Laporan Praktikum Neraca Massa Dan Energ
Laporan Praktikum Neraca Massa Dan Energ
Dosen Pembimbing:
Dra. Yusnimar, M.Si, M. Phill
Disusun Oleh :
Kelompok : V (Lima)
Kelas :B
Nama Kelompok : 1. Fredy Sitohang ( 1407034197 )
2. Mitha Arwandi ( 1407034121 )
3. Yossy Afrilla ( 1407038697 )
4. Kerak
Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan pemanasan.
Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang, sampai
akhirnya operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk membersihkannya. Bila
kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak mudah dan memakan
biaya.
5. Bahan Konstruksi
Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak
larutan yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan
itu. Karena itu digunakan juga bahan-bahan kondtruksi khusus, seperti tembaga,
nikel, baja tahan karat, aluminium, grafit tak tembus dan timbal. Oleh karena
bahan-bahan ini relatif mahal, maka laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar
dapat menurunkan biaya pokok peralatan.
Oleh karena adanya variasi dalam sifat-sifat zat cair, maka
dikembangkanlah berbagai jenis rancang evaporator. Evaporator mana yang
dipilih untuk suatu masalah tertentu bergantung terutama pada karakteristik zat
cair itu.
1.1.2 Metode pada Evaporator
Ada dua metode pada evaporator yaitu :
1. Operasi efek Tunggal ( single-effect evaporation )
Hanya menggunakan satu evaporator dimana uap dari zat cair yang
mendidih dikondensasikan dan dibuang. Walaupun sederhana, nemun proses ini
tidak efektif dalam penggunaan uap.
Cp1 = kapasitas panas bahan dalam keadan cair KJ , untuk air = 4,182 KJ
0 0
Kg C Kg C
CpV = kapasitas panas bahan dalam keadan uap KJ , untuk uap air suhu
Kg0 C
menengah = 1,185 KJ
0
Kg C
2. Ketersediaan air
Melibatkan jumlah air yang ada dan juga persedian air yang siap untuk
terjadinya evaporasi. Permukaan bidang evaporasi yang kasar akan memberikan
laju evaporasi lebih tinggi daripada bidang permukaan rata karena pada bidang
permukaan kasar besarnya turbulent meningkat.
3. Kelembapan udara
Jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin kering
udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat evaporasi
terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang terbuka
lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas. Hal
ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah kelembapan
udaranya rendah.
4. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi.
Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan
(tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
5. Gerakan udara
Pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara
atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini sama saja
dengan mengurangi kelembapan udara.
6. Sifat cairan
Cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada
cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357°C lebih
susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.
1.1.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Evaporasi
1. Panas
Panas diperlukan untuk berlangsungnya perubahan bentuk dari zat cair ke
zat gas dan secara alamiah matahari menjadi sumber energy panas.
4. Kecepatan angin
Ketika pengupan berlangsung, udara di atas permukaan bidang penguapan
secara bertahap menjadi lembab, sampai pada tahap ketika udara menjadi jenuh
dan tidak mampu menampung uap air lagi. Pada tahap ini, udara jenuh di atas
permukaan bidang tersebut akan berpindah ke tempat lain akibat beda tekanan dan
kerapatan udara, dan demikian, proses penguapan air dari bidang penguapan
tersebut akan berlangsung secara terus – menerus. Hal ini terjadi karena adanya
pergantian udara lembab oleh udara yang lebih kering atau gerakan massa udara
dari tempat dengan tekanan udara lebih tinggi ke tempat dengan tekanan udara
lebih rendah ( proses adveksi ) dalam hal ini kecepatan angin di atas permukaan
bidang penguapan sangat penting. Penguapan air di daerah lapang lebih besar dari
daerah dengan banyak naungan karena di daerah lapang perpindahan udara
menjadi lebih bebas.
5. Bidang permukaan
Secara alamiah bidang permukaan penguapan akan mempengaruhi proses
evoporasi melalui perubahan pola perilaku angin. Pada bidang permukaan yang
kasar atau tidak beraturan, kecepatan angin akan berkurang oleh adanya proses
gesekan. Tapi, pada tingkat tertentu, permukaan bidang penguapan yang kasar
juga dapat gerakan angin berputar ( turbulent ) yang dapat memperbesar
evaporasi. Pada bidang permukaan air yang luas, angin kencang juga dapat
menimbulkan gelombang air besar dan dapat mempercepat terjadinya
evopotranspirasi.
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah : air keran, aquadest, dan
alkohol 8%.
