Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

LAPORAN AKHIR TAHUN


Penting bagi kita untuk melihat kembali catatan
perjalanan selama satu tahun kebelakang sebagai
bahan renungan, refleksi, dan evaluasi kinerja
kelembagaan . Tentulah dengan segala dinamika dan
problematika yang ada. Baik yang bersifat negatif
maupun yang berdampak positif.

Sebagai bagian dari masyarakat sipil sesuai dengan


mandat PP 45 tahun 2017 tentang Peran Serta
Masyarakat Sipil dalam Penyelengaraan
Pemerintahan Daerah, Lembaga Studi Desa untuk
Petani (LSDP) SD INPERS mencoba untuk
memberikan catatan akhir tahun. Meskipun hal ini
tidaklah mudah. Hambatan dan tantangan dalam
penyusunan laporan ini juga hadir dari penyajian dan
paparan data-data yang tumpang tindih.

Akan tetapi, besarnya hambatan dan tantangan tidak


layak dijadikan sebagai alasan pembenar untuk tidak
memberikan pandangan dan catatan apapun perihal
kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang
terjadi di Kabupaten Jember beserta hubungannya sumber ekonomi, mengurangi kemiskinan dan
dalam aras nasional yang saling berkelindan. menciptakan lapangan kerja.

Hal ini juga telah dijamin oleh UUD 45 dan juga


Undang-Undang Pokok Agraria No 05 Tahun 1960.
Mandat tersebut diperkuat melalui TAP MPR No. IX
REFORMA AGRARIA tahun 2001 tentang Pembaruan Agraria dan Sumber
Pemerintah telah mentargetkan 9 Juta Hektar untuk Daya Alam. Pada tahun 2017 pemerintah juga telah
Reforma Agraria dan 12,7 Juta Hektar untuk mengeluarkan Peraturan Presiden No 88 Tahun 2017
Perhutanan Sosial. Mengapa Reforma Agraria tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam
menjadi penting? Reforma Agraria adalah operasi Kawasan Hutan yang di susul dengan dikeluarkannya
penataan struktur agraria yang mengalami Peraturan Presiden No 86 Tahun 2018 tentang
ketimpangan dengan tujuan menciptakan struktur Reforma Agraria.
baru yang lebih adil. Selain mengurangi ketimpangan
penguasaan lahan, Reforma Agraria bertujuan untuk Berdasarkan data Konsorsium Pembaruan Agraria
menciptakan sumber kemakmuran dan kesejahteraan (KPA), sepanjang tahun 2018 KPA mencatat
masyarakat, memperbaiki dan menjaga sedikitnya telah terjadi 410 kejadian konflik agraria
kualitaslingkungan hidup, meningkatkan ketahanan dengan luasan wilayah konflik mencapai 807.177,613
pangan, menyelesaikan konflik dan sengketa hektar dan melibatkan 87.568 KK di berbagai provinsi
agrarian, memperbaiki akses masyarakat kepada di Indonesia. Meskipun pemerintah mengklaim telah

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

melakukan langkah percepatan, upaya itu hanya pada


Legalisasi Aset dalam bentuk PTSL. Tentu ini masih
sangat jauh dari cita-cita Reforma Agraria.

