Anda di halaman 1dari 2

Pemerintah telah mengimplementasikan UU Nomor 6/2014 tentang Desa yang sejatinya

diharapkan dapat mendorong masyarakat desa agar dapat mengembangkan potensi ekonominya
dapat mencapai tujuan utama mengurangi kemiskinan, mengurangi kesenjangan desa-kota, dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perdesaan. Asumsinya, semakin berkurangnya
urbanisasi maka mulai semakin tumbuh produktivitas perekonomian di perdesaan. Berkurangnya
urbanisasi merupakan salah satu indikator penting bagi berkembangnya potensi ekonomi
masyarakat di desa. Masyarakat desa tidak lagi berangkat ke kota jika mereka mendapatkan
pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang dapat menjamin kebutuhan hidupnya.
Kemiskinan dan Dana Desa Pelaksanaan UU Desa telah berlangsung sejak 2014 Kini rata-rata
pemerintahan desa sebagai entitas pemerintahan yang memiliki otonomi untuk mengelola
sumber daya keuangannya Rp800 juta hingga Rp1,1 miliar per desa. Menurut UU Desa,
dipergunakan untuk membiaya infrastruktur ekonomi, sosial, fisik, dan meningkatkan
kemampuan berusaha masyarakat di perdesaan.Pada umumnya, penggunaan dana desa saat ini
belum menyentuh upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam bentuk penciptaan
aktivitas ekonomi berbasis sumber daya desa tersebut dan dapat menyerap tenaga kerja
masyarakat desa. Dalam kaitan ini, perlu kiranya kita menilik pendekatan John Friedman (1992)
dalam Empowerment: the Politics of Alternative Development, bahwa kemiskinan terjadi akibat
dari ketidakberdayaan karena ketiadaan akses terhadap kekuatan sosial (powerlessness as lack of
access to social power). Yang dimaksud Friedman dengan kekuatan sosial itu terdiri atas,
pertama, adanya modal produktif atas aset, misalnya tanah pertanian yang produktif. Kedua,
akses terhadap sumber keuangan untuk dipergunakan menambah income dan kredit usaha yang
memadai. Ketiga, partisipasi dalam suatu kelembagaan yang dapat mencapai kepentingan
ekonomi seperti koperasi atau badan usaha bersama dalam masyarakat. Keempat, akses dan
jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang
memadai. Kelima, akses terhadap informasi yang dapat mendukung bagi ruang usaha yang
produktif. Solusi Urbanisasi Pendekatan Friedman ini sesungguhnya relevan untuk mengatasi
persoalan kemiskinan yang terjadi di perdesaan. Melalui pendekatan ini, kiranya pembangunan
perdesaan ini harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Program redistribusi lahan dalam program reforma agraria bagi para petani di perdesaan sudah
seharusnya segara direalisasikan. Kebijakan reforma agraria ini akan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kesejahteraan warga perdesaan sebagai aset ekonomi yang paling
mendasar.
 Kedua, penguatan kelembagaan usaha ekonomi yang berskala produktif. Dalam UU Desa
dikenal suatu institusi perekonomian yang dikenal dengan badan usaha milik (BUM)
desa. Bumdes ini diharapkan menjadi institusi ekonomi berbasis masyarakat yang dapat
meningkatkan usaha bersama untuk meningkatkan pendapatan sekaligus menyerap
tenaga kerja bagi masyarakat perdesaan.
 Redistribusi lahan pertanian dan penguatan kelembagaan ekonomi harus juga dibarengi
dengan peningkatan kemampuan masyarakat desa dengan meningkatkan keterampilan
sesuai kebutuhan dengan terus melakukan inovasi dan teknologi tepat guna.
 Dunia pendidikan, baik menengah kejuruan maupun perguruan tinggi, melakukan
pendampingan terhadap pembangunan masyarakat desa. Apabila semua pemangku
kepentingan (Kementerian Desa, Pertanian, Dalam Negeri, Keuangan, Pertanahan/BPN,
Sosial, Dikbud, Ristekdikti, Pemerintah Daerah, dan instansi lain) memiliki gerak
langkah yang sama dalam kebijakan yang komprehensif dan terintegrasi dalam
menangani pembangunan di perdesaan, urbanisasi dengan sendirinya akan teratasi.
Dengan demikian, persoalan urbanisasi sebagai fenomena tahunan dapat diselesaikan
hingga ke akar persoalannya dengan pembangunan yang berfokus pada perdesaan.
Sumber :
Https://nasional.sindonews.com/berita/1222235/18/urbanisasi-dan-kesenjangan-kota-desa

Anda mungkin juga menyukai