Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh :
Agus Arieanto
62019040127

JURUSAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. PENGERTIAN
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2015).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai halusinasi di
atas, maka penulis  mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui
panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata.
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1.    Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya
klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2.    Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3.    Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4.    Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5.    Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6.    Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7.    Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.        

B. ETIOLOGI
1.    Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a.    Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
b.    Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan kondisi
psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c.    Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang
terisolasi disertai stress.
2.    Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. (Keliat, 2016).
Menurut Stuart (2017), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses informasi
serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b.    Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c.    Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

C. PENGGOLONGAN MEKANISME KOPING


penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 2015) yaitu :
a. Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi terintegrasi, pertumbuhan, belajar, dan
mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan
masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
b. Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi, dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah
makan berlebihan, bekerja berlebihan, dan lain-lain. Koping yang efektif menghasilkan
adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi
yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladapatif yaitu
perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain atau lingkungan

D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara
tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya.
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 2012) :
Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
 Menyeriangai / tertawa tidak sesuai  Bicara lambat
 Menggerakkan bibir tanpa bicara  Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu
 Gerakan mata cepat yang mengasikkan
Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
 Cenderung mengikuti halusinasi
 Kesulitan berhubungan dengan orang lain
 Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
 Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).
Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
 Pasien mengikuti halusinasi  Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
 Tidak mampu mengendalikan diri  Beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan
E. PATHWAY
Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

Biologis Psikologis Sosial Budaya Bioligis lingkungan sumber koping

Abnormal pola asuh konflik gangguan gangguan respon terhadap


perkembang saraf komunikasi perilaku stresor

gangguan stress
orientasi isolasi social
HDR

Halusinasi

F. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi Terapi
Obat anti psikisis : penotizin Obat anti ansietas : Diasepam,
Obat anti depresi : Amitripilin Bromozepam, Clobozam
Obat anti insomnia : Phneobarbital
ECT
Electri Convulsive Therapi, (ECT) atau yang lebih dikenal dengan elektroshock adalah
suatu terapi psikiatri yang menggunakan energi shock listrik dalam usaha pengobatannya.
2. Psikoterapi Terapi
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian
 BHSP
 Jangan memancing emosi klien
 Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
 Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat
 Dengarkan, bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang
dialaminya
b. Terapi Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan social, atau aktifitas lain
dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan klien karena maslah
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi Musik
Dengan music klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien.

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah Keperawatan
a. Resiko Mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan Sensori Spritual : halusinasi
c. Isolasi Sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Data subjektif
 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jika sedang kesal/
marah.
 Riwayat perilaku kekerasan/ gangguan jiwa lainnya.
Data objektif
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dank eras, bicara menguasai : berteriak, menjepit, memukul
diri sendiri/ orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
 Merusak dan memlempar barang-barang.
b. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
 Klien merasa makan sesuatu.
 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
 Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
 Klien berbicara dan tertawa sendiri.
 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
 Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
 Disorientasi
c. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.

H. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. gangguan persepsi sensori: halusinasi

I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan umum
Klien tidak mencederai diri sendiri dan orang lain.
2. Tujuan khusus
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1)      Kriteria evaluasi:
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
2)      Intervensi
Bina hubungan saling percaya dengan :
a) Sapa klien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.
b) Perkenalkan diri dengan sopan.
c) Tanyakan  nama  lengkap  klien  dan  nama  panggilan  yang  disukai klien.
d) Jelaskan tujuan pertemuan.
e) Jujur dan menepati janji.
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g) Beri perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