Dari data Direktur Jendral Penataan Agrari


Kementrian ATR/BPN hingga awal Agustus 2019
tercatat, pencapaian Reforma Agraria untuk tanah
transmigrasi dengan realisasi penerbitan sertipikat
109.901 bidang atau seluas 73.633,67 Ha. Kemudian
melalui PRONA & Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) pemerintah telah merealisasikan
sertipikat sebanyak 14.965.338 bidang atau seluas
3.295.271 Ha. Sedangkan Redistribusi Tanah yang
berasal dari Hak Guna Usaha (HGU) habis dan tidak
diperpanjang, tanah terlantar dan Tanah Negara Dengan Perhutanan Sosial pemerintah memberikan
realisasinya mencapai 573.432 bidang atau seluas kepastian hukum berupa hak kelola lahan selama 35
440.085 Ha. Dan untuk redistribusi tanah dari tahun. Ini adalah wujud dari negara hadir untuk
pelepasan kawasan hutan realisasinya mencapai melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
25.310 bidang atau seluas 19.490 Ha. untuk aman kepada seluruh warga Negara.
penerbitan sertipikat.
Dalam RPJMN 2014-2019 pemerintah telah
Minimnya capaian untuk Redistribusi Lahan perlu mengalokasikan 12,7 Juta Hektar untuk Perhutanan
kiranya menjadi catatan dan koreksi kita bersama Sosial. Guna merealisasikan target tersebut
karena disitulah pokok inti dari cita-cita dan semangat pemerintah mengeluarkan Peraturan Mentri LHK No
Reforma Agraria. Memaknai Reforma Agraria dengan P.83 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial dan
hanya sekedar bagi-bagi sertifikat adalah sesat pikir. Permen LHK No P.39 Tahun 2017 tentang
Karena tujuan dari Reforma Agraria adalah Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutanai
mengurangi ketimpangan penguasaan lahan serta serta membentuk Kelompok Kerja Perhutanan Sosial
menyelesaiakan konflik dan sengketa agraria. untuk mendorong percepatan dan relaisasi
perhutanan sosial ditingkat tapak.
PERHUTANAN SOSIAL
Melalui Perhutanan Sosial beberapa hal hendak di Namun cita-cita besar mewujudkan Hutan untuk
capai. Salah satunya adalah untuk menciptakan dan Rakyat dengan jalan Perhutanan Sosial memang tidak
mempercepat pemerataan akses dan distribusi aset mudah. Bahkan untuk mewujudkan akses kelola
sumberdaya hutan, Menyelesaikan konflik tenurial di selama 35 tahun tersebut banyak petani hutan yang
kawasan hutan, Mengurangi kemiskinan dan dikriminalisasi dan harus tidur di dalam jeruji besi. Ini
meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal membuktikan bahwa sosialasi tentang program masih
di dalam dan sekitar kawasan hutan. kurang menyentuh pemangku kebijakan ditingkat
tapak bahkan menimbulkan multi tafsir yang justru
Ada 10,2 juta rakyat miskin yang tersebar di 25.863 mereduksi semangat dari Perhutanan Sosial.
desa sekitar kawasan hutan dimana 71.06 % dari
mereka menggantungkan hidupnya dari sumber daya
hutan. Selama ini masyarakat yang tinggal di dalam
dan sekitar kawasan hutan memiliki keterbatasan
terhadap akses lahan garapannya. PERWUJUDAN PEMENUHAN HAM
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak
fundamental yang melekat pada diri setiap individu

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

dan tidak dapat dicabut oleh entitas apapun. Pasca pemerintahan desa. Bahkan dalam undang-undang
reformasi, aspek-aspek pemenuhan HAM semakin tersebut, masyarakat desa diharapkan menjadi
terbuka lebar. Diakuinya International Convention subyek pembangunan nasional, sehingga pada
Economic Social and Cultural Rights (ICESCR) yang proses pembangunan nasional sejak disahkannya
diratifikasi dalam undang-undang nomor 11 tahun undang-undang tersebut, dilakukan dengan skema
2005, menjadi sebuah penanda atas kemajuan bottom up; 3.) Daya dukung anggaran desa dari tahun
pemenuhan HAM di Indonesia. Ratifikasi ICESCR ke tahun mengalami peningkatan.
mewajibkan Negara Indonesia untuk melaksanakan
seluruh ketentuan-ketentuan yang terkandung Jumlah dana desa diatas belum termasuk Alokasi
konvensi tersebut, antara lain, hak untuk Dana Desa, Dana Bagi Hasil, Bantuan Keuangan
mendapatkan pekerjaan dan tergabung dalam serikat lainnya yang berasal dari APBD tiap-tiap daerah.
kerja, hak atas jaminan sosial, hak atas kebutuhan-
kebutuhan dasar (hak untuk mendapatkan makanan,
hak untuk pakaian dan tempat tinggal yang layak),
serta hak-hak ekonomi, sosial dan budaya yang lain. PILPRES DAN PILEG
Tahun 2019 adalah tahun politik yang sangat
HAM DALAM PEMBANGUNAN PERDESAAN
melelahkan karena polarisasi politik identitas yang
Ratifikasi dan penerapan konvensi tersebut harus
hampir saja memporak-porandakan bangun
dilakukan dari institusi pemerintahan tertinggi hingga
kebangsaan kita dengan pancasila sebagai simbol
institusi pemerintahan yang paling rendah yang dalam
dan falsafah kehidupan berbangsa dan bernegara.
hal ini direpresentasikan oleh pemerintahan desa.
Bahkan desa harus menjadi institusi yang paling Arus politik identitas islam yang di usung oleh
berperan aktif dalam upaya-upaya pemenuhan HAM. kelompok fundamentalis, paling tidak telah melahirkan
Terdapat beberapa alasan pokok yang menjadi dasar tiga bentuk kekerasan. Pertama adalah kekerasan
peranan desa dalam pemenuhan HAM yakni, 1.) fisik seperti penutupan dan penolakan pembangunan
Sebagai institusi pemerintahan terkecil, pemerintahan rumah ibadah umat lain. Kedua adalah kekerasan
desa menjadi institusi pemerintahan yang intensitas simbolik dalam bentuk tulisan maupun ceramah yang
interaksinya bersentuhan langsung dengan bernada melecehkan bahkan menyerang suatu
masyarakat, bahkan di dalam institusi pemerintahan agama. Yang ketiga adalah kekerasan struktural yang
desa, masyarakat desa lebih mudah untuk
mendapatkan akses atas penyusunan kebijakan-
kebijakan desa; 2.) disahkannya undang-undang
nomor 6 tahun 2014 tentang desa, memberikan
pengakuan dan kewenangan besar kepada

