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Urgensi Integrasi Nasional sebagai Salah Satu Parameter Persatuan


dan Kesatuan Bangsa

Dosen Pembimbing

Leny Julia Lingga, S.Pd., M.Pd

Oleh

Albitul Hamzah Atikah Thahirah

NIM 2002110983 NIM 2002112182

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin. Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan judul
Urgensi Integrasi Nasional sebagai Salah Satu Parameter Persatuan dan Kesatuan
Bangsa.

Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah pendidikan


kewarganegaraan, Ibu Leny Julia Jingga, S.Pd., M.Pd, yang selalu memberikan dukungan
dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami juga saling berterimakasih atas
kerjasama anggota kelompok sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik. Selain itu, kami juga mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak lain yang telah ikut
membantu dalam penulisan makalah ini meski tidak dapat disebutkan satu per satu.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kemampuan kami. Untuk itu, masukan dan saran yang bersifat
membangun akan sangat membantu agar ke depannya menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat untuk pembaca.

Rabu, 24 Februari 2021

Kelompok 5

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... I

Daftar Isi .................................................................................................................. II

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan Penuliasan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. Sebab Integrasi diperlukan di Indonesia ...................................................... 3


B. Sumber Histori, Sosiologi, dan Politik tentang Integrasi Nasional ............. 5
C. Sejarah Integrasi di Indonesia...................................................................... 9
D. Tantangan dalam Membangun Integrasi ..................................................... 10
E. Upaya Mengatasi Masalah Tantangan Integrasi .......................................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 14

A. Simpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia diperlukan persatuan dan
kesatuan untuk membangun bangsa dan negara agar mampu hidup sejajar dengan
bangsa dan negara lain. Karena dengan kukuhnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia sejak proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang merupakan berkat
dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, bagi rakyat Indonesia secara keseluruhan
menjadi dasar dilaksanakanya pembangunan disegala bidang. Persatuan dan
kesatuan pada hakikatnya adalah suatu keadaan yang menunjukan adanya
kebutuhan dan berbagai corak ragam atau unsur yang menjadi suatu kebulatan yang
utuh. Hasrat untuk bersatu tercermin dalam sila ke tiga Pancasila yaitu Persatuan
Indonesia.
Negara Indonesia memiliki wilayah yang luas, jumlah ras penduduk yang
banyak, kebhinekaan rakyat serta hubungan dengan bangsa lain harus dibina untuk
mewujudkan kerjasama yang baik. Berbagai hambatan dan tantangan yang pernah
dialami dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan datang silih berganti. Kalau rasa
persatuan dan kesatuan kita pudar, maka besar kemungkinan muncul konflik seperti
adanya perkelahian antar pelajar, perkelahian antar warga desa yang bisa
berkembang menjadi perang antar suku, ras, agama dan hal ini akan mengancam
integrasi bangsa Indonesia. Sehingga persatuan dan kesatuan bangsa semestinya
dikembangkan dan dibiasakan mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah
dan lingkungan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sebab diperlukannya integrasi di Indonesia?
2. Bagaimana menggali sumber histori, sosiologi, dan politik tentang integrasi
nasional?
3. Bagaimana perkembangan sejarah integrasi di Indonesia?
4. Bagaimana tantangan dalam membangun integrasi?

1
5. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tantangan
integrasi?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui alasan
diperlukannya integrasi di Indonesia, menggali sumber histori, sosiologi, dan politik
tentang integrasi nasional, mengetahui perkembangan sejarah integrasi di Indonesia,
mengetahui tantangan dalam membangun integrasi di Indonesia, dan mengetahui
apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tantangan integrasi
tersebut.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sebab Integrasi diperlukan di Indonesia


