Prosiding PBBMI 2015
Prosiding PBBMI 2015
SEMINAR ILMIAH
PERHIMPUNAN BIOKIMIA & BIOLOGI MOLEKULER
INDONESIA
REVIEWER:
Prof. Ir. Triwibowo Yuwono, Ph.D
Prof. Dr. drh. Wayan Tunas Artama
dr. Ahmad Hamim Sadewa, Ph.D
Dr. Sunarti, M.Kes
Dr. Pramudji Hastuti, Apt., M.Kes
Dra. Prasetyastuti, Apt., M.Kes
dr. Arta Farmawati, Ph.D
Ukuran Buku: 15 x 21 cm
Tebal buku: 50 + v
ISBN: 978-602-70556-1-2
Penerbit:
Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada
Alamat Penerbit:
Gd. Radiopoetro Lt 6, Sekip Utara Yogyakarta 55281
Telp. 0274 6492446 Fax. 0274-561196,
E-mail: bb.fk@ugm.ac.id
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum w.w.
Yang kami hormati para Guru Besar, Sesepuh dan Rekan-Rekan Anggota PBBMI dari seluruh
Indonesia.
Pertama, kami haturkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan Bapak/Ibu sekalian dalam
kegiatan Seminar Ilmiah dan Sarasehan yang telah terlaksana pada Sabtu 7 Maret 2015 yang lalu
dengan baik dan lancar.
Pertemuan PBBMI pada kali ini mengambil topik “Peran Biokimia dan Biologi Molekuler pada Era
Post Millenium Development Goals” untuk memicu keinginan kita semua supaya mengevaluasi
dan merencanakan kontribusi apa yang sudah dan akan kita kerjakan untuk bangsa ini. Hal ini
mengingat peran aktif ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler selalu ditunggu dan dinantikan oleh
ilmu-ilmu terapan lainnya dalam bentuk penelitian-penelitian translasional. Presentasi ilmiah dan
diskusi dalam kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan ide-ide riset, kerjasama dan jalinan
networking diantara para peneliti.
Alhamdulillah, pada kesempatan kemarin kita telah dikumpulkan dalam sesi saresehan. Semoga
pertemuan tersebut menjadi awal untuk pertemuan-pertemuan PBBMI selanjutnya. Karena
sebagai organisasi keilmuan, PBBMI diharapkan menjadi wadah keilmuan atau akademik dalam
bersama-mengambangkan keinginan, minat dan kompetensi aggota yang sangat heterogen.
Kami ingin menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh penulis yang tergabung
dalam prosiding ini, pembicara seminar, peserta presentasi oral, peserta seminar, seluruh panita
yang terlibat, serta kepada para kolega yang telah berkontribusi menyukseskan seminar ilmiah
dan sarasehan ini. Kami berharap semua yang terlibat di dalamnya mendapatkan banyak
manfaat.
Wassalamualaikum w.w.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
ISI
1. PEMETAAN PENYAKIT ZOONOTIK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) 1-10
DENGAN PENDEKATAN ONE HEALTH
Wayan T. Artama, Annisa Retmanasari, Barandi S.Widartono, Mahardika A. Wijayanti1,
Sujono
2. KLONING GEN wingless-type MMTV integration site family member 4 (Wnt4) MENCIT 11-23
SWISS WEBSTER UNTUK PENYEDIAAN ANTIGEN BARU DALAM IMUNOKONTRASEPSI.
Agung J. Sitasiwi, Wayan T. Artama, Agung Budiyanto, Edi DharmanaPENENTUAN
PATOTIPE
3. STUDI PATOTIPING VIRUS NEWCASTLE DISEASEDARI AYAM BROILER DENGAN METODE 24-29
RT-PCR DAN REA
Silvana Derivatif Kristoferin dan Aris Haryanto
4. PERAN ENZIM p38 Mitogen-activated Protein Kinase (MAPK) TERHADAP PENINGKATAN 30-36
KADAR ANGIOTENSINOGEN PADA KULTUR ADIPOSIT YANG TERPAJAN GLUKOSA
Novi Khila Firani, M Rasjad Indra
5. DASAR MOLEKULER DAN MANIFESTASI KLINIS PASIEN AKONDROPLASIA DI INDONESIA 37-42
Dewi Megawati, Nanis S. Marzuki, Ita M. Nainggolan, Maria Swastika, Sintia Puspitasari,
Iswari Setianingsih
6. KLONING GEN PENYANDI Ag85A Mycobacterium tuberculosis 43-50
Firdayanti, Ni Made Mertaniasih, Ning Rintiswati, Wayan T. Artama
7. PENGARUH HIPERGLIKEMIA TERHADAP HIGH SENSITIVE C REACTIVE PROTEIN (Hs-CRP) 51-55
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
Eti Yerizel, Putra Hendra, Zulkarnain Edward, Hafni Bachtiar
8. REAKTIVITAS PANEL ANTIBODI MONOKLONAL TERHADAP VIRUS FLU BURUNG SUBTIPE 56-62
H5N1 YANG BERSIRKULASI DI INDONESIA
Ema Qurnianingsih, Kadek Rachmawati, Reviany V.Nidom, Rahmalia D.Suindari,
Suhartati, Chairul A Nidom
9. EFEK EKSTRAK DAUN TORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) SEBAGAI ANTIOKSIDAN PADA 63-68
HATI TIKUS DIABETES
Trini Suryowati, Rimbawan, Rizal Damanik, Maria Bintang, Ekowati Handharyani
10. POLA MUTASI VIRUS FLU BURUNG H5N1 PADA BERBAGAI INANG BERDASARKAN KAJIAN 69-81
MOLEKULAR FRAGMEN HEMAGGLUTININ
Kadek Rachmawati, Ema Qurnianingsih, Muhamad Y.Alamudi, Setyarina Indrasari,
Soetjipto, Chairul A. Nidom
11. IN SILICO DOCKING MOLEKULAR ANTITUBERKULOSIS TERHADAP TARGET ENZIM ALANIN 82-91
RACEMASE DAN TIMIDILAT SINTASE MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS H37Rv
St Khaerunnisa, Suhartati, Ira Humairah, Reza Arta Bagaskoro Nugroho
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) iv
13. PEMBERIAN EKSTRAK BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP PROFIL LIPID dan 100-105
KADAR NOx TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) DISLIPIDEMIA
Dewi Wiryanthini IA, Sutadarma IWG, Yuliana
14. EFEK KUERSETIN TERHADAP EKSPRESI GEN ENDOTHELIAL NITRIC OXIDE SYNTHASE (eNos) 106-115
DI SEL OTOT JANTUNG DAN SEL ENDOTELIAL AORTA TIKUS DIABETES MELITUS TIPE 2
Tien, Ahmad Hamim Sadewa, Arta Farmawati
15. GENOTIPE VIRUS HEPATITIS B (VHB) PADA PENDERITA HEMODIALISIS (HD) DENGAN 116-124
HBSAG NEGATIF DI RSUD DR. SOETOMO, SURABAYA, INDONESIA
Retno Handajani, Lina Lukitasari, Mochamad Amin, Mochammad Thaha, Soetjipto
16. ANALISIS POLIMORFISME -2578*C/A GENA VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR-A 125-130
(VEGF-A) DENGAN TEKNIK ARMS-PCR PADA INDIVIDU DENGAN DAN TANPA ULKUS
DIABETIKA
Ika Rahayu, Hemi Sinorita, Kris Herawan Timotius, Ahmad Hamim Sadewa
17. PENGARUH EKSPRESI LIPOPROTEIN LIPASE TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM PADA 131-139
TIKUS MODEL DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG TERPAPAR KUERSETIN JANGKA PENDEK
Sylvia Rianissa Putri, Arta Farmawati, Tasmini
18. EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS PADA MDA DARAH TIKUS WISTAR TERPAPAR FLUPHENAZIN 140-144
DEKANOAT
Innawati Jusup, Irena Aryani Puspowardojo
19. VIRUS NEWCASTLE DISEASE PADA AYAM KAMPUNG DENGAN METODE RT-PCR DAN REA. 145-154
Wahyu Haryanto dan Aris Haryanto
20. PEMANFAATAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT Streptococcus thermophillus DARI 155-165
LIMBAH KOTORAN IKAN TERHADAP PERFORMAN PERTUMBUHAN DAN KADAR
KOLESTEROL DAGING AYAM BROILER Strain Lohmann
Astuti, Zaenal Bachruddin, Supadmo, Eni Harmayani
21. PENENTUAN PROTEIN EFFICIENCY RATIO (PER) TEPUNG KORO PEDANG PUTIH (Canavalia 166-175
ensiformis L.) PADA TIKUS SPRAGUE-DAWLEY JANTAN LEPAS SAPIH
Agnes-Murdiati, Citra Bonita Permatasari, dan Sri Anggrahini
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 1
E-mail: artama@ugm.ac.id
ABSTRAK
Karakteristik dan faktor risiko yang Hasil Pemeriksaan IgG dan IgM
mempunyai hubungan bermakna (p<0,05) antitoksoplasma menunjukkan bahwa
dengan seroprevalensi toksoplasmosis di prevalensi toksoplasmosis di Jawa Tengah
Provinsi adalah jenis kelamin, geografis bagian selatan yaitu 62,54% (>40%). Faktor
(elevasi), interaksi dengan kucing, konsumsi risiko yang berpengaruh terhadap kejadian
sate kambing, konsumsi sayuran mentah, toksoplasmosis yaitu keberadaan kucing,
pekerjaan kontak dengan daging mentah, kepemilikan hewan ternak/peliharaan, sumber
sumber air, dan pekerjaan/aktivitas kontak air, pekerjaan atau aktivitas kontak dengan
dengan tanah. Gambar 1 menunjukkan bahwa daging mentah dan elevasi, seperti yang
distribusi toksoplasmosis di daerah Gunung terlihat pada Tabel 2.
Kidul paling sedikit dibandingkan kabupaten
lainnya.
Tabel 2. Hasil hubungan faktor-faktor risiko terhadap kasus toksoplasmosis dengan analisis
bivariat di Jawa Tengah bagian selatan.
Keterangan: *p value ≤ 0,05 signifikan; ** OR>1 dan batas bawah CI lebih dari 1 sebagai faktor risiko.
yang telah difiltrasi. Keberadaan kucing distribusi dari toksoplasmosis di Jawa tengah
sebagai faktor risiko paling rendah di wilayah bagian selatan. Kategori dari kasus
ini dengan nilai OR 1,423 dan CI (1,002- toksoplasmosis diberi warna sesuai dengan
1,981), yang berarti bahwa lokasi yang tingkat infeksinya. Warna coklat tua pada peta
memiliki lingkungan dengan jumlah kucing menunjukkan lokasi dataran tinggi (daerah
lebih banyak beresiko 1,423 kali terkena pegunungan), kemudian diikuti dengan warna
toksoplasmosis dibandingkan lokasi dengan kuning dan hijau (perbukitan) yang
jumlah kucing sedikit. menunjukkan lokasi lebih rendah dari pada
Distribusi dari kasus toksoplasmosis di warna sebelumnya secara berurutan. Warna
setiap kabupaten Jawa Tengah bagian selatan biru tua menunjukkan lokasi dataran paling
dapat dilihat pada Gambar 2. Beberapa simbol rendah dibandingkan warna sebelumnya,
dipeta menggambarkan kondisi geografis dan hijau.
pegunungan atau perbukitan. Lingkaran warna pekerjaan/aktivitas yang ada kontak dengan
hijau pada pengeplotan lokasi penelitian tanah, sedangkan di Jawa Tengah bagian
menunjukkan tidak adanya kasus selatan yaitu keberadaan kucing, pekerjaan/
toksoplasmosis di wilayah tersebut. aktivitas kontak dengan daging mentah,
sumber air, dan elevasi.
PEMBAHASAN Toksoplasmosis dapat menyerang siapa
saja disegala umur.11 Penyakit ini pada wanita
Toksoplasmosis merupakan penyakit dan usia produktif terlihat lebih fatal
yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma dibandingkan laki-laki atau di usia lainnya.
gondii. Dampak yang terjadi apabila terinfeksi Wanita pada usia tersebut masih dalam rentan
penyakit ini dapat menimbulkan penyakit akut waktu produktif untuk hamil dan
sampai kronis. Takizoit yang merupakan salah menghasilkan keturunan. Jenis kelamin di
satu stadium aktif dari T. gondii pada tubuh Provinsi DIY dan usia di Jawa Tengah bagian
inang merupakan fase akut, sedangkan ketika selatan berhubungan dengan kejadian
sudah menjadi bradizoit (kista jaringan) toksoplasmosis. Pernyataan ini sesuai dengan
termasuk fase kronis. Perbedaan dari stadium teori yang telah diungkapkan sebelumnya
yang terjadi pada tubuh inang perantara bahwa toksoplasmosis dapat menyerang siapa
dipengaruhi dari sistem imun masing-masing saja.
dari inang perantara tersebut ketika terinfeksi Interaksi dengan kucing terbukti
parasit ini.8 mempunyai hubungan dengan seroprevalensi
Infeksi Toxoplasma gondii ke sel inang toksoplasmosis di Provinsi DIY, kecuali di
perantara dapat secara vertikal maupun Kabupaten Gunungkidul. Hasil ini tidak jauh
horizontal. Pada wanita hamil yang memiliki berbeda dengan yang terjadi di Iran, dimana
sistem imun normal, infeksi dari T. gondii interaksi dengan kucing memiliki hubungan
dapat menyebabkan hidrocephalus dan yang bermakna dengan prevalensi
penyakit neurologi pada janin, tergantung dari 12
toksoplasmosis. Keberadaan kucing sebagai
waktu terjadinya infeksi.9 Anak yang lahir hospes definitif dengan kondisi suhu, kadar
nantinya hanya membawa immunoglobulin G oksigen serta kelembaban tanah yang tinggi
(IgG) terhadap toksoplasmosis yang berasal merupakan faktor yang mendukung
dari ibunya. Antibodi jenis ini dapat perkembangan ookista menjadi infektif.5
menembus plasenta masuk ke janin dan Keberadaan kucing yang terinfeksi
berperan pada imunitas bayi sampai umur 6-9 memungkinkan terjadinya pencemaran ookista
bulan.10 Penyakit toksoplasmosis ini akan di tanah. Terbukti dengan pekerjaan atau
semakin fatal ketika sistem imun dari inang kegiatan yang ada kontak langsung dengan
perantara mengalami immunosupresi. tanah mempunyai hubungan yang bermakna
Toksoplasmosis dapat menyebabkan dengan seroprevalensi toksoplasmosis di
toxoplasmic encephalitis terutama pada Provinsi DIY, kecuali di Kabupaten
penderita AIDS.8 Gunungkidul. Kabupaten ini memiliki
Faktor risiko yang mempunyai hubungan kelembaban rendah (tanah kering) dan batu
bermakna (p<0,05) dengan seroprevalensi kapur, sehingga ookista tidak bertahan lama di
toksoplasmosis di Provinsi DIY adalah jenis kondisi tanah tersebut. Hasil analisis bivariat
kelamin, geografis (elevasi), interaksi dengan menunjukkan bahwa interaksi antara manusia
kucing, konsumsi daging setengah matang, dengan kucing tidak signifikan terhadap
konsumsi sayuran mentah, pekerjaan/aktivitas kejadian toksoplasmosis di Jawa Tengah
kontak dengan daging mentah, sumber air, dan bagian selatan. Kucing yang terinfeksi
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 8
toksoplasmosis kemungkinan hanya sebatas konsumsi daging kambing yang dimasak tidak
menyebarkan ookista, sehingga penularan ke cukup matang, mempunyai hubungan yang
manusia dapat terjadi melalui faktor risiko bermakna dengan seroprevalensi
yang lain. Interaksi langsung dengan kucing toksoplasmosis di Provinsi DIY dengan odds
bukan merupakan faktor risiko dari kasus ratio sebesar 4,087. Daging yang dimasak
toksoplasmosis di wilayah ini. setengah matang memungkinkan kista yang
Keberadaan kucing di Jawa Tengah terdapat dalam daging tersebut belum mati.
bagian selatan secara umum relatif sedikit. Kista hanya dapat mati apabila dipanaskan
Setiap Kabupaten memiliki variasi dalam pada suhu 67oC selama 5 menit.15
keberadaan kucing dilingkungannya. Jumlah Faktor risiko yang mempunyai odds
yang banyak atau sedikit belum tentu ratio terbesar di Provinsi DIY adalah
mengindikasikan bahwa kucing di lokasi konsumsi sayuran mentah. Proses pencucian
tersebut bukan sebagai faktor risiko sayuran biasanya dilakukan pada air dalam
toksoplasmosis. Peluruhan feses kucing yang wadah. Sayuran yang tercemar ookista dari
terinfeksi toksoplasmosis hanya terjadi satu tanah, dapat menyebabkan toksoplasmosis
kali seumur hidup dari kucing.13 Ookista yang apabila pencucian sayuran yang dikonsumsi
dikeluarkan dalam satu kali peluruhan tersebut mentah ini kurang baik.
dapat mencapai ribuan.14 Hasil analisis Orang dengan pekerjaan/aktivitas kontak
bivariat menunjukkan bahwa terdapat dengan daging mentah tertular karena darah
hubungan antara keberadaan kucing terhadap dari hewan yang terinfeksi dapat masuk
kasus toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian melewati luka dari pekerja tersebut. Studi
Selatan. Lokasi yang memiliki kucing banyak seroepidemiologi toksoplasmosis pada pekerja
beresiko 1,423 kali dibandingkan dengan RPH dan penjual daging kambing di Surabaya
lokasi yang memiliki jumlah kucing sedikit. menunjukkan toksoplasmosis yang tinggi,
Lokasi di Jawa Tengah bagian selatan yang yaitu pada pemotong kambing di RPH sebesar
memiliki risiko terkena toksoplasmosis dari 85% dan 55%, pada pemotong kambing di
faktor keberadaan kucing yaitu Kabupaten luar RPH sebesar 80% dan 40%, serta pada
Purworejo dan Kebumen. Jumlah kucing penjual daging kambing 80% dan 30%.6
dikedua lokasi tersebut cukup banyak Responden di Jawa Tengah bagian selatan
dibandingkan kelima kabupaten lainnya di yang memiliki pekerjaan/ aktivitas kontak
Jawa Tengah bagian selatan. Kabupaten langsung dengan daging mentah dengan
Banjarnegara dan Wonosobo tidak terdapat jumlah banyak terdapat di Kabupaten
kasus toksoplasmosis. Lokasi dengan daerah Purworejo, Kebumen, Banyumas, Purbalingga
perbukitan dan lereng yang curam dibeberapa dan Wonosobo. Hasil analisis bivariat
lokasi akan berpengaruh terhadap keberadaan menunjukkan bahwa responden yang memiliki
kucing di lokasi tersebut juga. Keberadaan aktivitas atau pekerjaan kontak langsung
kucing positif toksoplasmosis yang relatif dengan daging mentah memiliki risiko 1,772
sedikit akan meminimalisir persebaran dari kali dibandingkan yang tidak. Aktivitas atau
ookista. pekerjaan kontak langsung dengan daging
Pencemaran ookista pada tanah ini juga mentah sebagai faktor risiko toksoplasmosis di
menyebabkan tingginya prevalensi Kabupaten Purworejo, Kebumen, Banyumas,
toksoplasmosis pada kambing di Yogyakarta dan Purbalingga. Responden yang terinfeksi
yaitu sebesar 78%.15 Tingginya prevalensi toksoplasmosis akibat dari aktivitas atau
toksoplasmosis pada kambing ini pekerjaan kontak langsung dengan daging
menyebabkan pola makan dan makanan yaitu mentah dapat terjadi karena mereka tidak
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 9
menggunakan perlindungan seperti sarung sebagai faktor definitif yang sedikit di dataran
tangan atau plastik. Lebih dari 80% responden tinggi akan meminimalisir kasus
tidak perlindungan saat kontak dengan daging toskoplasmosis di wilayah tersebut. Tanah
mentah. yang hanyut saat hujan akan membawa
Hasil analisis bivariat menunjukkan ookista dari tempat yang lebih tinggi ke
bahwa sumber air di Provinsi DIY dan Jawa tempat yang lebih rendah. Ookista yang telah
Tengah bagian selatan signifikan terhadap mengkontaminasi sungai mengalir ke tempat
kasus toksoplasmosis. Responden yang yang lebih rendah. Mekanisme-mekanisme
menggunakan sumber air yang tidak difiltrasi tersebut menyebabkan prevalensi di tempat
kemungkinan risiko terkena kasus yang rendah akan lebih tinggi.7
toksoplasmosis lebih besar dibandingkan
dengan responden yang menggunakan sumber SIMPULAN
air difiltrasi. Sumber air yang tidak difiltrasi 1. Seroprevalensi toksoplasmosis
dapat berasal dari sungai, sumur dan waduk. berdasarkan IgM atau IgG
Air tidak sebatas digunakan untuk konsumsi antitoksoplasma positif yang diperiksa
saja, tapi juga untuk mencuci sayuran, dan dengan metode ELISA menggunakan
diberikan ke hewan ternak mereka. Sumber air protein rekombinan GRA-1 takizoit T.
di Kabupaten Cilacap paling banyak gondii isolat lokal di Provinsi DIY dan di
menggunakan air yang difiltrasi. Penggunaan Jawa Tengah bagian selatan tinggi
air yang difiltrasi tersebut menyebabkan tidak (>40%) yaitu 61,5% dan 62,54%.
ditemukannya kasus toksoplasmosis di 2. Distribusi keruangan toksoplasmosis Jawa
beberapa lokasi di Kabupaten Cilacap. Proses Tengah bagian selatan dengan
filtrasi salah satunya menggunakan klorin. menggunakan SIG terlihat
Ookista tidak dapat hidup lama di air dengan pengelompokan kasus di setiap wilayah
kondisi dingin atau dengan air hangat, yang terinfeksi toksoplamosis dan terjadi
klorinasi, treatment ozon.13 pula pada wilayah yang tidak ada kasus
Elevasi mempunyai hubungan yang toksoplasmosis. Distribusi toksoplasmosis
bermakna dengan seroprevalensi paling banyak di dataran rendah.
toksoplasmosis. Orang yang tinggal di dataran 3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
dengan ketinggian <100m diatas permukaan kejadian toksoplasmosis di DIY yaitu
laut (di Kabupaten Bantul) mempunyai risiko jenis kelamin, interaksi dengan kucing,
terinfeksi toksoplasmosis sebesar 1,356 kali elevasi, konsumsi sayuran mentah,
dibanding orang yang tinggal di dataran pekerjaan/aktivitas kontak dengan daging
dengan ketinggian >100 m (Kabupaten mentah, sumber air dan
Gunungkidul). Lokasi di Jawa Tengah bagian pekerjaan/aktivitas kontak dengan tanah,
selatan terutama di Kabupaten Wonosobo dan sedangkan faktor-faktor yang
Banjarnegara pada penelitian ini tidak terdapat berhubungan dengan kejadian
kasus toksoplasmosis. Ketinggian lokasi toksoplasmosis di Jawa Tengah bagian
kedua kabupaten tersebut lebih dari 400 mdpl. selatan yaitu keberadaan kucing,
Daerah pegunungan dan beberapa lokasi pekerjaan/aktivitas kontak langsung
dengan kemiringan yang curam menyebabkan dengan daging mentah, sumber air, dan
ookista tidak akan bertahan lama di lokasi elevasi.
tersebut dan terbawa ke daerah yang lebih
rendah. Lokasi di dataran tinggi berpengaruh
pula pada keberadaan kucing. Jumlah kucing
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 10
E-mail: agssiwi@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Imunokontrasepsi merupakan proses yang menggunakan sistem imun dalam
tubuh untuk menghalangi fertilitas. Konsep imunokontrasepsi dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mengisolasi dan mengidentifikasi protein atau gen yang berperan penting dalam salah satu
tahap proses reproduksi untuk digunakan sebagai antigen. Gen Wnt4 merupakan regulator proses
implantasi embrio mencit dan manusia tetapi belum dikembangkan sebagai sumber antigen dalam
imunokontrasepsi. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengeksplorasi sumber antigen baru
dalam imunokontrasepsi melalui kloning gen Wnt4 yang diisolasi dari mencit Swiss Webster.
Metode: Sumber RNA diisolasi dari implantation site uterus mencit Swiss Webster dengan usia
kebuntingan tujuh hari. Sintesis cDNA dilakukan dengan reverse transcriptase polymerase chain
reaction (RT-PCR), selanjutnya gen Wnt4 diamplifikasi dengan menggunakan primer forward 5’-
ACGTGCGAGAAACTCAAAGG-3’ dan primer reverse 5’-GGACTGTGAGAAGGCTACGC-3’.
Amplifikasi dilakukan sebanyak 35 siklus dengan suhu annealing 57 oC selama 1 menit. Kloning
produk PCR dilakukan pada vektor pET SUMO dan ditransformasi pada E.coli BL21.
Transformasi DNA plasmid dilakukan menggunakan The Champion pET SUMO Protein
Expression System. Hasil transformasi ditumbuhkan pada media LB padat yang telah diberi
kanamisin dengan konsentrasi 1:1000. Analisis DNA insert dilakukan dengan cara mengisolasi
DNA plasmid rekombinan dari masing-masing klon kemudian diamplifikasi dengan teknik PCR
menggunakan primer yang digunakan untuk amplifikasi gen dengan RT-PCR. Hasil amplifikasi
DNA dielektroforesis pada gel agarosa 1.5%, selanjutnya divisualisasi pada transluminator
ultraviolet. Hasil visualisasi produk RT-PCR menunjukkan band berukuran 400bp.
Hasil: Klon E.coli pembawa DNA plasmid rekombinan yang berhasil tumbuh sebanyak 13 klon,
masing-masing menunjukkan band dengan ukuran 6036 bp. Hasil amplifikasi dan visualisasi DNA
plasmid rekombinan menunjukkan band dengan ukuran 400 bp berhasil insert pada sembilan klon.
Simpulan: Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kloning gen Wnt4 mencit Swiss
Webster telah berhasil dilakukan.
pada Epinephelus coioides juga telah berhasil dibuang, membran dipindahkan ke tabung 1.5
dilakukan40. ml dan ditambah 600 µl RNA washing buffer.