tentunya ini melibatkan negara.

Meskipun pasca PILPRES terjadi rekonsiliasi besar-


besaran di level elite dengan ditandai masuknyya
Prabowo Subianto kedalam kabinet Jokowi-Ma’ruf
Amin, namun pertikaian itu masih berlanjut di antara
para pendukung dan simpatisan.

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

Pada pemilu legislatif 2019 Partai Demokrasi tanpa tedeng aling-aling untuk Jawa sudah di vonis
Indonesia Perjuangan sebagai partai pendukung tidak mungkin terjadi pelepasan kawasan dengan dalil
Jokowi di Pilpres berhasil keluar sebagai pemenang 30 % dari luas daratan harus berupa hutan tanpa
menoleh sedikitpun nasib rakyat yang kian melarat.

Respon pemerintah daerah yang terkesan terlalu


berhati-hati juga menjadi salah satu faktor lambannya
implentasi Reforma Agraria di daerah. Bahkan di
Jember sendiri sampai hari Pemerintah Kabupaten
belum membentuk Gugus Tugas Reforma Agraria
(GTRA) seperti yang telah di amanatkan oleh Perpres
86 tentang Reforma Agraria.

Lambatnya progres capaian penanganan konflik dan


sengketa Agraria sebenarnya bisa cepat terselesaikan
apabila pemerintah terutama di level kabupaten
mensegerakan untuk melakukan konsolidasi aset
yang melibatkan para pihak terutama desa. Selama ini
pemerintah desa seringkali ditinggal dan tidak pernah
dengan di susul oleh Partai Gerakan Indonesia Raya disentuh untuk bersama-sama menjalankan dan
(GERINDRA) di posisi Runer-Up sebagai pimpinan mewujudkan cita-cita Reforma Agraria kecuali pada
Opisisi. wilayah Sertifikasi dalam bentuk Pendaftaran Tanah
Sistematis Langsung atau PTSL. Selain memiliki
Menariknya justru partai-partai pengusung Jokowi kemampuan keuangan yang sangat besar, hari ini
berhasil mendominasi perolehan suara dan juga kursi desa dengan lahirnya UU No 6 tahun 2014 tentang
di parlemen. Salah satu contohnya adalah Partai Desa, desa juga mempunyai kewenangan untuk
Golkar. Meskipun kalah dalam jumlah perolehan suara melakukan konsolidasi aset dalam rangka
dengan GERINDRA yang nangkring di posisi kedua penyelsaian konflik dan sengketa agraria untuk
namun partai berlambang pohon beringin ini unggul mengurangi angka ketimpangan penguasaan lahan
perolehan kursi dari partai besutan Prabowo tersebut. dalam rangka meningkatkan ekonomi
Ini membuktikan bahwa “Efek Ekor Jas” sangat besar mensejahterakan masyarakatnya.
pengaruhnya pada Pemilu 2019 kemarin.
Sedikit berbeda dengan Reforma Agraria, Perhutanan
Sosial agak lebih masif dari segi capaian. Di
Kabupaten Jember sendiri pemerintah melalui
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah
DESA SEBAGAI SUBYEK PENGUSUL RAPS menerbitkan 20 SK Pengakuan dan Perlindungan
Sejak diterbitkannya Peraturan Presiden No 88 Tahun Kemitraan Kehutanan dengan total luas mencapai
2017 tentang Penyelesaian Penguasaan Tanah dalam 16.105,03 Hektar untuk 10.494 Kepala Keluarga.
Kawasan Hutan yang di susul dengan dikeluarkannya
Peraturan Presiden No 86 Tahun 2018 tentang
Reforma Agraria sebagai pertanda dimulainya babak
baru penyelesaian sengketa dan konflik Agraria,
hingga kini justru minim capaian. Terutama untuk
penyelesaian kasus tenurial atau sengketa dan konflik
agraria di dalam dan sekitar kawasan hutan. Bahkan

