Anda di halaman 1dari 38

LOGAM TANAH JARANG

PENGANTAR LOGAM TANAH JARANG


PENGAMPU

• YASMINA AMALIA, S.T, M.T (UTS)


• TRI WAHYUNINGSIH, S.T, M.T (UAS)
ISI KULIAH MATERI KE 1-7
• PENGANTAR LOGAM TANAH JARANG
• POTENSI LOGAM TANAH JARANG DI INDONESIA
• PEMANFAATAN LOGAM TANAH JARANG
• MONASIT DAN XENOTIM
• ZIRKON DAN BASTNAESIT
• PRESENTASI
• PRESENTASI
• UTS
PENILAIAN

UTS = 30 %
UAS = 30 %
PRESENTASI = 30 %
PRESENSI = 10 %
PENILAIAN
Hasil pembobotan kemudian
dikonversi kedalam nilai huruf:
1. Nilai A = >81
2. Nilai B+= >75 – 80,9
3. Nilai B = >65 – 74,9
4. Nilai C+ = >60 – 64,9
4. Nilai C = >50 – 59,9
5. Nilai D = >30 – 49,9
6. Nilai E = < 30
SUMBER RUJUKAN
• POTENSI LOGAM TANAH JARANG DI INDONESIA, Pusat Sumber Daya
Mineral, Batubara dan Panas bumi Badan Geologi Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, 2019.
• The Rare Earth Elements Fundamentals and Applications, David A
Atwood, 2012
• The Rare Earth Elements An Introduction, J.H.L. Voncken, 2016
OUTLINE

1. PENDAHULUAN
2. GEOLOGI DAN GANESA
3. EKSPLORASI
4. KEBIJAKAN PEMERINTAH
PENDAHULUAN

Dengan berkembangnya peradaban dan teknologi yang pesat,


kebutuhan akan mineral semakin meningkat dan beragam. Tren
terbaru dalam pengembangan energi dan industri yang
ramah lingkungan adalah menggunakan mineral sebagai
bahan baku. Mineral yang diperlukan salah satunya adalah logam
tanah jarang (LTJ).
PENDAHULUAN
Istilah LTJ didasarkan pada asumsi semula yang menyatakan bahwa
keberadaan LTJ ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya
kelimpahan LTJ ini melebihi unsur lain dalam kerak bumi. Seperti
halnya thulium (Tm) dan lutetium (Lu) merupakan dua unsur yang terkecil
kelimpahannya di dalam kerak bumi tetapi 200 kali lebih banyak
dibandingkan kelimpahan emas (Au). Meskipun demikian unsur-unsur
tersebut sangat sukar untuk ditambang karena konsentrasinya tidak cukup
tinggi untuk ditambang secara ekonomis.
LTJ terdiri dari 17 elemen dalam Tabel Periodik, yaitu 15 logam lantanida + scandium (Sc)
dan yytrium (Y)
GEOLOGI DAN GENESA
GENESA LTJ DI INDONESIA

Genesa endapan logam tanah jarang secara umum dapat


diklasifikasikan ke dalam cebakan primer dan endapan sekunder. Pada
cebakan primer proses pembentukannya sangat berhubungan dengan
aktifitas magmatik dan hidrotermal, sedangkan pada endapan
sekunder berhubungan dengan sedimentasi.
Cebakan Primer

• Cebakan primer LTJ dunia umumnya terkait dengan batuan beku


pegmatit dan metamorf.

• Batuan beku pegmatit banyak tersebar di beberapa wilayah di


Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Papua.
Menurut Ishihara (1979), batuan ini membawa mineralisasi Sn, W,
Be, Nb, Ta, dan Th.
Endapan Sekunder

• LTJ hasil endapan sekunder di Indonesia dapat dibagi menjadi 3


kelompok, yaitu endapan residual, pelapukan, dan konsentrasi
dalam endapan batubara.
Endapan Residual
1. Badan Geologi bekerjasama
dengan PT Aneka Tambang, Tbk
tahun 2011, ditemukan indikasi
jenis endapan residual di
Kalimantan Barat.
2. Penyelidikan Badan Geologi Tahun
2014 ditemukan indikasi
kandungan LTJ di areal bekas
pertambangan nikel PT Anugrah
Sakti Utama di daerah Kabupaten
Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Pelapukan
1. Penyelidikan tahun 1996 PT
Kaolindo menunjukkan
kecenderungan bahwa kandungan
LTJ dari permukaan sampai
kedalaman 2 meter semakin tinggi
nilainya.
2. Hasil penyelidikan Badan Geologi
tahun 2009-2010 di daerah
Parmonangan Tapanuli Utara,
Sumatera Utara menunjukkan
kandungan LTJ cukup signifikan.
LTJ pada Batubara
1. LTJ juga diketahui keterdapatannya pada abu batubara.
2. LTJ dapat dijumpai pada abu sisa dari pembakaran batubara pada
PLTU.
3. Batubara terdiri dari komponen organik dan non organik.
Keberadaan LTJ pada batubara berasosiasi dengan komponen non
organiknya. Proses pembakaran batubara di PLTU akan
menghilangkan komponen organik dan menyisakan komponen
non organik. Proses ini mengakibatkan pengkayaan kandungan LTJ
pada abu hasil pembakaran batubara yang berupa fly ash.
EKSPLORASI

• Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya


dilaksanakan melalui 4 tahap sebagai berikut: survei tinjau, prospeksi,
eksplorasi umum, dan eksplorasi rinci.

• Tujuan utama dari rangkaian kegiatan tersebut adalah menemukan


endapan LTJ di suatu daerah dengan efektif dan efisien.
Survey Tinjau

• Survey Tinjau adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi


daerah-daerah yang berpotensi mengandung endapan LTJ.