Sumber, fungsi dan mekanisme aksi Membran disentrifus ulang selama 1 menit
protein Wnt4 telah diketahui dengan pasti. pada kecepatan 12.000 rpm. Cairan yang
Isolasi, deteksi eskpresi, amplifikasi dan terbentuk dibuang, tabung kembali disentrifus
kloning gen Wnt4 telah berhasil dilakukan pada selama 2 menit dengan kecepatan 12.000 rpm.
beberapa spesies, tetapi belum dikembangkan Membran dipindah ke tabung 1,5 ml kemudian
sebagai antigen dalam imunokontrasepsi. ditambah 50 µl DEPC, didiamkan 1-2 menit,
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk disentrifugasi kembali selama 1 menit dengan
mengeksplorasi sumber antigen baru dalam kecepatan 12.000 rpm. Membran ditambah 30
imunokontrasepsi melalui kloning gen Wnt4 µl DEPC, didiamkan 2 menit, disentrifugasi
yang diisolasi dari mencit Swiss Webster. kembali selama 1 menit dengan kecepatan
Keberhasilan kloning gen Wnt4 membuka 12.000 rpm. Cairan yang tertampung setelah
peluang untuk digunakan sebagai antigen baru sentrifus terakhir merupakan RNA, disimpan
dalam metode imunokontrasepsi untuk pada suhu -20 C sampai digunakan untuk RT-
meregulasi fertilitas hewan, terutama hewan PCR. Konsentrasi RNA ditentukan dengan
liar yang berperan sebagai hama atau reservoir rumus sebagai berikut: [RNA]= OD260 X P X
penyakit menular. 40 µg/ml (OD: Optical Density; P:
Pengenceran: 40: Konstanta untuk RNA)41.
METODE
2. Amplifikasi gen Wnt4
1. Isolasi RNA Wnt4 Amplifikasi dilakukan dengan
Isolasi RNA dilakukan dengan Total menggunakan mesin Amplitron1 dengan
Isolation Kit (FTRI-25, SBS Genetech). volume reaksi yang terdiri dari 2 µL PCR mix,
Implantation site pada uterus hewan coba yang 2 µL primer forward, 2 µL primer reverse, 17
telah dikawinkan, diisolasi pada hari ke-tujuh µL ddH2O, 2 µL DNA template, dan 2µL
kebuntingan. Sampel uterus ditimbang DMSO.
sebanyak 100 mg, dimasukkan ke dalam Kondisi optimum sintesis DNA pada saat
nitrogen cair dan segera dihancurkan dengan optimasi diperoleh pada suhu 57 oC selama 30
menggerus (grinding) menggunakan mortar. menit, sintesis cDNA dilakukan selama 30
Uterus yang telah hancur ditambah 1ml redzol, menit pada suhu 57 oC, amplifikasi sebanyak
dihomogenisasi dan segera didiamkan pada 35 siklus dengan predenaturasi selama 5 menit
suhu kamar selama 5 menit. Campuran uterus pada suhu 94 oC, setiap siklus terdiri atas
dan redzol ditambah dengan 0,2 ml denaturasi selama 1 menit pada suhu 94 oC,
chloroform, divortex, didiamkan 3 menit pada annealing selama 1 menit pada suhu 57 oC, dan
suhu kamar, selanjutnya disentrifus selama 15 extension selama 1 menit pada suhu 72 oC.
detik dengan kecepatan 12000 rpm sampai Tahap ekstensi diperpanjang selama 10 menit
terbentuk 3 fase. Fase atas dipindahkan ke pada suhu 72 oC. Selanjutnya tabung
tabung eppendorf 1.5 ml, ditambah 200 µl dan didinginkan pada suhu 4 oC selama 4 menit.
dihomogenkan. Campuran segera dipindah ke Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada gel
dalam Membran Spin Column didiamkan agarose 1.5% dan pengamatan dilakukan
selama 3 menit, disentrifugasi selama 3 menit menggunakan transluminator UV yang
dengan kecepatan 12.000 rpm. Cairan yang memperlihatkan band yang spesifik dengan
terkumpul di bagian bawah tabung eppendorf ukuran 400 bp yang siap untuk dikloning.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 14
dan dicampurkan pada kemudian dibolak-balik suhu mencapai 50oC. Ditambahkan 1 µL DNA
sebanyak 10 kali, disentrifugasi 14.000 rpm fluorosafe (1st Base) kemudian dihomogenkan.
selama 3 menit. Supernatan yang terbentu Cetakan gel dan sisir diatur kemudian larutan
setelah sentrifus dipindahkan ke PD column gel dituang ke dalam cetakan sampai gel
dari microtube, diulangi sentrifus dengan mengalami polimerisasi. Chamber
kecepatan 14.000 rpm selama 30 detik. Bagian elektroforesis diisi dengan 1x dapar TBE. Sisir
bawah PD column dibuang, PD column dilepaskan dari gel dan gel ditempatkan dalam
kembali ditempatkan pada collection tube 2 chamber elektroforesis. Sampel DNA
mL. Wash buffer yang telah dicampur ethanol dicampur dengan DNA loading dye dengan
dipipet sebanyak 600 µl ditambahkan pada PD perbandingan 1: 4 (DNA loading dye: sampel
column kemudian sentrifuge dengan kecepatan DNA), diisikan pada sumuran dalam gel
14.000 rpm selama 30 detik. Bagian bawah PD masing-masing sebanyak 10 µL. Sumuran
column dibuang dan diletakkan kembali pada 2 pertama digunakan untuk DNA marker
mL collection tube, disentrifugasi 14.000 rpm (Sigma®), sumuran berikutnya digunakan
selama 3 menit untuk mengeringkan matrix untuk DNA sampel. Gel dirunning pada
column. DNA yang berhasil diisolasi disimpan 100mV selama 30 menit. Gel divisualisasi pada
pada suhu -20 oC. transluminator UV untuk mengamati band
yang spesifik untuk Wnt4 yaitu 400 bp.
c. Amplifikasi DNA insert
Amplifikasi DNA insert dilakukan
dengan menggunakan mesin Amplitron® HASIL
dengan volume reaksi 25 µL yang terdiri dari
12,5 µL PCR mix, 2 µL primer forward, 2 µL 1. Amplifikasi dan Sekuensing Gen Wnt4
primer reverse, 5,5 µL ddH2O, 2 µL DNA Isolasi total RNA dengan Total Isolation
template. Kondisi PCR dilakukan dengan Kit (FTRI-25, SBS Genetech), sintesis cDNA
predenaturasi selama 5 menit pada suhu 94oC, dengan reverse transcriptase polymerase chain
denaturasi selama 1 menit pada suhu 94oC, reaction (RT-PCR) dan amplifikasi gen Wnt4
annealing selama 1 menit pada suhu 57oC , dan dengan menggunakan primer forward 5’-
elongasi selama 1 menit pada suhu 72oC. ACGTGCGAGAAACTCAAAGG-3’ dan
Tahap elongasi diperpanjang selama 10 menit reverse 5’-GGACTGTGAGAAGGCTACGC-
pada suhu 72 oC. Amplifikasi DNA dilakukan 3’ telah berhasil dilakukan. Hasil BLAST
sebanyak 40 siklus. Selanjutnya tabung sekuen primer yang digunakan pada data base
didinginkan pada suhu 4 oC selama 4 menit. dalam NCBI menunjukkan hasil bahwa primer
Hasil PCR kemudian dielektroforesis pada tersebut merupakan primer yang tepat untuk
gel agarosa 1.5%. Pembuatan gel elektroforesis amplifikasi gen Wnt4 sehingga dapat
dilakukan dengan menimbang 0,175 gram menempel pada sekuen nukleotida gen wnt4
agarose dan dilarutkan dengan dapar TBE 25 (Gambar 1).
mL dalam erlenmeyer 50 mL, dididihkan
menggunakan autoclave dan didiamkan sampai
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 16
Gambar 1. Tempat penempelan primer forward dan reverse pada sekuen gen Wnt4
Keterangan: Primer forward; Primer reverse
Hasil amplifikasi gen Wnt4 dan hasil sehingga terbantuk plasmid rekombinan.
elektroforesis pada gel agarosa 1,5% Plasmid rekombinan selanjutnya ditransformasi
menunjukkan bahwa gen Wnt4 mencit strain ke dalam E.coli BL21. E.coli pembawa
Swiss Webster berhasil diamplifikasi plasmid rekombinan ditumbuhkan pada media
menggunakan primer yang digunakan Hayashi LB padat yang telah diberi antibiotik
et al. (2009)29 sehingga menyebabkan kanamycin dengan konsentrasi 1:1000. Kultur
munculnya band dengan ukuran 400 bp (hasil E.coli pada media LB padat dilakukan selama
tidak ditampilkan). Hasil sekuensing dengan satu malam pada suhu 37oC dalam waterbath.
primer forward menunjukkan panjang Hasil kultur E.coli pembawa plasmid
nukleotida 393 bp sedangkan menggunakan rekombinan menunjukkan 13 koloni putih yang
primer reverse menunjukkan 394 bp. Hasil berhasil tumbuh, disajikan pada Gambar 2.
BLAST pita ukuran 400 bp menunjukkan
bahwa sekuen tersebut merupakan sekuen gen
Wnt4 M.musculus L. Sekuen gen Wnt4 juga
ditunjukkan dengan persentase homologi
antara sekuen DNA sampel yang dianalisis
dengan sekuen database dalam NCBI
(NM_009523.2), yang menunjukkan
signifikansi urutan nukelotida 99% dengan
Mus musculus wingless-related MMTV
integration site member 4.
Gambar 3. Visualisasi hasil DNA plasmid rekombinan pada gel agarosa 1.5%.
Keterangan: M: DNA ladder (1kb); Kolom 1–13: DNA plasmid rekombinan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 18
Gambar 4. Visualisasi hasil DNA insert pada gel agarosa 1.5%. Keterangan: M: DNA ladder (100bp);
Nomor 1 – 13: Sampel DNA insert hasil isolasi plasmid; Kotak merah: DNA rekombinan target
dengan ukuran 400 bp
Hasil optimasi pada penelitian ini tiap sel. Plasmid ini juga memiliki replikon,
menunjukkan gen dapat teramplifikasi dengan suatu daerah pada DNA plasmid yang terdiri
kondisi optimum pada suhu annealing 57oC. dari origin of replication dan cis-acting control
Penelitian Muhammed et al. (2004) dengan elements. Replikon menentukan jumlah kopi
suhu annealing 60oC dan menghasilkan 344 DNA yang dapat dilakukan oleh plasmid45.
bp28, sedangkan penelitian Hayashi et al. Plasmid pET juga memiliki sejumlah elemen
(2009) dengan suhu annealing 55oC penting untuk eskpresi gen, yaitu lacI gene,
menghasilkan 381 bp29, sehingga dapat sebuah promoter T7 yang spesifik untuk T7
disimpulkan bahwa perbedaan suhu annealing RNA polymerase dan lac operator yang dapat
dalam penelitian ini kemungkinan menjadi menahan transkripsi, sebuah ampicillin
penyebab primer dapat mengamplifikasi dua resistance gene, serta dua daerah origin of
gen secara bersamaan. Perbedaan suhu replication (ori) yaitu f1 yang dalam kondisi
annealing pada penelitian ini tetap memberi tertentu dapat menghasilkan vektor untai
kepastian bahwa hasil amplifikasi adalah gen tunggal, serta daerah origin of replication yang
Wnt4 dengan ukuran 400 bp. Hal tersebut konvensional45.
ditunjukkan dengan signifikansi urutan Plasmid pET SUMO pada penelitian ini
nukelotida 99% dengan Mus musculus memiliki nukleotida 5643 sehingga hasil
wingless-related MMTV integration site insersi produk PCR membentuk DNA
member 4 pada hasil BLAST sekuen rekombinan dengan ukuran ± 6036-6037 bp.
nukleotida gen Wnt4 yang diperoleh Pembentukan DNA rekombinan dapat terjadi
(NM_009523.2). karena pET SUMO memiliki cloning site pada
Plasmid merupakan vektor pengekspresi basa 653-654, disajikan pada Gambar 5. Insersi
yang paling umum digunakan dalam proses hasil PCR membentuk DNA plasmid
kloning gen. Plasmid yang saat ini umum rekombinan pada pET SUMO dapat terjadi
digunakan sebagai vektor kloning adalah pET karena Taq polymerase memiliki aktivitas
yang mampu menghasilkan 15-60 kopi dalam nontemplate-dependent yang menambahkan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 19
deoxyadenosine tunggal (A) pada ujung 3´ penelitian ini sebagai screening keberhasilan
produk PCR. Sebaliknya, vektor pET memiliki rekombinasi DNA telah tepat dilakukan. Hasil
residu deoxythymidine yang memungkinkan dari interaksi kanamycin dalam media LB
produk PCR insert dan ligasi secara efisien ke dengan gen yang resisten terhadap kanamycin
dalam vektor46. Hasil penelitian pada Gambar 4 pada plasmid ditunjukkan oleh keberadaan 13
menunjukkan efektifitas insersi produk PCR ke klon yang mampu tumbuh pada media LB
dalam plasmid yang tinggi yaitu sekitar 70% padat dengan penambahan kanamycin (dalam
(sembilan dari 13 koloni). Gambar 2) adalah klon yang mengandung
Tahap selanjutnya dalam kloning gen DNA plasmid (pada Gambar 3).
adalah proses transformasi. Proses ini Escherichia coli merupakan mikrobia
merupakan proses memindahkan plasmid yang paling umum digunakan untuk manipulasi
rekombinan ke dalam sel inang. Proses DNA sebagai vektor pengekspresi protein
transformasi biasanya dilakukan dengan rekombinan. Penggunaan E.coli dilakukan
menambahkan larutan CaCl atau ‘heat dengan pertimbangan kemudahannya untuk
shocking’ sehingga DNA asing dapat masuk ke dikultur dan berkembang dalam medium yang
dalam sel bakteri sebagai sel kompeten42,47,48. sederhana50,51. Escherichia.coli memiliki
Proses transformasi pada penelitian ini siklus hidup yang pendek karena mampu
dilakukan dengan kejutan panas (heat membelah dalam waktu 20 menit12, 45. Selain
shocking), dengan cara memindahkan hal tersebut, informasi mengenai gen dalam
campuran plasmid dan sel kompeten E.coli E.coli juga relatif lengkap sehingga dapat
BL21 dari suhu rendah (es) ke suhu 42 oC dilakukan sejumlah rekayasa dengan teknik
kemudian kembali ke suhu rendah (tabung es). yang sangat bervariasi12,47,48,49,55.
Heat shocking menyebabkan stabilitas Penggunaan E. coli sebagai inang pada
membran sel bakteri terganggu sehingga kloning gen dalam penyediaan antigen untuk
memungkinkan DNA plasmid yang imunokontrasepsi telah dilakukan oleh
2+
beragregasi dengan Ca dipermukaan sel, beberapa peneliti. Zhang et al. (1999)
menembus membran dan masuk ke dalam menggunakan E.coli untuk mendapatkan
sel42,48,49,50. protein rekombinan hasil konjugasi empat atau
Reproduksi sekuen DNA yang enam moieties LHRH pada ovalbumin56.
dicari/diklon dapat dengan dilakukan dengan Escherichia coli sebagai vektor juga telah
mengkultur bakteri pembawa plasmid digunakan untuk mengekspresikan ZP1 dari
47,50,51
rekombinan . Kultur E. coli yang Macaca radiate14, ZP3 dan ZP257, protein
digunakan untuk kloning dan ekspresi protein rekombinan bmZP1 (132–147 aa), bmZP2 (86–
rekombinan dapat dilakukan dengan tryptone- 113 aa) dan bmZP3 (324–347aa)58. E.coli
phosphate yang mengandung antibiotik BL21 dan derivatnya merupakan strain E.coli
tertentu49,52,53. Pemberian antibiotik dilakukan yang baik untuk ekspresi protein
49,55,59,60,61,62
untuk screening keberhasilan rekombinasi dan rekombinan .
transformasi DNA7,47,48,50,51,53. Antibiotik yang
diberikan pada penelitian adalah kanamycin.
Plasmid pET SUMO merupakan plasmid yang
memiliki gen yang resisten terhadap
kanamycin pada uruttan basa 1431-2246,
sehingga pemberian kanamycin dalam
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 20
Gambar 5. Sekuen nukleotida pET SUMO dengan cloning site untuk insersi produk PCR
(Dikutip dari Manual Champion™ pET SUMO Protein Expression System, Invitrogen)
6. Nie, Gui-Ying, Butt AR, Salamonsen LA, 17. Hu, Wenwei, Zhaohui F, Angelika KT, Levine
Findlay JK. Hormonal and non hormonal AJ. p53 Regulates Maternal Reproduction
agents at implantation as targets for Through LIF. Nature. 2007;450:721–724.
contraception. Reprod Fertil Dev. 1997;9:65– 18. Lou Y, Ang J, ThaiH, McElveen F, Tung KS.
76. A zona pellucida 3 peptide vaccine induces
7. Robinson AJ, Jackson R, Kerr P, Merchant J, antibodies and reversible infertility without
Parer I, Pech R. Progress toward using ovarian pathology. J Immunol.
recombinant myxoma virus as vector for 1995;155:2715–2720.
fertility control in rabbits. Reprod Fertil Dev. 19. Gupta A, Pal R, Ahlawat S, Bathia P, Singh O.
1997;9:77-83. Enhanced immunogenocity of a contraceptive
8. Bowen RA.Male contraceptive technology for vaccine using diverse synthetic carriers with
nonhuman male mammals. Anim Reprod Sci. permissible adjuvant. Vaccine. 2011;19:3384–
2006;105:139–143. 3389.
9. Holland MK. Andrews J, Clarke H, Wayton C, 20. McNatty KP, et al. The effects of immunizing
Hinds LA. Selection Of Antigens For Use In A sheep with different BMP15 or GDF9 peptide
Virus-Vectored Immunocontraceptive sequences on ovarian follicular activity and
Vaccine: PH-20 as a case study. Reprod Fertil ovulation rate. Biol Reprod. 2007;76:552–560.
Dev. 1997;9(1): 117-124. 21. Fayrer-Hosken RA, Bertschinger HJ,
10. Naz RK. Gupta SK, Gupta JC, Vyas HK, Kirkpatrick JF. Contraceptive potential of the
Talwar GP.Recent advances in contraceptive porcine zona pellucida vaccine in the African
vaccine development: A mini review. Hum elephant (Loxodonta africana).
Reprod. 2005;20(12):3271–3283. Theriogenology. 1999;52:835–846.
11. Saito-Diaz K, et al. Cloning of complementary 22. Khan MAH, Ogita K, Ferro VA, Kumasawa
DNAs encoding structurally related K, Tsutsui T, Kimura T. Immunisation with a
homeoproteins from preimplantation Mouse plasmid DNA vaccine encoding
embryos: Their involvement in the gonadotrophin releasing hormone (GnRH-I)
differentiation of embryonic stem cells. Biol and T-helper epitopes in saline suppresses
Reprod. 2010;82:687–697. rodent fertility. Vaccine. 2008;26:1365—
12. Gopal GJ. Kumar A. Strategies for the 1374.
production of recombinant protein in 23. Donovan CE, Hazzard T, Schmidt A,
Escherichia coli. Protein J. 2013;32(6):419- LeMieux J, Hathaway F, Kutzler MA.Effects
25. of a commercial canine gonadotropin
13. Nicholl DST. An introduction to genetic releasing hormone vaccine on estrus
engineering. Third edition. Cambridge suppression and estrous behavior in mares.
University Press. New York. 2008:12-50. Animal Reprod Sci. 2013;142:42– 47.
14. Govind CK, Gupta SK. Failure of female 24. Shrestha A, Wadhwa N, Gupta SK. Evaluation
baboons (Papio anubis) to conceive following of recombinant fusion protein comprising dog
immunization with recombinant non-human zona pellucida glycoprotein-3 and Izumo and
primate zona pellucida glycoprotein-B individual fragments as immunogens for
expressed in Escherichia coli. Vaccine. contraception. Vaccine. 2014;32: 564– 571.
2000;18:2970–2978. 25. McLaughlin EA, Aitken RJ. Is there a role for
15. Clydesdale G, Pekin J, Beaton S, Jackson RJ, immunocontraception? A Review. Mol Cel
Vignarajan S, Hardy CM.Contraception in Endocrinol. 2011;335:78–88.
mice immunized with recombinant zona 26. Lemons AR, Naz RK. Contraceptive vaccines
pellucida subunit 3 proteins correlates with targeting factors involved in establishment of
Th2 responses and the levels of interleukin 4 pregnancy. Am J Reprod Immunol. 2011;
expressed by CD4+ cells. Reprod Fertil. 66(1):13–25.
2004;128: 737-745. 27. Muhamed OA, Dufort D, Clarke HJ.
16. Tubbs C, McDonough CM, Felton R, Milnes Experimental and estradiol regulation of Wnt
MR. Advances in conservation endocrinology: genes in the mouse blastocyst. Identity a
The application of molecular approaches to candidate pathway of embryo-maternal
the conservation of endangered species. signalling at implantation. Biol Reprod.
Review. General and Comparative 2004;71:417-424.
Endocrinology. 2014;203:29–34. 28. Hayashi K, et al. 2009. Wnt Genes in the
Mouse Uterus: Potential Regulation of
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 22
Implantation. Biol Reprod. 2009;88:989– 42. Lodge J, Lund P, Minchin S. Gene Cloning.
1000. Principles and Apllications. New York: Taylor
29. Hsieh M, et al. Mice Null for Frizzled4 and Francis. 2007: 36-47.
(Fzd4_/_) Are Infertile and Exhibit Impaired 43. Chen BY, Janes H.W. PCR Cloning Protocols.
Corpora Lutea Formation and Function. Biol Second Edition. New Jersey: Totowa Press.
Reprod. 2005;73:1135–1146. New Jersey. 2003: 3-18.
30. Cory A, Paquet M , Behringer R, DeMayo F, 44. Yuwono T. Teori dan Aplikasi Polymerase
Richards JA, Boerboom D. Wnt4 expression in Chain Reaction. Edisi pertama. Yogyakarta:
ovarian granulosa cell precursors is required Penerbit Andi. 2006: 1–237.
for follicle formation. Biol Reprod. 45. Rosano GL, Ceccarelli EA. Recombinant
2007;77:133–136. protein expression in Escherichia coli:
31. He X, Saint-Jeannet JP, Wang D, Nathans J, advances and challenges. Review Article.
Dawid J, Varmus H. A member of the Frizzled Frontiers Microbiol. 2014;5:171-189.
protein family mediating axis induction by 46. Anonim. Manual Champion™ pET SUMO
Wnt-5a. Science. 2007;275:1652–1654. Protein Expression System. Invitrogen. 2010.
32. Paria BC, Reece J, Das SK, Dey SK. 47. Brown TA. Gene cloning and DNA analysis.
Deciphering the cross-talk of implantation: An Introduction. 5th Ed. Singapore: Blackwell
advances and challenges. Science. Publ. 2006: 107–132, 220–237.
2002;296:2185–2188. 48. Ahison AL. Fundamental Molecular Biology.
33. Miller JR. The Wnts. Gen Biol 2002;3:3001- Oxford: Blackwell Publ. 2007: 180–231.
3015. 49. Wang H, Wang F, Wang W, Yao X, Wei D,
34. Saito-Diaz K, et al. The way Wnt works: Cheng H, Deng Z. Improving the Expression
Components and mechanism. Growth Factors. of Recombinant Proteins in E. coli BL21
2014;31(1):1–31. (DE3) under Acetate Stress: An Alkaline pH
35. Sonderegger S, Pollheimer J, Knöfler M. Wnt Shift Approach. PLOS One. 2014;9(11): 1-11.
Signalling in Implantation, Decidualisation 50. Nelson DL, Cox MM. Lehninger Principles of
and Placental Differentiation: A Review. Biochemistry. 4th Edition.
Placenta. 2010;31:839-847. www.whfreeman.com/lechninger4e. 2006:
36. Li W, Zhang Y, Zhang M, Huang G, Zhang Q. 306 – 330.
Wnt4 is overexpressed in human pituitary 51. Chedrese PJ, Reproductive Endocrinology. A
adenomas and is associated with tumor Molecular Approach. Canada: Springer
invasion. J Clin Neurosci. 2014; 21:137–141. Science & Bussiness Media. 2009: 35–53.
37. McAuley BS, Akyar E, Filliger L, Hinman 52. Quesnell MM, Zhang Y, de Avila DM,
VF. Expression of wnt and frizzled genes Bertrand KV, Reeves JJ. Immunization of
during early sea star development. Gene Expr male mice with Luteinizing-Hormone-
Patterns. 2013;13: 437–444. Releasing Hormone fusion proteins reduces
38. Rao AJ, et al. Oestrogenic regulation and testicular and accessory sex gland function.
differential expression of WNT4 in the bonnet Biol Reprod. 2000;63:347–353.
monkey and rodent epididymis. Reprod 53. Priya SS, et al. Over Expression of IPTG
BioMed Online. 2009;18(4):555-561. inducible GST protein in E.coli BL21. J
39. Hou J, Lou, et al. Sequence Analysis and Biomed Sci Res. 2010;2(1): 54-59.
Molecular Characterization of Wnt4 Gene in 54. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell
Metacestodes of Taenia solium. Korean J VW. Harper’s Illustrated Biochemistry. 12th
Parasitol. 2014;52(2):163-168. Ed. New York: Lange Medical Book. 2004:
40. Chen JG, Chen T, Ding Y, Han L, Zhou FY, 396-414.
Chen WZ, Ding MX. Baicalin can attenuate 55. Zhou K, Zhou L, Lim QE, Zou R,
the inhibitory effects of mifepristone on Wnt Stepahopoulos G, Too HP.Novel reference
pathway during peri-implantation period in genes for quantifying transcriptional responses
mice. J Steroid Biochem Mol Biol. of Escherichia coli to protein overexpression
2015;149:11–16. by quantitative PCR. BMC Mol Biol.
41. Mulhardt C. Der Experimentator. 2011;12:18-27.57.
Molecularbiologie/Genomics. Ed.4. Germany: 56. Zhang Y, Rozell TG, deAvila DM, Bertrand
Spektrum Akademischer Verlag. 2003: 26-27. KP, Reeves JJ. Development of recombinant
ovalbumin-luteinizing hormone releasing
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 23
E-mail: silvana.derivat@yahoo.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Newcastle disease (ND) merupakan salah satu penyakit infeksius paling penting
dalam industri perunggasan, terutama unggas pedaging yaitu ayam broiler. Virus ND terdiri dari
satu serotipe dan disebut juga sebagai avian paramyxovirus serotipe-1 (APMV-1). Infeksi virus ini
menyebabkan kerugian ekonomi karena tingginya angka morbiditas dan mortalitas, penurunan
produksi telur dan mahalnya biaya pengendalian dan pengontrolan penyakit. Salah satu strategi
untuk menekan angka kerugian adalah dengan penentuan secara cepat dan tepat patotipe virus
penyebab penyakit ND. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan patotipe virus ND secara cepat,
tepat dan spesifik dengan metode RT-PCR dan REA pada virus ND yang diisolasi dari ayam
broiler.
Metode: Sebanyak 4 isolat virus ND yang diambil dari ayam broiler digunakan sebagai sampel
dalam penelitian ini. Setelah dilakukan ekstraksi, RNA ekstrak digunakan sebagai template untuk
amplifikasi RT-PCR dengan sepasang primer sepesifik, yaitu primer A dan primer B untuk
mengamplifikasi gen penyandi protein Fusion (F) virus ND. Produk RT-PCR kemudian
divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarose 1,5 % dengan pewarnaan florosafe DNA stain.