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

Meskipun secara substansi capaian itu masih perlu keberlangsungan program Perhutanan Sosial dengan
mendapatkan banyak kritik karena belum menciptakan kelompok-kelompok mandiri yang
mengakomodir semua skema yang ada dalam mampu berkreatifitas dan ber-inovasi untuk
Perhutanan sosial terutamam skema Izin mengembangkan potensi yang ada.
Pemanfaatan Hutan Perhutanan Sosial atau IPHPS
untuk wilayah kawasan hutan yang tutupan lahannya
dibawah 10% (sepuluh persen) selama 5 tahun
berturut-turut atau boleh dikatakan wilayah hutan
MEWUJUDAN PEMENUHAN HAM DARI DESA
negara yang telah rusak dan tidak produktif dianggap
Selain Dana Desa yang bersumber dari APBN, desa
tidak ada.
juga mendapatkan suplai anggaran Alokasi Dana
Fakta dilapangan masih terdapat wilayah-wilayah Desa yang berasal dari APBD tiap-tiap daerah. Untuk
yang seharusnya bisa dikeluarkan Izin Pemanfaatan Kabupaten Jember, jumlah alokasi dana desa pada
Perhutanan Sosial (IPHPS) justru harus di anulir dan tahun 2019 mencapai Rp 186. 219.993.316. Dengan
dipaksakan untuk Kemtriaan Kehutanan dengan daya dukung anggaran yang demikian besar,
skema Kulin KK. Belum lagi adanya tumpang tindih seharusnya pemerintahan desa mampu melakukan
areal yang seharunya masuk dalam skema Tanah pemenuhan HAM terutama aspek ekonomi, sosial dan
Obyek Reforma Agraria (TORA) karena sudah berupa budaya.
secara fungsi menjadi pemukiman masih dimasukkan
Pada bulan Oktober-November 2019, terdapat dua
kedalam peta areal izin Perhutanan Sosial.
agenda yang menjadi upaya Pemerintah Kabupaten
Tentu capaian Perhutanan Sosial di Kabupaten Jember untuk berperan aktif dalam pemenuhan HAM,
Jember hari ini layak mendapatkan apresiasi yakni Pelatihan Kepala Desa se- Kabupaten Jember
meskipun dengan banyak catatan. Justru tantangan dan Festival HAM. Tentu langkah ini patut diapresiasi,
kedepan pasca diterbitkannya izin Perhutanan Sosial namun terdapat evaluasi besar yang perlu
inilah yang harus menjadi perhatian bersama. diperhatikan dalam langkah-langkah pemenuhan
Setidaknya ada 3 tantangan besar yang harus segera HAM, utamanya dalam mengaplikasikan ICESCR.
di jawab. Pertama adalah tantangan ekologis dengan
menghutankan kembali wilayah-wilayah yang
sebelumnya gundul dan tanpa tegakan. Cukuplah
pengalaman banjir bandang 2006 menjadi pelajaran
kita bersama. Kedua adalah tantangan ekonimis
dengan melakukan kegiatan pemberdayaan,
peningkatan hasil produksi pertanian di dalam
kawasan hutan, dan juga membuka akses pasar yang
selama ini masih dikuasi oleh tengkulak dan rente.
Yang ketiga adalah tantanga untuk menjaga
keberlanjutan program dengan terus melakukan
pendampingan kepada kelompok yang tentunya Evaluasi tersebut berkaitan dengan kegagalan dalam
diperlukan sinergitas dengan para pihak pemangku menterjemahkan konsep HAM yang abstrak, menjadi
kebijakan. sebuah kebijakan yang konkrit dan aplikatif. Hal ini
dapat ditinjau dari persentase kemiskinan di
35 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk tetap Kabupaten Jember, antara tahun 2017-2019.
menjaga semangat perhutanan sosial demi
mewujudkan Hutan Lestari Masyarakat Sejahtera. Data tersebut menunjukan bahwa kebijakan-kebijakan
Maka pendampingan adalah kunci dari yang bertujuan untuk mewujudkan pemerataan