• Peninjauan dimaksudkan untuk mengindentifikasi daerah daerah


yang propektif untuk diselidiki lebih lanjut.

• Perkiraan kuantitas pada kategori spekulatif ataupun hipotetis


biasanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada
kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi
yang sama.
Prospeksi

• Prospeksi adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang


mengandung endapan mineral yang petensial.

• Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi


singkapan dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika.

• Pemercontoan dari sumur uji, pengeboran secara terbatas juga dapat


dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan LTJ yang
akan menjadi target eksplorasi selanjutnya.

• Estimasi kuantitas biasanya pada kategori hipotetis hingga tereka dapat dihitung
berdasarkan interpretasi data geologi dan geofisika.
Eksplorasi Umum

• Eksplorasi Umum adalah tahap eksplorasi yang merupakan


penggambaran awal dari suatu endapan yang teridentifikasi.

• Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi,


pemercontoan dengan jarak yang lebar, membuat sumur uji
dan pengeboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan
kualitas dari suatu endapan LTJ.
Eksplorasi Rinci

• Ekplorasi Rinci adalah tahap eksplorasi untuk menggambarkan


secara rinci bentuk tiga dimensi terhadap endapan LTJ yang
telah diketahui dari pemercontoan singkapan, sumur uji dan
lubang bor.

• Jarak pemercontoan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk,


sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri lain dari endapan LTJ
tersebut dapat dibentukan dengan akurasi yang tinggi.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGELOLA LTJ

• Di dalam negeri LTJ sebagai komoditas pertambangan sudah diatur


dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 23 tahun 2010 yaitu
digolongkan sebagai bagian dari jenis mineral logam, walaupun
pada kenyataannya hingga saat ini belum ada Izin Usaha
Pertambangan (IUP) yang diterbitkan khusus untuk LTJ.

• Secara umum pengembangan mineral dan batubara telah tertuang


dalam Road Map Penyelidikan Mineral 2012-2025 yang disusun oleh
PSDMBP dan sudah mencakup didalamnya penyelidikan tentang
LTJ, namun jika dipandang perlu maka kebijakan yang lebih khusus
mengenai eksplorasi dan pengusahaan LTJ dapat juga disusun.
Terkait dengan pengolahan mineral yang mengandung LTJ maka
diperlukan :
• penetapan mineral LTJ sebagai mineral strategis nasional.
• Dilakukan koordinasi dengan institusi terkait:
1. BATAN dalam kaitan dengan kandungan radioaktif
2. BAPETEN dalam kaitan pengawasan atau pengelolaan unsur
radioaktif yang telah dipisahkan dari LTJ.
3. Balitbang ESDM/Puslitbang Tekmira, dalam kajian tekno
ekonomi.
4. Pemerintah daerah dalam perencanaan tata ruang.
KEBIJAKAN VS REALITA PENGEMBANGAN LTJ
LTJ sebagai critical metals di banyak negara, sebuah hambatan suplai akan merontokkan industri
high tech, sementara sumber pasokan sepenuhnya ada di tangan China.

Kebijakan Pemerintah sangat menaruh perhatian pada pengembangan industri LTJ namun
kenyataannya :

1. Regulasi mengendala (PP 23/2010 dan UU No 10/1997 Ketenaganukliran). Saat ini


menunggu UU Cipta Kerja.
2. Eksplorasi sumber LTJ masih terbatas.
3. Mapping LTJ belum dilakukan.
4. Teknologi produksi bahan baku serta aplikasi nya belum dikaji.
5. Riset LTJ dan pilot plan tidak berkelanjutan karena lemahnya komitmen dan terbatas
pembiayaan.

PT Timah Tbk telah melakukan simulasi produksi mineral monasit dari berbagai sumber di
Kawasan Babel, yang sebenarnya sudah dapat dijadikan model dalam melakukan industri
pengolahan LTJ.
Kerjasama tidak
berlanjut !!
PP 23/2010 : PENGUSAHAAN
MONASIT Undang Undang No 10 thn 1997 tentang Ketenaganukliran
MINERAL
RADIOAKTIF
REFORMASI UU KETENAGANUKLIRAN
Rancangan UU Cipta Kerja (Onimbus)

Wil Usaha
Pertambangan Bahan
Galian Nuklir dapat
Overlap dengan bahan
tambang lainnya.

Dalam kenyataannya REE mineral MONASIT sering sebagai mineral ikutan dalam pasir timah dan
pasir zircon. Di negara lain bastnasit berasosiasi dengan bijih besi (China), monasit dengan
ilmenite (India).
REFORMASI UU KETENAGANUKLIRAN
Rancangan UU Cipta Kerja (Onimbus)

a.l IUP timah, IUP


Ziron dan IUP Ni
didalamnya dapat
memproses
Monasit/LTJ/Th/U

Sayang TERKUNCI
oleh UU 3/2020
Psl 92.
UU No 3/2020 Minerba-Perubahan

Apabila jenis
endapannya
Berbeda: IUP
berbeda. Timah
dan Monasit
dalam jenis
Endapan yang
sama, Tdk perlu
IUP baru.
UU No 3/2020 MINERBA_PERUBAHAN

Tidak sejalan dengan


RUU Cipta Kerja.
Menunggu persyarat-
an dlm UU/PP Cipta
Kerja Atau
menyatakan Monasit
bukan
Mineral radioaktif
KARENA REE-MINERALS SERING BERASOSIASI
DENGAN Th dan U RISIKO RADIOLOGI
PERLU DIKELOLA

Anda mungkin juga menyukai