Restriction endonuclease analysis (REA) dengan enzim endonuclease restriksi Hin1l dilakukan
untuk penentuan patotipe virus ND strain virulen atau avirulen didasarkan pada pola hasil
pemotongan fragmen DNA yang dihasilkan. Visualisasi pemotongan DNA dilakukan dengan
elektroforesis gel agarose pada konsentrasi 2,5 % dengan pewarnaan florosafe DNA stain. Produk
amplifikasi disekuensing untuk mengetahui urutan nukleotida dan asam amino gen penyandi
protein F. Hasil sekuensing DNA dianalisis dengan metode neighbor joining menggunakan
software MEGA 6.1. Patotipe virus ND dapat diketahui dengan melihat keberadaan asam amino
basa pada cleavage site.
Hasil: Hasil visualisasi produk RT-PCR terlihat fragmen DNA sebesar 363 bp pada keempat isolat
virus ND yang digunakan. Hasil REA menunjukkan bahwa dua dari empat isolat tersebut
mempunyai sekuen pengenalan untuk enzim Hin1l, sehingga terlihat adanya dua fragmen DNA,
sementara dua isolat yang lain tidak terpotong oleh enzim Hin 1l. Berdasarkan hasil analisis REA
yang dicocokkan dengan analisis hasil sekuensing DNA, sebanyak dua isolat termasuk kedalam
virus ND patotipe avirulen (lentogenik) dan dua isolat lain sebagai virus ND patotipe virulen
(mesogenik).
Simpulan: Teknik RT-PCR yang diikuti sekuensing dapat membedakan patotipe virus ND
velogenic, mesogenic dan lentogenic secara spesifik serta dapat membedakan virus ND virulen dan
avirulen secara cepat jika diikuti dengan teknik REA dengan enzim restriksi Hin1l.
Amplifikasi gen penyandi protein F virus asam amino yang menentukan struktur protein
ND dilakukan dengan Roche Transcriptor dan fungsinya. Hasil sekuensing kemudian
One-Step RT-PCR Kit (nomor katalog: 04 655 dianalisis menggunakan program MEGA 6.06
877 001) dimulai dari satu siklus reverse dengan melakukan multiple alignment
transcription pada suhu 50o C selama 30 menit neighbor joining antara sekuen nukleotida
dan initial denaturation pada suhu 94o C isolat uji dan data gen penyandi protein F virus
selama 7 menit. Proses amplifikasi PCR terdiri ND dari Genbank. Perbedaan asam amino pada
dari 40 siklus yang terbagi menjadi 3 tahapan cleavage site dan sekitarnya dapat digunakan
yang dimulai dari tahap denaturation pada sebagai acuan penentuan patotipe virus ND.9
suhu 94oC selama 10 detik, dilanjutkan dengan Gen F menjadi target amplifikasi dalam
tahapan annealing pada suhu 50o C selama 30 penentuan patotipe virus ND karena memiliki
detik, dan tahap terakhir extention pada suhu peran penting dalam penentuan virulensi.10
68o C selama 30 detik. Tahapan selanjutnya Strain virus velogenic dan mesogenic termasuk
adalah final extention pada suhu 68o C selama dalam kelompok virulen dengan sekuen
7 menit dan diakhiri dengan proses soak 112R/K-R-Q-K/R-R116 dengan fenilalanin
dengan suhu 4o C selama 3,5 detik. Produk pada cleavage site, sedangkan strain virus
hasil RT-PCR dipisahkan dengan proses lentogenic termasuk dalam kelompok avirulen
elektroforesis kemudian divisualisasikan pada dengan sekuen 112G/E-K/R-Q-G/E-R116 dan
gel agarose UltraPureTM Invitrogen (nomor leusin pada cleavage site.1,9 Strain virus ND
Katalog: 16500-100) 1,5%. velogenik memiliki 2 pasang residu asam
amino basa di sekitar cleavage site. Strain
HASIL DAN PEMBAHASAN mesogenic memiliki dua pasang residu asam
amino basa atau arginin tunggal dan sepasang
Penelitian ini menggunakan empat isolat lisin/arginin pada critical position cleavage
virus newcastle disease (ND) pada ayam site. Strain lentogenic virus ND hanya terdapat
broiler yang berasal dari koleksi Balai Besar dua residu asam amino basa tunggal pada
Veteriner (BBVet) Wates periode 2012-2013 critical position cleavage site.4,9 Dengan
yang sudah melalui proses isolasi RNA dari melihat urutan sekuen asam amino dan
suspensi virus ND pada telur ayam berembrio cleavage site dapat ditentukan patotipe virus
specific antibody negative (TAB SAN). Isolat ND. Isolat BR1 dan BR4 mempunyai sekuen
RNA kemudian digunakan sebagai template asam amino 112G-R-Q-G-R116 dan leusin
pada amplifikasi gen F virus ND dengan pada cleavage site sehingga dikategorikan
metode RT-PCR. Produk hasil RT-PCR dalam strain virus ND avirulen/lentogenik.
dipisahkan dengan proses elektroforesis Hasil analisis sekuen asam amino
kemudian divisualisasikan pada gel agarose menunjukkan kesesuaian dengan hasil
1,5%. Produk RT-PCR yang dihasilkan penentuan patotipe virus ND metode REA
berukuran 363 bp ditampilkan pada Gambar 1. dengan enzim Hin1l yaitu keduanya
Penentuan urutan basa nukleotida dengan menunjukkan dalam strain virus ND
sekuensing dilakukan untuk menentukan urutan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 27
lentogenik. Sampel uji BR2 dan BR3 sehingga dikategorikan dalam strain virus ND
mempunyai sekuen asam amino 112R-R-Q-K- virulen/mesogenik.
R116 dan fenilalanin pada cleavage site
Gambar 1. Hasil elektroforesis produk amplifikasi gen F virus ND (363 bp). [M]: DNA
ladder 100 bp; [K(+)]: kontrol positif yang berasal dari live vaccine; [K(-)]: kontrol
negatif; [BR1, BR2, BR3, BR4]: isolat yang menunjukkan hasil positif.
Gambar 2. Hasil ektroforesis produk RT-PCR yang diikuti dengan REA. [M]: DNA
ladder 100 bp; [K]: kontrol yang berasal dari produk amplifikasi yang tidak dipotong
enzim restriksi; [BR1; BR4]: produk amplifikasi yang terpotong menjadi beberapa
fragmen DNA oleh enzim restriksi; [BR2; BR3]: produk amplifikasi yang tidak
terpotong oleh enzim restriksi.
Tabel 2. Rekapitulasi hasil penentuan patotipe virus ND dengan teknik RT-PCR dan REA
Kode RT-PCR
Hin1l (bp) Strain
isolat (asam amino 112-117)
BR1 13/101/249 G R Q G R L Avirulen/ lentogenic
BR2 363 R R Q K R F Virulen/ mesogenic
BR3 363 R R Q K R F Virulen/ mesogenic
BR4 13/101/249 G R Q G R L Avirulen/ lentogenic
DAFTAR PUSTAKA
E-mail: novikhila@yahoo.com
ABSTRAK
Metode: Adiposit yang diisolasi dari jaringan adiposa viseral tikus Rattus norvegicus strain
Wistar jantan dikultur dalam medium yang mengandung glukosa dengan konsentrasi sebesar 5
mM, 11mM dan 25mM selama 24 jam. Kadar angiotensinogen dan p38 MAPK yang terfosforilasi
dianalisis menggunakan metode ELISA. Analisa data menggunakan one-way ANOVA dilanjutkan
dengan uji Tukey dan analisis Path.
Hasil: Kadar angiotensinogen dalam kultur adiposit dengan pajanan glukosa 25mM lebih tinggi
dibandingkan kadar angiotensinogen kultur dengan pajanan glukosa 5mM (p=0,000) dan 11mM
(p=0,002). Kadar enzim p38 MAPK yang terfosforilasi pada kultur adiposit dengan pajanan
glukosa 25 mM dan 11 mM lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada kultur dengan pajanan
glukosa 5 mM (p=0,000). Hasil analisis Path menunjukkan ada pengaruh p38 MAPK (r=0,581;
p=0,003) terhadap peningkatan angiotensinogen pada adiposit yang dipajan glukosa tinggi.
Kesimpulan: Pajanan glukosa tinggi meningkatkan kadar angiotensinogen dan enzim p38 MAPK
yang terfosforilasi di kultur adiposit. Peningkatan angiotensinogen diduga melalui jalur yang
melibatkan aktifitas enzim p38 MAPK.
30
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 31
yang berperan dalam metabolisme di adiposit akibat pajanan glukosa tinggi juga
dibandingkan jaringan adiposa di bagian lain melibatkan aktifitas enzim p38 MAPK.
dalam tubuh.4
Ada beberapa mekanisme yang METODE PENELITIAN
menerangkan terjadinya hipertensi pada
Kultur Adiposit
obesitas, salah satunya adalah melalui aktifasi
sistem renin angiotensin (RAS). Penelitian Kultur adiposit berasal dari hasil isolasi
sebelumnya pada tikus yang diberi diet tinggi preadiposit dari jaringan adiposa viseral tikus
lemak untuk menginduksi terjadinya obesitas Rattus norvegicus galur Wistar jantan berusia
memperlihatkan terjadinya peningkatan 2-3 minggu. Jaringan serat (fibrosa) dan
tekanan darah yang disebabkan oleh pembuluh darah terlebih dahulu dibuang,
5
peningkatan aktifasi RAS. Penelitian lain pada kemudian jaringan adiposa dicuci dengan 10
tikus transgenik yang meng-overekspresi mL larutan phosphate buffer saline (PBS),
angiotensinogen hanya di jaringan adiposa selanjutnya dicacah. Suspensi jaringan tersebut
menunjukkan peningkatan angiotensinogen diinkubasi dengan 0,2% Collagenase jenis I
plasma dan terjadi peningkatan tekanan darah.6 selama 45 menit, suhu 37OC dengan
Hal ini menunjukkan adanya peran pengocokan. Inkubasi dihentikan dengan
angiotensinogen dari jaringan adiposa dalam menambahkan media perbenihan Dulbecco's
regulasi tekanan darah. modified eagle medium (DMEM) yang
Adiposit telah diketahui dapat ditambahkan dengan 15 mmol/L 4-(2-
memproduksi angiotensinogen serta beberapa hydroxyethyl)-1-piperazineethanesulfonic acid
komponen lainnya yang berperan dalam RAS, buffer solution (HEPES), 14 mmol/L NaHCO3,
selain hati sebagai organ primer penghasil 33 µmol/L biotin, 17 µmol/L D-pantothenate
angiotensinogen.7 Angiotensinogen merupakan dan 10% fetal bovine serum (FBS). Suspensi
prekursor untuk membentuk angiotensin II, sel diputar 1500 rpm selama 7 menit, sehingga
yang merupakan efektor utama yang didapatkan pelet yang mengandung fibroblast-
memediasi terjadinya hipertensi.8 like preadipocyte. Selanjutnya sel diresuspensi
Hiperglikemia diketahui merupakan salah satu dengan media perbenihan, kemudian diputar
faktor yang dapat memodulasi ekspresi gen 1500 rpm selama 7 menit. Pelet diresuspensi
angiotensinogen di jaringan adiposa.9 Namun lagi dengan media perbenihan. Suspensi sel
bagaimana mekanisme yang menjelaskan ditumbuhkan di culture plate dengan inkubasi
peningkatan angiotensinogen pada adiposit pada suhu 37 OC, 5% CO2 selama 24 jam. Sel
akibat kondisi glukosa tinggi masih belum dicuci setiap 3 hari sekali. Setelah mencapai
jelas. Berdasarkan penelitian Hsieh et al., monolayer, preadiposit ditumbuhkan dalam
(2002) pada kultur sel tubular ginjal media adipogenik, yaitu DMEM/F12 dengan
memperlihatkan bahwa peningkatan ekspresi ditambahkan 100 U/mL penisilin dan 100
angiotensinogen akibat pajanan glukosa tinggi U/mL streptomisin, serta 66 nM insulin, 100
melibatkan aktifitas enzim p38 mitogen nM deksametason, 0,5 mM
activated protein kinase (p38 MAPK).10 Jalur isobutylmethylxanthine (IBMX) dan 10 µg/mL
aktifasi p38 MAPK terutama melalui apoptosis transferin, untuk menstimulasi diferensiasi
signal-regulating kinase (ASK1), merupakan preadiposit menjadi adiposit yang dewasa.12
sensor stress oksidatif yang diaktifkan oleh
reactive oxygen species (ROS).11 Belum
diketahui apakah peningkatan angiotensinogen
31
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 32
32
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 33
33
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 34
dinyatakan dalam koefisien Path (r) dan nilai merupakan sensor adanya stress oksidatif.
signifikansinya dinyatakan sebagai p. ASK1 mengaktifkan MKK3/6 (MAPK kinase)
Berdasarkan analisis Path diketahui bahwa ada yang selanjutnya memfosforilasi enzim p38
pengaruh pajanan glukosa kepada enzim p38 MAPK pada residu threonin180 dan tirosin182
MAPK di kultur adiposit (r=0,808; p=0,000), sehingga enzim p38 MAPK menjadi aktif.
dan ada pengaruh pajanan glukosa terhadap Enzim p38 MAPK yang teraktifasi selanjutnya
peningkatan kadar angiotensinogen (r=0,758; dapat memfosforilasi actifator transcription
p=0,000). Terdapat pengaruh enzim p38 factors (ATF-2) yang menstimulasi transkripsi
MAPK terhadap kadar angiotensinogen gen. Enzim p38 MAPK yang aktif dapat
(r=0.581; p= 0.003). mempengaruhi beberapa proses seluler, antara
lain pertumbuhan sel dan apoptosis, inflamasi,
PEMBAHASAN serta respon jaringan spesifik akibat stres
Enzim p38 MAPK merupakan salah satu melalui regulasi ekspresi gen. Enzim p38
anggota famili MAP serin/threonin protein MAPK juga meregulasi serin kinase dan
kinase, selain extracellular signal-regulated mengaktifasi faktor transkripsi yang
11
protein kinase (ERK1 atau p44MAPK), ERK2 menyebabkan berbagai efek patologis.
(p42MAPK), dan c-Jun NH2-terminal kinase Hasil penelitian ini juga diketahui bahwa
(JNK) atau stress-activated protein kinase pada pajanan glukosa yang tinggi (konsentrasi
(SAPK).11,18 Aktifasi p38 MAPK diinduksi 25 mM), terjadi peningkatan sekresi
oleh berbagai stimulus stress endogen maupun angiotensinogen yang bermakna dibandingkan
eksogen, antara lain hiperglikemia, ROS, stress dengan sekresi angiotensinogen pada kultur
osmotik, sitokin-sitokin proinflamasi, heat adiposit yang dipajan glukosa 5 mM dan 11
shock dan radiasi sinar ultra violet. Diantara mM. Angiotensinogen adalah molekul
beberapa stimulator aktifasi p38 MAPK glikoprotein dengan berat molekul sekitar 55-
tersebut, ROS yang sangat kuat dalam 60 kilodalton. Angiotensinogen merupakan
mengaktifasi p38 MAPK.11,19 Penelitian pada prekursor angiotensin II dalam RAS dan
sel tubular ginjal dilaporkan bahwa pajanan sebagai subtrat bagi enzim renin.20 Studi
glukosa tinggi dapat meningkatkan produksi regulasi ekspresi angiotensinogen di hepar
ROS dan mengaktivasi p38 MAPK.10 Pada diketahui bahwa angiotensinogen termasuk
penelitian ini terbukti bahwa pajanan glukosa dalam protein fase akut kelas I yang
tinggi pada kultur adiposit, yaitu pada ekspresinya diregulasi oleh interleukin (IL)-1 α
konsentrasi glukosa 11 mM dan 25 mM dapat dan ß serta tumor necrosis factor (TNF) α dan
meningkatkan aktifitas enzim p38 MAPK, ß. Penelitian di sel hepatosit diketahui bahwa
melalui peningkatan kadar enzim p38 MAPK ekspresi angiotensinogen juga dipengaruhi oleh
yang terfosforilasi. IL-6 yang merupakan aktivator ekspresi protein
Pada hasil penelitian ini menunjukkan fase akut kelas II. Angiotensinogen tidak hanya
bahwa pada pajanan glukosa 11 mM sudah diekspresikan oleh hepar, melainkan juga
menimbulkan efek pada peningkatan aktifitas diekspresikan oleh beberapa jaringan seperti
enzim p38 MAPK yang tidak berbeda dengan otak, jantung, ginjal dan jaringan adiposa, yang
yang terdapat pada pajanan glukosa 25 mM. mana ekspresinya dapat mempengaruhi fungsi
Peningkatan aktifitas enzim p38 MAPK pada organ secara lokal. Hasil penelitian diketahui
pajanan glukosa 11 mM dan 25 mM diduga bahwa sistem renin angiotensin dapat berfungsi
akibat peningkatan ROS. Menurut Evans et al., secara lokal, bergantung pada masing-masing
(2002), ROS dapat mengaktifkan ASK1 yang organ/jaringan, sehingga memunculkan konsep
34
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 35
35
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 36
Proximal Tubular Cells. Endocrinology. 2002; 17. Junqueria LC, and Carneiro J. Basic Histology,
143(8):2975–2985. text and atlas, 11th ed. Singapore: McGraw-
11. Evans JL, Goldfine ID, Maddux BA, and Hill; 2005.
Grodsky GM. Oxidative Stress and Stress- 18. Thannickal VJ, and Fanburg BL. Reactive
Activated Signaling Pathways: A Unifying oxygen species in cell signaling. Am J Physiol
Hypothesis of Type 2 Diabetes. Endocrine Lung Cell Mol Physiol. 2000;279:L1005-1028.
Reviews. 2002; 23(5):599–622. 19. Droge W. 2002, Free Radicals in the
12. Indra MR, Satuman, and Widodo E. Physiological Control of Cell Function. Physiol
Optimalisasi proliferasi dan diferensiasi sel Rev. 82: 47–95.
adiposit tikus. Laboratorium Ilmu Faal Fakultas 20. Lynch KR, and Peach MJ. Molecular biology
Kedokteran Unibraw. 2005. of angiotensinogen. Hypertension.
13. Wu X, Zhu L, Zilbering A, Mahadev K, 1991;17:263-269.
Motoshima H, Yao J, and Goldstein BJ. 21. Sherman CT, and Brasier AR. Role of Signal
Hyperglycemia Potentiates H2O2 Production in Transducers and Activators of Transcription 1
Adipocytes and Enhances Insulin Signal and -3 in Inducible Regulation of The Human
Transduction: Potential Role for Oxidative Angiotensinogen Gene by Interleukin-6.
Inhibition of Thiol-Sensitive Protein-Tyrosine Molecular Endocrinology. 2001;15(3): 441-
Phosphatases. Antioxid Redox Signal. 457.
2005;7(5-6): 526–537. 22. Klett C, Hellmann W, Hackenthal E, and
14. Gregoire F, Smas CM, and Sul HS. Ganten D. Modulation of tissue
Understanding Adipocyte Differentiation. angiotensinogen gene expression by
Physiological Reviews. 1998;78 (3): 783-809. glucocorticoids, estrogens, and androgens in
15. RayBio® Cell-Based Human/Mouse/Rat SHR and WKY rats. Clin Exp Hypertens.
MAPK (Thr180/Tyr182) Phosphorylation 1993;15:683-708.
ELISA Kit. 2009. 23. Serazin V, Dieudonné M, Morot M,
16. Aubert JI, Safnova R. Negre, and Ailhaud G. Mazancourt P, and Giudicelli Y. cAMP-
Insulin down-regulates angiotensinogen gene positive regulation of angiotensinogen gene
expression and angiotensinogen secretion in expression and protein secretion in rat adipose
cultured adipose cells. Biochem Biophys Res tissue. Am J Physiol Endocrinol Metab.
Commun. 1998;250: 77-82. 2004;286: E434-E438.
36
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 37
E-mail: dewimegawati.aa@gmail.com
ABSTRAK
trident shaped-hand dan stenosis spinal. (skeletal skin brain with acantosis nigricans).7
Individu dengan jenis mutasi heterozigot Keempat jenis displasia skeletal tersebut
bersifat fertil dan akondroplasia dapat memiliki tampilan fisik utama short stature
diturunkan pada keturunannya dengan sifat namun dengan severitas yang berbeda
complete penetrance.2 Akondroplasia tergantung pada letak mutasi pada gen FGFR3
homozigot diperkirakan bersifat letal. dan perubahan asam amino yang diakibatkan
Sebagian besar kasus akondroplasia (lebih dari oleh mutasi tesebut.4 Oleh karena itu,
80%) merupakan kelainan yang bersifat de diperlukan suatu metode diagnostik untuk
novo atau sporadik yang sering dikaitkan mengkonfirmasi ciri-ciri fisik yang tampak.
dengan late paternal age.3 Mengingat kelainan tersebut bersifat
Akondroplasia disebabkan oleh mutasi autosomal dominan dan complete penetrance
pada gen fibroblast growth factor receptor-3 serta dalam bentuk homozigot bersifat letal,
(FGFR3) yang terletak pada lengan pendek teknik biomolekuler merupakan salah satu
kromosom 4 (4p16.3). Gen FGFR3 teknik yang akurat untuk mendiagnosis
mengkodekan protein FGFR3 yang berperan displasia skeletal. Pendeteksian mutasi
sebagai reseptor pada jalur sinyal yang penyebab akondroplasia difokuskan pada
menghambat proliferasi dan meningkatkan mutasi G1138A dan G1138C yang umumnya
differensiasi kondrosit.4 Protein FGFR3 terdiri melatarbelakangi akondroplasia pada seluruh
dari 3 region yaitu: region ekstraseluler, etnik. Studi ini bertujuan untuk mengetahui
transmembran, dan intraselular. Jenis mutasi presentase kasus yang memiliki tampilan klinis
pada gen FGFR3 yang paling umum akondroplasia terkonfirmasi dengan teknik
melatarbelakangi akondroplasia adalah biologi molekuler melalui deteksi mutasi
substitusi basa guanin menjadi adenin pada penyebab akondroplasia. Berdasarkan data
basa ke 1138 (G1138A) atau substitusi guanin yang diperoleh diharapkan dapat ditentukan
menjadi sitosin (G1138C). Mutasi G1138A apakah pendeteksian mutasi jenis lain pada
dilaporkan sebagai penyebab dari sebagian gen FGFR3 diperlukan selain kedua jenis
besar kasus akondroplasia (sekitar 90%) pada mutasi tersebut diatas untuk kasus
berbagai etnik.3 Kedua jenis mutasi tersebut akondroplasia di Indonesia. Pendeteksian jenis
menyebabkan substitusi asam amino ke-360 mutasi merupakan hal yang sangat penting
dari glisin menjadi arginin (G380R) yang terutama bagi pasien yang ingin melakukan
terletak pada domain transmembran protein konseling genetik.
FGFR3.5 Residu glisin yang memiliki berat
molekul kecil dan tidak bermuatan digantikan
oleh residu arginin yang molekulnya besar dan METODE
bersifat basa menyebabkan terbentuknya Sejak tahun 2006-2014, sebanyak 22
ikatan hidrogen yang menstabilkan dimer kasus suspek akondroplasia dirujuk ke Klinik
FGFR3 sehingga FGFR3 teraktivasi tanpa GenNeka Lembaga Biologi Molekuler
adanya ligan yang berikatan (constitutively Eijkman oleh dokter spesialis anak dari
activated).6 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),
Selain akondroplasia, displasia skeletal Rumah Sakit Hermina dan Prodia Kramat
lain yang diakibatkan oleh mutasi pada gen untuk dideteksi jenis mutasinya. Pasien dengan
FGFR3 adalah tanatophorik displasia (TD), rentang usia 1 hari - 8 tahun dirujuk dengan
hipokondroplasia (HPC), dan SADDAN gejala klinis seperti: short stature, rhizomelik,
frontal bossing, brachidactilia dan lordosis.
PROSIDING PBBMI (2015) 39
Gambar 1. Visualisasi hasil PCR-RFLP pendeteksian mutasi G1138A dan mutasi G1138C pada
gel agarose 2%. Kolom 1: hasil pemotongan fragmen DNA yang mengandung mutasi G1138A
(C+), kolom 2: hasil deteksi mutasi pada pasien yang menunjukkan mutasi G1138A heterozigot
(P). Kolom 3: DNA Ladder фX174/HaeIII. Kolom 4: fragmen DNA hasil PCR yang tidak
dipotong dengan enzim restriksi. Kolom 5: hasil normal untuk mutasi G1138C. Kolom 6 :
menunjukkan hasil PCR yang berhasil dipotong oleh enzim restriksi MspI.
berperan mengenali dan meneruskan sinyal ringan, lordosis, dan retardasi mental
fibroblast growth factor (FGF) yang ringan.1,12
menghambat proliferasi dan meningkatkan Manifestasi klinis yang beragam akibat
diferensiasi kondrosit. Penelitian yang mutasi pada gen FGFR3 diperkirakan akibat
dilakukan oleh Segev et al.10 menunjukkan protein FGFR3 mengalami gain-of-function.
mencit transgenik yang memiliki mutasi Pada keadaan normal protein FGFR3 akan
G380R, proliferasi kondrositnya terhambat teraktivasi saat fibroblast growth factor (FGF)
dan differensiasinya meningkat, sehingga dan heparin berikatan dengan protein FGFR3.
tulangnya lebih pendek jika dibandingkan Aktivasi tersebut menyebabkan reseptor
dengan mencit wild type. Protein FGFR3 FGFR3 membentuk dimer dan meneruskan
tersusun atas 840 asam amino dan terdiri dari sinyal. Pada kasus skeletal displasia
3 region yaitu region ekstraselular yang terdiri perubahan asam amino pada protein FGFR3
dari 3 domain imunoglobulin-like loop menyebabkan terbentuk ikatan disulfida atau
(IgI,IgII,IgIII), region transmembran (TM), ikatan hidrogen yang menstabilkan dimer
dan region sitoplasmik yang terdiri dari 2 FGFR3 sehingga dimer tersebut teraktivasi
domain tirosin kinase yaitu tirosin kinase secara terus menerus walaupun tidak ada FGF
proksimal (TKp) dan tirosin kinase distal yang berikatan.6 Pendapat lainnya mengatakan
(TKd).5 bahwa terjadi keterlambatan defosforilasi
Mutasi pada gen FGFR3 memiliki efek sehingga FGFR3 meneruskan sinyal secara
yang berbeda tergantung pada perubahan asam terus menerus.12
amino yang diakibatkan oleh mutasi tesebut. Mutasi penyebab akondroplasia sebagian
Substitusi pada domain imunoglobulin-like besar bersifat spontan (de novo). Hal ini
dan transmembran terutama perubahan suatu dikaitkan dengan usia paternal diatas lebih
asam amino menjadi sistein (R248C, S249C, dari 40 tahun (late paternal age). Mutasi ini
G370R, S371C, Y373C) melatarbelakangi diturunkan secara autosomal dominan,
tanatophorik displasia tipe I (TD I), sedangkan sehingga setiap anak yang lahir dari orang tua
substitusi pada domain tirosin kinase K650E yang keduanya akondroplasia memiliki
menyebabkan tanatophorik displasia tipe II kemungkinan 25% normal, 50%
(TD II).1,11 Tanatophorik displasia (OMIM: akondroplasia, dan 25% letal. 13
Deteksi
187600) merupakan jenis skeletal displasia akondroplasia dengan teknik biologi
yang bersifat letal dengan manifestasi klinis molekuler dapat digunakan sebagai cara untuk
lebih berat dari akondroplasia yaitu mengetahui kondisi janin lebih dini terutama
mikromelia berat, tulang femur melengkung bagi pasangan yang beresiko tinggi seperti
pada TDI dan tulang femur lurus pada TDII, pasangan akondroplasia dan calon ayah yang
makrosepali, dan rongga torak yang sempit berusia lebih dari 40 tahun.
dengan rusuk yang pendek.7, 12 Sedangkan
substitusi N540K pada domain pada tirosin SIMPULAN
kinase proksimal menyebabkan
hipokondroplasia (OMIM: 14600) yaitu jenis Pada studi ini, mutasi G1138A
skeletal displasia yang lebih ringan predominan namun tidak signifikan. Hal ini
dibandingkan dengan akondroplasia dengan dapat menunjukkan bahwa mutasi yang
manifestasi klinis short stature, mikromelia melatarbelakangi akondroplasia di Indonesia
mungkin lebih bervariasi sehingga perlu
dilanjutkan untuk mendeteksi mutasi lain pada
PROSIDING PBBMI (2015) 42
gen FGFR3. Deteksi mutasi menggunakan 8. Shiang R, Thompson L, Zhu M, Church DM,
teknik biologi molekuler ini sangat diperlukan Fielder TJ Bocian M, et al. Mutations in the
transmembrane domain of FGFR3 cause the
untuk mengkonfirmasi pemeriksaan fisik most cmmon genetic form of dwarfism,
terutama untuk pasangan yang ingin achondroplasia. Cell. 1994;78:335-342
melakukan konseling genetik 9. Heuertz S, Merrer ML, Zabel B, Wright M,
Legeai-Mallet L, Cormier-Daire V, et al. Novel
FGFR3 mutations creating cysteine residues in
UCAPAN TERIMA KASIH the extracellular domain of the receptor cause
Kami mengucapkan terima kasih kepada achondroplasia or severe forms of
dokter yang telah merujuk pasien untuk hypochondroplasia. Eur J Hum Genet. 2006;
melakukan tes genetik di Klinik GenNeka 14:1240-1247
10. Segev O, Chumakov I, Nevo Z, et al.
Lembaga Eijkman. Kami juga mengucapkan Restrained condrocyte proliferation and
terima kasih kepada Evira Putri Cahya, S.Si maturation with abnormal growth plate
(Lembaga Eijkman), dr. Agung Nova vascularisation and ossification in FGFR3
Mahendra Jaya (Fakultas Kedokteran (G380R) transgenic mice. Hum Mol Genet.