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

ekonomi masih belum optimal. Meskipun terjadi Undang-Undang Desa lahir dengan semangat desa
penurunan angka kemiskinan yang cukup signifikan, membangun. Pemaknaan ini tentu saja berbeda
namun Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan dengan membangun desa. Meskipun membangun
Indeks Keparahan Kemiskinin (P2) di Kabupaten desa bermakna pembangunan perdesaan (antardesa)
Jember trennya cukup negatif antara tahun 2017-2018 yang berada di luar domain desa, namun praktik
meskipun kembali terjadi penurunan pada tahun 2019. selama ini adalah negara membangun desa, yang
ditempuh dengan cara intervensi dan imposisi negara
Dalam hal pendidikan, angka buta huruf di Jember ke dalam desa, yang justru melemahkan eksistensi
juga masih cukup tinggi. Ini membuktikan bahwa desa. Secara mendasar perbedaan keduanya ada
pemenuhan hak-hak dasar masyarakat terutama pada pada titik bahwa paradigma lama masih bersifat
bidang pendidikan perlu mendapatkan perhatian yang otokratis, top-down, sentralistik, hirarkhis, dan
serius. sektoral. Sementara desa baru mengandung spirit
rekognisi dan subsidiaritas yang bersifat society
centric dengan bangun dasar demokratis, bottom-up,
otonomi, kemandirian, lokalitas, partisipati, dan
emansipatoris.

Selain memiliki kuasa uang, desa hari juga memiliki


kuasa ruang berupa kewenangan. Salah satunya
adalah tentang penetapan tata batas yang secara
spesifik juga telah di atur dalam Peraturan Mentri
Dalam Negri No 45 Tahun 2016 tentang Pedoman
PEMBANGUNAN PERDESAAN
Penetapan dan Penegasan Batas Desa. Hal ini
Pandangan miring tentang desa tumbuh subur dan
menjadi penting mengingat sampai hari masih terjadi
bahkan terus dipupuk oleh para pihak yang sedari
ketidak jelasan tata batas desa terutama desa-desa
awal memang sudah tidak percaya terhadap desa.
yang berada didalam dan sekitar kawasan hutan dan
Bahkan ketika Undang-Undang Desa di gedok dan
perkebunan Negara. Di Kabupaten Jember sendiri
desa diberi kuasa uang, kecurigaan dan ketidak
hari ini terdapat 53 desa yang berbatasan langsung
percayaan terhadap desa semakin menjadi-jadi. Ini di
dengan kawasan hutan. Penetapan dan Penegasan
sebabkan oleh cara pandang lama yang masih
Batas Desa adalah sebuah kebutuhan terutama
menganggap desa itu bodoh, malas, dan nyolongan
sebagai langkah mitigasi dan penyelesaian sengketa
(pencuri). Pandangan yang demikian ini terus di
dan konflik agrarian.
reproduksi dan bahkan dicarikan legitimasi.
Dengan semangat baru inilah peran pemerintah desa
Perbedaan cara pandang dalam melihat desa
menjadi sangat strategis untuk menekan angka
menimbulkan banyak perdebatan dan pertikaian baik
kemiskinan mengingat problem ketimpangan
diruang intelektual maupun ruang praksis (aksi).
penguasaan lahan dan ekonomi terbesar masyarakat
Sumber pertikaian tersebut akibat dari cara pandang
kita berada di desa,. Terutama desa-desa yang
tentang desa lama yang telah terkontruksi dengan
berbatasan dengan akwasan hutan dan perkebunan
begitu kokohnya sejak era kolonial. Cara pandang
negara. Peran dan keterlibatan masyarakat desa
tersebut masih menempatkan desa sebagai kekuatan
dalam perumusan kebijakan-kebijakan strategis yang
terlemah dalam hirarki pemerintahan yang harus
berkait langsung dengan isu kemiskinan, kesehatan,
tunduk dan patuh terhadap kekuatan di luar desa.
dan pendidikan haruslah mendapatkan tempat dan
Cara pandang tersebut selalu menempatkan desa
perhatian khusus. Karena partisipasi masyarakat
sebagai obyek, bukan sebagai subyek pembangunan.
merupakan elemen penting untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang baik.