TUK II : Klien dapat mengenal halusinasi


1) Kriteria evaluasi :
a) Klien   dapat   menyebutkan  waktu,  isi    dan   frekuensi timbulnya halusinasi.
b) Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
2) Intervensi
a) Adakan sering dan singkat secara bertahap.
Rasional : Kontak sering dan singkat selain upaya membina hubungan saling
percaya juga dapat memutuskan halusinasinya.
b) Observasi  tingkah  laku  klien  terkait  dengan halusinasinya. Bicara dan tertawa
tanpa stimulus, memandang ke kiri dan ke kanan seolah-olah ada teman bicara.
Rasional: Mengenal perilaku pada saat halusinasi timbul memudahkan perawat
dalam melakukan intervensi.
c) Bantu klien mengenal halusinasinya dengan cara :
 Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara yang
di dengar.
 Jika klien menjawab ada lanjutkan apa yang dikatakan.
 Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh/menghakimi).
 Katakan pada klien bahwa ada juga klien lain yang sama seperti dia.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien.
Rasional : Mengenal halusinasi memungkinkan klien untuk menghindari faktor
timbulnya halusinasi.
d) Diskusikan dengan klien tentang :Diskusikan dengan klien apa yang  dirasakan 
jika  terjadi  halusinasi (marah,
 Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi.
 Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jika
sendiri, jengkel, sedih)
Rasional : Dengan mengetahui waktu, isi dan frekuensi munculnya halusinasi
mempermudah tindakan keperawatan yang akan dilakukan perawat.
e) takut, sedih, tenang) beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
Rasional : Untuk mengidentifikasi pengaruh halusinasi pada klien.

TUK III : Klien dapat mengontrol halusinasinya.


1) Kriteria evaluasi :
a) Klien   dapat   menyebutkan  tindakan   yang   biasanya     dilakukan untuk
mengendalikan halusinasinya.
b) Klien dapat menyebutkan cara baru.
c) Klien  dapat  memilih  cara  mengatasi  halusinasi  seperti  yang telah didiskusikan
dengan klien.
d) Klien dapat melakukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
e) Klien dapat mengetahui aktivitas kelompok.
2) Intervensi
a) Identifikasi  bersama  klien  tindakan   yang   dilakukan  jika    terjadi halusinasi
(tidur, marah, menyibukkan diri sendiri dan lain-lain)
Rasional : Upaya untuk memutus siklus halusinasi sehingga halusinasi tidak
berlanjut.
b) Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri pujian.
Rasional : Reinforcement dapat mneingkatkan harga diri klien.
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi :
 Katakan : “Saya tidak mau dengar kau” pada saat halusinasi muncul.
 Menemui orang lain atau perawat, teman atau anggota keluarga yang lain untuk
bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang didengar.
 Membuat jadwal sehari-hari agar halusinasi tidak sempat muncul.
 Meminta keluarga/teman/perawat, jika tampak bicara sendiri.
Rasional: Memberikan alternatif pilihan untuk mengontrol halusinasi.
d) Bantu   klien   memilih   cara   dan   melatih   cara   untuk  memutus halusinasi
secara bertahap, misalnya dengan :
 Mengambil air wudhu dan sholat atau membaca al-Qur’an.
 Membersihkan rumah dan alat-alat rumah tangga.
 Mengikuti keanggotaan sosial di masyarakat (pengajian, gotong royong).
 Mengikuti kegiatan olah raga di kampung (jika masih muda).
 Mencari teman untuk ngobrol
Rasional :
Memotivasi dapat meningkatkan keinginan klien untuk mencoba memilih salah satu
cara untuk mengendalikan halusinasi dan dapat meningkatkan harga diri klien.
e) Beri  kesempatan  untuk melakukan cara yang telah dilatih.
Evaluasi : hasilnya dan beri pujian jika berhasil.
Rasional :
Memberi kesempatan kepada klien untuk mencoba cara yang telah dipilih.
f) Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita dan
stimulasi persepsi.
Rasional :Stimulasi persepsi dapat mengurangi perubahan interprestasi realitas
akibat halusinasi.

TUK IV : Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.