Menurut Myron Weiner dalam Surbakti (2010), dalam negara merdeka,
faktor pemerintah yang berkeabsahan (legitimate) merupakan hal penting bagi
pembentukan negara-bangsa. Hal ini disebabkan tujuan negara hanya akan dapat
dicapai apabila terdapat suatu pemerintah yang mampu menggerakkan dan
mengarahkan seluruh potensi masyarakat agar mau bersatu dan bekerja bersama.
Kemampuan ini tidak hanya dapat dijalankan melalui kewenangan menggunakan
kekuasaan fisik yang sah tetapi juga persetujuan dan dukungan rakyatnya terhadap
pemerintah itu. Jadi, diperlukan hubungan yang ideal antara pemerintah dengan
rakyatnya sesuai dengan sistem nilai dan politik yang disepakati. Hal demikian
memerlukan integrasi politik.Negara-bangsa baru, seperti halnya Indonesia setelah
tahun 1945, membangun integrasi juga menjadi tugas penting. Ada dua hal yang
dapat menjelaskan hal ini.
Pertama, dikarenakan pemerintah kolonial Belanda sebelumnya tidak pernah
memikirkan tentang perlunya membangun kesetiaan nasional dan semangat
kebangsaan pada rakyat Indonesia. Yang dilakukan penjajah adalah membangun
kesetiaan kepada penjajah itu sendiri dan guna kepentingan integrasi kolonial itu
sendiri. Jadi, setelah merdeka, kita perlu menumbuhkan kesetiaan nasional melalui
pembangunan integrasi bangsa.
Kedua, bagi negara-negara baru, tuntutan integrasi ini juga menjadi masalah
pelik bukan saja karena perilaku pemerintah kolonial sebelumnya, tetapi juga latar
belakang bangsa yang bersangkutan. Negara-bangsa (nation state) merupakan
negara yang di dalamnya terdiri dari banyak bangsa (suku) yang selanjutnya
bersepakat bersatu dalam sebuah bangsa yang besar. Suku-suku itu memiliki
pertalian-pertalian primordial yang merupakan unsur negara dan telah menjelma
menjadi kesatuan-kesatuan etnik yang selanjutnya menuntut pengakuan dan

3
perhatian pada tingkat kenegaraan. Ikatan dan kesetiaan etnik adalah sesuatu yang
alami, bersifat primer.
Integrasi diperlukan guna menciptakan kesetiaan baru terhadap identitas-
identitas baru yang diciptakan (identitas nasional). Misalnya; bahasa nasional,
simbol negara , semboyan nasional, ideologi nasional dan sebagainya.

Integrasi versus Disintegrasi.


Kebalikan dari integrasi adalah disintegrasi. Jika integrasi berarti penyatuan,
keterpaduan antar elemen atau unsur yang ada di dalamnya, disintegrasi dapat
diartikan ketidakpaduan, keterpecahan di antara unsur unsur yang ada. Jika integrasi
terjadi konsensus maka disintegrasi dapat menimbulkan konflik atau perseturuan
dan pertentangan.
Disintegrasi bangsa adalah memudarnya kesatupaduan antar golongan, dan
kelompok yang ada dalam suatu bangsa yang bersangkutan. Gejala disintegrasi
merupakan hal yang dapat terjadi di masyarakat. Masyarakat suatu bangsa pastilah
menginginkan terwujudnya integrasi. Namun, dalam kenyataannya yang terjadi
justru gejala disintegrasi. Disintegrasi memiliki banyak ragam, misalkan
pertentangan fisik, perkelahian, tawuran, kerusuhan, revolusi, bahkan perang.
Integrasi nasional juga penting untuk diwujudkan dalam kehidupan
masyrakat Indonesia dikarenakan Indonesia merupakan negara yang masih
berkembang atau dapat dikatakan negara yang masih mencari jati diri. Selain itu,
integrasi nasional sangat penting untuk diwujudkan karena integrasi nasional
merupakan suatu cara yang dapat menyatukan berbagai macam perbedaan yang ada
di Indonesia.
Indonesia sangat dikenal dengan keanekaraganm suku,budaya dan agama.
Oleh sebab itu, adanya pengaruh globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat
masyarakat Indonesia lebih memilih untuk suatu yang trend walaupun hal tersebut
membuat upaya integrasi tidak terwujud. Masyarakat Indonesia belum sadar akan
pengaruh globalilasi yang ternyata tidak baik bagi masyarakat Indonesia. Selain
pengaruh globalisasi, masyarakat Indonesia bertindak atas wewenang sendiri

4
maupun kelompok sehingga konflik terjadi dimana-mana seperti pertengkaran antar
suku, pembakaran tempat-tempat ibadah dan lain sebagainya. Konflik tersebutlah
yang membuat integrasi nasional susah diwujudkan. Upaya integrasi terus
dilakukan agar Indonesia menjadi satu kesatuan yang mana disebutkan dalam
semboya bhinneka tunggal ika.
Adanya upaya mengintegrasikan Indonesia, perbedaan-perbedaan yang ada
tetap harus diakui dan dihargai sehingga Indonesia menjadi negara yang dapat
mencapai tujuannya. Selain menghargai dan mengakui berbagai macam perbedaan
di Indonesia, masyarakat Indonesia harus memliki rasa toleransi terhadap sesama
sehingga tidak terjadi konflik yang berkepanjangan yang dapat merugikan
Indonesia.