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

Pada September 2019 kemarin Jember telah naskah akademik, hingga tidak dilakukannya riset
melaksanakan Pemilihan Kepala Desa yang dilakukan secara serius pada proses penyusunan naskah
secara serentak untuk 161 desa. Tentulah dalam maupun ketentuan dalam RTRW tersebut. Hal ini yang
pelaksanaannya masih banyak kekurangan. Namun menyebabkan RTRW yang telah disahkan menjadi
yang perlu dicatat bahwa 3 bulan setelah pelantikan tidak aplikatif dan menuai banyak penolakan dari
ada kewajiban bagi kepala desa terpilih untuk elemen masyarakat. Selain itu, akibat riset yang tidak
menyusun RPJMDes sesuai dengan mandat UU serius, RTRW tersebut tidak menunjang aspek-aspek
Desa. Ini yang seharusnya perlu kita dorong bersama peningkatan produksi di sektor lapangan kerja utama
untuk memasukkan agenda-agenda pembangunan masyarakat yakni sektor pertanian yang terbagi dalam
yang partisipatif, inklusif, dan responsive gender untuk sub sektor pertanian pangan, sub sektor peternakan,
menjawab tantangan serta problem pokok sub sektor perikanan, sub sektor perkebunan dan sub
dimasyarakat. Mendorong desa untuk melakukan sektor kehutanan. Bahkan, regulasi RTRW tersebut
pemenuhan Hak Asasi Manusia adalah sebuah mengancam keberlangsungan sektor lapangan kerja
langkah strategis untuk menjawab problem-problem utama masyarat tersebut.
ekonomi, sosial dan budaya.
Kabupaten Jember merupakan kabupaten yang
mengandung potensi pertanian dan perikanan. Tesis
tersebut dapat dibuktikan melalui dua aspek, yakni
persentase penduduk yang bekerja di sektor
TATA RUANG JEMBER BERPIHAK PADA SIAPA? pertanian, serta jumlah produksi pada sub sektor
Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang pertanian dan sub sektor perikanan per tahun. Pada
penataan ruang memberikan tugas kepada pemerntah aspek pertama, menurut data Badan Pusat Statistik
untuk menyelenggarakan penataan ruang. Proses (BPS) tentang keadaan ketenagakerjaan di
perencanaa penataan ruang seharusnya Kabupaten Jember, terjadi penurunan persentase
diterjemahkan sebagai rencana pembangunan di angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian.
sebuah wilayah dalam jangka waktu 25 tahun yang
akan datang. Sehingga, pada proses perencanaan
ruang harus mempertimbangkan aspek produksi
masyarakat, ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.
Aspek-aspek tersebut wajib dipertimbangkan agar
proses perencanaan ruang dan pembangunan sebuah
wilayah tidak menghilangkan local wisdom wilayah
setempat dan perencanaan ruang tersebut dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sebagaimana menjadi amanah dalam undang-undang
nomor 26 tahun 2007.

Pasca vakumnya regulasi penataan ruang di


Kabupaten Jember, melalui Peraturan Daerah
Kabupaten Jember nomor 1 tahun 2015 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Jember, Kabupaten Jember kembali memiliki regulasi Pada tabel tersebut, dijelaskan bahwa rentang waktu
penataan ruang sebagai guidelines pembangunan. 2018-2019, terjadi penurunan jumlah angkatan kerja
Namun, pada proses penyusunan RTRW tersebut, yang bekerja di sektor pertanian sebesar 2, 77 persen.
kami menemukan beberapa polemik, antara lain Penurunan jumlah tersebut harus menjadi perhatian
ditemukannya plagiarisme pada proses penyusunan serius dari Pemerintah Kabupaten Jember, karena

