Financial Statement Analysis
Financial Statement Analysis
)
15
212.Edhi As.078 1
BATAS ANALISIS LAPORAN
KEUANGAN
Perbedaan dalam metode akuntansi antara beberapa
perusahaan – perusahaan membuat perbandingan sulit
Trend Mengubah
Industri Perubahan
Mengubah Selera
Teknologi Kosumen
Faktor
Ekonomi
212.Edhi As.078 3
Laporan dalam Komparative
dan Bentuk Common Size
Mengubah
X 100 %
Persentase
212.Edhi As.078
% 6
Trend Persentase
212.Edhi As.078 7
ANALISIS TREND
212.Edhi As.078 8
LAPORAN COMMON SIZE
212.Edhi As.078 9
PERSENTASE GROSS MARGIN
Persentase laba kotor adalah perbandingan antara jumlah laba kotor dengan penjualanya pada
periode yang bersangkutan. Untuk mengetahui sejauhmana perolehan laba kotor nya, ukuran
ini sangat penting diperhatikan karena ukuran ini mempengaruhi kebijakan-kebijakan biaya yang
lebih rinci.
Juga menjelaskan berapa banyak yang dapat dikeluarkan untuk beban umum dan
administrasi,iklan pemasaran,riset dan pengembangan,dengan tetap mencapai profitabilitas
akhir yang memuaskan. Formulanya sebagai berikut :
Gross Margin
Persentase Gross Margin = ------------------- x 100%
Sales
212.Edhi As.078 10
Leverage Keuangan
Leverage keuangan hasil dari perbedaan antara
tingkat pengembalian perusahaan pendapatan dari
investasi dalam asset dan tingkat pengembalian
perusahaan harus membayar kreditor
Return on Fixed rate of
Positive
investment in > return on = financial
assets borrowed
leverage
funds
212.Edhi As.078 12
TECHNICAL ANALYSIS VS FUNDAMENTALS ANALYSIS
212.Edhi As.078 13
NEXT (LANJUTAN)
Analisis Teknikal Klasik
Pengguna analisis teknikal ini biasa disebut sebagai chartist. Penggunanya percaya bahwa tren dan sinyal
aksi pasar suatu saham dapat diperoleh berdasarkan bentuk dan pola tertentu dari grafik harga saham.
Bentuk lain dari analisis ini adalah penggunaan garis-garis penganalisis yang diaplikasikan pada grafik
harga menurut opini individual masing-masing pengguna. Oleh karena itu dasar pengambilan keputusan
transaksi biasanya juga ditentukan berdasarkan judgment dan interpretasi penggunanya terhadap suatu
grafik. Mengingat sifat-nya yang sangat subyektif, maka analisis ini lebih banyak mengandung seni/art
dari pada unsur ilmiahnya. Demikian juga halnya, bahwa menurut masing-masing penggunanya ana-lisis
ini juga spesifik untuk tiap-tiap sekuritas. Kelompok analis ini dapat digolongkan ke dalam penganalisis
garis gerak harga dan penganalisis pola.
212.Edhi As.078 15
NEXT (LANJUTAN)
Berikut adalah prinsip-prinsip analisis fundamental :
a) Reaksi Berantai : Semakin besar dampak berantai suatu informasi, maka akan semakin
besar pengaruhnya terhadap nilai sebuah index perusahaan.
b) Jarak Informasi : Semakin dekat sebuah informasi dengan suatu index saham, maka akan
semakin besar pengaruh informasi tersebut. Misalnya, informasi yang berasal dari dalam
negeri Indonesia akan besar pengaruhnya terhadap nilai IHSG dibandingkan informasi dari
luar negeri.
c) Sumber Berita : Semakin resmi sumber berita tersebut, maka akan semakin kuat
pengaruhnya terhadap nilai suatu index saham.
d) Jenis Berita : Berita ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap index saham suatu negara
dibanding berita lainnya, seperti politik, sosial maupun budaya.
Prosedur. Segala informasi hingga hal-hal yang tidak rasional harus dikumpulkan, guna
dijadikan alat untuk memprediksi pergerakan suatu index saham. Pada intinya, informasi
tersebut akan mempengaruhi supply dan demand atas index saham suatu negara.
Metode. Dalam melakukan metode analisis fundamental adalah dengan terus-menerus
mengupdate informasi yang ada. Mengenai media informasi tersebut tergantung,
ketersediaan yang ada di tempat kita. Namun untuk trading index saham, informasi ini
akan selalu tersedia.