1) Kriteria evaluasi
a) Keluarga dapat saling percaya dengan perawat.
b) Keluarga  dapat  menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan
halusinasi.
2) Intervensi
a) Membina  hubungan  saling  percaya  dengan   menyebutkan   nama, tujuan
pertemuan dengan sopan dan ramah.
Rasional :Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk memperlancar
hubungan interaksi selanjutnya.
b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga. Untuk mendapatkan
bantuan keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
Diskusikan halusinasinya pada saat berkunjung tenang :
 Pengertian halusinasi
 Gejala halusinasi yang dialami klien.
 Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi.
 Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi di rumah, misalnya : beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama.
 Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu mendapat bantuan : halusinasi
tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Rasional : Untuk mengetahui pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan
menambah pengetahuan keluarga cara merawat anggota keluarga yang
mempunyai masalah halusinasi.
TUK V : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
1) Kriteria evaluasi
a) Klien  dan  keluarga  dapat  menyebutkan  manfaat,  dosis  dan   efek samping obat.
b) Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar.
c) Klien mendapat informasi tentang efek dan efek samping obat.
d) Klien dapat memahami akibat berhenti minum obat tanpa konsutasi.
e) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat.
2) Intervensi
a) Diskusikan  dengan  klien  dan  keluarga tentang dosis dan frekuensi serta manfaat
minum obat.
Rasional :Dengan menyebutkan dosis, frekuensi dan manfaat obat diharapkan klien
melaksanakan program pengobatan.
b) Anjurkan  klien  minta  sendiri  obat  pada  perawat  dan  merasakan manfaatnya.
Rasional : Menilai kemampuan klien dalam pengobatannya sendiri.
c) Anjurkan klien untuk bicara dengan dokter tentang mafaat dan efek samping obat
yang dirasakan.
Rasional :Dengan mengetahui efek samping klien akan tahu apa yang harus
dilakukan setelah minum obat.
d) Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
Rasional : Program pengobatan dapat berjalan dengan lancar.
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar dosis, benar obat,
benar waktunya, benar caranya, benar pasiennya).
Rasional : Dengan mengetahui prinsip penggunaan obat, maka kemandirian klien
untuk pengobatan dapat ditingkatkan secara bertahap.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP I)
A.    Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang tidak ada wujudnya.
DO : Klien tampak pasif,terlihat suka menyendiri,berbicara sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
3. Tujuan
- Klien tampak mengenal halusinasi
- Klien dapat menghardik halusinasi
4.    Tindakan Keperawatan
- Mengidentifikasi jenis halusinasi
- Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
- Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
- Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
- Menganjurkan pasien cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
B.     Srategi Pelaksanaan Halusinasi
Orientasi
a. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum Mas, Saya perawat yang akan merawat mas. Perkenalkan nama saya Ari,
biasa di panggil Ari. Betul ini mas A? Kalau boleh tahu nama lengkapnya siapa? Senang
dipanggil apa?”
b. Evaluasi Validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? Ada keluhan yang mas rasakan hari ini?”
c. Kontrak
Topik : “Baiklah, saya dengar mas sering mendengar suara-suara yang tak tampak
wujudnya, benar begitu? bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara tersebut.”
Waktu : “Berapa lama?? Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang mengenai jenis
halusinasi,respon terhadap halusinasi, dan kita akan belajar menghardik halusinasi, dan kita
masukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari pasien.”kalau 20 menit. Baiklah Mas,
bagaimana
Tempat : “Dimana kita bisa bercakap-cakap?? Disini,di depan??”
Fase Kerja
“Apakah mas A mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan suara tersebut?
Apakah terus terdengar atau sewaktu-waktu?Kapan yang paling sering mas A dengar?
Berapa kali sehari?Biasanya pada keadaan apa suara itu muncul? Mas A, saya punya
beberapa carauntuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. Kedua, dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan aktivitas
yang sudah terjadwal, dan yang keempat dengan minum obat yang teratur. Iya.. Bagaimana
kalau kita belajar cara yang pertama dulu, yaitu dengan menghardik. Mau tidak mas??
Caranya begini : saat suara itu muncul, langsung Mas A bilang ,”Saya tidak mau dengar.
Pergi..!! Kamu suara palsu.”Begitu di ulang-ulang terus sampai suara itu tidak terdengar
lagi.Mengerti mas?Coba mas A peragakan. Nah begitu, bagus.Coba lagi.Ya bagus, Mas A
