Laporan Pendahuluan ISPA Fix
Laporan Pendahuluan ISPA Fix
Oleh :
DISUSUN OLEH :
EMY ERMILA ARSYAD, S.Kep
NIM :
Banjarmasin,
Mengetahui,
Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,
1. Pengertian
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan
akut, dengan pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)
1.1 Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala
penyakit.
1.2 Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli
beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan
bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan
paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini,
jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
1.3 Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini
dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ISPA memiliki arti
sebagai berikut :
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan
pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam
infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia (WHO).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi
pernapasan jarang memilki ciri area anatomik tersendiri. Infesi sering
menyebar dari satu struktur ke struktur lainya karena sifat menular dari
membran mukosa yang melapisi seluruh saluran. Akibatnya,infeksi saluran
pernapasan akan melibatkan beberapa area tidak hanya satu struktur,
meskipun efek pada satu individu dapat mendominasi penyakit lain.
2. Epidemiologi
Berdasarkan DEPKES (2006) juga menemukan bahwa 20-30% kematian
disebabkan oleh ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah
pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan
merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara
menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh
masyarakat dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut,
peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan
iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam
masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap
semua hal yang berkaitan dengan ISPA.
3. Klasifikasi
3.1 Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:
3.1.1 Infeksi saluran pernafasan akut / ISPA bagian atas merupakan
infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
3.1.2 Infeksi saluran pernafasan atas / ISPA bagian bawah
merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah
faring sampai dengan alveolus paru-paru.
3.2 Menurut Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi
ISPA sebagai berikut:
3.2.1 Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada kedalam (chest indrawing).
3.2.2 Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3.2.3 Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek,
bisa disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam,
tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia.
3.3 Sedangkan menurut Suyudi 2002 ISPA dibedakan menjadi 3
klasifikasi yaitu
3.3.1 ISPA Ringan
3.3.2 ISPA Sedang
3.3.3 ISPA Berat
4. Etiologi
4.1 Virus Utama :
4.1.1 ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero
Virus
4.1.2 ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno
virus
4.2 Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza,
Staphylococcus aureus
4.3 Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia
sekolah : Mycoplasma pneumonia.
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
9.1 Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
9.2 Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah
meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai
dengan adanya thrombositopenia, dan
9.3 Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
10. Penatalaksanaan
10.1 Suportif : meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang
adekuat,pemberian multivitamin dll.
10.2 Antibiotik :
10.2.1 Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab
10.2.2 Utama ditujukan pada S.pneumonia,H.Influensa dan S.Aureus
10.2.3 Menurut WHO :
Pneumonia Rawat Jalan : Kotrimoksasol,Amoksisillin,
Ampisillin,Penisillin Prokain
Pnemonia Berat : Benzil Penicillin, Klorampenikol,
Kloksasilin, Gentamisin.
10.3 Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
11. Komplikasi
ISPA ( Infeksi saluran pernafasan akut) sebenarnya merupakan self limited
disease yang sembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman
lain, tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan
yang baik dapat menimbulkan penyakitseperti : semusitis paranosal,
penutuban tuba eustachii, lanyingitis, tracheitis, bronchtis, dan brhonco
pneumonia dan berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas
(Whaley and Wong, 2000 ).
12. Pencegahan
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
12.1 Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik. Dengan menjaga kesehatan
gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari
penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan
mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum
air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup,
kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan
tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat,
sehingga dapat mencegah virus /bakteri penyakit yang akan masuk ke
tubuh kita.
12.2 Imunisasi. Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-
anak maupun orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
12.3 Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan. Membuat ventilasi
udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi
asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat
mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan
terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat memelihara kondisi
sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
12.4 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA. Infeksi saluran
pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang
ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk
aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan
yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara),
yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ISPA
1. Pengkajian
1.1 Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM,
Diagnosa Medis, Nama orang tua, Pekerjaan, Agama, dll
1.2 Riwayat Kesehatan : Riwayat penyakit sekarang biasanya klien
mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot
dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
1.3 Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit ini
1.4 Riwayat penyakit keluarga. Menurut anggota keluarga ada juga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
1.5 Riwayat social. Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan
yang berdebu dan padat penduduknya
2. Pemeriksaan Fisik
2.1 Keadaan Umum. Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau
sakit berat.