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

dalam Sustainable Development Goal’s (SDG’s) yang terutama para aktifis dan para pegiat lingkungan.
diratifikasi dalam Peraturan Presiden nomor 59 tahun Puncaknya adalah terbitnya Keputusan Menteri
2017, salah satu tujuan capaian pembangunan Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1802
berkelanjutan adalah ketersediaan pangan. Angkatan K/30/MEM/2018 tentang Wilayah Izin Usaha
kerja merupakan salah satu faktor penentu untuk Pertambangan dan Wilayah Izin Usaha
mencapai tujuan tersebut, apabila jumlah angkatan Pertambangan Khusus Periode 2018 yang
kerja yang bekerja di sektor pertanian semakin mencantumkan kawasan blok silo sebagai wilayah
berkurang setiap tahunnya, maka tujuan tersebut tidak tambang emas berujung pada penolakan dan
akan pernah tercapai. demonstrasi besar-besaran dari seluruh elemen
masyarakat.
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab sektor
pertanian semakin ditinggalkan, selain karena Meskipun pada Februari 2019 kemarin Menteri Energi
lambatnya inovasi teknologi pertanian di Indonesia, dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Iganasius Jonan
ditinggalkannya sektor pertanian juga disebabkan resmi mencabut izin pertambangan emas di Blok Silo.
karena minimnya akses produksi dan akses pasar. Pencabutan itu tertuang dalam Keputusan Menteri
Akses produksi yang dimaksud di atas berkaitan ESDM No 23 K/MEM/2019 tentang Perubahan atas
dengan akses terhadap penguasaan lahan oleh Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
petani. Berdasarkan hasil sensus pertanian tahun Nomor 1802 K/30/MEM/2018 tentang Wilayah Izin
2013, jumlah rumah tangga petani mencapai 323.709 Usaha Pertambangan dan Wilayah Izin Usaha
jiwa, sedangkan jumlah rumah tangga petani gurem Pertambangan Khusus Periode 2018.
mencapai 257. 248 jiwa. Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi ketimpangan penguasaan Namun dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jember
lahan pertanian yang harus menjadi perhatian para No 1 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang
pengampu kebijakan di Jember. Wilayah Kabupaten Jember 2015-2035 memasukkan
setidaknya 11 kecamatan sebagai wilayah peruntukan
Pada aspek jumlah produksi, komoditas pertanian pertambangan mineral logam. Artinya, meskipun izin
utama di Jember meliputi komoditas beras dan pertambangan blok silo telah dicabut oleh Kementrian
jagung. Menurut data yang dilansir BPS, jumlah ESDM, izin serupa juga bisa terbit untuk wilayah lain
produksi pertanian beras di Kabupaten Jember selama RTRW-nya masih berbicara pertambangan.
menduduki angka ke 4 dengan jumlah produksi
745.410 ton per tahun 2018. Sedangkan untuk Atas pertimbangan tersebut dan menyambut
produksi pertanian jagung, Jember menduduki posisi momentum evaluasi pelaksanaan RTRW yang akan
pertama dengan jumlah produksi 498. 644 ton per dilakukan pada tahun 2020, kami merekomendasikan
tahun 2018. Dengan jumlah produksi pertanian yang agar pemerintah melakukan Peninjauan Kembali
demikian besar, maka sudah selayaknya RTRW terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kabupaten Jember menunjang peningkatan produksi Jember.
pertanian, agar Kabupaten Jember menjadi lumbung
pangan di Jawa Timur. Namun, hal tersebut tidak
diakomodir dalam perencanaan ruang di Kabupaten
Jember. Diakui atau tidak polarisasi suhu politik ditingkat
nasional juga berdampak pada memanasnya suhu
Salah satu ketentuan yang kami anggap kontradiktif
politik di daerah. Terutama persaingan antar partai
dengan aspek pembangunan Jember sebagai
pendukung pasangan calon presiden. Dengan system
kabupaten agraris adalah masuknya Wilayah
parliamentary threshold hampir semua partai
Peruntukan Pertambangan dalam RTRW Jember. Hal
memanfaatkan politik “efek ekor jas” untuk lolos
ini yang memicu protes keras dari masyarakat
ambang batas parlemen.

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

Bahkan di Jember terjadi kejutan yang luar biasa Pemilihan Bupati Jember 2020. Akankah mereka
dengan terlemparnya Partai Golkar dari 5 besar mampu meruntuhkan dominasi partai-partai
perolehan kursi DPRD Kabupaten Jember yang pada tradisional atau hanya numpang lewat begitu saja.
pemilu 2014 lalu mendapatkan 5 kursi kini hanya Menarik untuk kemudian kita nantikan kejutan-kejutan
mendapatkan 2 kursi. Penurunan perolehan suara lain di tahun 2020 ini.
juga terjadi pada Partai Gerindra yang pada pemilu
2014 lalu keluar sebagai partai pemenang pemilu
dengan mendapatkan 9 kursi kini harus puas dengan
hanya mendapatkan 7 kursi.
CATATAN
Ada banyak catatan pada perjalanan tahun 2019
kemarin yang coba kami rangkum sebagai bahan
refleksi dan evalusi kinerja kelembagaan. Diantaranya
adalah :

1. Minimnya capain target dan implentasi


Reforma Agraria terutama didalam kawasan
hutan.
2. Reforma Agraria masih berkutat pada
Legalisasi Aset dalam bentuk PTSL
3. Lambatnya respon daerah dalam menjalankan
mandat Peraturan Presiden No 86 Tahun 2018
tentang Reforma Agraria untuk membentuk
Gugus Tugas Reforma Agraria (GTRA)
sebagai upaya konkrit penyelesaian sengketa
dan konflik Agraria di daerah.
Kejutan lain juga hadir dari partai Nasdem yang pada 4. Implementasi Perhutanan Sosial yang
pemilu 2014 lalu hanya mendapatkan 5 kursi kini cenderung diarahkan pada skema Kulin KK
berhasil mengamankan 8 jatah kursi di parlemen. dan kurang mengakomodir usulan IPHPS.
Yang menarik adalah munculnya kekuatan baru pada 5. Keberlanjutan program pasca terbitnya izin
peta politik Jember dengan masuknya Perindo dan Perhutanan Sosial yang masih belum
Partai Berkarya yang sama-sama mendapatkan 1 mendapatkan perhatian banyak pihak.
jatah kursi di parlemen.