B. Sumber Histori, Sosiologi, dan Politik tentang Integrasi Nasional


Howard Wriggins dalam Muhaimin dan Collin MaxAndrews (1995)
menyebut ada lima pendekatan atau cara bagaimana para pemimpin politik
mengembangkan integrasi bangsa. Kelima pendekatan tersebut selanjutnya disebut
sebagai faktor yang menentukan tingkat integrasi suatu negara, yaitu :
1) Adanya ancaman dari luar.
Adanya ancaman dari luar dapat menciptakan integrasi masyarakat.
Masyarakat akan bersatu, meskipun berbeda suku, agama, dan ras ketika
menghadapi musuh bersama. Contohnya adalah ketika penjajah Belanda ingin
kembali ke Indonesia, masyarakat Indonesia bersatu padu melawannya,
sehingga Belanda tidak jadi kembali ke Indonesia.
Suatu bangsa yang sebelumnya berseteru dengan saudaranya sendiri dapat
berintegrasi ketika ada musuh negara yang datang atau ancaman bersama yang
berasal dari luar negeri. Adanya anggapan musuh dari luar negeri mengancam
bangsa juga mampu mengintegrasikan masyarakat bangsa itu.
2) Gaya politik kepemimpinan.
Gaya politik para pemimpin bangsa dapat menyatukan atau
mengintegrasikan masyarakat bangsa tersebut. Pemimpin yang karismatik,

5
dicintai oleh rakyatnya, dan mempunyai jasa-jasa besar umumnya mampu
menyetukan bangsanya yang ssebelumnya tercerai berai. Misalnya adalah
Nelson Mandela dari Afrika Selatan. Nelson Mandela berhasil menangani
masalah diskriminasi warna kulit di Afrika Selatan.
3) Kekuatan lembaga-lembaga politik.
Lembaga politik juga dapat menjadi sarana pemersatu masyarakat, misalnya
birokrasi. Birokrasi yang satu dan padu dapat menciptakan sistem pelayanan
yang sama, baik, dan diterima oleh masyarakat yang beragam, sehingga pada
akhirnya masyarakat akan bersatu dalam satu sistem pelayanan.
4) Ideologi Nasional.
Ideologi mertupakan sekelompok nilai-nilai yang diterima dan disepakati.
Ideologi juga memberikan visi dan beberapa panduan bagaimana cara menuju
visi atau tujuan itu. Jika suatu masyarakat menerima satu ideologi yang sama,
maka memungkinkan masyarakat tersebut bersatu, walaupun banyak sekali
perbedaan di antara masyarakat tersebut.
Bagi bangsa Indonesia, nilai bersama yang dapat digunakan untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia adalah Pancasila. Pancasila merupakan
nnilai sosial bersama yang bisa diterima oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Nilai bersama tidak harus berlaku secara nasional. Di beberapa daerah bdi
Indonesia terdapat nilai bersama. Dengan nilai itu, kelompok-kelompok
masyarakat di daerak tersebut bersedia untuk bersatu. Misalnya adalah “Pela
Gadong” sebagai nilai bersama yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Maluku.
5) Kesempatan pembangunan ekonomi.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk
menyatukan bangsa Indonesia. Jika pembangunan ekonomi suatu bangsa
berhasil dan menciptakan keadilan, maka masyarakat bangsa tersebut bisa
menerima sebagai satu kesatuan. Namun jika ekonomi menghasilkan
ketidakadilan, maka muncul kesenjangan atau ketimpangan. Orang-orang
miskin dan yang dirugikan akan sulit untuk mau bersatu atau merasa satu
bangsa dengan mereka yang diuntungkan serta yang mendapat kekayaan secara

6
tidak adil. Banyak kasus yang disebabkan oleh ketidakadilan, maka tidak heran
bila ada sebuah masyarakat yang ingin memisahkan diri dari bangsa yang
bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan suatu pembangunan ekonomi yang
merata, sehingga hubungan dan integrasi antar masyarakat akan semakin mudah
tercapai.