2.2 Tanda vital : Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah
klien
2.3 Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk
kepala, apakah ada kelainan atau lesi pada kepala
2.4 Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
2.5 Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak,
sclera ikterik/ tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada
gangguan dalam penglihatan
2.6 Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada
gangguan dalam penciuman
2.7 Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab,
lidah kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah
ada gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.
2.8 Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah
ditemukan distensi vena jugularis
2.9 Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola
pernafasan, apakah ada wheezing, apakah ada gangguan dalam
pernafasan.
2.10 Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
2.10.1 Inspeksi
2.10.1.1 Membran mukosa- faring tamppak kemerahan
2.10.1.2 Tonsil tampak kemerahan dan edema
2.10.1.3 Tampak batuk tidak produktif
2.10.1.4 Tidak ada jaringan parut dan leher
2.10.1.5 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan
tambahan, pernafasan
2.10.2 Palpasi
2.10.2.1 Adanya demam
2.10.2.2 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada
daerah leher/nyeri tekan pada nodus limfe
servikalis
2.10.2.3 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
2.10.3 Perkusi : Suara paru normal (resonance)
2.10.4 Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada
kedua sisi paru.
2.10.4.1 Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor
kulit kering/ tidak, apakah terdapat nyeri tekan
pada abdomen, apakah perut terasa kembung,
lakukan pemeriksaan bising usus, apakah terjadi
peningkatan bising usus/tidak.
2.10.4.2 Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin,
distribusi rambut kelamin ,warna rambut kelamin.
Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada
kelainan/tidak. Pada wanita lihat keadaan labia
minora, biasanya labia minora tertutup oleh labia
mayora.
2.10.4.3 Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit
utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak, apakah ada
nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
2.10.4.4 Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak,
kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan bentuk.
3. Diagnosa Keperawatan
3.1 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
pada saluran pernafasan, aadanya sekret
3.2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan
produksi sekret
3.3 Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
3.4 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang
dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
3.5 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
3.6 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
3.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
3.8 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
intake inadekuat
3.9 Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang informasi
4. Intervensi keperawatan
4.1 Diagnosa Keperawatan. 1
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
pada saluran pernafasan, aadanya secret
Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
Kriteria hasil : Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai
oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
a. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman
dalam pernafasan.
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
Rasional : Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan
memperbaiki ventilasi
c. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi
d. Anjurkan untuk tidak memberikan minum selama periode
tachypnea.
Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi
Kolaborasi
e. Pemberian oksigen.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
f. Nebulizer.
Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran
sekret
g. Pemberian obat bronchodilator.
Rasional: Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
4.2 Diagnosa keperawatan.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi
mekanik dari jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan
produksi sekret.
Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent,
meningkatnya
pengeluaran sekret, suara napas bersih
Intervensi:
a. Kaji bersihan jalan napas klien.
Rasional : Sebagai indicator dalam menentukan tindakan
selanjutnya.
b. Auskultasi bunyi napas.
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
c. Berikan posisi yang nyaman.
d. Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan
side lying position).
e. Lakukan suction sesuai indikasi.
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
f. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat.
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk
dikelurkan
Kolaborasi
g. Pemberian ekspectorant.
Rasional : Untuk mengencerkan dahak
h. Pemberian antibiotic.
Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi
sekret
4.3 Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Nyeri terkontrol atau menghilang
Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien
melaporkan
nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks, klien
tidak gelisah dan rewel
Intervensi :
a. Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan
nonverbal.
Rasional: sebagai indicator dalam menentukan intervensi
selajutnya
b. Anjurkan keluarga memberikan minum air hangat.
Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan
c. Berikan lingkungan yang nyaman.
Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
Kolaborasi
d. Pemberian antibiotik.
e. Rasional: Mengobati infeksi
f. Pemberian ekspectoran.
Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang
rasa sakit saat batuk
4.4 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang
dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak
Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan
peningkatan melakukan koping
Kriteria Hasil :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat,
mendiskusikan kondisi dan perawatan anak
dengan tenang, terlibat secara positif dalam
perawatan anak
Intervensi:
a. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi
dukungan.
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi.