Sementara PKB dan PDI Perjuangan sebagai partai


dengan basis pemilih tradisional yang kuat di Jember
masih cukup mendominasi perolehan kursi dan 1. Kurangnya kesadaran dalam pemenuhan Hak
bahkan tidak mengalami perubahan dari hasil pemilu Asasi Manusia terutama pada bidang ekonomi,
2014 lalu. Di urutan 5 besar terakhir ada Partai sosial dan budaya oleh pemerintah.
Keadilan Sejahtera dengan perolehan 6 kursi di 2. Hak Asasi Manusia masih dimaknai sebagai
parlemen. sesuatul hal yang menakutkan dan
menyeramkan sehingga dianggap sebagai
Munculnya kekuatan-kekuatan baru di parlemen tentu
beban dalam pelaksanaannya.
juga akan merubah peta dukungan politik menuju

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER


LAPORAN AKHIR TAHUN 2019

3. Pemenuhan HAM masih menjadi bahasan sipil sebagai kekuatan penyeimbang sangatlah
yang esklusif dan kurang membumi kedalam diperlukan. Pemerintah tidak bisa lagi selamanya
masyarakat secara umum. menutup diri. Diperlakukan kerja-kerja elaborasi yang
4. Masih ditemukannya kasus pelanggaran HAM melibatkan para pihak untuk menyelesaiakan
dalam bentuk kriminalisasi petani hutan. tantangan kedepan.

1. Cengkarut penataan ruang akibat dari Dari beberapa catatan dan refleksi pada tahun 2019
plagiatisme dalam penyusunannya. kemarin, rekomendasi dari LSDP SD INPERS adalah:
2. Masih maksuknya wilayah peruntukkan
pertambanga dalam dokumen RTRW Jember 1. Dalam bidang Reforma Agraria LSDP SD
3. Jember masih belum memiliki RDTR INPERS mendorong percepatan penyelesaian
dikarenakan RTRW yang masih bermasalah. sengketa dan konflik Agraria dengan
membentuk GTRA.
2. Sinergitas para pihak untuk menjawab
tantangan ekologi, ekonomi, dan keberlanjutan
pasca diterbitkannya 20 SK izin Perhutanan
1. Polarisasi suhu politik nasional yang Sosial di Kabupaten Jember.
diakibatkan oleh politik identitas yang diusung 3. Mendorong Peninjauan Kembali (PK)
oleh kelompok islam puritan fundamentalis Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
radikal. Jember.
2. Pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin keluar sebagai 4. Mendorong pelaksanaan Open Government
pemenang pada Pemilihan Presiden dengan Patnership dengan mewujudkan Jember satu
perolehan suara 55,50 %. data pembangunan sesuai dengan mandat
3. Perubahan peta politik lokal dalam kursi yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten
parlemen DPRD Jember dengan masuknya Jember.
partai-partai baru peserta pemilu. 5. Mendorong Penyelesaiain Tata Batas Desa
4. Masih maraknya penggunaan politik uang sesuai dengan mandat Pemendagri No 45
untuk meraih simpati suara pemilih dalam Tahun 2016 tentang Pedoman Penetapan dan
pemilu. Penegasan Batas Desa.
6. Mengajak para pihak secara pro aktif
REFLEKSI melakukan pendidikan politik kepada
Setelah melewati tahun yang sangat sibuk pada 2019, masyarakat untuk melawan politik uang dan
tahun 2020 tentulah akan lebih sibuk. Memasuki penggunaan politik identitas (SARA) dalam
kalender tahun 2020 Jember akan dihadapkan setiap momen electoral (pemilihan kepala
dengan pesta demokrasi untuk memilih siapa yang daerah, pilkades dll)
akan memimpin Jember lima tahun kedepan. Dengan
segudang catatan pada tahun 2019 lalu, mulai dari Rekomendasi ini kami tujukan kepada pemerintah dan
capaian Reforma Agraria, keberlanjutan pasca izin pemerintahan kabupaten Jember, juga bagi para figur
Perhutanan Sosial, implentasi pemenuhan HAM, dan dan tokoh masyarakat yang sedang berebut dan
terakhir adalah cengkarutnya penataan ruang di memenangkan hati rakyat untuk maju pada
Jember. kontestasi PILBUB 2020 mendatang.

Tentulah ini adalah sebuah pekerjaan rumah besar “Dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata”.
yang harus bisa diselesaikan. Peran serta masyarakat (WS.Rendra)

LSDP SD INPERS - Perum Pondok Gede BC-15 JEMBER

Anda mungkin juga menyukai