2000; 9:249-258
Universitas Udayana) dan Prof. dr. I Putu 11. Vajo Z, Francomano CA, wilkin DJ. The
Sutisna, Sp.Par(K) (Fakultas Kedokteran dan molecular and genetic basis of fibroblast
Ilmu Kesehatan Universitas Warmadewa) growth factor receptor 3 disorders: the
yang telah membantu dalam mempersiapkan achondroplasia family of skeletal dysplasias,
muenke craniosynostosis, and crouzon
naskah. syndrome with acanthosis nigricans. Endocr
Rev. 2000; 21(1):23-39
12. Harada D, Yamanaka Y, Ueda K, Tanaka H,
DAFTAR PUSTAKA Seino Y. FGFR3-related dwarfism and cell
signaling. J Bone Miner Metab. 2009;27:9-15
1. Horton WA, Hall JG, Hecht JT. 13. Satiroglu-Taufan NL, Tufan AC, Semerci CN,
Achondroplasia. Lancet. 2007;370:162-72 Bagci H, et al. Accurate diagnosis of a
2. Nahar R, Saxena R, Kohli S, Puri R, Verma IC. homozygous G1138A mutation in the fibroblast
Molecular studies of achondroplasia. Indian J growth factor receptor 3 gene responsible for
Orthop. 2009;43(2):194-196 achondroplasia. Tohoku J Exp Med.
3. Pehlivan S, Ozkinay F, Okutman O, Cogulu O, 2006;208:103-7
Ozcan A, Cankaya T et al. Achondroplasia in
Turkey is defined by recurrent G380R mutation
of the FGFR3 gene. Turk J Pediatr.
2003;45:99-101
4. Velonov M, Slaugenhaupt SA, Stoilov I, Scott
Jr Cl, Gussella JF, Tsipouras P. The gene for
achondroplasia maps to the telomeric region of
chromosome 4p. Nat Genet. 1994;6:314-317
5. Horton WA, Garofalo S, Lunstrum GP. FGFR3
signaling in achondroplasia: a review. Cell
Mater.1998; 8:83-87
6. Webster MK, Donoghue DJ. 1997. FGFR
activation in skeletal disorder: too much of a
good thing. Trend Genet. 1997; 5(13):178-182
7. Trujillo-Tiebas, Fenollar-Cortes M, Lorda-
Sanchez, Diaz-Recasens J, Redondo AC,
Ramos-Corrales C, Ayuso C. Prenatal
diagnosis of skeletal dysplasia due to FGFR3
gene mutations. J Assist Reprod Genet. 2009;
26:455-460
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 43
E-mail: firdayanti@mail.ugm.ac.id
ABSTRAK
Pendahuluan: Antigen 85A (Ag85A) Mycobacterium, disandi oleh gen fibronectin binding
protein-A (fbp-A) dengan ukuran nukleotida 1014 bp. Gen fbp-A penyandi protein dengan berat
molekul 32 kDa yang merupakan salah satu protein yang disekresikan oleh Mycobacterium
tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Protein Ag85A berperan menginduksi proliferasi sel T yang
kuat dan produksi IFN-γ di sebagian besar orang sehat yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium leprae dan tikus yang divaksinasi BCG, namun demikian tidak ditemukan pada
pasien Tuberkulosis atau kusta lepromatosa. Penelitian ini bertujuan melakukan amplifikasi dan
kloning gen penyandi Ag85A M. tuberculosis pada E. coli.
Metode : Penelitian diawali dengan amplifikasi gen penyandi Ag85A M. tuberculosis dengan
metode PCR menggunakan primer spesifik Ag85A M. tuberculosis yang dirancang dari genom M.
tuberculosis strain H37Rv. Tahap kloning dimulai dari ligasi produk PCR ke dalam vektor pET
SUMO dan ditransformasi ke dalam sel inang E. coli BL21. Pada klon bakteri yang diperoleh
dilakukan identifikasi dengan metode PCR untuk mengetahui klon yang membawa gen insert.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan produk PCR hasil amplifikasi gen penyandi Ag85A M.
tuberculosis menggunakan primer spesifik Ag85A M. tuberculosis diperoleh band spesifik dengan
ukuran nukleotida 1017 bp, dan hasil kloning gen penyandi Ag85A M. tuberculosis ditunjukkan
dengan adanya pertumbuhan koloni bakteri pada media Luria Bertani (LB) padat dengan kanamisin
50 μg/ml. Hasil transformasi diperoleh empat koloni bakteri yang ditumbuhkan pada media Luria
Bertani (LB) padat. Hasil uji tapis dengan metode PCR dari empat koloni bakteri E. coli ditemukan
dua koloni yang positif membawa gen Ag85A sebesar 1017 bp.
Simpulan: Gen penyandi Ag85A M. tuberculosis berhasil dikloning ke dalam vektor pET SUMO
dalam sel inang E. coli BL21.
dengan HIV positif). Kasus terbanyak perlindungan dari pembentukan TB laten dan
ditemukan di Asia Tenggara, Afrika, dan daerah reaktivasi berikutnya5.
Pasifik Barat1. Sebagai upaya, penelitian besar sedang
Asia Tenggara dan wilayah Pasifik Barat dilakukan untuk mengembangkan vaksin TB
secara kolektif menyumbang 58% dari kasus TB baru. Banyak dari penelitian ditujukan untuk
di dunia pada tahun 2012. Sementara itu, meningkatkan pemahaman tentang
wilayah Afrika memiliki seperempat dari kasus imunopatogenesis TB dengan mempelajari
TB di dunia, dan tingkat tertinggi kasus dan organisme penyebab infeksi dan host manusia.
kematian dib andingkan dengan jumlah Para peneliti telah mengurutkan genom lengkap
penduduk. India dan China memiliki jumlah dari M. tuberculosis, yang akan memberikan
kasus terbesar, Afrika Selatan dan Swaziland kesempatan untuk menjawab pertanyaan
memiliki tingkat insiden tertinggi per kapita. mengenai virulensi, patogenesis, dan persisten.
Indonesia sendiri dilaporkan terdapat 331.424 Pada saat yang sama, kandidat vaksin baru
kasus TB dari 247 juta populasi, dan 2.676 (misalnya, vaksin subunit, vaksin DNA, dan
kasus TB dengan HIV positif berdasarkan data strain mikobakteri hidup yang dilemahkan)
WHO tahun 2012. Berdasarkan data kasus sedang dikembangkan dan diuji pada hewan
tersebut, menempatkan Indonesia pada model6.
1,2
peringkat keempat untuk kasus TB di dunia . Protein ekskretori (Secreted Protein) dan
Beberapa strategi pengendalian TB protein permukaan dinding sel yang terpajan
dilakukan untuk eliminasi dan meminimalisir adalah antigen besar yang dikenali oleh sistem
kasus TB secara global, termasuk program imun terhadap infeksi M. tuberculosis dan M.
DOTS dan penggunaan vaksin. Program bovis. Pada penelitian dengan tikus dan kelinci
Directly Observed Treatment Shortcourse percobaan menunjukkan imunisasi dengan
(DOTS) dan penggunaan vaksin BCG memiliki seluruh filtrat kultur, sumber kaya protein
sedikit dampak terhadap kejadian TB dan ekstraseluler dapat melindungi hewan coba
memburuk dalam beberapa kasus. Meskipun sampai batas tertentu terhadap infeksi
WHO memperkirakan bahwa aplikasi luas berikutnya dengan basil tuberkel5. Sebuah fraksi
pengobatan yang diamati secara langsung, utama dari protein ekskretori (Secreted Protein)
strategi DOTS jangka pendek dapat mengurangi filtrat kultur M. tuberculosis dan M. bovis BCG
beban TB global sebesar 50% dalam waktu 10 adalah kompleks Ag85. Protein antigen 85
tahun3,4. (Ag85) yang disekresikan terdapat pada
Penggunaan vaksin BCG adalah yang permukaan dinding sel Mycobacterium.
paling banyak diberikan dari semua vaksin dan Ekspresi Ag85 diperlukan untuk kelangsungan
memiliki cakupan tertinggi dari setiap vaksin hidup M. tuberculosis dalam makrofag dan
pada program imunisasi WHO, tampaknya dianggap sebagai faktor virulensi. Tiga anggota
memiliki dampak epidemiologi yang kecil pada protein Ag85 dengan 30-32 kD (Ag85A,
TB3. BCG diketahui melindungi anak-anak Ag85B dan Ag85C), yang masing-masing
terhadap bentuk parah dari TB namun tidak memiliki aktivitas enzimatik mycolyl-
efisien dan konsisten melindungi orang dewasa transferase yang diperlukan untuk biogenesis
terhadap bentuk paling umum dari penyakit ini, faktor penghubung (trehalosa-dymycolate).
yaitu TB paru (perlindungan berkisar 0% Protein yang dikodekan oleh tiga gen
sampai 80%), BCG juga tidak memberi paralogous (fbpA, fbpB dan fbpC) terletak di
daerah yang berbeda dari genom bakteri.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 45
Kebanyakan studi imunologi telah difokuskan komponen dinding sel. Bila tingkat
pada Ag85A dan Ag85B, sedikit yang diketahui pertumbuhan menurun, maka sintesis mycolyl
tentang anggota ketiga protein ini, Ag85C7. transferase kurang dibutuhkan dan ekspresi
Kedua protein Ag85A dan Ag85B adalah protein Ag85A akan berkurang. Oleh karena itu,
kandidat yang menjanjikan untuk vaksin dilakukan langkah untuk menuju identifikasi
tuberkulosis di masa depan. target vaksin yang memiliki profil ekspresi yang
Banyak penelitian pada hewan model lebih konstitutif dan kemudian dilakukan uji
menunjukkan bahwa vaksinasi dengan efektivitas perlindungan dari vaksin TB. Salah
rekombinan DNA Ag85A atau protein Ag85A satu langkah yang dapat dilakukan adalah
dapat menginduksi respon imun yang kuat dengan penggunaan protein rekombinan untuk
dengan sekresi sitokin Th1 yang signifikan (IL- memproduksi protein Ag85A dalam skala besar.
2 dan IFN-γ) yang penting dalam mengatur Protein rekombinan adalah suatu protein
sejumlah sel-sel imun dan menginduksi sel yang dikode oleh urutan DNA yang telah
sitotoksik8. mengalami rekombinasi dan disebut
Antigen 85A (Ag85A) Mycobacterium, rekombinasi DNA. Rekombinasi DNA adalah
yang dikodekan pada fibronectin binding penggabungan segmen-segmen DNA target
protein-A (fbp-A) dengan 1014 bp dan berat dengan DNA vektor, yaitu plasmid yang
molekul 32 kD, merupakan salah satu protein terdapat di dalam bakteri dengan jumlah yang
yang disekresikan oleh M. tuberculosis dan M. besar9. Alasan penggunaan protein rekombinan
bovis. Protein Ag85A menginduksi proliferasi karena produksi protein rekombinan dapat
sel T yang kuat dan produksi IFN-γ di sebagian dibuat dalam skala besar dengan waktu yang
besar orang sehat yang terinfeksi M. singkat karena produksi protein dibantu oleh
tuberculosis, M. leprae dan tikus yang bakteri sehingga dapat digunakan untuk uji
divaksinasi BCG, tapi tidak pada pasien imunogenisitas sebagai evaluasi vaksin.
Tuberkulosis atau kusta lepromatosa. Gangguan Produksi Ag85A yang dilakukan dengan
gen encoding Ag85A pada M. tuberculosis, teknologi rekombinan menggunakan bantuan
fbpA, menghasilkan strain yang gagal untuk bakteri Escherichia coli sebagai inang.
memanipulasi makrofag manusia atau tikus Teknologi rekombinan dapat dilakukan melalui
menunjukkan bahwa Ag85A mungkin tahap amplifikasi, kloning, dan ekspresi
memainkan peran kunci terhadap patogenesis molekuler. Amplifikasi Ag85A adalah salah
M. tuberculosis7,8. satu prosedur yang menentukan keberhasilan
Adanya bukti bahwa beberapa protein pembuatan protein rekombinan. Amplifikasi
ekskretori (secreted protein) M. tuberculosis Ag85A bertujuan untuk memperbanyak fragmen
berperan penting terhadap patogenesis penyakit DNA yang dilakukan secara in vitro dengan
dan imunostimulan yang secara langsung metode PCR dan menggunakan primer spesifik
berinteraksi dengan sistem imun host yang Ag85A sehingga reaksi penggandaan DNA
menunjukkan janji besar sebagai potensi target terjadi pada target DNA yang diinginkan.
vaksin, termasuk Ag85A dan Ag85B yang Fragmen DNA yang mengandung gen target
sering digunakan sebagai antigen dalam vaksin yang berhasil diamplifikasi dilakukan
TB saat ini dalam uji klinis. Keduanya terutama penyisipan ke dalam vektor yang berperan
diekspresikan selama tahap awal infeksi, yang sebagai pembawa gen yang akan dikloning ke
mana M. tuberculosis membagi dengan cepat dalam sel inang. Oleh karena itu, peneliti
dan berperan dalam sintesis dan perakitan tertarik untuk melakukan amplifikasi gen
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 46
penyandi Ag85A dengan menggunakan desain ligasi pada suhu -20oC sampai siap untuk
primer spesifik yang dirancang sendiri dari transformasi.
genom strain M. tuberculosis H37Rv, dan Transformasi dilakukan menggunakan E.
kloning gen penyandi Ag85A M. tuberculosis coli BL21 sebagai sel inang untuk
dengan menggunakan vektor pET SUMO dan mengekspresikan DNA rekombinan menjadi
ditransformasi ke dalam E. coli BL21. protein karena adanya T7 RNA polimerase yang
akan dikenali oleh promoter T7 vektor ekspresi
METODE pET. Transformasi yang dilakukan berdasarkan
Amplifikasi gen Ag85A Champion™ pET SUMO Protein Expression
Gen Ag85A diamplifikasi dengan PCR System, Invitrogen kits, E. coli BL21
menggunakan primer spesifik yang didesain dari ditambahkan dengan plasmid DNA dan SOC
genom strain Mycobacterium tuberculosis medium melalui proses tertentu dan diinkubasi
H37Rv dengan primer forward 37oC selama 1 jam dengan shaker. Hasil
5'TGGATGCGTTGAGATGAGGATGAG3' transformasi ditambahkan pada 10 mL medium
dan primer reverse LB padat yang telah mengandung 50 μg/ml
3'GTTTCCTAAATCCCGTCCCTAGCT5' yang kanamisin pada cawan petri, lalu diinkubasi
menghasilkan 1017 bp fragmen. Amplifikasi pada suhu 37oC selama 24 jam.
dilakukan dengan tahap pre-denaturasi 94oC
selama 3 menit, 35 siklus amplifikasi
HASIL
(denaturasi 94°C selama 1 menit, anneling 54°C
selama 1 menit, elongasi 72°C selama 1 menit), Gen Ag85A diamplifikasi dengan metode
dan elongasi akhir pada suhu 72oC selama 10 PCR menggunakan primer spesifik Ag85A yang
menit. didesain menggunakan genom strain
Mycobacterium tuberculosis H37Rv. Hasil
Deteksi Produk PCR dan Sekuensing amplifikasi divisualisasikan melalui
Produk PCR hasil amplifikasi dianalisis elektroforesis gel agarosa 2% (Gambar 1).
dengan elektroforesis menggunakan gel agarose
2% yang dilarutkan dalam 1,0 X TBE (Tris-
borat-EDTA). Hasil elektroforesis berupa pita
DNA diamati di bawah sinar UV. Sekuensing
dilakukan di PT. Genetika Science Indonesia.
Kloning Ag85A
Prosedur kloning terdiri dari ligasi dan
transformasi. Proses ligasi dilakukan
berdasarkan Champion™ pET SUMO Protein
Expression System, Invitrogen kits. Ligasi
dilakukan dengan membuat Plasmid DNA di
dalam tube dengan komposisi 2 µL Produk
PCR fresh, 1 µL 10x Ligation Buffer , 2 µL pET Gambar 1. Visualisasi hasil amplifikasi gen
Sumo Vektor, 4 µL Steril Water, dan 1 µL T4 Ag85A M. tuberculosis H37Rv. [M]: Marker
DNA Ligase. Hasil ligasi diinkubasi 15oC DNA; [1] dan [2]: produk PCR 1017 bp.
selama minimal 4 jam (12oC/overnight). Simpan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 47
Hasil visualisasi amplifikasi gen penyandi DNA yang berukuran 1017 bp dilakukan
Ag85A dari genom strain M. tuberculosis sekuensing untuk mengkonfirmasi gen penyandi
H37Rv dengan elektroforesis gel agarosa 2% Ag85A, dan memperlihatkan hasil sekuensing
memperlihatkan fragmen DNA dari kedua seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
sampel berukuran 1017 bp. Selanjutnya fragmen
Gambar 2.
Hasil ligasi antara DNA Ag85A insert ke pET SUMO. Hasil isolasi DNA plasmid
vektor pET SUMO ditransformasikan ke dalam divisualisasikan dengan elektroforesis gel
E. coli BL21 sebagai sel inang. Hasil agarosa 2% (Gambar 4).
transformasi yang ditumbuhkan pada media Hasil isolasi DNA plasmid dilakukan
Luria Bertani (LB) padat dengan penambahan amplifikasi untuk mengidentifikasi gen insert
kanamisin 50 μg/ml berjumlah empat koloni dengan menggunakan primer spesifik Ag85A.
(Gambar 3). Hasil amplifikasi divisualisasikan melalui
Empat koloni bakteri yang diperoleh elektroforesis gel agarosa 2% (Gambar 5).
dilakukan isolasi DNA Plasmid untuk
mengidentifikasi gen Ag85A insert ke vektor
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 48
PEMBAHASAN
PCR untuk efisiensi ligasi ke vektor. Gen yang berbeda-beda. Xie et al. pada tahun 2002
penyandi Ag85A berhasil disisipkan ke dalam melakukan kloning dan ekspresi imunodominan
vektor pET SUMO dan dapat ditransformasi ke Ag85A ke plasmid PBK-CMV yang
dalam E. coli BL21. Transformasi ke dalam E. rekombinannya ditransformasikan ke dalam
coli BL21 bertujuan untuk memperbanyak dan Escherichia coli XL-1 blue MRF dan IPTG
pemeliharaan plasmid rekombinan dengan digunakan sebagai inducer untuk ekspresi dari
stabil. Hasil transformasi yang ditumbuhkan protein. Hasil ekspresi protein yang diperoleh
pada media Luria Bertani (LB) padat dengan stabil dengan berat molekul 32 kDa yang
penambahan kanamisin 50 μg/ml diperoleh dikarakterisasi dengan menggunakan SDS-
empat koloni bakteri. Koloni bakteri E. coli PAGE dan Western blotting. Lakey et al., pada
BL21 yang tumbuh pada media seleksi dengan tahun 2000 melakukan kloning dan ekspresi
kanamisin disebabkan oleh bakteri E. coli BL21 Ag85A dan Ag85B, dengan menggunakan
membawa vektor pET SUMO. Vektor pET vektor pTrcHisB dan E. coli TOP10 sebagai
SUMO memiliki gen penanda resisten terhadap ekspresi host untuk ekspresi protein
kanamisin sehingga bakteri dapat tumbuh. rekombinan. Studi ini mengklaim bahwa
Koloni bakteri yang diperoleh dilakukan pTrcHisB vektor mengatasi masalah persentase
isolasi DNA plasmid dan hasil isolasi DNA G+C rendah di genom E. coli.
plasmid divisualisasikan dengan elektroforesis
gel agarose 2%. Vektor pET SUMO memiliki SIMPULAN
ukuran 5643 bp dan DNA Ag85A sisipan Gen penyandi Ag85A Mycobacterium
memiliki ukuran nukleotida 1017 bp, sehingga tuberculosis berhasil dikloning ke dalam vektor
menghasilkan vektor rekombinan berukuran pET SUMO dalam sel inang E. coli BL21.
6660 bp yang terlihat pada hasil isolasi DNA
plasmid yang divisualisasikan dengan UCAPAN TERIMA KASIH
elektroforesis gel agarose 2%. Uji tapis Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
dilakukan pada hasil isolasi DNA plasmid kepada Prof. Dr. Ni Made Mertaniasih, dr., MS.,
bakteri dengan metode PCR untuk Sp.MK. (K) melalui RINAS (Riset Nasional)
mengidentifikasi koloni bakteri yang membawa yang telah memberikan dukungan dana pada
gen insert. Hasil uji tapis dari empat koloni penelitian ini, kepada Bagian Biokimia Fakultas
bakteri E. coli BL21 ditemukan dua koloni Kedokteran Hewan UGM yang telah
bakteri yang positif membawa gen Ag85A. Gen memfasilitasi pelaksanaan penelitian ini, serta
insert ditunjukkan dari hasil isolasi plasmid kepada program studi Ilmu Kedokteran Tropis
koloni bakteri E. coli BL21 yang diamplifikasi UGM dan Akademi Analis Kesehatan yang
dengan primer spesifik Ag85A menunjukkan mendukung peneliti pada pelaksaan penelitian
band spesifik dengan ukuran nukleotida 1017 ini.
bp.
Penelitian sebelumnya menunjukkan DAFTAR PUSTAKA
bahwa kloning dan ekspresi gen penyandi 1. World Health Organization. Global Tuberculosis
Ag85A M. tuberculosis telah berhasil dilakukan Report 2013. WHO/HTM/TB/2013.11. World
dengan hasil kloning dan ekspresi protein yang Health Organization, France;2013.
2. World Health Organization. Estimates of TB and
stabil dan diproduksi dalam skala besar.
MDR-TB burden are produced by WHO in
Beberapa laporan yang menggambarkan kloning consultation with countries. who.int/tb/data:
dan ekspresi gen penyandi Ag85A pada vektor 2014.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 50
3. World Health Organization. Global Tuberculosis 10. Lee, C.F., Chang, S.Y. and Yu, D.S.
Control. WHO press, World Health Mycobacterium tuberculosis secreted antigen
Organization, 20 Avenue, 1211 Geneva 27, Ag85A gene. Division of Urology, Department
Switzerland: WHO Report 2010. of Surgery, No 325, Sec 2, Cheng-Kung Rd.,
4. Murphy, D. J., and Brown, J. R. Identification of Neihu 114, Taipei, Taiwan 114, R.O. China;
gene targets against dormant phase 2002.
Mycobacterium tuberculosis infections. BMC 11. Borremans, M., de Wit, L., Volckaert, G., Ooms,
Infect Dis. 2007;7:84. J., de Bruyn, J., Huygen, K., van Vooren, J.P.,
5. Zvi, A., Naomi A., John F., Jerald C. S., and Stelandre, M., Verhofstadt, R. and Content,J.
Avigdor S. Whole genome identification of Cloning, sequence determination, and
Mycobacterium tuberculosis vaccine candidates expression of a 32-kilodalton-protein gene of
by comprehensive data mining and Mycobacterium tuberculosis. Infect Immun.
bioinformatic analyses. BMC Med Genomics. 1989; 57 (10); 3123-3130.
2008; 1:18. 12. Guerrini, V., Santoro, F. and Pozzi, G. Genome
6. MMWR. Development of New Vaccines for sequence of Mycobacterium tuberculosis
Tuberculosis, Recommendations of the Advisory H37RvSiena strain. Italy: Medical
Council for the Elimination of Tuberculosis Biotechnology, University of Siena, viale
(ACET). Atlanta, Georgia 30333. CDC. 1998 Bracci, Policlinico Le Scotte, Siena 53100;
August; 47(13). 2013.
7. Kuo, C. J., Christopher P., Ching L., Bruce L., 13. Xie, Y., Bao, H. U., C. Zhang, W., and Chen, W.
and Yung F. Elastin, a Novel Extracellular Molecular Clonning and Ekspression of The
Matrix Protein Adhering to Mycobacterial Immunodominant Protein Ag85A from M.
Antigen 85 Complex. J Biol Chem. 2013. tuberculosis H37Rv strain. J West China. 2002;
288(6): 3886–3896. 33:172-174.
8. Wang, D., Jia X., Yonghui F., Ying L., Solum 14. Lakey, D. L., Voladri, R. K., Edwards, K. M.,
M., Fengping, S., Jin-Ichi S., and Chanlong L. Hager, C., Samten, B., Wallis, R. S., et al.
Liposomal oral DNA vaccine (mycobacterium Enhanced production of recombinant
DNA) elicits immune response. Vaccine. 2010; Mycobacterium tuberculosis antigens in
28:3134–3142. Escherichia coli by replacement of low-usage
9. Mullis, B. K. Recombinant DNA technology codons. Infect Immu. 2000; 68 (1):233- 8.
and molecular cloning, Chapter 8. Sci American.
1990; 262:36.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 51
E-mail: ety_yerizel@yahoo.co.id
ABSTRAK
Latar Belakang: Hiperglikemia pada DM menyebabkan stres oksidatif dan peningkatan ROS
(reactive oxigen species). Hiperglikemia intrasel menyebabkan peningkatan sintesis diasilgliserol
yang menyebabkan ekspresi PKC dalam sel juga meningkat. Peningkatan aktivasi PKC
mengakibatkan peningkatan NF-kβ (Nuclear factor kβ) yang merupakan Proinflammatory gene
expresion sehingga akan meningkatkan factor-faktor inflamasi antara lain IL-6 dan TNF-α yang
pada akhirnya memacu hepar memproduksi CRP.
Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Cross Sectional dengan study
comparative. Sampel penelitian adalah 35 penderita DM tipe 2 yang mempunyai kadar glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, umur 30 -60 tahun yang
menjalani rawat jalan dan atau rawat inap di bagian penyakit dalam rumah sakit di kota Batam.
Sebagai kontrol adalah 35 orang sehat yang tidak menderita DM. Pemerikasaan kadar Hs-CRP
dengan metode ELISA.
Hasil: Rata-rata kadar Hs-CRP pada penderita DM tipe 2 sebesar 8,43 ± 0,37 ng/ml sedangkan
non DM rata-rata 0,84 ± 0,20 ng/ml. Terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata kadar Hs-CRP
penderita DM tipe 2 dan non DM (p <0,05). Terdapat korelasi antara kadar glukosa darah puasa
dengan kadar Hs-CRP dengan p<0,05.
Kesimpulan: Kadar Hs-CRP penderita DM tipe 2 lebih tinggi dari pada yang terdapat pada orang
sehat dan berkorelasi dengan kadar glukosa.
Keadaan hiperglikemia kronis dapat 6) dan TNF alpha yang akan memacu hepar
menyebabkan kelainan hampir seluruh jaringan memproduksi C-reactive protein (CRP).3,11,13
tubuh, terutama pada jaringan yang Beberapa penelitian menunjukkan
3
dipengaruhi insulin. Proses kerusakan pada bahwa kelainan vaskuler terjadi karena adanya
umumnya berawal dari adanya kelainan low grade chronic inflammation pada
pembuluh darah mikro dan makrovaskuler. endotelium. Keadaan tersebut diperkuat dengan
Komplikasi mikrovaskuler meliputi nefropati, peningkatan beberapa marker inflamasi khronis
retinopati dan neuropati, sedangkan seperti IL-6 dan high sensitive CRP (Hs-CRP) .
makrovaskular meliputi penyakit jantung Penelitian menunjukkan bahwa Hs-CRP
iskemik, stroke dan penyakit vaskular perifer4. merupakan marker yang cukup sensitif untuk
Hiperglikemia mengakibatkan kerusakan pada mendeteksi adanya inflamasi subklinis
mitokondrial yang selanjutnya akan memicu tersebut.9,10,11
timbulnya berbagai jenis reactive oxygen
species (ROS). Contoh dari radikal bebas METODE
seperti Superoxide (O2-), Hydroxyl (OH),
Peroxyl (RO2), Nitric oxide (NO) dan Nitrogen Desain Penelitian adalah observasional
dioxide (NO2-). Peningkatan ROS dapat analitik cross sectional dengan populasi
mengakibatkan kerusakan makromolekul penderita DM yang berobat di beberapa Rumah
seperti lipid berupa lipid peroksidasi, Protein Sakit Batam yang memenuhi kriteria inklusi
teroksidasi dan juga kerusakan DNA dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi.
merupakan kunci terhadap patogenesis Korelasi diukur dengan menggunakan uji
terjadinya kerusakan berbagai jaringan tubuh korelasi Pearson atau Spearman (sesuai
yang merupakan komplikasi dari DM.4,5,8 normalitas data). Penelitian ini dilaksanakan di
Peningkatan radikal bebas dapat menimbulkan Bagian Penyakit Dalam di beberapa Rumah
stress oksidatif yaitu suatu keadaan dimana Sakit di Batam. Pemerikasaan kadar Hs-CRP di
antioksidan endogen tubuh tidak dapat laboratorium Biomedik Fakultas kedokteran
meredam radikal bebas.6,7,12 Universitas Andalas Padang.
Mekanisme kerusakan jaringan tubuh Populasi penelitian ini adalah seluruh
pada DM adalah melalui polyol pathway, penderita DM tipe 2 yang mempunyai kadar
pembentukan advanced glycation end products glukosa darah puasa > 126 mg/dl. yang
(AGEs), peningkatan aktivasi protein kinase C menjalani rawat jalan dan rawat inap di bagian
(PKC) melalui peningkatan diacyl glycerol penyakit dalam di beberapa rumah sakit di
(DAG), dan hexosamine pathway.3 Batam. Sampling dilakukan secara random
Hiperglikemia intrasel menyebabkan pada penderita DM Tipe 2 yang mempunyai
peningkatan sintesis DAG yang menyebabkan kriteria ekslusi dan inklusi. Sebagai kontrol
ekspresi PKC dalam sel juga meningkat yang adalah orang sehat yang tidak menderita DM.
pada akhirnya akan mengubah berbagai macam Besar sampel
ekspresi gen yang secara keseluruhan merusak Jumlah sampel diambil dengan mengunakan
pembuluh darah. Peningkatan aktivikasi PKC rumus :
mengakibatkan peningkatan nuclear factor kB n 1 = n2=Z².P.Q/d² (Kutipan Notoatmodjo
(NF-kB) yang merupakan proinflammatory S,2002)
gene expresion sehingga akan meningkatkan n 1 = n2 = 35
faktor2 inflamasi antara lain interleukin 6 (IL-
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 53
Jumlah sampel minimal pada setiap kelompok DM tipe 2 adalah 45,31 ± 8,53 dan non DM
adalah 35 orang. Sampel darah vena sebanyak adalah 30,65 ± 6,14 , rata rata kadar glukosa
10 ml. darah adalah 147,31 ± 14,57 mg/dl pada DM
tipe 2 dan 74,02 ± 7,84 mg/dl pada non DM.
Kriteria Inklusi Subyek : Kadar HbA1c 8,87± 1,48 % pada DM tipe
a. Penderita DM Tipe 2 2,dan IMT pada DM tipe 2 adalah 23,79 ±
b. Bersedia menandatangani informed 1,63 dan pada non DM 20,81 ± 1,98.
consent Berdasarkan jenis kelamin (Tabel 2) penderita
c. Umur berkisar antara 30 s/d 60 tahun DM tipe 2 laki laki sebanyak 20(57,1%) dan
perempuan 15(42,9%), kelompok non DM
Kriteria Ekslusi Subyek: jumlah laki laki 6(17,1%) dan perempuan
Penderita penyakit kronis seperti penyakit hati, 29(82,9%), masing masing total 35.
ginjal, hipertensi, rheumatoid arthritis, penyakit Kadar rata rata Hs-CRP pada penderita
paru kronis, gastroenteritis. DM tipe 2 (Tabel 3) adalah 8,43 ± 0,37 ng/ml
dan pada non DM 0,84 ± 0,20 ng/ml. Kadar
Variabel Independen: kadar Hs-CRP dan rata rata Hs-CRP pada penderita DM tipe 2
kadar glukosa darah. lebih tinggi dibandingkan dengan non DM.
Pada Gambar 1 terlihat bahwa terdapat
hubungan kadar glukosa darah puasa dengan
HASIL kadar Hs–CRP. Semakin tinggi kadar glukosa
Karakteristik sampel subjek penelitian darah, maka semakin tinggi kadar Hs-CRP .
dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil
tersebut terlihat bahwa umur rata rata penderita
Tabel 3. Kadar Rata- rata Hs-CRP pada Kelompok DM Tipe 2 dan Non DM
Kelompok n Kadar Hs-CRP (ng/ml) P*
Rata- rata ± SD
DM tipe 2 35 8,43 ± 0,37 < 0,005
Non DM 35 0,84 ± 0,20 < 0,005
PROSIDING PBBMI (2015) 54
DAFTAR PUSTAKA
1. International Diabetes Federation. Global
Guideline for Type 2 Diabetes. Belgium:
International Diabetes Federation; 2012.
2. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe II di
Indonesia. 2011.
3. Brownlee M. The Pathology of diabetic
complication, A unifying mecanism. Diabetes.
2005;54(6):1615-1625
4. Jakus V. The Role of Free Radicals, oxidative
stress and antioxidant systems in diabetica
vascular disease. Bratisl Lek Listy. 2000;
101(10):541-551
5. Evans JL, Goldfilne ID, Maddux BA, Grodsky
GM. Oxidative Stress and Stress-Activated
Signaling Pathways: A Unifying Hypothesis of
type 2 Diabetes. Endocrine Reviews.
2002;23(5):599-622
6. Mohora M, Greabu M, Muscurel C, Duta C,
Totan A. The Sources and the targets of
oxidative stress in the etiology of diabetic
complications, Rom J Biophys. 2007;17(2):63-
84
7. Giacco F and Brownlee M. Oxidative Stress
and Diabetic Complications. Circ Res.
2010;107(9):1058-1070
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 56
ABSTRAK
Latar Belakang: Virus Highly pathogenic avian influenza (HPAI) subtipe H5N1 saat ini telah
menjadi enzootik di beberapa negara dan terus-menerus menyebabkan kejadian luar biasa (KLB)
di hewan ternak unggas dan secara sporadik menginfeksi manusia. Meskipun Indonesia lebih
rendah jumlah kasus dibanding Mesir, 197 dengan 203, tetapi jumlah kematian manusia di
Indonesia tertinggi di dunia, sebanyak 165 orang dibanding 72 orang Mesir. Penularan dari unggas
masih merupakan hipotesis utama dari timbulnya infeksi virus H5N1 pada manusia. Sebaliknya
penerapan kebijakan vaksinasi pada unggas secara masif termasuk di Indonesia diduga
menyebabkan virus H5N1 masih bersirkulasi tanpa adanya gejala kesakitan dan kematian yang
jelas pada ternak unggas. Oleh karenanya pemantauan terhadap virus H5N1 yang bersirkulasi pada
unggas domestik dengan menggunakan panel antibodi monoklonal yang spesifik terhadap virus
H5N1 merupakan cara penting dan efisien. Penelitian dengan tujuan menguji dari suatu panel
antibodi monoklonal terhadap virus H5N1 di Indonesia telah dilakukan.
Metode: Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak dengan 26 panel
antibodi monoklonal yang spesifik terhadap protein hemaglutinin (HA) virus H5N1. Antibodi
diujikan pada protein HA rekombinan virus H5N1 isolat ayam yang bersirkulasi di Indonesia
(C1787T), sebagai pembanding diuji pada virus homolog (WZ83) yang digunakan untuk
memproduksi panel antibodi monoklonal tersebut. Uji reaktivitas menggunakan metode ELISA
dan hasil uji dianalisis dengan Anova.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh panel antibodi monoklonal yang digunakan
pada penelitian ini memiliki reaktivitas terhadap virus H5N1 isolat ayam di Indonesia melalui uji
ELISA (n=26) dan tidak memiliki perbedaan bermakna dengan hasil ELISA pada virus homolog
(WZ83) (p>0.05).
Simpulan: Panel antibodi monoklonal yang diujikan pada penelitian ini dapat menjadi alat
diagnostik dalam memantau sirkulasi virus H5N1 di Indonesia.
PENDAHULUAN 1
berbagai negara Asia, Eropa dan Amerika.
Virus Highly pathogenic avian Sejak terjadinya re-emergence H5N1 pada
influenza (HPAI) strain H5N1 saat ini tahun 2003, virus ini telah menjadi enzootik di
menjadi penyebab morbiditas dan mortilitas beberapa negara dan terus-menerus
utama pada populasi hewan ternak unggas di menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) pada
hewan ternak unggas dan secara sporadik
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 57
Airlangga. Untuk mengetahui titer virus dapat selama 1 jam dan dicuci dengan 0,05 % PBST
6 3 kali. Larutan 3.3’,-tetramethylbenzidine5.5’
dilakukan uji Hemaglutinasi (HA).
(TMB) (Sigma, Missouri, USA) kemudian
Produksi Protein Hemaglutinin (HA) ditambahkan dan diinkubasikan pada suhu
Rekombinan ruang selama 15-30 menit. Optical density
Produksi protein HA rekombinan vrius kemudian dibaca menggunakan ELISA reader
H5N1 C1787T mengikuti prosedur kloning 7
dengan panjang gelombang 450 nm .
dan transformasi standar untuk bakteria,
seperti pada penelitian sebelumnya. Demikian HASIL
pula pemurnian plasmid menggunakan
protokol midi preps kits sesuai dengan Uji ELISA memberikan data sebagai berikut:
protokol perusahaan penyedia reagen Tabel 1. Hasil uji ELISA panel antibodi
(Marligen Biosciences, Rockfille, USA), monoklonal terhadap virus H5N1 isolat ayam
transfeksi dengan TransIT-LT1 transfection (C1787T) di Indonesia tahun 2012
reagent (Mirus, USA) dan ekstraksi dengan Antibodi
rHA C1787T rHA WZ83
Monoklonal
Mem-PER Eukaryotic membrane protein
26-1 0,068 0,572
extraction reagent kit (Pierce, Rockford, 36-4 0,082 0,89
USA). 42-2 0,067 1,05
59-6 0,062 0,298
82-4 2,64 0,881
ELISA 85-1 0,069 0,465
Protein rekombinan hemaglutinin virus 95-8 0,066 3,024
H5N1 isolat ayam C1787T digunakan sebagai 99-10 0,313 2,47
® 102-1 0,892 0,277
antigen. Plate ELISA Nunc Maxisorb 103-4 0,9 0,462
104-7 0,414 2,938
microtitre plates (VWR International,
105-11 0,072 0,569
Darmstadt, Germany) dilapisi dengan antigen 108-1 0,255 0,803
tersebut dengan pengenceran 2000x dalam 119-12 0,121 0,609
0 148-11 0,068 1.012
PBS dan diinkubasi pada 4 C selama 162-5 1,452 2,66
semalam. Setelah membuang kelebihan 164-13 0,062 2,881
173-11 0,157 1,569
antigen, plate kemudian dicuci dengan 0.05 % 176-4 2,715 1,626
PBST. Plate selanjutnya di blok menggunakan 177-3 0,065 0,047
182-3 0,352 0,04
3% skim milk dalam PBS. Antbodi 209-1 0,069 0,039
monoklonal terhadap hemaglutinin H5N1 211-3 0,576 0,042
yang telah diencerkan 2000x dalam 1 % skim 218-1 2,767 0,055
228-3 1,819 0,057
milk-PBST, selanjutnya ditambahkan pada 229-10 1,915 0,051
tiap well plate ELISA dan diinkubasikan pada Keterangan:
suhu ruang selama 1 jam dan selanjutnya rHA C1787T: protein rekombinan hemaglutinin
dicuci 3x dengan 0,05 % PBST. Antibodi virus H5N1 isolat ayam yang diisolasi di
sekunder teridiri dari HRP-goat anti mouse Indonesia tahun 2012.
IgG (H+L) (Jackson Immuno Research, rHA WZ83: protein rekombinan hemaglutinin
virus H5N1 yang digunakan untuk menghasilkan
Baltimore, USA), HRP-goat anti mouse IgA
antibodi monoklonal pada penelitian ini.
(α) -(KPL,goatanti Mar mouse IgM (µ) (KPL,
Maryland, USA) kemudian ditambahkan pada
tiap well dan diinkubasikan pada suhu ruang
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 59
yang digunakan untuk melakukan pengujian tersedia merupakan kit ELISA untuk
panel antibodi monoklonal berasal dari virus mendeteksi adanya antibodi terhadap protein
H5N1 yang diisolasi dari ayam di daerah nukleoprotein (NP). Demikian pula kit ELISA
endemik virus H5N1. Oleh karena itu metode yang digunakan mendeteksi keberadaan
inokulasi yang digunakan pada penelitian ini antigen virus ini, umumnya menggunakan
tetap dengan menggunakan telur ayam panel antibodi monoklonal, terhadap protein
10 matriks (M) atau nukleoprotein (NP). Kedua
berembrio (TAB).
Salah satu tolok ukur keberhasilan jenis protein ini merupakan protein yang
inokulasi virus H5N1 pada TAB bila terjadi memiliki urutan asam amino yang conserved
6 di antara semua subtipe virus influenza A.
kematian pada embrio. Telur yang
Dengan demikian, mengalami kesulitan dalam
mengalami kematian embrio tersebut, interpretasi hasil, karena tidak dapat
selanjutnya dilakukan pemanenan virus membedakan subtipenya. Oleh karenanya
melalui pengambilan cairan alantoisnya hasil yang positif pada uji ini, harus
o
setelah sebelumnya disimpan pada suhu 4 C. dilanjutkan dengan uji HI untuk menetapkan
Virus H5N1 merupakan virus yang memiliki subtipe HA nya, seperti untuk membedakan
patogenisitas tinggi sehingga akan terjadi 12
H5 atau H7.
kematian embrio kurang dari tiga hari atau 32 Cina dan negara disekitarnya,
jam, rata-rata dua hari. Semakin patogen merupakan negara yang memiliki laporan
virusnya, maka akan didapatkan kematian jumlah subtipe virus Influenza yang lebih
yang lebih cepat dan dapat menghalangi banyak dari negara lain, sehingga pemantauan
proses replikasi virus selanjutnya. Dengan virus yang berkembang dan muncul di negara
demikian propagasi virus H5N1 membutuhkan tersebut, bisa menjadi awal penyebaran baik
jumlah TAB yang besar agar didapatkan titer melalui burung migrasi maupun sarana
virus yang tinggi. Meskipun inokulasi pada lainnya. Keadaan ini menjadikan virus
TAB dapat tidak berhasil dikarenakan adanya Influenza yang baru dari dari negara-negara
kontaminasi bakteri namun dengan tersebut menjadi penting. Salah satu di
penggunaan TAB yang specific pathogen free antaranya virus WZ83
(SPF) dapat mengurangi resiko ini. Selain itu, (A/duck/Hokkaido/2010 (H5N1) yang
propagsi atau inokulasi virus H5N1 pada tergolong dalam clade 2.2.
TAB, akan didapatkan titer virus yang lebih Panel antibodi monoklonal yang telah
tinggi dibandingkan dengan kultur sel Madine diproduksi merupakan panel antibodi
11
Darby Canine Kidney (MDCK). monoklonal yang spesifik terhadap protein
Pengambilan cairan alantois ini bertujuan HA virus influenza A subtipe H5N1 tersebut.
unuk mendapatkan virus H5N1 yang Antibodi monoklonal yang spesifik terhadap
selanjutnya digunakan sebagai antigen pada HA yang berasal dari virus H5N1 dengan
ELISA dan uji HI pada penelitian ini. clade yang bebeda telah banyak dilakukan
dalam penelitian untuk memantau sirkulasi
5.3. ELISA virus H5N1 yang ada di lapangan terutama di
ELISA merupakan uji serologis yang 13,14
Asia Tenggara.
mendeteksi antigen /antibodi.terhadap virus
influenza A. Kit ELISA komersial untuk Uji ELISA yang digunakan pada
pengujian penyakit influenza yang telah penelitian ini merupakan uji ELISA dengan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 61
13
9. Itoh Y, Shinya K, Kiso M, Watanabe T,
Sakoda Y, Hatta M et al. In vitro and in vivo
characterization of new swine origin H1N1
influenza viruses. Nature 2009;460;1021-1025
10. Suarez DL. Avian Influenza. Iowa:
Blackweel Publishing Professional. 2008
11. Wanasawaeng W, Bunpapong N,
Thanawongnuwech R. Growth Characteristics
of the Thai H5N1 Avian Influenza Virus in
Chicken Embryonic Eggs and MDCK Cells.
Proceedings, The 15th Congress of FAVA 27-
30 October 2008. FAVA - OIE Joint
Symposium on Emerging Diseases
12. World Organisation For Animal Health (OIE).
Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for
Terrestrial Animals: Chapter 2.3.4. Avian
Influenza. 2014.www.oie.int
13. Masalova OV, Klimova RR, Chichev EV,
Fediakina IT, Loginova SY, Borisevich SV,
Bondarev VP, Deryabin PG, Lvov DV,
Kushch AA. Development of monoclonal
antibodies to highly pathogenic avian
influenza H5N1 virus and their application to
diagnostics, prophylaxis, and therapy. Acta
virologica 2011;3 –14
14. Kajihara M, Matsuno K; Simulundu E,
Muramatsu M, Noyori O, Manzoor R,
Nakayama E, Igarashi M, Tomabechi D,
Yoshida R, Okamatsu M, Sakoda Y, Ito K,
Kida H, Takada A. An H5N1 Highly
Pathogenic Avian Influenza Virus That
Invaded Japan Through Waterfowl Migration.
Jpn J Vet Res. 2011 Aug;59(2-3):89-100
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 63
E-mail: trini.suryowati@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Sistem antioksidan enzimatis memegang peran penting pada pertahanan sel dari
kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen selama proses metabolisme.
Enzim-enzim tersebut menjaga jaringan dari aktivitas senyawa oksigen reaktif yang dapat
menyebabkan stres oksidatif pemicu komplikasi pada keadaan diabetes. Coleus amboinicus Lour,
dikenal dengan nama torbangun, telah dipakai untuk meningkatkan produksi ASI oleh suku Batak.
Pengaruh aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol daun Coleus amboinicus Lour pada stres
oksidatif tikus diabetes.
Metode: Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus jantan galurSpargue dawley yang dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kelompok kontrol negatif dan empat
kelompok tikus diabetes diberi perlakuan. Pemberian oral ekstrak dengan dicekok. Kelompok
kontrol positif dan negatif dicekok akuades, kelompok perlakuan dicekok ekstrak etanol daun
torbangun dengan dosis 620 mg/kg BB dan 930 mg/kg BB; metformin 62.5 mg/kg BB; kuersetin
15 mg/kg BB tikus diabetes tipe 2 yang telah induksi streptozotocin selama 14 hari. Kadar glukosa
darah ditentukan dengan Accu-Chek Active, SOD, katalase dan GPx dengan kit.
Hasil: Efek ekstrak etanol daun Coleus amboinicus Lour menunjukkan kecenderungan
menurunkan kadar glukosa darah dan menaikan antioksidan enzimatis katalase pada tikus diabetes
(p<0.05). Aktivitas antioksidan kuersetin dalam daun ekatrak etanol dapat berperan sebagai
antihiperglikemia pada tikus diabetes tipe 2.
Kesimpulan: Ekstrak etanol daun Coleus amboinicus Lour dapat menurunkan kadar glukosa
darah dan menaikan enzim katalase.
500
404
400 340,6 333
0
N D D-T1 D-T2 D-Mt D-K
GLUKOSA DARAH AWAL (mg/dL) GLUKOSA DARAH AKHIR (mg/dL)
Gambar 1. Perubahan kadar glukosa darah pada tikus normal dan diabetes galur Spargue
dawley selama 14 hari percobaan. Keterangan : N: normal; D : diabetes; T1 : ekstrak torbangun
dosis 620 mg/kgBB; T2 : ekstrak torbangun dosis 930 mg/kgBB; Mt : metformin; K : kuersetin.
penurunan glukosa darah, hal ini menunjukkan terjadi stres oksidatif. Sedangkan pada tikus
mekanisme kontrol kadar glukosa darah. Enzim diabetes yang dicekok ekstrak daun torbangun
SOD mengkatalisis reaksi dismutasi radikal terjadi penurunan kadar MDA, hal ini
superoksida, dan katalase adalah haemoprotein menunjukkan bahwa dalam ekstrak daun
yang mengkatalisis reaksi reduki menjadi H2O tersebut mengandung antioksidan kuersetin
serta menjaga jaringan dari radikal hidroksil. berperan sebagai pengontrol radikal bebas.12
Enzim gluthation pereduksi yang mengandung Efek ekstrak daun torbangun meningkatkan
Se berperan pada reaksi oksidasi dan reduksi aktivitas antioksidan enzimatis serta
perubahan H2O2 menjadi H2O. Kadar menurunkan kadar malondialdehid dalam hati
malondialdehida (MDA) meningkat pada hati tikus normal dan diabetes terdapat pada gambar
tikus diabetes, hal ini menjelaskan bahwa 2.
Gambar 2. Efek ekstrak daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) pada perubahan antioksidan
enzimatis dalam hati tikus normal dan diabetes galur Sprague dawleyselama 14 hari.
Keterangan: terdapat trend penurunan kadar MDA, peningkatan SOD, CAT dan GPx.
N:normal; D: diabetes; T1: ekstrak torbangun dosis 620 mg/kgBB; T2: ekatrak torbangun dosis 930
mg/kgBB; Mt:metformin; K: kuersetin.
and antiradical activity of cloudy and clear induced type 2 diabetes mellitus(NIDDM) in
apple juices. J Sci Food Agric. rats. Journal of Pharmacy
2007;87:573–579. Research.2010;3(10):2516-2520.
3. Gerhauser C . Cancer chemopreventive 14. Jung JY, Lim Y, Moon MS, Kim JY* and
potential of apples, apple juice, and apple Kwon O*. Onion peel extracts ameliorate
components. Planta Med 2008;74:1608–1624. hyperglycemia and insulin resistance in high fat
4. Jameson, Larry J. Harrison’s Endocrinology. diet/ streptozotocin-induced diabetic rats.
2nd edition. The McGraw Companies, Inc. Nutrition & Metabolism.2011;8:18.
Section III. 2010;267-313. 15. Krishnaveni K and Challa SR. Anti diabetic
5. Damanik R. Torbangun (Coleus amboinicus activity of Dolichos lablab (seeds) in
Lour): A Bataknese Traditional Cuisine Streptozotocin- Nicotinamide induced diabetic
Perceived as Lactagogue by Bataknese rats. Hygeia.J.D.Med. 2013;5(1):32-40
Lactating Women in Simalungun, North 16. Dehghan G, Tahmasebpou Nr, Hosseinpour
Sumatera, Indonesia. Journal of Human MAF, Sheikhzadeh F, Banan SMK.