sudah bisa.”
Fase Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan mas A setelah latihan tadi??”
b. Evaluasi obyektif
“Kalau suara itu muncul lagi, coba latihan yang tadi di terapkan. Coba Mas jelaskan jenis
halusinasi, isi halusinasi, waktu berhalusinasi, frekwensi, situasi yang menimbulkan
halusinasi, respond dan cara menghardik halusinasi, Apakah Mas masih ingat??”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Jika hal tersebut (mendengar,melihat,mencium,merasa,mengecap) itu muncul?? tolong Mas
praktekkan cara yang sudah saya ajarkan , dan masukkan dalam jadwal harian Mas.”
d. Kontrak
Topik : “Baikalah Mas nanti kita akan bercakap-cakap lagi, kita akan diskusikan dan
latihan mengendalikan dengan bercakap-cakap dengan orang lain.”
Waktu : “Mau jam berapa Mas? Ya baiklah jam 10.00 saja.”
Tempat : “Tempatnya disini saja lagi ya Mas. Sampai ketemu nanti Mas.
Assalamualaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP II)
A.  Proses Keperwatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sudah menghardik halusinasinya
DO    : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a)    Tujuan Umum : Resiko mencederai dir sendiri , orang lain dan lingkungan tidak terjadi.
b)   Tujuan Khusus
- Mengevaluasi jadwal harian pasien
- Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam kegiatan harian.
4.    Tindakan keperawatan
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
- Melatih mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
- Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.
B.  Srategi Pelaksanaan Halusinasi
Kontrak
Topik: “seperti  janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang
bagaimana cara mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang laindan kita masuk dalam jadwal kegiatan”.
Waktu : “waktunya 15 menit cukup kan?”
Tempat : “Tempatnya disini saja ya mas?”
Fase Kerja
“Sekarang mas kita akan belajar cara kedua untuk mencegah halusinasi yang lain dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain jadi kalau mas mulai mendengar suara-suara
langsung saja cari teman untuk ngobrol dengan mas. Contohnya begini bapak : tolong saya
mulai mendengar suara-suaraayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang di rumah
misalnya anak bapak katakan : nak, ayo ngobrol dengan bapak, coba bapak lakukan seperti
saya tadi lakukan . Ya begitu bagus! Nah, sekarang kita masukan  ke dalam jadwal harian
mas ya?”
Fase terminasi
a.   Evaluasi Subyektif : “Bagaimana perasaan mas setelah latihan ini?”.
b.   Evaluasi obyektif : “Jadi sudah ada berapa cara yang mas pelajari untuk
mencegah suara-suara itu?,ya bagus sekali”.
Rencana tindak lanjut
“Nah, kalau halusinasi itu datang lagi mas bisa coba kedua cara itu ya mas!”
Kontrak
Topik: “Baiklah mas besok saya akan dating lagi kita akan bahas cara
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan”.
Waktu : “Mau jam berapa kita ketemu mas? Ya baiklah jam 09.00 saja”.
Tempat : “Tempatnya mau dimana mas? Di sini saja mas? Ya baiklah sampai
ketemu besok lagi ya mas!”.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP III)
A.  Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan sudah menghardikhalusinasinya dan klien mengatakan
dengan berbincang-bincang halusinasinya tidak datang.
DO : Klien tampak respon saat berkomunikasi dengan perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
3. Tujuan
a.    Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
b.    Tujuan Khusus
- Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Klien dapat mengenal halusinasinya
- Klien dapat mengontrol halusinasinya
- Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
- Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
c.    Keperawatan
- Melatih tindakan pasien beraktifitas secara terjadwal
- Menjelaskan aktifitas yang teratur untuk mengatasi halusinasinya
- Mendiskusikan aktifitas yang biasa dilakukan oleh pasien
- Melatih pasien melakukan aktifitas
- Menyusun jadwal aktifitas sehari-hari sesuai dengan aktifitas yang telah dilatih
- Memantau pelaksanaan jadwal : memberikan kegiatan terhadap perilaku pasien yang
positif
B.  Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
a.    Salam Terapeutik
“Assalamuallaikum  mbak”.
b.    Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan mbak hari ini?Apakah suara-suara itu masih muncul? Apakah sudah
dipakai 2 cara yang telah kita latih? Bagaimana hasilnya?
c.    Kontrak
Topik : Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berdiskusi tentang cara
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan dan kita
masukan kedalam kegiatan harian.
Waktu : mau berapa lama kita berbincang-bincang? Apa 15 menit cukup?
Tempat : Tempatnya mau dimana mbak? Baiklah disini saja.
Tujuan : agar bapak dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan.
Fase Kerja
“Kegiatan apa saja  yang masih mbak bias lakukan? Pagi-pagi apa kegiatan mbak? Terus