Suatu kelompok masyarakat dapat terintegrasi apabila memenuhi beberapa


kriteria-kriteria seperti yang dinyatakan oleh Sunyoto Usman (1998):
a. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental yang
dapat dijadikan sebagai rujukan bersama. Jika masyarakat memiliki nilai
bersama yang disepakati maka mereka dapat bersatu, namun jika sudah tidak
lagi memiliki nilai bersama maka mudah untuk berseteru.
b. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus, memiliki “cross cutting
affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”. Jika masyarakat
yang berbeda-beda latar belakangnya menjadi anggota organisasi yang sama,
maka mereka dapat bersatu dan menciptakan loyalitas pada organisasi tersebut,
bukan lagi pada latar belakangnya.
c. Masyarakat berada di atas memiliki sifat salaing ketergantungan di antara unit-
unit sosial yang terhimpun ndalam memenuhi kebutuhan ekonomi. Apabila
masyarakat saling memiliki ketergantungan, saling membutuhkan, saling
bekerjasama dalam bidang ekonomi, maka mereka akan bersatu. Namun jika
ada yang menguasai suatu usaha atau kepemilikan, maka yang lain akan merasa
dirugikan dan dapat menimbulkan perseteruan.

Pendapat lain menyebutkan bahwa integrasi bangsa dapat dilakukan dengan dua
strategi, yaitu “policy assimilasionis” dan “policy bhineka tungal ika” (Sjamsudin,
1989). Strategi pertama dengan cara penghapuusan sifat-sifat kultural utama dari
komunis kecil yang berbeda menjadi semacam kebudayaan nasional. Asimilasi
adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebuadayaan baru. Apabila asimilasi ini

7
menjadi sebuah strategi bagi integrasi nasional, berarti bahwa negara
mengintegrasikan masyarakatnya dengan mengupayakan agar unsur-unsur budaya
yang ada dalam negara itu benar-benar melebur menjadi satu dan tidak lagi
menampakkan identitas budaya kelompok atau budaya lokal.
Kebijakan strategi yang sebaiknya dilakukan di Indonesia adalah dengan
memperkuat nilai bersama, membangun fasilitas, menciptakan musuh bersama,
memperkokoh lembaga politik, membuat organisasi untuk bersama, menciptakan
ketergantungan ekonomi antar kelompok, mewujudkan kepemimpinan yang kuat,
menghapuskan identitas-identitas lokal, membaurkan antara tradisi dan budaya
lokal, dan menguatkan identitas nasional.
Membangun fasilitas insfrastruktur seperti jalan, gedung pertemuan, lapangan
olahraga, dan pasar merupakan contoh kebijakan penyelenggara negara yang
memungkinkan mampu mengintegrasikan masyarakatnya. Hal ini dikarenakan
masyarakat dari berbagai latar belakang akan bertemu, berinteraksi, dan bekerja
sama. Pembangunan berbagai fasilitas itu bisa dilakukan apabila memiliki sumber
pembiayaan yang cukup. Di negara yang sedang membangun, salah satu sumber
utama pembiayaan negara tersebut adalah pajak yang dipungut dari warga negara.
Pajak merupakan salah satu instrumen yang dapat memperkokoh integrasi
nasional. Salah satu tujuan negara Republik Indonesia sebagaimana terrsebut dalam
alenia keempat Pembukaan UUD 1945 adalah “memajukan kesejahteraan umum”.
Kesejahteraan umum akan dapat dicapai atau akan lebih cepat dicapai apabila
keuangan negara sehat, atau dengan kata lain negara memiliki dana yang cukup
untuk membiayai seluruh kegiatan yang diperlukan untuk menunjang tujuan negara
untuk memajukan kesejahteraan umum tersebut.
Berbicara tentang keuangan negara yang sehat, tidak bisa dilepaskan dari
sumber-sumber penerimaan negara. Salah satu sumber penerimaan negara yang
terbesar adalah dari sektor pajak. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir,
penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan negara yang utama, sehingga
dapat mendukung kelancaran keuangan negara untuk pembangunan ekonomi yang
dapat memperkokoh integrasi nasional Indonesia.

8
C. Sejarah Integrasi di Indonesia
Menurut Suroyo (2002), ternyata sejarah menjelaskan bangsa kita sudah
mengalami pembangunan integrasi sebelum bernegara Indonesia yang merdeka.
Menurutnya, ada tiga model integrasi dalam sejarah perkembangan integrasi di
Indonesia, yaitu:
1. Model Integrasi Imperium Majapahit
Model integrasi pertama ini bersifat kemaharajaan (imperium) Majapahit.
Struktur kemaharajaan yang begitu luas ini berstruktur konsentris. Dimulai
dengan konsentris pertama yaitu wilayah inti kerajaan (nagaragung): pulau Jawa
dan Madura yang diperintah langsung oleh raja dan saudara-saudaranya.
Konsentris kedua adalah wilayah di luar Jawa (mancanegara dan pasisiran) yang
merupakan kerajaan-kerajaan otonom. Konsentris ketiga (tanah sabrang) adalah
negara-negara sahabat di mana Majapahit menjalin hubungan diplomatik dan
hubungan dagang, antara lain dengan Champa, Kamboja, Ayudyapura
(Thailand).
2. Model Integrasi Kolonial
Model integrasi kedua atau lebih tepat disebut dengan integrasi atas wilayah
Hindia Belanda baru sepenuhnya dicapai pada awal abad XX dengan wilayah
yang terentang dari Sabang sampai Merauke. Pemerintah kolonial mampu
membangun integrasi wilayah juga dengan menguasai maritim, sedang integrasi
vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dibina melalui jaringan
birokrasi kolonial yang terdiri dari ambtenaar-ambtenaar (pegawai) Belanda dan
pribumi yang tidak memiliki jaringan dengan massa rakyat. Dengan kata lain
pemerintah tidak memiliki dukungan massa yang berarti. Integrasi model
kolonial ini tidak mampu menyatukan segenap keragaman bangsa Indonesia
tetapi hanya untuk maksud menciptakan kesetiaan tunggal pada penguasa
kolonial.
3. Model Integrasi Nasional Indonesia
Model integrasi ketiga ini merupakan proses berintegrasinya bangsa
Indonesia sejak bernegara merdeka tahun 1945. Meskipun sebelumnya ada

9
integrasi kolonial, namun integrasi model ketiga ini berbeda dengan model
kedua. Integrasi model kedua lebih dimaksudkan agar rakyat jajahan (Hindia
Belanda) mendukung pemerintahan kolonial melalui penguatan birokrasi
kolonial dan penguasaan wilayah. Integrasi model ketiga dimaksudkan untuk
membentuk kesatuan yang baru yakni bangsa Indonesia yang merdeka, memiliki
semangat kebangsaan (nasionalisme) yang baru atau kesadaran kebangsaan yang
baru.

D. Tantangan dalam Membangun Integrasi


Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal,
tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal,
tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana
latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa
yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah yang berkenaan dengan dimensi
vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur dengan dimensi
horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia
dimensi horizontal lebih menonjol daripada dimensi vertikalnya.

Faktor-faktor yang memicu terjadinya pertentangan dalam masyarakat.


• Faktor Amarah
Amarahlah yang menyebabkan para warga desa melakukan pembalasan
kepada satu sama lainnya, dan semuannya berujung pada kelajutan konflik yang
tiada berujung dan melebar.
• Faktor Biologis
Para warga yang ikut dalam perkelahian atau bentrokan antar 2 desa atau
warga ini tidak dipengaruhi oleh gen keturunan orang tua mereka yang tidak
agresif atau suka mengagangu orang lain. Karena itu apabila ada perkelahian
antar warga terjadi mereka hanya sebatas ikut-ikutan dan rasa solidaritas saja.

10
• Faktor Kesenjangan Generasi
Sehubungan dengan adanya perbedaan dan atau jurang pemisah (gap) antar
generasi yaitu anak dengan orangtua dapat terlihat dari bentuk hubungan
komunikasi yang semakin minimal dan tidak harmonis. Hal ini ketika ada
rombongan anak muda yang diberi nasihat ketika ada hiburan agar tidak
melakukan kekerasan dan mabuk-mabukan tidak digubris. Yang semakin jelas
ketika menyangkut hutan yaitu agar tidak melakukan penebangan pohon jati
mereka warga suka juga melakukan penebangan kayu.
• Faktor Lingkungan
Antara warga kedua desa yang masing masing keluarga memiliki senjata api
atau senjata tradisional yang dengan bebas di miliki oleh para warga di
Indonesia bagian timur tersebut maka tak heran lingkungan sangat
mempengaruhi kejadian tersebut dijadikan ajang pembalasan dendam ketika ada
kasus dahulu yang belum selesai.5. Peran Belajar Model Kekerasan Pengaruh
terjadinya kekesaran atau tindakan anarkis di kalangan masyarakat di Indonesia
salah satunya disebabkan oleh adanya teknologi yang berkembang contohnya
televisi atau internet.

Faktor-faktor yang dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa.


• Keutuhan dan kedaulatan wilayah negara dari Sabang sampai Merauke.
• Pancasila dan UUD 1945 sebagai acuan dasar dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
• Konsep wawasan nusantara dan ketahanan sebagai acuan operasional.
• Kekayaan budaya bangsa Indonesia termasuk hasil hasil pembangunan.

E. Upaya Mengatasi Masalah Tantangan Integrasi


Mengatasi masalah tantangan dan permasalahan dalam upaya memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa memerlukan kesadaran individu maupun kesadaran
besama atau kolektif.
a. Secara individual.

11
Masing-masing kita harus memiliki kesadaran bahwa ada perbedaan diantara
kita. Kesadaran bahwa kita beda, lalu diteruskan melalui dialog lewat interaksi
sosial untuk bisa saling memberi dan saling menerima dalam kesetaraan.
Melalui kesadaran individual masing-masing kita mencoba untuk mencari dan
merumuskan kesepakatan-kesepakatan sosial tanpa harus kehilangan jati diri,
karakteristik masing-masing. Ego dan super ego untuk selalu berkuasa dan ingin
tampil terbaik akan terakomodasi melalui kesepakatan sosial yang terbangun.
Pencerahan individu ini dapat dilakukan melalui penyingkiran sumber derita
dari keterasingan, adanya keinginan yang berlebihan, tahta, nafsu atau dorongan
(hal ini memang sangat filosofis dan mengacu pada ajaran dan nilai agama).
b. Secara besama atau kolektif.
Konflik sosial yang terjadi merupakan buah dari disparitas sosial, ekonomi
dan politik yang berdampak adanya pengebiran terhadap hak-hak sekelompok
orang oleh kelompok orang yang lainnya. Hal ini terjadi biasanya diawali oleh
adanya pengingkaran atas komitmen atau kontrak sosial yang telah dibangun,
adanya ketidakadilan, ketidaksetaraan dan sikap eklusivitas antar kelompok satu
dengan yang lainnya. Untuk itu langkah struktural yang bersifat preventif yang
dapat dilakukan dalam mengatasi konflik sosial, ekonomi dan politik bahkan
bisa merembet ke persoalan konflik SARA adalah:
▪ Secara terus-menerus membangun komitmen persatuan dan kesatuan
sehingga tidak ada dusta diantara kita;
▪ Secara terus menerus melakukan revitalisasi nilai yang memang bergerak
bersamaan dengan perubahan sosial;
▪ Mengembangkan sikap dan perilaku segilik, seguluk, selunglung sebayan
taka, paras paros sarpanaya;
▪ Mengembangkan kesadaran menyama braya sebagai simbol kehidupan
bersama sebagai satu kesatuan keluarga;
▪ Membangun solidaritas sosial, kepedulian sosial dan interaksi sosial yang
intens. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari tumbuhnya sikap
individulis dan eklusifistis dikalangan kelompok-kelompok sosial;