212.Edhi As.078 16
Sifat Berita Fundamental dapat dikelompokkan
menjadi 2, yaitu:
212.Edhi As.078 17
212.Edhi As.078 18
NEXT (LANJUTAN)
212.Edhi As.078 19
212.Edhi As.078 20
Keuntungan Analisis Fundamental :
- Dapat menentukan harga secara global.
- Pada kasus tertentu efektif untuk short term trading.
- Penentu trend jangka panjang (long term).
Perbedaan :
212.Edhi As.078 21
Sudut Pandang Analisis Teknikal Analisis Fundamental
Mulai Analisis Pendekatan Chart (Grafik) Berita Keuangan (Financial Statement) mencoba menentukan nilai
Perusahaan.
Seorang tekhnikal analis percaya bahwa semua informasi yang Dalam hal keuangan, analis berusaha untuk mengukur nilai intrinsik
mereka butuhkan tentang saham dapat ditemukan hanya dalam perusahaan. Contoh yang bisa dipakai untuk pendekatan ini,
grafik tersebut. Seorang tekhnikal trader, di sisi lain, percaya misalnya untuk membuat keputusan investasi – jika harga
bahwa tidak ada alasan untuk menganalisa fundamental perdagangan saham di bawah nilai intrinsiknya,maka hal ini berarti
perusahaan karena semua dihitung dalam harga saham. adalah investasi yang baik.
Kerangka Waktu analisis teknikal dapat digunakan pada jangka waktu beberapa Analisis fundamental mengambil pendekatan yang relatif cukup
minggu, hari atau bahkan menit panjang dalam menganalisis pasar. sering melihat data dalam
beberapa tahun.
Secara umum digunakan untuk perdagangan, seorang trader jika membeli digunakan untuk melakukan investasi. Investor membeli sebuah
sebuah aset yang mereka percaya bahwa mereka dapat menjual aset yang mereka percaya kalau nilainya akan naik,
kepada orang lain dengan harga yang lebih besar
Kritik analisis berakar pada teori akademis – khususnya hipotesis Sementara sebagian besar analis Wall Street fokus pada sisi
pasar efisien (EMH). Teori ini mengatakan bahwa harga pasar fundamental
selalu yang benar
Kelemahan memerlukan banyak data untuk menunjang akuratnya prediksi butuh waktu untuk memperoleh informasi, seringkali bersifat
dan juga sangat bergantung pada kemampuan membaca chart subyektif karena melibatkan banyak pendapat orang, lebih cocok
pada seorang trader. Padahal setiap trader memiliki metode diterapkan pada long
yang berlainan dan masing-masing yang belum tentu cocok term period trading, dan sulit diterapkan pada pasar yang tidak
diterapkan satu sama lain. efisien.
Bisakah Kedua tekhnik ini beberapa tekhnikal trader akan mempertimbangkan fundamental beberapa analis fundamental juga menggunakan tekhnikal analisa
Digunakan Bersamaan? juga untuk menambah keakuratan dari signal tekhnikal mereka. untuk mengetahui waktu terbaik untuk open posisi. Walaupun
misal signal yang dihasilkan dari tekhnikal analisa mengatakan perbedaan antara kedua pendekatan analisa ini bagaikan air dan
jual, di sisi lain trader juga mempertimbangkan berita-berita minyak, banyak trader membuktikan mereka dapat meraih
penting/ berita kunci yang keluar pada hari itu kesuksesan yang cukup memuaskan dengan mengkombinasikan
212.Edhi As.078 22
kedua tekhnik ini
KINERJA KEUANGAN ( FINANCIAL PERFORMANCE )
Kinerja (Performance) adalah unjuk kerja yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan pekerjaannya
dalam organisasi / institusi sesuai tugas dan tanggungjawab yang diemban dari pimpinan / atasan secara
efisien dan efektif untuk mencapai suatu tujuan. (Edhi Asmirantho,2013)
Pelaporan Kinerja (Performance Reporting) adalah merupakan pelaporan yang membandingkan hasil actual
dengan jumlah yang telah dianggarkan / distandarkan.
Penilaian Kinerja (Performance Evaluating) adalah penentuan secara periodic efektifitas operasional suatu
organisasi, bagian Organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran , standar dan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya
Kinerja Keuangan (Financial Performance) ialah hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam
bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan periode sekarang harus dibandingkan dengan kinerja keuangan
periode masa lalu, anggaran neraca dan laba-rugi dan rata-rata kinerja perusahaan sejenis.
Perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik adalah perusahaan yang hasil kerjanya di atas
perusahaan
212.Edhi As.078 pesaingnya, atau diatas rata-rata perusahaan sejenis 23
NEXT ( lanjutan )
212.Edhi As.078 24
Ukuran Kinerja Keuangan
Beberapa Ukuran Kinerja keuangan yang sering digunakan dengan Analisis
Ratio : ( Edhi Asmirantho, 2013 )
1) Likuiditas (Liquidity) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi (hutang jangka pendek).
2) Solvabilitas (Solvability) adalah kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila suatu saat
perusahaan dilikuidasi.
3) Profitabilitas (Profitability) adalah kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan
semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.
4) Aktivitas (Activity), menugukur seberapa efektif & efisien perusahaan
menggunakan sumberdayanya / mengelola asetnya dengan baik.
212.Edhi As.078 25
NEXT ( lanjutan )
5) Rasio pertumbuhan (Growth Ratio), mengukur kemampuan perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya didalam pertumbuhan ekonomi dan industri.
6) Rasio Nilai Pasar ( Market Value Ratio), mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan
nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi. Rasio ini merupakan ukuran yang paling
lengkap tentang prestasi perusahaan, karena mencerminkan rasio risiko (Risk Ratio) dan rasio
pengembalian (Return Ratio). Rasio penilaian pasar sangat penting oleh karena rasio tersebut
berkaitan langsung dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaan para
pemegang saham.
7) Analisis Economic Value Added (EVA).
8) Analisis Market Value Added (MVA).
9) Analisis Dupont
10) Z-score (Altman). Pada tahun 1968, Edward.I Altman memberikan formula yang berfungsi untuk
memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.Altman melalui percobaannya dengan
mengambil sampel terhadap perusahaan yang telah mengalami kebangkrutan bahwa rasio
keuangan tertentu mempunyai “predictive power” dibanding yang lainnya dalam meramalkan
kesulitan
212.Edhi As.078
keuangan (financial distress) dan kebangkrutan. Altman telah26menemukan lima rasio
keuangan yang dapat digunakan untuk mendeteksi kebangkrutan perusahaan yang dikenal dengan
Z-Score.
Formulasi ( Rumus ) Ukuran Kinerja Keuangan
Liqudity Ratio
1) Current Ratio (CR) = Current Assets : Current
Liabilities
2) Quick Ratio or Acid Test Ratio (QR) = (Current
Assets – Inventory) : Current Liabilities.
3) Cash Ratio (cr) = (Cash + Marketable Securities)
: Current Liabilities
212.Edhi As.078 27
NEXT ( lanjutan )
Solvability Ratio
1) Debt to Assets Ratio (DAR) = Total Debt : Total Assets or
2) Debt Ratio (DR) = Total Liabilities : Total Assets
3) Debt to Equity Ratio (DER) = Total Debt : Total Equity
4) Interest Coverage (INCO) = EBIT : Interest or
5) Time Interest Earned Ratio (TIER) = Earning before
interest and tax : Interest Charge
6) Long Term Debt to Equity ratio (LTDE) = Long term debt
: Equity
212.Edhi As.078 28
NEXT ( lanjutan )
Activity Ratio
1) Inventory Turnover (INTO) = Cost of Goods Sold : Inventory Average
2) Receivable Turnover (RETO) = Net Sales on Credit : Average
Receivable
3) Total Asset Turnover (TATO) = Net Sales : Total Assets
4) Fixed Assets Turnover (FATO) = Net Sales : Net Fixed Assets
5) Average Day’s Inventory ( ADI ) = (Average Inventory x 365) : Cost of
Goods Sold
6) Working Capital Turnover (WCTO) = Net Sales : ( Current Assets –
Current Liabilities )
212.Edhi As.078 29
NEXT ( lanjutan )
212.Edhi As.078 30
NEXT ( lanjutan )
Pofitability Ratio
1) Gross profit margin (GPM) = Gross profit : Net sales
2) Operating profit margin (OPM) = Earning before interest and tax : Net sales
3) Net profit margin (NPM) = Earning after tax : Net sales
4) Return on Equity (ROE) = Earning after tax : Equity
5) Return on Assets (ROA) = Earning after tax : Total Assets
6) Return on Investment (ROI) = Earning after tax : Average Total Assets
7) Dividen Payout Ratio (DPR) = Divident per share : Earning per Share
212.Edhi As.078 31
EVA Analysis
EVA (Economic Value Added) merupakan nilai tambah ekonomis yang dihasilkan
perusahaan sebagai akibat dari aktivitas atau strategi perusahaan.
EVA (Economic Value Added) adalah salah satu cara untuk menilai kinerja
keuangan, yaitu laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal.
EVA merupakan salah satu kriteria yang lebih baik dalam penilaian kebijakan
manajerial dan kompensasi. Nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan
membiayai investasi dengan net present value (NPV) yang positif karena NPV
yang positif akan memberikan value added kepada pemegang saham.
212.Edhi As.078 33
DU PONT ANALYSIS
Du Pont Analysis is designed to show which of the basic deterninants of ROE – the profit
margin on sales, the Total Assets Turnover ratio, and the use of Debt – are most in need of
improvement.
Analisis Du Pont merupakan suatu sistem yang digunakan oleh fihak manajemen untuk
menguraikan laporan keuangan perusahaan dan untuk menilai kondisi keuangan
perusahaan tersebut. Pencapaian terakhir Kinerja Keuangan (Financial Performance)
perusahaan dengan menganalisis ROE
Keterangan :
EP = Earning Power
TATO = Total Asset Turn Over
NPM = Net Profit Margin
FLM = Financial Leverage Multiplier
212.Edhi As.078
= Rasio total aset perusahaan dibandingkan dengan stockholder
34
equity
DU PONT ANALYSIS
Rumus :
TATO = Sales / Total Asset
NPM = Net income / Sales
EP = Net Income / Total Asset
EP = TATO X NPM
ROE = NPM X TATO
ROA = EAT / TA
Modified Du Pont Analysis = ROE = ROA + FLM
212.Edhi As.078 35
PETA KONSEP : Net
DU PONT SYSTEM Income Sales (S)
(NI)
NPM
Total Cost
(TC)
Sales (S)
Earning
Power
(EP)
Sales (S)
Current
TATO Assets
(CA)
Total
Assets
(TA)
Fixed
ROE ROA FLM Assets (FA)
212.Edhi As.078 36
Z-Score (Altman)
The bankruptcy code is designed to provide an orderly process for settling a firm’s debts
(Berk and DeMarzo, 2007, 495). Kebangkrutan diindikasi dengan adanya kesulitan keuangan
(financial distress) perusahaan yang pernah dialami sejak beberapa tahun kebelakang dan
dapat diprediksi dengan adanya analisis menggunakan rasio keuangan yang terdapat pada
laporan keuangan perusahaan. Menurut Foster (1988) financial distress is used to mean
severe liquidity problems that cannot be resolved without a sizable rescaling of the entity’s
operations or stucture.
Altman et. all, (1977, 31) we also find that the zeta model outperform alternative
bankruptcy classification strategies in term of expected cost criteria utilizing prior
probabilities and explicit cost of error
Z-Score merupakan alat untuk mengetahui tingkat kebangkrutan perusahaan.Model awal Z-
Score menggunakan sampel perusahaan public dan manufaktur. Pada tahun 1990-an, Altman
membuat Z-Score versi baru, yaitu Z’-Score dan Z”-Score. Ada perubahan sampel yang
dilakukan.Dalam analisisnya Altman menggunakan beberapa rasio yang bisa menggambarkan
tingkat kebangkrutan. Daftar rasio yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah berikut
ini: (Edhi Asmirantho, 2013,276)
212.Edhi As.078 37
Z-Score (Altman)
Tabel
Perkembangan Model Z-Score Altman
Service , Non Public , Public
Firm Manufacture & Public Non Public ( Private )
X1 Working Capital / Total Asset Working Capital / Total Asset Working Capital / Total Asset
X2 Retained Earning / Total Asset Retained Earning / Total Asset Retained Earning / Total Asset
X4 Market Value of Equity / Book Book Value of Equity / Book Value of Book Value of Equity / Book Value of
Value of Debt Debt Debt
X5 Sales / Total Asset Sales / Total Asset --
212.Edhi As.078 38
Z-Score (Altman)
Tabel
Ukuran Kondisi Kebangkrutan
(1) Z = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3+ 0,6 X4 + 1,0 X5 2,99 1,81 – 2,99 < 1,81
(2) Z = 0,171 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3+ 0,420 X4 + 0,998 X5 2,90 1,23 – 2,90 < 1,23
(3) Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3+ 1,05 X4 2,60 1,10 – 2,60 < 1,10
212.Edhi As.078 39
NEXT ( lanjutan )
212.Edhi As.078 40
Pengertian : EVA (Economic Value Added)
EVA atau nilai tambah ekonomi adalah perbedaan laba usaha bersih setelah pajak (NOPAT) dan
beban modal untuk periode tersebut (yaitu, produk dari biaya modal perusahaan dan modal
yang diinvestasikan pada awal periode).
Menurut James L Grant dalam bukunya“Foundations of Economic Value Added” (2003, 4),
menyatakan bahwa :
EVA is defined as the difference between the firm’s net operating profit after tax (NOPAT)
and its weighted-average dollar cost of capital. As a result, EVA differs from traditional
accounting measures of corporate profit including, EBIT (earnings before interest and
taxes), EBITDA (EBIT plus depreciation and amortization), net income, and even NOPAT
because it fully accounts for the firm’s overall capital costs. This analytical difference is
important to the firm’s owners because the EVA metric is net of both the direct cost of
debt capital and the indirect cost of equity capital—as reflected in the shareholders’
required return on common stock.
212.Edhi As.078 41
NEXT ( lanjutan )
Menurut Zvi Bodie, Alex Kane and Alan J. Marcus dalam bukunya Essentials of Investments (2008,
458) menyatakan bahwa: Economic Value Added (EVA) is the spread between ROA and the cost
of capital multiplied by the capital invested in the firm.
Menurut Michael C. Ehrhardt and Eugene F Brigham dalam bukunya “Financial Management Theory
and Practice” (2011, 68) menyatakan bahwa : Economic Value Added is an estimate of a
business’s true economic profit for the year, and it differs sharply from accounting profit. EVA
represents the residual income that remains after the cost of all capital, including equity
capital, has been deducted, whereas accounting profit is determined without imposing a charge
for equity capital.
Sedangkan menurut Asmirantho (2013) EVA adalah residual income setelah semua penyedia modal
diberi kompensasi sesuai dengan tingkat return yang disyaratkan. EVA dihitung dengan
mengurangkan laba operasi (net operating after tax, NOPAT) dengan biaya modal, baik biaya
modal hutang (cost of debt) maupun biaya ekuitas (cost of equity).Apabila perbedaan tersebut
positif, berarti ada nilai tambah bagi perusahaan. Hal ini biasanya akan direspons oleh
meningkatnya harga saham. Demikian pula sebaliknya, apabila EVA negatif, berarti perusahaan
mengalami penurunan kinerja yang biasanya akan di respons dengan penurunan harga saham.
212.Edhi As.078 42
NEXT ( lanjutan )
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic
Value Added (EVA) adalah laba usaha (Operating profits) yang
dikurangi dengan biaya seluruh modal (Capital) yang dipakai
sehingga menghasilkan pendapatan (Earnings). EVA merupakan
tolak ukur kinerja keuangan yang berbasis nilai. Perbedaan
utama pengukuran laba antara akuntansi dengan EVA adalah laba
bersih versi akuntansi hanya memperhitungkan biaya modal dari
hutang (cost of debt) dan tidak memperhitungkan biaya modal
dari ekuitas (cost of equity). Laba ekonomis memperhitungkan
kedua-duanya, baik cost of debt maupun cost of equity
212.Edhi As.078 43
NEXT ( lanjutan )
Perhitungan EVA (Economic Value Added)
Langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung EVA adalah sebagai
berikut:
1) Menghitung biaya hutang (cost of debt) atau Kd
Biaya Hutang atau cost of debt adalah biaya yang ditanggung perusahaan
karena menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Biaya
hutang adalah salah satu komponen dalam menghitung biaya modal rata-
rata tertimbang. .Biaya hutang yang digunakan untuk kalkulasi biaya
modal rata-rata tertimbang adalah biaya hutang setelah pajak. Rumus dari
biaya hutang setelah pajak adalah sebagai
212.Edhi As.078 46
Rumus :
IHSG t -- ( IHSG t-1 )
RM = --------------------------- RM = Tingkat Return Pasar , data di
IHSG t-1 peroleh dari IHSG setiap bulan.
P t -- ( P t-1 )
Ri = ---------------------- RI = Tingkat Return Individual (saham)
P t-1 data diperoleh dari harga saham
setiap bln. Kurun waktu
ditetapkan.
212.Edhi As.078 47
EVA = NOPAT – [ Cost of Capital x Capital Employed ]
NOPAT = EBIT (1-T)
NOPAT = Laba Bersih Setelah Pajak + Biaya Bunga
NOPAT = EBIT – Beban Pajak
212.Edhi As.078 48
Rumus : Return Saham dan Pertumbuhan Aktiva
Keterangan : Keterangan :
Total Sales (t) = total seluruh Sales tahun berjalan Total EAT (t) = total seluruh EAT tahun berjalan
Total Sales (t-1) = total Sales tahun sebelumnya. Total EAT (t-1) = total EAT tahun sebelumnya.
212.Edhi As.078 50
Dosen : Dr.Edhi Asmirantho,MM.,SE.
Akhir BAB 15
terima kasih
212.Edhi As.078 51