Lactation. 2009;25:64-72. Hypoglycemic, antioxidant and hepato- and
6. Luckoba CW, Simmonds MSJ, Paton AJ. nephroprotective effects of Teucrium orientale
Plectranthus: A riview of ethnobotanical uses. J in streptozotocin diabetic rats. 2013;1:182-189.
Ethnopharmacol. 2006 Jan; 3;103(1):1-24. http://pharmacologyonline.silae.it
7. Viswanathaswamy AHM, Koti BC, Gore A,
Thippeswamy AHM and Kulkarni RV.
Antihyperglycemic and Antihyperlipidemi
Activity of Plactranthus Amboinicus on
Normal and Alloxan Indiced Diabetic Rats.
Indian J Pharm Sci. 2011 Mar;73(2):139-145.
8. Santosa CM dan Triana H. Kandungan
senyawa kimia dan efek ekstrak air Daun
Bangun-bangun (Coleus amboinicus, L.) pada
aktivitas fagositosis netrofil tikus putih (Rattus
norvegicus). Majalah Farmasi Indonesia,
2005;3:141 – 148.
9. Subhas CM, Shivakumar H, Itgappa M,
Nagarajappa K. Antidiabetic and antioxidant
potential of Coleus Aromatiicus leaf Extracs in
Alloxan induced diabetic rats.
Pharmacologyonline. 2009; 3:1054-1061.
10. Sachin A, Shreesh KO , Divya V.
Characterisation of StreptozotocinInduced
Diabetes Mellitus in Swiss Albino Mice.
Global Journal of Pharmacology .
2009;3(2): 81-84.
11. Shareef SM, Sridhar I, Mishra SS, Venkata Rao
Y. Evaluation of hypoglycemic effect of
Lagerstroemia speciosa (Banaba) leaf extracti
Alloxan Induced Diabetes Melitus Rabbits. Int
J Med Res Health Sci. 2013;2(2):217-222
12. Atef EAE. Quercetin protective action on
oxidative stress,sorbitol, insulin resistance
and β - cells function in experimental disbetic
rats. IJPSR. 2011;3(2):11-18
13. Asok KK , Umamaheswari M, Somanathan
SS, Sivashanmugam AT, Subhdradevi V,
Sambathkumar R. Antidiabetic, hypolipidemic
and antioxidant properties of Asystasia
gangetica in Sterptozotocin-nicotinamide-
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 69
ABSTRACT
Background: Avian Influenza viruses are enveloped viruses that contain a segmented genome of
eight different negative strand RNA molecules. The function of hemagglutinin (HA) protein is to
recognize sialic acid-containing receptors on the cell surface. RNA viruses tend to mutate, and the
type of mutation of H5N1 avian influenza virus subtype are: antigenic drift and antigenic shift.
Antigenic drift caused by random mutations, mostly point mutations, antigenic shift results from
gene reassortments when two different subtype viruses infect the same animal host. The purpose of
this research was to analyze the pattern of mutation of H5N1 avian influenza virus in a variety of
host based on molecular studies of HA fragment.
Methods: The H5N1 avian influenza virus isolated from humans (virus code D4) were infected to
chickens (Gallus sp.), monkeys (Macaca fascicularis) and ferret (Mustella putorius). Isolate
shedding virus from monkey infected to chicken. The isolates were collected from tracheal swabs
(chickens), nasopharyngeal swab (monkeys), and nasalwash (ferret). Isolate shedding virus from
chickens inoculated in embryonated chicken eggs, isolate shedding virus from monkeys and ferrets
inoculated on MDCK cells. The allantoic fluids from embryonated chicken eggs and the
supernatant of MDCK cells subjected to HA test, the positive HA test subjected to RT-PCR for
HA and continued to nucleotide sequencing. The sequence of nucleotide were analyzed to predict
the amino acid, and then alignment the sequence of HA amino acids from the origin viruses with
shedding viruses.
Results: Poultry and mammal induced mutation on 341 cleavage site and 220-loop of receptor
binding domain of HA gene.
Conclusions: Mutation of 341 cleavage site and 220-loop receptor binding domain of HA of
H5N1 avian influenza virus was found from human after transmission to monkey, ferret and
chicken animals model.
Keywords: H5N1 Avian Influenza virus, transmission, mutation, poultry, mammals
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 70
Beberapa penelitian melaporkan bahwa virus avian influenza juga sudah biasa
pertukaran spesifisitas reseptor dari digunakan. Dalam bidang penelitian veteriner,
SAα2,3Gal (unggas) ke SAα2,6Gal (manusia) inang alaminya dapat digunakan sebagai
merupakan faktor utama penentu virus hewan coba pada penelitian infeksi secara
influenza A melewati barrier spesies. Mutasi eksperimental.15
satu atau dua asam amino dalam glikoprotein Mengingat masih terjadi wabah virus
HA ternyata cukup untuk mengubah Avian Influenza subtipe H5N1 pada unggas
spesifisitas reseptor virus AI dari unggas ke dan burung liar, bahkan pada manusia, serta
manusia. Virus avian influenza akan dapat potensi virus H5N1 yang dapat beradaptasi
beradaptasi pada inang manusia jika pada pada manusia baik melalui reassortment atau
posisi 193 glikoprotein HA diisi oleh Arginin mutasi maka perlu dilakukan kajian tentang
di tempat pengikatan reseptornya (receptor perubahan virus Avian Influenza H5N1 pada
binding site).11 Sementara dari hasil penelitian ayam untuk mewakili unggas maupun monyet
lainnya bahwa mutasi asam amino dan ferret untuk mewakili mamalia, terutama
glikoprotein HA pada daerah pengikatan pada pola mutasi gen Hemagglutinin.
reseptor dapat mengubah pengenalan reseptor Dengan tercapainya tujuan penelitian ini,
sel oleh virus dari SA-2,3Gal menjadi SA- maka dapat diketahui model transmisi virus
2,6Gal.12 Protein HA berperanan penting Avian Influenza subtipe H5N1 asal penderita
dalam menentukan patogenisitas virus AI manusia dari unggas ke mamalia, serta dari
H5N1 karena pada regio cleavage site gen HA mamalia ke unggas sehingga dapat digunakan
jika diisi asam amino basa tunggal akan sebagai landasan ilmiah penelitian selanjutnya
dipecah oleh protease inang secara terbatas yang berkaitan dengan transmisi virus AI.
sehingga infeksinya tidak parah atau Hasil penelitian ini juga dapat dipakai sebagai
asimptomatik, sebaliknya gen HA dengan dasar untuk memberikan informasi tentang
beberapa asam amino basa pada regio cara pencegahan terbaik penularan virus
cleavage site akan dipecah oleh ubiquitous Avian Influenza subtipe H5N1 antar spesies
protease sel inang dapat menyebabkan infeksi sehingga korban manusia bisa dihentikan atau
parah atau sistemik.13 diminimalisir.
Penggunaan hewan coba untuk
penelitian virus influenza sudah sering METODE
dilakukan. Hewan coba monyet (Macaca
Penelitian ini dilakukan melalui dua
fascicularis) banyak digunakan untuk
tahap. Tahap pertama berupa infeksi virus
menggambarkan infeksi virus influenza pada
H5N1 asal manusia kode D4 pada hewan coba
mamalia (manusia) karena adanya kemiripan
monyet, feret dan ayam. T tahap kedua
fisiologis dengan manusia serta kesamaan
dilakukan infeksi virus isolat asal hewan coba
letak reseptornya. Disamping itu, hewan coba
monyet pada hewan coba ayam.
ferret (Mustela putorius) merupakan gold
Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis
animal untuk penelitian infeksi virus influenza
hewan coba yaitu empat ekor monyet
yang berasal dari manusia karena dapat
(Macaca Fascicularis) SPF , yaitu 2 ekor
menimbulkan gejala yang mirip seperti
diinfeksi virus dan 2 ekor diberi PBS steril
kejadian pada manusia serta kesamaan
sebagai control; 15 ekor ayam (Gallus sp.), 6
reseptor dengan manusia.14 Sementara ayam
ekor diinfeksi virus H5N1 kode D4, 6 ekor
(Gallus sp.) sebagai hewan coba penelitian
diinfeksi isolat virus asal hewan coba ayam
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 72
dan 3 ekor diberi PBS steril sebagai control; Hemaglutinin virus H5N1 menggunakan
dan empat ekor ferret (Mustela putorius) yaitu primer spesifik untuk gen Hemaglutinin (HA)
2 ekor feret diinfeksi virus H5N1 kode D4 dan dan jika positif diperoleh pita sekitar 1780bp
2 ekor diberi PBS steril sebagai kontrol. melalui proses elektroforesis. Untuk
Untuk menginfeksi hewan coba monyet dan mengetahui urutan nukleotida gen HA hasil
feret diperlukan bahan-bahan berupa isolat RT-PCR selanjutnya dilakukan sekuensing
virus AI subtipe H5N1 asal manusia (kode melalui tahapan purifikasi produk PCR,
D4), Ketamine dan PBS steril. Bahan untuk presipitasi dan aplikasi produk PCR ke mesin
menginfeksi ayam diperlukan bahan berupa sekuensing. Hasil sekuensing selanjutnya
isolat virus AI subtipe H5N1 asal manusia, dianalisis menggunakan program Genetic Win
virus AI subtipe H5N1 yang diisolasi dari untuk mendapatkan urutan nukleotida gen HA
hewan coba monyet dan PBS steril. Bahan dan dilakukan alignment (penjejeran) urutan
yang diperlukan untuk menginfeksi hewan asam amino gen HA antara isolat dari hewan
coba feret yaitu virus AI subtipe H5N1 asal coba monyet, feret dan ayam dengan virus
manusia, Ketamine, Xylazine dan PBS steril. H5N1 asal manusia kode D4. Alignment juga
Infeksi virus H5N1 pada hewan coba dilakukan antara urutan asam amino gen HA
monyet dilakukan secara intranasal, tonsil dan isolat asal hewan coba ayam yang diinfeksi
intraokular dengan dosis sebesar 2,5 x 104 virus isolat asal hewan coba monyet dengan
TCID50 yang diencerkan dalam PBS steril 5 isolat asal hewan coba monyet.
ml. Infeksi pada feret dilakukan secara
intranasal dengan dosis 107 PFU yang HASIL
dilarutkan dalam 500 μl PBS steril. Hewan
coba ayam diinfeksi melalui intratrakhea Penelitian ini bertujuan untuk
dengan dosis 106 TCID50 yang dilarutkan menganalisis pola mutasi virus Flu Burung
dalam 500 μl PBS. Isolat sheding virus H5N1 pada berbagai inang berdasarkan kajian
diperoleh dengan cara mengambil swab nasal molekular fragmen Hemaglutinin.
dari hewan coba monyet, swab trachea dari Penggunaan hewan sebagai hewan model,
hewan coba ayam dan nasal wash dari hewan telah mendapat ijin dari Komisi Etika
coba feret. Isolat yang diperoleh lalu Universitas Airlangga. Transmisi atau infeksi
disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama virus dilakukan melalui dua tahap penelitian.
5 menit dan diambil bagian supernatant. Tahap pertama dilakukan infeksi virus
Isolat yang diperoleh dari hewan coba Avian Influenza subtipe H5N1 dengan kode
ayam selanjutnya diinokulasikan pada TAB D4 pada hewan coba monyet, ferret dan ayam,
umur 9-11 hari, sedangkan isolat dari hewan dan setelah masa inkubasi masing-masing
coba monyet dan feret diinokulasikan pada sel hewan coba diisolasi virus “shedding”. Virus
MDCK yang telah konfluen. Hasil panen shedding dilakukan pengujian dan identifikasi
cairan alantois TAB dan media sel MDCK untuk mengetahui perubahan atau mutasi pada
setelah disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm fragmen Hemaglutinin (gen HA) melaui
selama 5 menit, selanjutnya dilakukan uji HA alignment urutan asam amino virus shedding
untuk mengetahui titer hemaglutinin isolat dengan virus asal. Pada tahap kedua dilakukan
virus sebagai langkah awal deteksi virus infeksi isolat virus asal hewan coba monyet
H5N1. Hasil uji HA positif kemudian pada hewan coba ayam, virus shedding yang
dilanjutkan dengan RT-PCR gen diperoleh dilakukan pengujian yang sama
dengan tahap pertama.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 73
Performans hewan coba monyet setelah diperoleh dilakukan prediksi susunan asam
diinfeksi virus H5N1 asal manusia, sampai amino dari kodon awal yang mengkode asam
dengan pengamatan berakhir tidak amino metionin. Jumlah asam amino yang
menunjukkan gejala sakit dan tidak terjadi menyusun protein hemaglutinin sebanyak 560
kematian hewan coba monyet. Pengambilan asam amino. Selanjutnya dari hasil urutan
swab dari hewan coba monyet dilakukan asam amino yang diperoleh dilakukan
setiap hari selama sepuluh hari pengamatan, penjejeran (alignment) urutan asam amino gen
dan sampel swab yang menunjukkan hasil HA virus asal manusia (kode D4) dengan
positif diperoleh dari pengambilan hari urutan asam amino gen HA isolat virus hewan
pertama setelah infeksi dari kedua hewan coba coba monyet untuk mengetahui mutasi yang
monyet. Hasil uji HA swab monyet terjadi saat virus diinfeksikan pada hewan
10 coba monyet. Jumlah mutasi asam amino yang
menunjukkan titer HA sebesar 2 untuk
kedua hewan coba monyet, kemudian kedua terjadi pada hewan coba monyet kode FA
sampel tersebut dilakukan RT-PCR dan dari sebesar 1,93%, sedangkan mutasi pada hewan
hasil PCR diperoleh pita DNA sepanjang 1776 coba monyet kode FB 3,51%. Alignment asam
pasang nukleotida (bp). amino gen HA virus D4 dengan virus
shedding monyet FA dan FB seperti pada
M123 Gambar 2.
Protein hemaglutinin memiliki regio
khusus yang disebut regio cleavage site yaitu
regio tempat dimana terjadi pembelahan
(cleavage) gen HA0 menjadi HA1 dan HA2
1776 pb sehingga virus influenza menjadi infektif
ketika terjadi infeksi virus. Berdasarkan
análisis penjejeran protein hemaglutinin, virus
kode D4 yang digunakan dalam penelitian ini
menunjukkan multiple base amino acid (asam
Gambar 1. Elektroforesis DNA gen Hemaglutinin. amino basa berulang) pada cleavage site gen
DNA yang dihasilkan sebanyak 1776 pb. M = HA yang sesuai dengan gambaran virus HPAI.
marker (1 kb ladder),1= kontrol negatif, 2 dan 3 Urutan asam amino regio cleavage site virus
sampel monyet FA dan FB kode D4 yaitu Pro (prolin), Gln (glutamin),
Arg (arginin), Glu (glutamat), Ser (serin), Arg
Hasil PCR ini kemudian dilanjutkan (arginin), Arg (arginin), Lys (lisin), Lys
dengan sekuensing untuk menentukan urutan (lisin), Arg (arginin), Gly (glisin) dan Leu
nukleotida gen hemaglutinin virus shedding (leusin) atau PQRESRRKKRGL. Analisis
D4 pada monyet. Hasil penjejeran (alignment) penjejeran antara protein HA virus D4 dengan
urutan nukleotida gen HA dari isolat virus virus yang diperoleh dari hewan coba monyet
shedding dengan urutan nukleotida gen HA (monyet FA dan FB), nampak terjadi mutasi
virus D4 menunjukkan homologi sebesar 97,8 asam amino pada regio cleavage site yaitu
% atau terjadi mutasi 2,2% untuk hewan coba asam amino nomor 341 yang semula Serin
monyet kode FA, dan homologi sebesar menjadi Glisin (mutasi S341G) pada isolat
97,1% atau 2,87% untuk hewan coba monyet yang berasal dari monyet kode FB. Sementara
kode FB. isolat dari hewan coba monyet kode FA tidak
Selanjutnya urutan nukleotida yang
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 74
Gambar 2 : Alignment asam amino gen HA virus D4 dengan virus shedding monyet FA dan FB
Protein hemaglutinin memiliki daerah 226 (berdasarkan penomoran H5). Jika residu
khusus untuk pengikatan reseptor sel yang 224 diisi Glutamat dan 226 diisi Gisin maka
disebut receptor binding domain (RBD), yaitu virus tersebut lebih mengenali reseptor tipe
bagian RBD tersebut memiliki urutan asam unggas (α-2,3).11 Virus kode D4 yang
amino khusus yang tidak mudah bermutasi digunakan dalam penelitian ini memiliki
dan jika mengalami mutasi akan menyebabkan residu Arginin pada posisi 224 dan residu
perubahan pengenalan reseptor sel host atau Valin pada posisi 226. Kedua residu asam
disebut asam amino conserved. Pada amino pada posisi tersebut tidak mengalami
penelitian ini asam amino conserved di bagian mutasi pada hewan coba monyet.
RBD juga menunjukkan mutasi yaitu pada Infeksi virus H5N1 asal manusia pada
posisi 216 dari Isoleusin menjadi Valin hewan coba feret tidak menunjukkan gejala
(I216V), asam amino nomor 225 dari Leusin sakit kecuali saat pengambilan nasal wash ke-
menjadi Serin (L225S) dan asam amino 3 dan ke-4 hewan coba feret mengalami
nomor 228 dari Lisin menjadi Arginin bersin, suhu tubuh tidak mengalami
(K228R) diperoleh dari isolat hewan coba peningkatan, berat badan tidak turun dan
monyet kode FA. Sementara isolat dari hewan sedikit penuruan nafsu makan. Nasal wash
coba monyet kode FB menunjukkan dua dari hewan coba feret diambil setiap 12 jam
mutasi yaitu I216V dan K228R. selama 10 hari, dan shedding virus diperoleh
Posisi asam amino tertentu pada gen HA dari pengambilan nasal wash ke-2 sampai
dikenal sebagai penanda pengenalan reseptor 7
pengambilan ke-8 dengan titer HA sebesar 2 .
sel inang yaitu asam amino nomor 224 dan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 75
Shedding virus kemudian dilakukan RT-PCR hewan coba ferret. Sampel nasal wash yang
gen HA dan diperoleh pita DNA sebesar 1776 dilanjutkan dengan sekuensing adalah nasal
bp seperti pada Gambar 3. wash ke-4 (kode NW IV). Hasil sekuensing
gen HA setelah dianalisis dan diperoleh urutan
M 1 2 3 4 5 6 7 nukleotidanya, kemudian dilakukan penjejeran
dengan urutan nukleotida gen HA dari virus
kode D4 untuk mengetahui jumlah mutasi
tingkat nukleotida yang terjadi. Jumlah mutasi
1776 pb tingkat nukleotida yang terjadi sebesar 2,81%
atau homologi sebesar 97,19%.
Urutan nukleotida yang diperoleh
selanjutnya dilakukan prediksi urutan asam
amino. Setelah dilakukan penjejeran dengan
Gambar 3 : Elektroforesis DNA gen HA virus AI urutan asam amino gen HA dari virus D4
H5N1 kode D4 pada hewan coba ferret. DNA maka didapatkan hasil adanya mutasi tingkat
yang dihasilkan sebesar 1776 pb. M = marker, asam amino sebesar 2,63% atau homologi
1,2,3,4,5,6 dan 7 sampel positif dari nasal wash sebesar 97,37%. Hasil penjejeran asam amino
ferret pada pengambilan ke 2,3,4,5,6,7 dan 8. gen HA virus D4 dengan virus shedding ferret
tercantum pada Gambar 4.
Hasil PCR kemudian dilanjutkan dengan
sekuensing untuk mengetahui urutan
nukleotida gen HA virus yang diisolasi dari
Gambar 4. Alignment asam amino gen HA virus D4 dengan virus shedding ferret
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 76
Disamping itu juga dijumpai adanya menjadi Valin/V (I216V), asam amino nomor
mutasi di regio cleavage site pada asam amino 225 dari asam amino Leusin/L menjadi
nomor 341 dari asam amino Serin/S menjadi Serin/S (L225S) dan asam amino nomor 228
Glisin/G atau S341G. Daerah RBD dari dari asam amino Lisin/K menjadi Arginin/R
protein hemaglutinin virus yang diisolasi dari (K228R).
hewan coba ferret yang diinfeksi virus kode Infeksi virus H5N1 asal manusia pada 6
D4 menunjukkan adanya mutasi pada asam ekor hewan coba ayam menunjukkan
amino nomor 216 dari asam amino Isoleusin/I performans seperti pada Tabel 1.
Tabel 2 Hasil Uji HA Virus Sampel Swab Ayam Yang Diinfeksi virus H5N1 kode D4
Pengambil
CkD4.1 CkD4.2 CkD4.3 CkD4.4 CkD4.5 CkD4.6
an swab ke
1 Negatif Negatif 24 Negatif Negatif Negatif
3
2 Negatif 2 Negatif Negatif Negatif 27
7 6 7
3 2 2 (Mati) 2 Negatif 27 Negatif
4 Negatif Negatif (Mati) Negatif Negatif (Mati) 27 Mati
5 27 Mati 27 (Mati)
Keterangan : CkD4.1= hewan coba ayam yang diinfeksi virus kode D4, angka 1 menunjukkan nomor
ayam
Shedding virus dari hewan coba ayam Dari urutan nukleotida gen HA yang didapat
kemudian dilakukan PCR gen Hemaglutinin kemudian dilakukan penjejeran dengan urutan
dan diperoleh pita DNA sebesar 1776 bp nukleotida gen HA dari virus kode D4, maka
seperti pada Gambar 5. diperoleh perbedaan nukleotida yang terjadi
Hasil PCR kemudian dilanjutkan dengan sebesar 4,16%.
sekuensing untuk mengetahui urutan Selanjutnya urutan nukleotida gen HA
nukleotida gen HA. Sampel virus dari hewan yang diperoleh dilakukan prediksi asam amino
coba ayam yang dianalisis alignment dengan dan dilakukan alignment dengan urutan asam
virus kode D4 berasal dari isolat ayam no 6. amino gen HA virus D4, maka didapat
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 77
perbedaan asam amino antara gen HA virus unggas (ayam). Infeksi virus influenza pada
kode D4 dengan isolat dari hewan coba ayam inang bertujuan agar virus dapat bereplikasi
sebesar 5,09%. Data alignment asam amino dengan menggunakan perangkat genetik yang
virus D4 dengan virus shedding ayam dimiliki oleh sel inang. Di lain pihak, karena
sebagaimana pada Gambar 6. virus Flu Burung merupakan virus bergenoma
RNA yang bersegmen, sehingga mudah
mengalami mutasi ketika terjadi replikasi
virus di dalam sel host. Ketika terjadi infeksi
virus Flu Burung pada inang, biasanya akan
terjadi shedding virus. Isolat ini bisa diisolasi
dari trakea dan kloaka pada golongan unggas,
1776 pb
melalui nasal pada golongan mamalia atau
ketika terjadi refleks bersin dan batuk.
Virus shedding yang dikeluarkan
Gambar 5. Elektroforesis DNA gen HA virus AI tersebut merupakan virus yang sudah
H5N1 kode D4 pada hewan coba ayam. DNA mengalami adaptasi dan replikasi pada inang.
yang dihasilkan sebesar 1776 pb. M = marker, Virus ini jika terjadi mutasi pada waktu
1,2,3,5 dan 6 sampel positif dari ayam nomor replikasi di dalam sel inang maka mutasi
1,2,3,5 dan 6, 4 = sampel negatif dari ayam nomor tersebut dapat dianalisis melalui analisis
4. genoma dari virus shedding yang diperoleh.
Mutasi yang terjadi pada genoma virus
Hasil penjejeran asam amino antara shedding tersebut akan dapat memicu virus
virus AI kode D4 dengan isolat virus dari shedding mengalami perubahan sifat dari virus
hewan coba ayam yang diinfeksi virus D4, asal yang diinfeksikan sehingga
juga menunjukkan adanya mutasi di regio memungkinkan virus yang semula tidak dapat
cleavage site pada asam amino nomor 341 menular antar manusia berubah menjadi virus
atau -6HA1 dari asam amino Serin/S menjadi yang bisa menular antar manusia. Dasar
Glisin/G (S341G). molekuler sifat host range restriction virus
Bagian RBD protein hemaglutinin isolat avian influenza masih belum diketahui dengan
virus dari ayam yang diinfeksi virus kode D4 jelas, tetapi glikoprotein HA merupakan
menunjukkan adanya mutasi pada asam amino penentu utama pertukaran inang karena
nomor 216 dari Isoleusin/I menjadi Valin/V peranannya pada pengenalan reseptor sel
(I216V), asam amino nomor 225 dari inang.
Leusin/L menjadi Serin/S (L225S) dan asam Gen HA merupakan gen eksternal yang
amino nomor 228 dari Lisin/K menjadi memiliki fungsi untuk mengenali reseptor
Arginin/R (K228R). yang mengandung asam sialat pada
permukaan sel sehingga akan berpengaruh
PEMBAHASAN terhadap kemampuan transmisi virus antar
Penelitian ini dilakukan untuk spesies, serta memperantarai fusi dari
mengetahui peranan inang (host) dalam envelope virus dengan membran endosomal
mekanisme penularan virus Flu Burung antar dari sel inang sehingga menyebabkan
spesies pada hewan coba melalui proses dikeluarkannya nukleokapsid ke dalam
infeksi virus Flu Burung H5N1 pada spesies sitoplasma.16 Di samping itu, gen HA juga
hewan mamalia (monyet dan ferret) serta
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 78
banyak dihubungkan dengan patogenisitas apabila diisi oleh multiple basic amino acid
virus terutama jika dilihat sekuen pada daerah maka virus tersebut akan dipecah oleh
cleavage site gen HA. Jika cleavage site diisi protease yang jangkauannya lebih luas
oleh residu Arginin tunggal, maka virus akan sehingga menghasilkan infeksi sistemik dan
dipecah oleh protease host secara terbatas parah.17
sehingga infeksinya ringan. Cleavage site
Gambar 6. Alignment asam amino gen HA virus D4 dengan virus shedding ayam
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 79
Dalam penelitian ini, didapatkan mutasi juga dijumpai ketika virus AI H5N1
berupa substitusi asam amino pada protein diinfeksikan ke ferret dan ayam. Ini
hemaglutinin/HA dengan variasi sekitar 1,5% membuktikan bahwa residu asam amino
- 3% dari virus shedding tiap spesies hewan nomor 341 atau HA1 yang berada di cleavage
coba. Namun, untuk analisisnya hanya site dapat mengalami mutasi pada host
difokuskan pada daerah kritis yang nantinya mamalia maupun unggas. Bahkan saat virus
dapat menentukan kemampuan transmisi virus shedding dari monyet diinfeksikan ke ayam,
maupun patogenisitas virus. Bagian protein tampaknya residu nomor 341 gen HA juga
HA yang berperanan pada patogenisitas virus mengalami mutasi dengan motif G→S
yaitu regio cleavage site, sedangkan daerah sehingga sekuen cleavage site menjadi
yang berpengaruh terhadap transmisi antar kembali ke motif awal PQRESRRKKRGL.
spesies dijumpai di bagian globular head Hasil ini menunjukkan bahwa regio cleavage
protein hemaglutinin terutama pada receptor site di bagian residu nomor 341 sangat rentan
binding domain/RBD. mengalami mutasi ketika terjadi replikasi
Berdasarkan penelitian Nidom, virus AI virus pada host, bahkan ketika mengalami dua
H5N1 yang berasal dari ayam di Indonesia kali pasase pada host yang berbeda yaitu dari
memiliki urutan asam amino pada regio mamalia ke unggas mutasi yang terjadi seperti
cleavage site yaitu PQRERRRKKRGL menata kembali motif cleavage site virus ke
sehingga digolongkan sebagai virus HPAI bentuk awal. Hasil ini merupakan suatu
karena memiliki multiple base amino acid.8 temuan baru, bahwa adanya perubahan atau
Disebutkan lebih lanjut pada penelitian lain mutasi yang “menari” atau bersifat tidak
bahwa isolat virus unggas dari tahun 2003- permanen pada regio cleavage site gen HA
2005 sebagian besar menunjukkan motif virus AI subtipe H5N1 setelah dipasasekan
PQRERRRKKRGL pada cleavage site.17 Pada pada host yang berbeda. Hal ini dapat
bulan Maret 2005 ditemukan isolat virus menimbulkan pertanyaan baru, urutan asam
unggas dengan motif PQRESRRKKRGL yang amino yang ditemukan pada cleavage site gen
mengindikasikan telah terjadi mutasi R→S HA virus AI H5N1 asal manusia yang
pada daerah HA1. Tiga bulan setelah itu, pada ditemukan selama ini, menunjukkan suatu
bulan Juni 2005, Indonesia mempunyai kasus mutasi yang bersifat permanen atau
manusia yang terinfeksi virus AI H5N1 untuk merupakan hasil mutasi yang berubah-ubah
pertama kalinya, dan urutan asam amino pada sebagaimana yang ditemukan pada penelitian
cleavage site dari virus Flu Burung ini ini. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian
memiliki motif PQRESRRKKRGL. Dharmayanti, ada satu isolat ayam yang
Virus AI H5N1 kode D4 yang digunakan ditemukan dari tahun 2007 memiliki asam
dalam penelitian ini memiliki motif sekuen amino G pada residu nomor 341/HA1 di
cleavage site PQRESRRKKRGL, setelah cleavage site gen HA sehingga memiliki motif
diinfeksikan ke monyet maka pada virus cleavage site PQREGRRKKRGL.17 Berarti
shedding monyet dijumpai adanya mutasi asam amino G pada residu 341/HA1 cleavage
S→G di cleavage site pada residu asam amino site gen HA virus tersebut bukan berasal dari
nomor 341 sehingga urutan asam amino mutasi R menjadi G, tetapi dari R menjadi S
cleavage site menjadi PQREGRRKKRG. kemudian S bermutasi menjadi G. Jadi asam
Dalam hal ini terjadi mutasi S341G, dari serin amino G pada residu 341 dijumpai setelah
diganti glisin pada HA1. Mutasi yang sama virus mengalami pasase pada 2 host berbeda,
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 80
dan ada kemungkinan pasase pertama terjadi bagian receptor binding domain sangat
pada mamalia yang tanpa menunjukkan gejala berperanan dalam menentukan kemampuan
klinis. virus AI H5N1 untuk dapat mengenal reseptor
Protein hemaglutinin merupakan suatu tipe manusia dan menular antar mamalia.
trimer yang memiliki bagian yang disebut Perlu diketahui pula bahwa pergeseran
globular head, di bagian ini terdapat tempat spesifitas pengikatan ke respetor dari Siaα-2,3
untuk mengikat reseptor dari sel inang menjadi Siaα-2,6 merupakan tahap penting
(receptor binding domain/RBD). Semua adaptasi virus avian influenza pada host
struktur HA memiliki konfigurasi RBD yang manusia.16 Untuk itu perlu perhatian apabila
mirip. Tempat pengikatan-heliks pada bagian terjadi wabah virus AI H5N1 pada unggas
HA1 disusun oleh asam amino nomor 188-190 berulangkali, maka ada kemungkinan dapat
atau disebut 190-helix dan dua loop yang mendorong virus AI H5N1 dapat mengenal
disusun oleh asam amino nomor 134-138 reseptor tipe manusia serta dapat menular
(130-loop) dan 221-228 (220-loop).11 Residu antar manusia. Penelitian yang dilakukan oleh
asam amino conserved di bagian RBD dari Yamada, setelah virus avian influenza asal
virus subtipe H1 dan H5 yang nantinya bebek dipasasekan sebanyak 19 kali pada
berimplikasi terhadap spesifitas reseptor burung puyuh ternyata terjadi mutasi 8 asam
terdiri atas asam amino nomor 98, 136, 153, amino di daerah pengikatan reseptor dan virus
183, 190, 193, 194, 216, 221, 222, 225, 226, tersebut dapat tumbuh pada sel epitel bronkus
227 dan 228. manusia (mengenal reseptor α-2,6).12 Hal ini
Pada penelitian ini, jika virus D4 mengindikasikan bahwa burung puyuh dapat
diinfeksikan ke monyet, ferret dan ayam, berperanan sebagai intermediate host
maka residu asam amino di sekitar receptor potensial untuk adaptasi virus avian influenza
binding domain yang mengalami mutasi sehingga virus tersebut dapat ditransmisikan
dijumpai pada residu nomor 216, 225 dan 228, ke manusia.
kecuali monyet kode FB hanya mengalami Dibandingkan dengan penelitian
mutasi asam amino nomor 216 dan 228. terdahulu yang membuat mutasi buatan pada
Namun ketika virus shedding monyet FB beberapa asam amino melalui metoda reverse
diinfeksikan ke ayam maka mutasi asam genetic, hal ini menyebabkan virus tersebut
amino nomor 225 muncul. Hasil ini mengenal reseptor tipe manusia (α-2,6)
menunjukkan bahwa satu kali pasase virus bahkan memicu terjadinya transmisi virus
pada host sudah dapat menyebabkan gen HA antar ferret. Dalam penelitian ini, tidak
di bagian receptor binding domain mengalami dilakukan perubahan asam amino secara
mutasi dan mutasinya bisa lebih dari satu buatan melainkan dilakukan infeksi virus Flu
asam amino. Mutasi di receptor binding Burung dari alam yaitu melalui proses infeksi
domain dengan motif G228S atau Q226L dan virus D4 pada host mamalia dan unggas, dan
G228S akan menyebabkan virus AI H5N1 ternyata asam amino dengan nomor yang
dapat mengenal reseptor tipe manusia (α- sama tidak mengalami mutasi dari virus
2,6).11 Mutasi motif N158D, N224K dan asalnya.
Q226L menyebabkan virus AI H5N1 dapat
mengenali reseptor tipe manusia (α-2,6) dan
dapat ditransmisikan antar ferret secara
aerosol.16 Ini membuktikan bahwa mutasi di
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 81
E-mail: annisa_biokim10@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi mematikan yang menjadi salah satu
keadaan darurat global akibat peningkatan kasus multiple drug-resistant. Pendekatan inovatif
diperlukan untuk merancang obat baru dalam melawan tuberkulosis. Penemuan urutan genom
Mycobacterium tuberculosis membuka pintu berbagai penelitian dalam identifikasi dan validasi
target baru pengembangan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Salah satu yang dikembangkan adalah
Inhibitor enzimatik. Alanin racemase berperan penting dalam sintesis peptidoglikan dinding
bakteri melalui racemasi L-alanin ke D-alanin. Timidilat sintase merupakan enzim kunci pada
sintesis de novo DNA yang mengkatalisis sintesis thymidine monophospate, suatu prekursor
nukleotida dalam sintesis DNA.
Metode: Sekuens protein Alanin racemase dan Timidilat sintase Mycobacterium tuberkulosis
H37Rv dari TB Genomes Database (TBGD) dilakukan evaluasi dengan swissmodel. Alanin
racemase dan Timidilat sintase sebagai makromolekul dilakukan docking dengan flavonol alang-
alang, kuersetin, isoniazid dan Rifampisin. Docking menggunakan Autodock4. Visualisasi 3D hasil
docking dievaluasi menggunakan PyMol.
Hasil: Hasil docking dan visualisasi terhadap kompleks Alanin racemase-ligan menunjukkan hasil
paling baik dengan isoniazid (ΔG -6,56 dan Ki 15,65 µM). Interaksi komplek Timidilat sintase -
ligan menunjukkan hasil paling baik dengan flavonol alang-alang (ΔG -3,61 dan Ki 2,28 µM).
Simpulan: Flavonol alang-alang insilicolebih efektif bekerja menghambat Timidilat sintase
dibandingkan Alanin racemase sebagai kandidat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) baru.
(INH) dan Rifampisin (RIF) selama 4 bulan.5 panjang yang dihubungkan dengan
Kelemahan utama terapi TB adalah lamanya arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan
pemberian obat, rendahnya angka kepatutan dengan peptidoglikan oleh jembatan
minum obat, efek samping obat, dan resistensi fosfodiester. Dinding sel Mycobacterium
kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis tuberculosis merupakan target utama molekul
(OAT).6 Oleh karena itu, pendekatan inovatif obat selain regulasi DNA.
diperlukan untuk merancang obat dengan Berbagai obat anti tuberkulosis
target obat baru untuk mengatasi infeksi ditargetkan pada biosintesis dinding sel.
tuberkulosis. Mdluli dan Spigelman (2006) memperlihatkan
Pengembangan dan penemuan obat Alanin racemase (Alr) dan D-Ala-D-Ala
memerlukan waktu yang panjang dan upaya ligase merupakan enzim yang mengkatalisis
multidisipliner. Metode penemuan obat baru biosintesis peptidoglikan. Target obat lain
yang berkembang saat ini adalah dengan yang dikembangkan adalah dengan target
komputasi. Metode komputasi (In silico) telah biosintesis DNA. Penelitian Brancher (2009)
berkembang pesat dan banyak digunakan menunjukkan Timidilat sintase (TS)
untuk pengembangan dan pengujian merupakan target anti-TB yang baru. Timidilat
farmakologi. Metode In silico termasuk sintase merupakan enzim kunci pada sintesis
pencarian database, kuantitatif struktur- de novo DNA yang mengkatalisis sintesis
hubungan aktivitas, identifikasi farmakophore, thymidine monophospate (TMP), suatu
pemodelan dan docking.7 prekursor nukleotida sintesis DNA.
Penemuan obat diawali dengan Beberapa penelitian menyatakan bahwa
identifikasi sasaran obat dilanjutkan optimasi flavonoid berperan sebagai antibakteri melalui
ligan untuk memenuhi sejumlah kriteria yang mekanisme kerusakan membran sitoplasmik
telah ditetapkan sebelumuji klinis. Computer- dengan menghasilkan hidrogen peroksida,
aided drug dapat merancang melalui mengambat sintesis asam nukleat dan
9
pendekatan bioinformatika dalam menghambat ATP sintase.
memfasilitasi proses penemuan obat. Alang-alang (Imperata cylindrica)
Computer-aided desain obat, sering merupakan salah satu tanaman famili
disebut desain berbasis struktur yang Gramineae yang keberadaannya sering
melibatkan menggunakan informasi biokimia dianggap gulma. Berdasarkan studi literatur,
dari interaksi ligan-reseptor. Komputasi akar tumbuhan ini memiliki banyak aktivitas
berperan dalam optimalisasi ligan untuk biologis di antaranya memiliki kandungan
meningkatan afinitas antara ligan dengan flavonoid yang cukup tinggi dan memiliki
reseptor. Informasi kompatibilitas reseptor- bioaktivitas sebagai antioksidan.10,11
ligan dapat dilakukan melalui docking. Melalui pemodelan struktur 3D enzim
Docking adalah metode yang memprediksi Alanin racemase dan Timidilat sintase dapat
orientasi target ligan ketika terikat satu sama diketahui interaksi antara enzim dengan
lain untuk membentuk sebuah kompleks yang substrat sehingga dapat memprediksikan
stabil.8 inhibitor yang tepat terhadap Mycobacterium
Penyusun utama dinding Mycobacterium tuberculosis H37Rv. Pada penelitian ini akan
tuberculosis adalah asam mikolat, lilin dilakukan pemodelan struktur 3D enzim
kompleks (complex-waxes), trihalosa Alanin racemase dan Timidilat sintase melalui
dimikolat, dan mycobacterial sulfolipids. program komputer pemodelan protein
Asam mikolat merupakan asam lemak rantai menggunakan pendekatan teknik homologi.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 84
menunjukkan bahwa reaksi berlangsung dan tingkat toksisitas. Inhibitor analog non-
spontan. Semakin negatif maka interaksi yang substrat dan beberapa inhibitor melalui
terjadi maka semakin kuat. Hal tersebut mekanisme yang berbeda dikembangkan
menunjukkan bahwa interaksi yang terjadi sebagai target obat. Proses penemuan obat
baik digunakan sebagai inhibitor. baru tuberkulosis (TB) terus berkembang,
Proses docking dalam penelitian ini beberapa peneliti memilih Alanin racemase
disimulasikan pada kondisi lingkungan sebagai target. Alanin racemase (EC 5.1.1.1)
tertentu. Kondisi lingkungan pada saat berperan penting pada biosintesis dinding sel
docking berbeda dengan yang dilakukan melalui rasemasi L-alanine ke D-alanin.
dengan laboratorium basah. Perbedaan Rasemasi merupakan kunci penting dalam
terdapat pada tidak adanya molekul air, biosintesis peptidoglikan dinding sel
12
perbedaan pH dan perbedaan temperatur. Mycobacterium tuberculosis.
Hasil dari docking tidak dapat sepenuhnya Pemodelan struktur 3D enzim Alanin
digunakan untuk mengganti penelitian racemase pada penelitian ini mendapatkan
laboratorium basah, tetapi hasil docking dapat hasil terbaik dengan metode homologi.
digunakan sebagai pendekatan secara in silico Cetakan dengan homologi tertinggi terdapat
untuk mengetahui interaksi yang terjadi pada pada 1XFCA. Alanin rasemase merupakan
kompleks enzim-substrat. Keefektifan salah satu enzim golongan isomerase dan
interaksi makromolekul-ligan dalam dilihat memiliki struktur homodimer. Penelitian ini
dari energi bebas pengikatan. Interaksi mempergunakan sekuens cetakan 1XFCA dari
makromolekul-ligandengan energi bebas Alanin racemase Mycobacterium tuberculosis
pengikatan terendah akan dilanjutkan dengan yang telah dikristalkan di Protein Data Bank
penelitian laboratorium basah. (PDB).
Cetakan ini dijadikan acuan wild type.
Alanin racemase dari Mycobacterium Sekuens Alanin racemase H37Rv merupakan
tuberculosis H37Rv sekuens Alanin racemase dari Mycobacterium
Potensi antimikroba melalui inhibitor tuberculosis H37Rv yang diperoleh dari
enzim telah dilaporkan, namun secara klinis pustaka TB database. Kedua sekuens ini
penggunaan inhibitor ini masih terbatas karena didapatkan beberapa perbedaan susunan asam
kurangnya penelitian terhadap target khusus amino.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 86
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 87
Tabel 2. Hasil Struktur Kimia Ligan Mempergunakan Perangkat Lunak ChemBio Office 2010 dan
Struktur 3D dengan Software ChemBio3D Draw 2010
Ligan Struktur Kimia Struktur 3D
OCH3
7’,3’,5’-
H3CO O
trimetoksi OCH3
flavonol
OH
Kuarsetin
Isoniazid
Rifampisin
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 88
Makromolekul
Hasil Analisis docking dengan
- Hasil docking dengan software Autodock4
PyMol
Ligan
Alanin racemase
-
7’,3’,5’-trimetoksi
Flavonol
Alanin racemase
-
Kuarsetin
Alanin racemase
-
Isoniazid
Alanin racemase
-
Rifampisin
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 89
Makromolekul
Hasil Analisis docking dengan
- Hasil docking dengan software Autodock4
PyMol
Ligan
Timidilat sintase
-
7’,3’,5’-trimetoksi
flavonol
Timidilat sintase
-
Kuarsetin
Timidilat sintase
-
Isoniazid
Timidilat sintase
-
Rifampisin
Docking Alanin racemase- Ligan konstanta inhibisi 1,84 mM. Hal ini
Ikatan Alanin racemase dengan flavonol menunjukkan energi yang terbentuk di antara
alang-alang memiliki energi bebas sebesar - keduanya memiliki afinitas yang besar. Ikatan
4,8 dengan konstanta inhibisi 303,5 µM. Hal Alanin racemase dengan Isoniazid memiliki
ini menunjukkan energi yang terbentuk di energi bebas sebesar -6,46 dengan konstanta
antara keduanya memiliki afinitas yang besar. inhibisi 15,64 µM. Hal ini menunjukkan
Ikatan Alanin racemase dengan kuersetin ikatan yang terbentuk memiliki perubahan
memiliki energi bebas sebesar -3,73 dengan energi yang sangat elektronegatif.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 90
Interaksi Alanin racemase-Isoniazid untuk proses katalis reaksi penting ini adalah
menunjukkan ikatan yang sangat stabil. Timidilat sintase A (Thy-A) yang
Interaksi substrat ligan Rifampisin di daerah menggunakan metilen tetrahidrofolat sebagai
sisi aktif dapat dilihat pada tabel. Ikatan sumber karbon dan mereduksi agen menjadi
Alanin rasemase dengan Rifampisin memiliki bentuk timidilat, suatu prekursor esensial
energi bebas sebesar -2,95 dengan konstanta DNA.
inhibisi 6,89 µM. Hal ini menunjukkan ikatan Pemodelan struktur 3D enzim Timidilat
yang terbentuk memiliki perubahan energi sintase pada penelitian ini menggunakan
elektronegatif yang kecil, menunjukkan ikatan metode homologi. Pada metode homologi,
yang terbentuk stabil. dilakukan pencarian cetakan DNA
Rifampisin telah dikenal dapat menggunakan Swiss Model untuk
menghambat sintesis RNA-DNA bakteri mendapatkan cetakan DNA dengan homologi
dengan cara inhibisi RNA polimerase.13 Data tertinggi yang diperoleh dari PDB. Cetakan
struktur kristal dan data biokimia dengan homologi tertinggi didapatkan pada
menunjukkan bahwa rifampisin berikatan 3gwcA. Timidilat sintase merupakan golongan
dengan RNA polimerase di lokasi yang enzim transferase, homotetramer.
berdekatan dengan pusat aktif RNA Hasil yang diperoleh dari docking
polimerase dan menghambat sintesis RNA menggunakan Autodoock4 adalah interaksi
dengan menghambat perpanjangan produk masing-masing ligan (flavonol, kuersetin,
RNA.14,15 Pada beberapa antibiotik, target isoniazid, Rifampisin) di daerah sisi aktif dan
protein memainkan peran penting terhadap energi bebas dari kompleks enzim-substrat.
transkripsi dan translasi. Contohnya Autodock tools digunakan untuk menganalisis
Rifampisin, berikatan dengan bakterial β hasil docking dari Autodock4. Hasil Interaksi
subunit RNA polimerase (rpoB), dan dapat dievaluasi dari jumlah ikatan hidrogen
streptomisin dengan target subunit 30S yang dibentuk (bola berwarna merah) dan
ribosoma. ikatan Van Der Walls-elekstrostatik (bola
Bakteri yang resisten terhadap berwarna hitam) yang terjadi antara substrat
antibibiotik melalui mutasi gen dan dengan residu aktif di sekitar substrat.
menyebabkan perubahan transkripsi dan
translasi.16
Docking Timidilat sintase– Ligan
Secara penapisan maya flavonol dari Dalam simulasi docking ini flavonol
alang-alang memiliki energi afinitas mempunyai energi bebas paling rendah jika
pengikatan yang lebih rendah setelah dibandingkan dengan kuersetin, isoniazid dan
isoniazid. Hal ini mengindikasikan flavonol Rifampisin. Flavonol alang alang juga
alang-alang merupakan ligan yang baik untuk mempunyai konstanta inhibisi paling rendah
menghambat Alanin racemase H37Rv sebesar 2,28 µM jika dibandingkan dengan
Mycobacterium tuberculosisselain isoniazid. kuarsetin (4,29 mM) dan Isonizid (189,38
µM.Energi bebas pengikatan ligan didapatkan
Timidilat sintase dari Mycobacterium Timidilat sintase–kuarsetin -3,23, Timidilat
tuberculosis H37Rv sintase–Isoniazid -5,08.
Metilasi enzimatik pada atom C5 dari
uridil menjadi bentuk (ribo)-timidil terjadi
selama metabolisme DNA dan RNA pada
SIMPULAN
semua organisme. Enzim yang digunakan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 91
Hasil docking dan visualisasi terhadap 6. Chopra, P, Meena LS, Singh Y. New drug
kompleks Alanin racemase-ligan targets for Mycobacterium tuberculosis. Indian
J. Med. Res. 2003;117:1-9.
menunjukkan hasil paling baik dengan 7. Archana, Sathiskhumar N, Bharati N. In silico
isoniazid (ΔG -6,56 dan Ki 15,65 µM). docking analysis of curcumin–an inhibitor for
Interaksi komplek Timidilat sintase-ligan obesity. Ijpbs, 2010; 1(4): 224-235.
menunjukkan hasil paling baik dengan 8. Lengauer, T, Rarey, M. Computational
methods for biomolecular docking. Curr.
flavonol alang-alang (ΔG -3,61 dan Ki 2,28 Opin. Struct. Biol. 1996;6(3):402–406.
µM). Flavonol alang-alang in silico lebih 9. Chinnam, N., Dadi, PK., Sabri, SA., Ahmad,
efektif bekerja menghambat Timidilat sintase M., Kabir, MA., & Ahmad, Z, Dietary
dibandingkan Alanin racemase sebagai bioflavonoids inhibit Escherichia coli ATP
synthase in a differential manner, International
kandidat Obat Anti Tuberkulosis (OAT) baru. Journal of Biological Macromolecules. 2010;
46(5):478– 486.
UCAPAN TERIMA KASIH 10. Khaerunnisa, St. Pemanfaatan Senyawa
Penulis mengucapkan terima kasih Bioaktif Dari Akar Alang-alang (Imperata
cylindrica) Sebagai Bahan Antioksidan.
kepada Fakultas Kedokteran Universitas Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga;
Airlangga atas dukungan moril maupun 2009.
materil, serta kepada (1) Prof. Dr. Nancy 11. Khaerunnisa, St. Pengaruh pemberian ekstrak
Margarita Rehatta, dr, SpAN.KIC(K), (2) etanol dan fraksi etil asetat alang-alang
(Imperata cylindrica) terhadap beberapa profil
Much Zaenal Fanani dan (3) Ilma Amalina lipid serum dan superoxide dismutase (SOD)
atas bantuan penyelesaian penelitian ini. eritrosit Rattus norvegicus
Hiperkolesterolemia. Tesis. Surabaya:
DAFTAR PUSTAKA Universitas Airlangga; 2012,
12. Archana, Sathiskhumar N, Bharati N. In silico
1. Aagaard, MC, Movaerts, LM, Okkels, P, docking analysis of curcumin–an inhibitor for
Andersen, JM, Pollock. Genomic approach to obesity. Ijpbs. 2010; 1(4): 224-235.
identification of Mycobacterium bovis 13. Cushnie, T., & Lamb, AJ. Antimicrobial
diagnostic antigens in cattle. J. Clin. activity of flavonoids. International Journal of
Microbiol. 2003;41:3719–3728. Antimicrobial Agents. 2006; 26(5):343-356.
2. WHO Report. Global tuberculosis control: 14. Cushnie, TPT., & Lamb, AJ. Antimicrobial
Surveillance, Planning, Financing. 2005. activity of flavonoids, International Journal of
3. WHO Report, Global Tuberculosis Control: Antimicrobial Agents. 2005;26(5):343-356.
Tuberculosis Facts. 2010. 15. Mdluli K, Spigelman, M. Novel targets for
4. Zhang, Y, Marten, KP, Denkin, S. Drug tuberculosis drug discovery. Curr Opin
candidates and therapeutic targets for Pharmacol. 2006;6(5): 459-467.
tuberculosis therapy. Drug Discov Today. 16. Deves, C, Assunção, TM, Basso, LA, Santos,
2006;11(1-2):1359-6446. DS. The adenylosuccinate lyase enzyme from
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Mycobacterium tuberculosis as a target for
Pedoman Nasional Penangulangan development of new anti-TB drugs, V Mostra
Tuberculosis, Edisi 2. Jakarta: Percetakan de Pesquisa da Pós-Graduação–PUCRS,
Negara RI, 2007. 2010;1031-1033.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 92
1
Ilmu Kedokteran Tropis, UGM, 2Akademi Analis Kesehatan Bina Husada, Kendari
3
Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Hewan, UGM
E-mail: sri.aprilianti@mail.ugm.ac.id
ABSTRAK
termasuk peringkat atas sebagai penyebab obat maka pemberantasan tuberkulosis menjadi
utama kematian akibat penyakit menular di terhambat. Tingginya resitensi obat terhadap
seluruh dunia, setelah Human bakteri M. tuberculosis mendorong kita untuk
1
Immunodeficiency Virus (HIV). melakukan upaya yang lain dalam hal
Pada tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta pencegahan infeksi tuberkulosis salah satunya
orang menderita tuberkulosis dan 1,3 juta dengan pengembangan vaksinasi.
meninggal akibat penyakit ini (termasuk Saat ini, satu-satunya vaksin terhadap
320.000 kematian diantaranya mengidap HIV- tuberkulosis adalah Bacilus Calmette Guerin
positif). Kasus kematian tuberkulosis juga (BCG), suatu vaksin attenuated bacteria yang
terjadi pada anak-anak, terdapat 530.000 kasus berasal dari Mycobacterium bovis dan telah
tuberkulosis pada anak yang berusia di bawah digunakan sejak tahun 1920. Vaksin BCG telah
15 tahun dan ditemukan 74.000 kasus kematian memberikan perlindungan terhadap
akibat tuberkulosis pada anak dengan HIV- tuberkulosis pada anak, tetapi efektivitas
negatif pada tahun 2012 (6% dan 8% dari total perlindungan dalam pencegahan penularan
global HIV). Tuberkulosis dapat dijumpai infeksi tuberkulosis paru pada orang dewasa
hampir disetiap negara, tetapi persentasi masih bervariasi. Diperkirakan bahwa
tertinggi pada mayoritas kasus di seluruh dunia pengaruh vaksinasi BCG tidak lagi signifikan
pada tahun 2012 terdapat di Asia Tenggara hampir selama sepuluh tahun terakhir dan
(29%), Afrika (27%), dan daerah Pasifik Barat vaksinasi BCG sudah tidak memiliki dampak
(19%). Kasus tuberkulosis di India dan Cina yang diperlukan terhadap epidemi tuberkulosis
sendiri dilaporkan sebesar 26% dan 12% dari global. Saat ini pengembangan vaksin untuk
total kasus tuberkulosis di dunia. 1 pencegahan tuberkulosis masih terus
Indonesia merupakan negara keempat dikembangkan dengan menggunakan gen dari
terbesar didunia berdasarkan jumlah populasi M. tuberculosis itu sendiri. 2
penduduknya, berada diperingkat keempat Penampilan strain baru dari M.
tertinggi dari 22 negara yang dianggap tuberculosis yang resisten terhadap antibiotik
memiliki beban tinggi oleh WHO, dengan konvensional telah menimbulkan dorongan
perkiraan terdapat 450.000 untuk kasus baru untuk mencari vaksin yang lebih baik dan
pertahun. Prevalensi tuberkulosis di Indonesia penemuan obat-obatan terhadap M.
pada tahun 2013 adalah 297 per 100.000 tuberculosis, untuk tujuan ini identifikasi
penduduk, yang berarti total kasus tuberkulosis pengenalan utama antigen oleh respon imun
pada tahun 2013 mencapai sekitar 800.000 terhadap Mycobacterium tuberculosis masih
sampai 900.000 kasus.1 Data tersebut menjadi langkah utama. Mycobacterium
memperlihatkan tingginya penyebaran tuberculosis memiliki enzim transferase
tuberkulosis di dunia termasuk di Indonesia, mycolyl yang dikenal sebagai kompleks
hal ini mendorong kita untuk melakukan antigen 85 (Ag85A, Ag85B, Ag85C),
upaya-upaya pemberantasan tuberkulosis baik ketiganya memiliki aktivitas enzimatik yang
dalam hal pengobatan maupun pencegahan dini terlibat pada rangkaian asam mycolic ke
terhadap penularan tuberkulosis melalui arabinogalactan dari dinding sel dan dalam
vaksinasi. biogenesis pada cord factor3. Kompleks Ag85
Pengobatan saat ini masih menjadi ini dianggap menjadi faktor virulensi yang
pilihan utama dalam pemberantasan diperlukan untuk kelangsungan hidup intrasel
tuberkulosis, namun karena adanya resitensi
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 94
dalam makrofag, disisi laian komponen Ag85 Berdasarkan pada informasi diatas, mendorong
sangat bersifat imunogenik.4 peneliti-peneliti dengan memanfaatkan
Kompleks Antigen 85 (Ag85) adalah teknologi di bidang rekayasa genetika untuk
anggota fibronektin yang mengikat protein dan mengembangkan uji diagnostik baru dan
dianggap sebagai faktor virulensi yang vaksinasi dari protein rekombinan yang berasal
potensial. Protein ini dikode oleh gen fbpA, dari gen M. tuberculosis yaitu Ag85B yang
fbpB, dan fbpC, gen ini mengatur secara dapat memberikan perlindungan terhadap
independen pada tingkat transkripsi. Ketiga infeksi tuberkulosi.5
protein memainkan peran dalam sintesis Penelitian ini bertujuan untuk
dinding sel sebagai katalis transportasi asam mengamplifikasi gen penyandi protein Ag85B
mycolic.3 dan mengkloningkan gen tersebut dalam vektor
Kelompok antigen 85 diekspresikan pada kloning E. coli BL21.
rasio stabil 03:02:01 (Ag85B:Ag85A:Ag85C).