jam berikutnya apa kegiatan mbak? Banyak sekali kegiatan bapak setiap harinya.Mari kita
latih 2 kegiatan hari ini.Bagus sekali mbak bisa melakukannya.Kegiatan ini dapat mbak
lakukan untuk mencegah suara-suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih
agar dari pagi sampai sore mbak ada kegiatan. Mbak, bagaimana kalau kegiatan yang tadi
kita latih dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian mbak?”
Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mbak setelah kita latihan tadi?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mbak sebutkan kembali 3 cara yang telah saya latih apabila halusinasi itu
datang? Ya bagus sekali.”
c. Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak lakukan latihan secara mandiri sesuai jadwal yang kita buat agar suara-suara
itu tidak muncul lagi.”
d. Kontrak
Topik : Baiklah bapak besok saya akan datang kembali untuk membahas cara
mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.
Waktu : mau jam berapa pak kita berbincang-bincang? Ya baiklah
jam 10.00-10.15 WIB.
Tempat : Mau dimana kita ketemunya? Ya baiklah disini saja.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP IV)
A.  Proses Keperawatan
1. Kodisi Klien
DS : Klien mengatakan dengan bercakap-cakap halusinasinya tidak datang dan
klien mengatakan senang bercakap-cakap dengan perawat.
DO : Dengan melakukan kegiatan bercakap-cakap dengan teman / perawat, klien
tidak melamun lagi.
2. Diagnosa keperawatan
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran
3. Tujuan
a.    Tujuan Umum : Klien dapat mengontrol halusinasinya.
b.    Tujuan Khusus :
-       Klien dapat membina hubungan saling percaya
-       Klien dapat mengenal halusinasinya
-       Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat mengontrol halusinasinya
-       Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
-       Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
-       Jelaskan pentingnya menggunakan obat secara teratur
-       Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program
-       Jelaskan bila putus obat
-       Jelaskan cara mendapatkan obat
-       Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
obat,benar pasien,benar cara,benar dosis,benar waktu)
B.  Strategi Komunikasi
Fase Orientasi
a.    Salam Teraupeutik
“Asalammualaikum mbak? Sesuai dengan janji saya kemarin,saya dating lagi ketempat ini.”
b.    Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan mbak hari ini?Apa bapak masih ingat 3 cara yang sudah suster latih
kemarin, cara untuk mengusir suara-suara? Apakah ketiga cara tersebut sudah dimasukkan
ke dalam jadual kegiatan harian mbak?”
c.    Kontrak
Topik : Sesuai janji suster kemarin,hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan
yang mbak minum dan kita akan memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Wasktu : Mau berapa lama kita bercakap-cakap? Ya baiklah disini saja.
Tujuan : Dari diskusi ini agar bapak minum obat dengan prinsip 5 benar /agar
mbak mematuhi cara minum obat.
Fase Kerja
“Mbak adakah perbedaan setelah minum obat secara teratur?Apakah suara-suaranya masih
terdengar atau sudah hilang?Begini mbak, obat ini berguna untuk mengurangi atau
menghilangkan suara-suara yang selama ini mbak dengar.Berapa macam yang mbak
minum??(perawat menyiapkan obat pasien). Ini yang berwarna orange (CPZ) diminum 3 kali
sehari ya, jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam yaa gunanya untuk menghilangkan suara-
suara yang mbak dengar. (Pasien mengangguk-ngangguk).Ini yang putih (THP) diminum 3
kali sehari juga, gunanya agar mbak rileks dan tidak kaku. Kalau yang merah jambu ini (HP)
3 kali sehari juga sama minumnya dengan yang putih dan orange, gunanya yang merah
jambu ini untuk menenangkan pikiran mbak biar tenang. Kalau suaranya sudah hilang,
minum obatnya tidak boleh dihentikan yaa, harus diminum sampai benar-benar habis, biar
suara-suaranya tidak muncul lagi.Kalau obatnya habis bisa minta ke dokter lagi. Bisa juga
dikonsultasikan kalau berhenti minum obat, apa akibatnya pada mbak. Begitu yaa.. Pastikan
juga kalau obat yang diminum benar punya mbak, jangan samapi keliru dengan orang lain.
Mbak juga harus banyak minum air yaa..”
Fase Terminasi
a.    Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan mbak setelah berbincang-bincang tentang
obat tadi”
b.    Evaluasi Objektif : “Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-
suara? Coba mbak sebutkan kembali?”
c.    Rencana Tindak Lanjut
“Nanti mbak jangan lupa minum obat agar suara-suara itu tidak datang lagi,kemudian mbak
bisa memasukkannya ke dalam jadual kegiatan harian mbak.”
d.    Kontrak
Topik : Baiklah mbak pertemuan kita cukup sampai disini,besuk saya datang
lagi untuk memastikan bapak masih dengar suara-suara atau tidak
kita akan berdiskusi tentang jadual kegiatan harian bapak.
Waktu : Waktunya mau jam berapa pak? Jam 09.00-09.15,apa mbak bersedia?