Rasional: Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan oleh
keluarga. Dapat mengurangi kecemasan
c. Berikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional: dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme
coping yang efektif
d. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif
dalam perawatan anaknya.
Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas karena dapat memantau
langsung perkembangan anaknya
e. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi
yang diberikan.
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif
dan mengurangi kecemasan
4.5 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan
proses infeksi hilang
Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien.
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanutnya
b. Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan perawatan selanjutnya.
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres
dengan air pada daerah dahi dan ketiak.
Rasional: Dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses
konduksi / perpindahan panas dengan bahan perantara .
d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan
melalui rute oral sesuai indikasi.
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh
meningkat.
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan
menyerap keringat
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian
yang tebal dan tidak akan menyerap keringat.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik.
Rasional: Untuk mengontrol panas
4.6 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
kehilangan cairan
Tujuan :Volume cairan tetap seimbang
Kriteria Hasil :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, TTV dalam batas
normal
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi.
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Observasi TTV.
Rasional: Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya
dehidrasi
c. Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral.
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
d. Jelaskan kepada orang tua pentingnya cairan yang adekuat bagi
tubuh.
Rasional :Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif
orang tua dalam tindakan keperawatan
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
4.7 Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
Tujuan : Pola tidur kembali optimal
Kriteria Hasi :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua
melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien nampak segar
Intervensi :
a. Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien.
Rasional: sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya
b. Ciptakan lingkungan yang tenang.
Rasional : Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan
klien tidak nyaman untuk tidur
c. Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
Kolaborasi
d. Pemberian obat sedatif.
Rasional :membantu klien untuk istirahat
e. Pemberian antibiotic.
Rasional: Mengobati infeksi
4.8 Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia,
intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan
klien meningkat, porsi makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak
terjadi penurunan berat badan 15-20%
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien.
Rasional: Sebagai indikator dalam menentukan intervensi
selanjutnya
b. Timbang berat badan setiap hari.
Rasional: Mengetahui perkembangan terapi
c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan
hangat.
Rasional: Meningkatkan nafsu makan
e. Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat dalam
proses kesembuhan.
Rasional : Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif
keluarga dalam pemberian tindakan
f. Kolaborasi dengan bagian gizi.
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai
kebutuhan
4.9 Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan
dengan kurang informasi
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses
penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Pengetahuan orang tua klien meningkat
ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit anaknya,
nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit
anaknya.
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
b. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda
dan gejala, pengobatan, pencegahan dan komplikasi dengan
memberikan penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
c. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan
keperawatan dirumah sakit seperti : diet, istirahat dan aktivitas
yang sesuai.
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat
meningkatkan pemahaman keluarga
d. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal
yang belum dimengertinya.
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan
belum dimengerti oleh keluarga
5. Evaluasi
5.1 Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali
normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
5.2 Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas
yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas
bersih
5.3 Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang,
ekspresi wajah rileks, klien tidak gelisah dan rewel
5.4 Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan
melakukan koping ditandai dengan orang tua mengajukan pertanyaan
yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak dengan
tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
5.5 Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh
dalam batan norma, keluarga melaporkan anaknya tidak demam
5.6 Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik,
membrane mukosa lembab, TTV dalam batas normal
5.7 Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya
sudah dapat tidur, klien nampak segar
5.8 Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi
makan yang diberikan nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan
berat badan 15-20%
5.9 Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua
mengerti tentang penyakit anaknya, nampak tidak sering bertanya,
terlibat aktif dalam proses perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Alba, A.D. (2018). Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua dengan Kejadian ISPA
pada Balita. Jurnal Kesehatan Stikes Mitra Bunda Persada, Volume 10
Nomor 1.
Asriati, Zamrud, M., Kalenggo, D.F. (2012).Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA
pada Anak Balita. Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan UHO.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.(2013). Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2010). Riskesdas Indonesia Tahun 2010. Departemen
Kesehatan RI : Jakarta
Hull, D. (2008). Dasar-dasar Pediatri Edisi 3 : Jakarta.
Ide, P. (2010). Health Secret of Pepino. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kementerian Kesehatan RI.(2011). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI.(2017).Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI.(2011) Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media
Notoatmojo, S. (2011).Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Notoadmodjo, S. (2014). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Proverawati & Sulistyorini. (2010). Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu