Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

HUKUM AGRARIA
SENGKETA ANTARA HGU DI LAHAN
KAWASAN HUTAN

RAFIQI AMALI
181010535
C

MIFTAHUR RACHMAN,S.H., M.Kn


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Sengketa Lahan di Kawasan Hutan,

Presiden Jokowi Soroti Nasib Permukiman

Rakyat

Presiden Joko Widodo menyoroti perlunya penyelesaian sengketa lahan antara masyarakat

dan perusahaan pemegang Hak Guna Usaha (HGU).

Amanda Kusumawardhani - Bisnis.com 26 Februari 2019  |  14:47 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo menyoroti penyelesaian sengketa tanah di

kawasan hutan yang melibatkan permukiman rakyat di dalamnya.

Adapun, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, permukiman

transmigrasi yang berada di kawasan hutan adalah 264.000 hektare, permukiman fasilitas

sosial dan fasilitas umum (fasum-fasos) seluas 307.516 hektare, lahan garapan 64.000

hektare, dan lahan kering 183.709 hektare sepanjang 2015—2018.

"Nah tadi Pak Presiden mengarahkan sangat banyak persoalan. Tapi yang paling penting

sebenarnya sekarang adalah bagaimana menyelesaikan masalah permukiman di dalam

konsesi," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Kantor Presiden,

Selasa (26/2/2019).

Dia mengungkapkan inventarisasi jumlah permukiman yang berada di dalam kawasan hutan

merupakan hasil dari upaya pemerintah yang berkomitmen untuk memperbaiki pendataan

terkait dengan kesesuaian izin perusahaan dengan luas lahan yang dihuni masyarakat.
Bahkan, hal ini sebenarnya sudah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 88 Tahun

2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH).

"Itu sudah ada datanya, tim inventarisasi dan verifikasinya sudah ada. Sudah ada 20 provinsi

yang sudah punya SK pencadangannya dari LHK. Sudah ada kawasan-kawasan yang

dilepaskan dari hutan," ujarnya.

Terkait dengan penyelesaian sengketa lahan yang melibatkan masyarakat desa dengan

perusahaan yang sudah mengantongi Hak Guna Usaha (HGU), Siti menekankan pemerintah

bakal menerapkan keseimbangan dalam penyelesaiaannya.

"Jadi sebetulnya yang harus dipegang adalah bahwa posisi pemerintah simpul negosiasi dari

segala kepentingan. Tadi perintah Bapak Presiden utamakan kepentingan rakyat, tapi jangan

lupa ada kepentingan lingkungan, kepentingan bisnisnya," tekannya.

KESIMPULAN SAYA : Pemerintah harus tetap memperhatikan nasib pemukiman rakyat

jangan sampai pemukiman rakyat tergusur hanya untuk kepentingan bisnis seperti yang sudah

di tetapkan di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 88 Tahun 2017 tentang Penyelesaian

Penguasaan Tanah dalam Kawasan Hutan (PPTKH).

Anda mungkin juga menyukai