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. 2016. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Maramis, W.f. 2015. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press.
Rasmun. 2011. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan Keluarga,
Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta:
EGC.
Townsend, M.C. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • OPTIMASI HEMODIALISA
    OPTIMASI HEMODIALISA
    Dokumen8 halaman
    OPTIMASI HEMODIALISA
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep Bronkopneumonia
    Askep Bronkopneumonia
    Dokumen6 halaman
    Askep Bronkopneumonia
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep Perawatan Luka
    Askep Perawatan Luka
    Dokumen9 halaman
    Askep Perawatan Luka
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Peb Icu
    Asuhan Peb Icu
    Dokumen8 halaman
    Asuhan Peb Icu
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP Bronchopneumonia
    LP Bronchopneumonia
    Dokumen8 halaman
    LP Bronchopneumonia
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP Selulitis
    LP Selulitis
    Dokumen6 halaman
    LP Selulitis
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep Halusinasi
    Askep Halusinasi
    Dokumen10 halaman
    Askep Halusinasi
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP Halusinasi
    LP Halusinasi
    Dokumen15 halaman
    LP Halusinasi
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP Selulitis
    LP Selulitis
    Dokumen6 halaman
    LP Selulitis
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • DHF Laporan
    DHF Laporan
    Dokumen10 halaman
    DHF Laporan
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • STROKE PASIEN
    STROKE PASIEN
    Dokumen11 halaman
    STROKE PASIEN
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • SNH Laporan
    SNH Laporan
    Dokumen12 halaman
    SNH Laporan
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep SNH
    Askep SNH
    Dokumen11 halaman
    Askep SNH
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Resum Jiwa
    Resum Jiwa
    Dokumen6 halaman
    Resum Jiwa
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep Anak DHF
    Askep Anak DHF
    Dokumen9 halaman
    Askep Anak DHF
    arizal febrino
    Belum ada peringkat
  • PERAWATAN BBLR
    PERAWATAN BBLR
    Dokumen5 halaman
    PERAWATAN BBLR
    arizal febrino
    Belum ada peringkat
  • Sap BBLR
    Sap BBLR
    Dokumen9 halaman
    Sap BBLR
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP SNH
    LP SNH
    Dokumen10 halaman
    LP SNH
    Airin Teratai
    0% (1)
  • LP SNH
    LP SNH
    Dokumen10 halaman
    LP SNH
    Airin Teratai
    0% (1)
  • LP SNH
    LP SNH
    Dokumen10 halaman
    LP SNH
    Airin Teratai
    0% (1)
  • Askep Neonatus Hipoglikemi
    Askep Neonatus Hipoglikemi
    Dokumen8 halaman
    Askep Neonatus Hipoglikemi
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Askep Gerontik Susmiati DM
    Askep Gerontik Susmiati DM
    Dokumen13 halaman
    Askep Gerontik Susmiati DM
    Yuli Ratnanti
    Belum ada peringkat
  • Askep SNH
    Askep SNH
    Dokumen11 halaman
    Askep SNH
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Pijat Bayi
    Pijat Bayi
    Dokumen7 halaman
    Pijat Bayi
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen6 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen11 halaman
    LP DM
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • LP Hiperbilirubin
    LP Hiperbilirubin
    Dokumen13 halaman
    LP Hiperbilirubin
    Airin Teratai
    Belum ada peringkat
  • Diare Anak
    Diare Anak
    Dokumen9 halaman
    Diare Anak
    Teratai tiga
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut Anak
    Diare Akut Anak
    Dokumen14 halaman
    Diare Akut Anak
    Teratai tiga
    Belum ada peringkat