2.2 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah : alkoholmeter, gelas
beaker 500 ml dan 1 liter, labu ukur 1 liter, gelas ukur 100 ml, stopwatch, pipet
tetes, dan rotary vacuum evaporator.
1 7
4 2
Pada tabel 3.1. diatas dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan alir air
pendingin masuk, maka akan semakin cepat waktu destilat yang diperoleh dan
semakin besar kadar alcohol yang diperoleh setelah evaporasi. Kadar alcohol yang
terbesar adalah 20% yaitu dari kecepatan alir air pendingin 500 ml/menit
sedangkan kadar alcohol yang terkecil adalah 16% dari kecepatan alir air
pendingin 300 ml/menit.
Waktu untuk destilat pertama kali menetes juga berbeda untuk setiap
variasi kecepatan alir air yang diumpankan. Dari data tebel 3.1 diatas dapat
diketahui bahwa waktu yang diperlukan untuk mendapatkan hasil destilat
sebanyak 100 ml semakin cepat seiring dengan semakin besarnya kecepatan alir
air nya.
Air dingin yang dimasukkan kedalam kondensor dibuat tetap pada laju 300
ml/menit, 400 ml/menit, dan 500 ml/menit dan untuk air pendingin yang keluar
(overflow) memilki laju yang berbeda dari air pendingin yang masuk. Hal ini
disebabkan karena ketika proses kondensasi, air yang digunakan untuk
mendinginkan membentuk gelembung dalam jumlah yang sedikit akibat adanya
panas yang berpindah dari uap yang dikondensasikan sehingga laju alir yang
keluar menjadi berkurang dari laju alir yang masuk.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Neraca Massa pada Kecepatan Alir Air 300ml/menit
Neraca massa dari setiap variasi kecepatan aliran air umpan memiliki nilai
yang berbeda-beda, baik input maupun output. Neraca massa untuk larutan
alkohol 8% dengan kecepatan alir air 300 ml/menit disajikan dalam bentuk tabel
3.2.1 dibawah ini.
Tabel 3.2.1 Data neraca massa total pada Proses Evaporasi dengan kecepatan alir
air 300ml/menit (larutan alcohol 8%)
Komponen Input (ml) Output (ml)
Destilat - 100
Efisiensi kerja
Berdasarkan tabel 3.2.1 dapat diketahui bahwa neraca massa pada proses
evaporasi alkohol 8% memiliki nilai input untuk setiap komponen adalah
11400ml, sedangkan untuk output dari setiap komponen yang keluar sebagai hasil
dari proses evaporasi adalah 11030ml. Perbedaan antara kedua nilai input dan
output inilah yang menjadi patokan untuk efisiensi kerja dari alat evaporator.
Efisiensi kerja dari alat berdasarkan percobaan sebesar 96,7%, dan menunjukkan
hasil kerja alat yang memuaskan. Ketidaksamaan nilai output dan input juga
mungkin disebabkan oleh ketidaktelitian praktikan, seperti dalam pengukuran laju
alir yang kurang teliti, pengukuran zat hasil destilat dan lain sebagaimana. Namun
perbedaan yang tidak cukup jauh antara input dan output menyatakan bahwa error
dalam percobaan tidak terlalu besar.
Destilat - 100
Destilat - 100
Efisiensi kerja=
Tim Laboratorium Dasar Proses dan Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Riau 2013. Penuntun Praktikum
Dasar-Dasar Proses I. Pekanbaru : Laboratorium Dasar Proses dan
Operasi Pabrik Program Studi D3 Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Riau.
McCabe, W.L, dkk. 1999. Operasi Teknik Kimia Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
Mitha Arwandi
Yossy Afrilla
Data hasil percobaan penentuan neraca massa pada unit evaporasi dapat
dilihat pada tabel-tabel di bawah ini :
1 1% 3% 3.24 23.24
2 2% 4% 3.05 23.05
3 3% 6% 2.18 22.18
Asisten Labor,
Ahmad Dedi F
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
A. PEMBUATAN LARUTAN
1. Pembuatan Alkohol 8% Sebanyak 1000 ml
V1 N1 = V2 N2
V1 96 % = 1000 ml 8%
V1 =
V1 = 83,3 ml
Jadi, alkohol yang dibutuhkan untuk membuat alkohol 8% adalah
sebanyak 83,3 ml
B. NERACA MASSA
1. Neraca massa untuk ml/menit Larutan alkohol 8 %
Waktu destilat tidak menetes lagi 37 menit
Destilat output = 100 ml
Sampel input = 300 ml
Sampel output = Sampel input – Destilat output
= 300 ml – 100 ml
= 200 ml
= x 100%
= 96,7%
= x 100%
= 97,5%
= x 100%
= 98%