12
▪ Cinta tanah air. Sebagai warga negara Indonesia kita wajib mempunyai rasa
cinta terhadap tanah air. Cinta tanah air dan bangsa dapat diwujudkan dalam
berbagai hal;
▪ Membina persatuan dan kesatuan. Pembinaan persatuan dan kesatuan harus
dilakukan di manapun kita berada, baik di lingkungan keluarga, sekolah,
masyarakat, bangsa, dan negara;
▪ Rela berkorban. Sikap rela berkorban adalah sikap yang mencerminkan
adanya kesediaan dan keikhlasan memberikan sesuatu yang dimiliki untuk
orang lain, walaupun akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri.
Partisipasi dalam menjaga keutuhan NKRI;
▪ Partisipasi tenaga;
▪ Pengetahuan budaya dalam mempertahankan NKRI. Era globalisasi yang
ditandai dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi,
komunikasi, dan informasi telah mendorong perubahan dalam aspek
kehidupan manusia, baik pada tingkat individu, tingkat kelompok, maupun
tingkat nasional. Untuk menghadapi era globalisasi agar dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin dan ditangkap secara tepat, kita memerlukan
perencanaan yang matang;
▪ Sikap dan perilaku menjaga kesatuan NKRI.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Integrasi nasional adalah kesadaran identitas bersama di antara warga negara.
Ini berarti bahwa meskipun kita memiliki kasta yang berbeda, agama dan daerah,
dan berbicara bahasa yang berbeda, kita mengakui kenyataan bahwa kita semua
adalah satu.
Jenis integrasi ini sangat penting dalam membangun suatu bangsa yang kuat dan
makmur. Dalam upaya mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang
dihadapi datang dari dimensi horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal,
tantangan yang ada berkenaan dengan pembelahan horizontal yang berakar pada
perbedaan suku, agama, ras, dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal,
tantangan yang ada adalah berupa celah perbedaan antara elite dan massa, di mana
latar belakang pendidikan kekotaan menyebabkan kaum elite berbeda dari massa
yang cenderung berpandangan tradisional. Secara singkat dapat disimpulkan
sebagai berikut.
• Keutuhan NKRI tidak hanya bermakna wilayah melainkan mencakup aspek
sumber daya alam, sumber daya manusia dan seluruh khasanah budaya bangsa.
Seluruh aspek harus dijaga dari gangguan pihak luar dan pihak dalam.
• Perlu upaya sungguh-sungguh dan terencana untuk menjaga keutuhan NKRI.
Salah satunya dengan membangun budaya sadar arsip oleh seluruh komponen
bangsa.
• Arsip adalah aset bangsa yang sangat penting dan tak tergantikan karena di
dalamnya terekam data seluruh aspek keutuhan NKRI. Arsip akan menjadi bukti
jika aspek-aspek tersebut dipersoalkan pihak lain. Arsip juga akan menjadi pusat
memori dan sumber referensi bagi generasi mendatang untuk mengawal
keutuhan NKRI.

14
B. Saran
Setelah memahami isi makalah ini, kita tentu paham betapa pentingnya
menjaga persatuan dan kesatuan NKRI. Sebagai warga negara Indonesia, ada
banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan integrasi bangsa. Kita
bisa mulai dari hal-hal kecil tetapi sangat berdampak besar, yakni menumbuhkan
kesadaran dalam diri masing-masing bahwa untuk membentuk negara yang kuat,
maju, dan dapat bersaing dengan negara besar lainnya, diperlukan persatuan dan
kesatuan yang kokoh dari pihak internal negara itu sendiri. Saling menjaga
keamanan, kenyamanan, dan toleransi antar sesama juga memberikan dampak yang
baik bagi keutuhan bangsa ini. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita membiasakan
diri sejak dini untuk melakukan tindakan baik yang dapat memberikan dampak
positif bagi masyarakat dan negara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, Astim. 2006. Negara Kesatuan. Bandung: Yapemdo

Bakry, Noor Ms.2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Andarias, E. (2016, Desember 17). Makalah PKN “Urgensi dan Tantangan Integrasi
dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan NKRI". Retrieved Februari 24, 2021, from
Esra Andarias: http://esraandarias.blogspot.com/2016/12/makalah-pkn-urgensi-dan-
tantangan_17.html

Windu, P. (2012, April 29). Interasi Nasional. Retrieved Februari 24, 2021, from Putri
Windu's Blog: https://putriwindu.wordpress.com/2012/04/29/integrasi-nasional/

16

Anda mungkin juga menyukai