Antigen 85B dengan berat molekul 30 kDa METODE
adalah antigen yang paling dominan dan Gen fbpB diamplifikasi dengan metode
bertanggung jawab untuk hampir 25% dari PCR menggunakan primer Forward (5´-CAC
total protein ekstraseluler. Antigen 85B CAT GAC AGA CGT GAG CCG AAA GAT
merupakan kandidat vaksin yang sangat TC -3´dan primer Reverse (5´ -GCC GGC
penting. Vaksinasi yang dilakukan dengan GCC TAA CGA ACT CT -3´). Amplifikasi
menggunakan hewan coba marmut yang dilakukan dengan menggunakan PCR dalam 50
diinduksi antigen 85B M. tuberkulosis µL volume reaksi yang terdiri dari 25 µL PCR
memberikan kekebalan protektif yang Mix, 4 µL primer forward, 4 µL primer
signifikan terhadap paparan aerosol M. reverse, 13µL ddH2O, dan 4 µL DNA
tuberculosis daripada vaksin BCG template. Amplifikasi dilakukan sebanyak 40
3
konvensional Mycobacterium bovis. siklus dengan predenaturasi selama 5 menit
Kloning merupakan suatu bentuk dengan suhu 940C; setiap siklus terdiri atas
perbanyakan molekul majemuk seperti gen, denaturasi selama 1 menit pada suhu 940C,
DNA atau antibodi, dari suatu individu yang annealing selama 1 menit pada suhu 550C, dan
secara genetik identik antara molekul induk ekstensi selama 1 menit pada suhu 720C. Tahap
dengan yang dihasilkan. Gen penyandi Ag85B ekstensi diperpanjang selama 10 menit pada
M. tuberculosis dikloning untuk suhu 720C. Hasil PCR kemudian
memperbanyak gen tersebut yang nantinya dielektroforesis pada gel agarose 2% dan
dapat dilanjutkan untuk menghasilkan protein pengamatan dilakukan transiluminator
rekombinan yang dapat dijadikan sebagai uji ultraviolet yang akan memperlihatkan pita
diagnostik dan vaksinasi. Hingga saat ini, yang spesifik untuk Ag85B dengan ukuran 978
vaksin BCG konventional masih dijadikan bp.
sebagai vaksin utama dalam perlindungan dini Produk PCR diligasi ke vektor plasmid
terhadap M. tuberculosis, namun perlindungan pET SUMO serta ditransformasi ke One Shot®
dari vaksin BCG ini hanya efektif mencegah BL21 (DE3) chemically competent E. coli..
tuberkulosis milier atau meningitis pada anak- Hasil transformasi ditumbuhkan ke media
anak, tetapi tidak memberikan perlindungan Luria Bertani (LB) padat yang mengandung
untuk tuberkulosis paru pada orang dewasa kanamisin. Koloni yang tumbuh direkultur ke
yang bersifat tuberkulosis laten dan reaktivasi. media Luria Bertani (LB) cair yang juga
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 95
HASIL
Penelitian ini mengamplifikasi Ag85B
dari DNA M. tuberculosis dengan
menggunakan metode PCR. Produk PCR
menunjukkan hasil positif dengan adanya pita
dengan panjang 978bp pada hasil elektroforesis
yang sesuai dengan panjang gen Ag85B M.
tuberculosis (Gambar 1).
8. Bothamley, G. H., and Rudd, R. M. Clinical 19. Kreiswirth, B. N., Bifani, P., Moghazeh, S.,
evaluation of a serological assay using a Shopsin, B., Driscoll, J. Molecular
monoclonal antibody (TB72) to the 38 kDa Characterization of Mycobacterium
antigen of Mycobacterium tuberculosis. Div tuberculosis H37Rv/Ra Variants:
Thoracic Med. 1994;7: 240-24. Distinguishing the Mycobacterial Laboratory
9. Brown, T.A. Gene cloning and DNA analysis. Strain. J Clin Microbiol. 2000;38(9):3200.
5th ed. 2006. Blackwell Publishing, Oxford. 20. Kalantri SP, Pai M, Pascopella L, Riley LW,
10. Brooker, R.J. Genetics: Analysis and Reingold AL. Bacteriophage-based tests for the
principles. Boston: McGraw Hill Companies, detection of Mycobacterium tuberculosis in
Inc; 2005. clinical speciments: a systemic review and
11. Cook GC, Zumla, AI. Manson’s Tropical meta–analysis. BMC Infect Dis. 2005;5:59-62.
Diseases. 22nd Edition. London: Saunders 21. Katoch VM. Newer diagnostic techniques for
Elsevier; 2009:983-1004 tuberculosis. Indian J Med Res. 2004. 120:418-
12. Crevel, R. Van Ottenhoff, T. H. M., Van, J. W. 28.
M., Crevel, R. Van, Ottenhoff, T. H. M., Meer, 22. McClean. 1997. Cloning and molecular
J. W. M. Van Der. Innate Immunity to analysis of genes. Available from :
Mycobacterium tuberculosis. Clin Microbiol http://www.ndsu.edu/pubweb/cloning.htm
Rev. 2002;15(2):294. [Accessed 03/07/13]
13. Duo, D. Jurnal TB dan HIV. Perkumpulan 23. Palomino, JC. Nonconventional and new
Pemberantasan Tuberkulosis. Jakarta: methods in the diagnosis of tuberculosis:
Indonesia; 2004. feasibility and applicability in the field. Eur
14. Horwitz MA, Harth G, Dillon BJ, Maslesa- Respir J. 2005;26:339-50.
Galic' S. Recombinant bacillus Calmette – 24. Paolella, P. Introduction to molecular biology.
Gue´rin (BCG) vaccines expressing the Boston: McGraw-hill Companies, Inc; 1998.
Mycobacterium tuberculosis 30-kDa major 25. Reece, RJ. Analysis of Gene and Genome.
secretory protein induce greater protective England: John Wiley & Sons, Ltd; 2004.
immunity against tuberculosis than 26. Sambrook, J.S., D.W. Russel. Molecular
conventional BCG vaccines in a highly cloning : A Laboratory manual. 3rd ed. New
susceptible animal model. Proc Natl Acad Sci York: Cold Spring Harbor Laboratory Press;
U S A. 2000;97(25):13853–13858. 2001.
15. Fairbanks, D. F., W. R. Andersen. Genetics: 27. Smith, I. Mycobacterium tuberculosis
continuity of life. New York: Brooks/Cole Pathogenesis and Molecular Determinants of
Publishing Company; 1999. Virulence. Clin Microbiol. 2003;16(3):463–
16. Gani A. Metode Bakteriologi Diagnostik. 496.
Makassar: Balai Besar Laboratorium Kesehatan 28. Sudjadi. Bioteknologi Kesehatan. Yogyakarta:
Provinsi Sulawesi Selatan.; 2008:98-99. Kanisius; 2008.
17. Ilangumaran, S.N.P. Narayan, S., Ramu, G. 29. Cole S. T., R. Brosch., J. Parkhill., T. Garnier.,
Cellular and humoral immune responses to C. Churcher., D. Harris., S. V. Gordon., K.
recombinant 65-kD antigen of Mycobacterrium Eiglmeier., S. Gas., C. E. Barry III., F. Tekaia.,
leprae in leprosy patients and helthy controls. K. Badcock., D. Basham., D. Brown., T.
Clin Exp Immunol. 1994;96:79-85. Chillingworth., R. Connor., R. Davies., K.
18. Kardjito,T.V.M. Host defense against Devlin., T. Feltwell., S. Gentles., N. Hamlin.,
tuberculosis. Naskah Lengkap Seminar S. Holroyd., T. Hornsby., K. Jagels., A. Krogh.,
Nasional Tuberkulosis dan Lepra. Yogyakarta: J. McLean., S. Moule., L. Murphy., K. Oliver.,
Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah J. Osborne., M. A. Quail., M.-A. Rajandream.,
Mada; 1996. J. Rogers., S. Rutter., K. Seeger., J. Skelton., R.
Squares., S. Squares., J. E. Sulston., K. Taylor.,
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 99
E-mail: dew_wiryanthini@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, Low Density Lipoprotein (LDL), trigliserida dan penurunan
kadar High Density Lipoprotein (HDL) yang mengakibatkan penurunan enzim antioksidan dan
memicu terjadinya stres oksidatif, ditandai salah satunya dengan peningkatan peroksidasi lipid.
Stres oksidatif menyebabkan menurunnya kadar nitrat dan nitrit (NOx) darah sebagai metabolit
antara nitric oxide (NO). Ekstrak biji kakao kaya akan kandungan antioksidan flavanols yang
terdiri dari catechin, epicatechin dan procyanidin.
Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental Pretest-Postest Control Group
Design.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa setelah pemberian ekstrak biji kakao terjadi penurunan
kadar kolesterol total, trigliserida dan LDL pada kelompok P1, P2 dan P3 yang bermakna
(p=0,000), peningkatan kadar HDL yang bermakna pada kelompok P1, P2 dan P3 (p=0,000) serta
peningkatan kadar NOx yang tidak bermakna pada kelompok P1, P2 dan P3 (p=0,486).
Kesimpulan: Ekstrak biji kakao dapat menghambat stres oksidatif yang ditandai dengan
penurunan secara bermakna kadar kolesterol total, trigliserida, LDL disertai peningkatan secara
bermakna kadar HDL, namun belum mampu memperbaiki kadar NOx darah tikus dalam keadaan
dislipidemia.
Kata kunci: ekstrak biji kakao, dislipidemia, profil lipid, NOx
yang berperanan pada proses terjadinya enzim endothelial nitric oxide synthase
aterosklerosis.3 Penelitian pada tikus (eNOS) dengan kofaktor NADPH, oksigen
menunjukkan terjadi induksi prooksidan dan (O2), dan tetrahydrobiopterin (BH4)
peningkatan peroksidasi lipid pada tikus yang menghasilkan L-citrulline serta nitrat dan nitrit
mendapat diet tinggi kolesterol.4 sebagai metabolit antara.14,15 NO yang tidak
Dislipidemia adalah suatu keadaan yang digunakan dioksidasi menjadi nitrit, jika NO
meliputi kenaikan kadar kolesterol total, LDL, diperlukan kembali, nitrit dalam jaringan
trigliserida, dan atau penurunan kadar HDL. direduksi menjadi NO dikatalisis oleh enzim
Pada tikus kadar normal kolesterol total tikus xanthine oxidase (XO). Kadar nitrat dan nitrit
adalah 10-54 mg/dL5, kadar normal dalam darah relatif stabil, sehingga total kadar
trigliserida tikus adalah 26-145 mg/dL.6 nitrit dan nitrat serum (NOx) dipakai sebagai
Kenaikan kolesterol umumnya dicapai dalam indikator sintesis NO tubuh.15
waktu 2 minggu, dikatakan dislipidemia bila Biji kakao (Theobroma cacao L.)
terjadi kenaikan berat badan > 20% atau kadar merupakan salah satu sumber antioksidan
kolesterol total serum > 240 mg/dL.7 alami yang banyak dibudidayakan di
Sejumlah studi telah dilakukan untuk Indonesia serta memiliki harga jual yang
mengevaluasi efek berbagai antioksidan relatif terjangkau. Biji kakao atau cokelat
terhadap stres oksidatif dan profil lipid. merupakan sumber bahan makanan yang kaya
Suplementasi vitamin E secara signifikan kandungan antioksidan flavonoid. Jenis
dapat menurunkan peroksidasi lipid dan flavonoid yang terdapat adalah monomer
peningkatan status antioksidan total dalam flavan-3-ol (flavanols) meliputi epicatechin
plasma.8 Suplementasi jus sayuran dapat dan catechin, serta oligomer flavanols yaitu
menurunkan kadar trigliserida, rasio procyanidin. Konsumsi makanan yang kaya
HDL/LDL darah dan senyawa kandungan flavonoidnya telah terbukti
malondialdehide (MDA), serta dapat memiliki manfaat untuk kesehatan jantung dan
meningkatkan aktivitas enzim antioksidan pembuluh darah.16 Kandungan flavanols pada
serum seperti glutathione peroksidase dan biji kakao secara kualitatif sangat bervariasi
superoksid dismutase.9 Penelitian tergantung sumber dan proses fermentasinya
epidemiologi menunjukkan makanan tinggi namun secara kuantitatif berbeda disebabkan
beta karoten dan vitamin E menurunkan resiko oleh perbedaan iklim tempat tumbuhnya
aterosklerosis dengan cara mencegah oksidasi tanaman kakao.17
LDL. Efek beta karoten dan zeaxanthin Manfaat biji kakao telah banyak diteliti,
menjaga liposome dari peroksidasi lipid.10 namun khasiatnya dalam mengatasi keadaan
Peningkatan stres oksidatif sebanding dengan stres oksidatif yang diakibatkan oleh
penurunan mekanisme antioksidan serta dislipidemia masih perlu dilakukan penelitian
peningkatan akumulasi produk Reactive lebih lanjut, terutama biji kakao yang
Oxygen Species (ROS) yang menyebabkan bersumber dari daerah Bali. Oleh karena itu
disfungsi endotel,11 yang ditandai dengan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh
penurunan kadar Nitric oxide (NO). 12 pemberian ekstrak biji kakao (Theobroma
Nitric oxide merupakan endothelium- cacao L.) terhadap profil lipid dan NOx darah
derived relaxing factor (EDRF) untuk tikus jantan dislipidemia.
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah METODE
dan meningkatkan aliran darah.13 NO di dalam Penelitian ini merupakan penelitian
jaringan dibentuk oleh L-arginine dibantu eksperimental murni dengan desain pre and
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 102
post test control group design. Waktu diberikan 140 mg dan P3 diberikan 280 mg
penelitian selama 3 bulan yang berlangsung selama 14 hari. Setelah 14 hari, dilakukan
mulai bulan Juni 2012 sampai dengan Agustus pengambilan darah melalui medial canthus
2012. Tempat penelitian adalah di Bagian sinus orbitalis untuk pemeriksaan profil lipid
Farmakologi dan Bagian Biokimia Fakultas dan pemeriksaan NOx darah. Makanan tinggi
Kedokteran Universitas Udayana. kolesterol adalah campuran khusus yang
Populasi dalam penelitian ini adalah tikus diperoleh dari Bagian Farmakologi FK Unud.
putih jantan galur Wistar yang berumur 4-5 Ekstrak biji kakao adalah hasil ekstraksi
bulan yang diperoleh dari Animal Laboratory dari biji kakao kering yang telah dikupas kulit
Unit (ALU) Bagian Farmakologi FK Unud. bijinya. Biji kakao diblender sampai halus,
Besar sampel ditentukan dengan rumus 500 gram bubuk kakao dimaserasi
Pocock, masing-masing kelompok 5 ekor menggunakan etanol 96% selama 48 jam, lalu
dengan berat badan 180-200 gram. diuapkan menggunakan evaporator sampai
Variabel bebas dalam penelitian ini dihasilkan ekstrak biji kakao dan siap
adalah ekstrak biji kakao, variabel tergantung digunakan untuk penelitian. Penelitian ini
adalah kadar profil lipid darah dan NOx darah, telah mendapatkan kelaikan etik dari Komite
variabel kendali adalah jenis kelamin, Etik Litbang FK Unud/RSUP Sanglah.
kesehatan, berat badan, makanan, umur dan Data yang diperoleh pada penelitian ini
lingkungan. Semua tikus diberikan makanan dianalisis dengan uji One Way Anova untuk
tinggi kolesterol selama 21 hari, kemudian mengetahui perbedaan antar kelompok,
dilakukan pre-test. Kemudian tikus dengan derajat signifikansi ditetapkan dengan
dislipidemia dibagi secara acak sederhana nilai p<0,05.
menjadi 4 kelompok dan tetap diberikan
makanan tinggi kolesterol, kelompok control
P0, kelompok perlakuan P1 diberikan ekstrak
biji kakao 70 mg per ekor per hari, P2
Gambar 1. Kadar Kolesterol Total (A), Trigliserida (B), HDL (C) dan LDL (D) sebelum dan
setelah pemberian ekstrak biji kakao dengan tiga variasi dosis
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 103
14. R&D Systems. Nitric Oxide Synthases. 2000 Hypercholesterolemic Rats. Nutrition.
[diakses 3 Juni 2011]; Diunduh dari : 2007;23:332-341.
http://rndsystems.com/mini_review_detail_ob 19. Bender DA, and Mayes PA. Vitamins and
jectname_MR00_NOS.aspx Minerals. In: Murray RK, Granner DK,
15. Lundberg JO, Weitzberg E. NO Generation Mayes PA, and Rodwel VW (editors).
From Nitrite and Its Role in Vascular Control. Harper’s Illustrated Biochemistry. 26th. Ed.
Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2005;25:915- New York: McGraw Hill. 2003;481-497.
22. 20. Kwon SH. Anti-obesity and Hypolipidemik
16. Mao TK, Van De Water J, Keen CL, Schitz Effects of Black Soybean Anthocyanins.
HH, Gershwin ME. Cocoa Flavanols and Journal of Medicinal Food. 2007;10(3):552-
Procyanidins Promote Transforming Growth 6.
Factor-β1 Homeostasis in Peripheral Blood 21. Sumardika IW, Jawi IM. Ekstrak Air Daun
Mononuclear Cells. Exp Biol Med. Ubijalar Ungu Memperbaiki Profil Lipid dan
2003;228:93-9. Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus yang
17. Niemenak N, Rohsius C, Elwers S, Ndoumou Diberi Makanan Tinggi Kolesterol. Medicina.
DO, dan Lieberei R. Original Article : 2012;43:67-71.
Comparative Study of Different Cocoa 22. Murphy KJ.et al. Diet Containing Cocoa
(Theobroma cacao L.) Clones In Terms Of Powder With Flavanols and procyanidins
Their Phenolics and Anthocyanins Contents. Inhibits platelet function. Proceedings of The
Journal of Food Composition and Analysis. Nutrition Society of Australia. 2001;25:S79.
2006;19:612-619.
18. Lecumberri E, et al. Basic Nutritional
Investigation : A Diet Rich In Dietary Fiber
From Cocoa Improves Lipid Profile and
Reduces Malondialdehyde in
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 106
E-mail: tiensyamsuddin@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Keadaan hiperglikemia dapat mempengaruhi ekspresi berbagai gen yang
berhubungan dengan aterogenesis dan angiogenesis. Salah satunya adalah ekspresi gen endothelial
nitric oxide synthase (eNos). Penurunan ekspresi gen eNos pada sel endotelial menyebabkan
kardiovaskular aterosklerotik pada diabetes melitus (DM) dan perubahan fenotif sel-sel otot
jantung. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid fitoestrogen yang banyak ditemukan dalam diet
manusia dan digunakan dalam memperbaiki disfungsi vaskular. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa kuersetin berperan dalam memperbaiki fungsi kardiovaskular.
Metode: Dalam penelitian ini digunakan 36 ekor tikus Wistar jantan usia 8-10 minggu yang dibagi
ke dalam 9 kelompok (4 ekor/kelompok). Tikus diinjeksi streptozotocin 60 mg/kgBB dan
nicotinamide 120 mg/kgBB untuk induksi DM tipe 2. Kuersetin diberikan secara oral selama 4
minggu dengan dosis yang bervariasi 5, 20, dan 80 mg/kgBB/hari, serta dosis kombinasi dengan
glibenklamid 5 mg/kgBB/hari. Pemeriksaan ekspresi gen eNOS di sel otot jantung dan sel
endotelial aorta dilakukan menggunakan metode immunohistochemistry (IHC).
Hasil: Terdapat perbedaan tingkat ekspresi gen eNos pada sel otot jantung dan sel endotelial aorta
(p<0,05). Tingkat ekspresi gen di sel endotelial aorta (97,56±2,224%) lebih tinggi dibanding sel
otot jantung (91,87±5,082%). Terdapat korelasi yang bermakna antara dosis kuersetin dengan
tingkat ekspresi gen eNos di sel endotelial aorta yaitu semakin tinggi dosis kuersetin maka tingkat
ekspresi gen eNos juga semakin tinggi, sedangkan di sel otot jantung tidak terdapat korelasi dosis
kuersetin dengan tingkat ekspresi gen eNos.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan tingkat ekspresi gen eNos di sel endotelial aorta dan sel otot
jantung. Terdapat korelasi bermakna antara dosis kuersetin dengan tingkat ekspresi gen eNos di sel
endotelial aorta tikus DM tipe 2, sedangkan pada sel otot jantung tidak terdapat korelasi bermakna
antara dosis kuersetin dengan tingkat ekspresi gen eNos.
Kata Kunci: Endothelial nitric oxide synthase (eNos), kuersetin, sel endotelial aorta, sel otot
jantung, Diabetes melitus tipe 2.
Hiperglikemia kronis juga dapat banyak ditemukan dalam diet manusia seperti
mempengaruhi ekspresi berbagai gen yang apel dan bawang adalah kuersetin11,12.
berhubungan dengan aterogenesis dan Promotor eNos terdiri atas sejumlah elemen
angiogenesis3. Salah satunya adalah ekspresi regulator ekspresi gen eNos, salah satu
gen endothelial nitric oxide synthase (eNos). diantaranya adalah estrogen-responsive
Penurunan ekspresi gen eNos pada sel element.Pengikatan estrogen pada reseptor
endotelial menyebabkan kardiovaskular estrogen menyebabkan aktivasi estrogen-
aterosklerotik pada DM dan perubahan fenotif responsive element dan peningkatan
sel-sel otot jantung4, serta menginduksi 13
transkripsi gen eNos . Kuersetin sebagai
perubahan jumlah kalsium dan nitric oxide senyawa fitoestrogen juga memiliki efek
(NO), serta menurunkan fungsi miokardial.5 seperti estrogen dalam mengaktivasi estrogen-
Senyawa NO adalah regulator yang responsive element14.
penting terhadap fungsi kardiovaskular dan Pemberian kuersetin sebagai antioksidan
memodulasi kerja sel-sel otot yang kuat mendampingi obat antidiabetik
jantung.Senyawa NO dihasilkan dari konversi diharapkan dapat memberikan wacana baru
L-arginin menjadi L-sitrulin melalui penggunaan senyawa flavonoid dalam
mekanisme enzimatik oleh nitric oxide penatalaksanaan DM, khususnya diabetik
synthase (NOS). Aktivitas NOS sangat vaskular dan kardiomiopati. Oleh karena itu,
tergantung pada nicotinamide adenine perlu adanya pemeriksaan efek kuersetin
dinucleotide phosphate (NADPH), terhadap marker fungsi kardiovaskular seperti
kalmodulin, flavin adenine dinucleotide ekspresi eNos di jantung dan aorta DM tipe 2
(FAD), flavin adenine mononucleotide dengan berbagai variasi dosis kuersetin.
(FMN), dan tetrahidrobiopterin sebagai
kofaktor6. Gen eNos diekspresikan oleh sel METODE
endokardial, sel endotelial, sel epitelial ginjal, Bahan
myocetes atrial, dan ventrikular jantung.7,8 Bahan yang digunakan dalam penelitian
Penurunan produksi NO dapat adalah Streptozotocin dan nicotinamide
disebabkan oleh gangguan ekspresi eNos, (Sigma Chemical), Antibodi mouse
modifikasi post-translasional eNos, adanya monoklonal NOS3 (A-9) 200 μl (Santa Cruz),
interaksi dengan heat shock protein 90 Kit glukosa glucose oxidase- phenol
(hsp90), dan kaveolin9. Penelitian efek aminophenazone(GOD-PAP) (DiaSys
iskemia miokardial jantung tikus terhadap Diagnostic Systems), padatan kuersetin (Sigma
ekspresi gen eNos menunjukkan pada 30 Chemical).
menit pertama ekspresi gen eNos masih stabil,
Induksi Diabetes Melitus dengan STZ-NA
setelah 60 menit terjadi penurunan ekspresi Hewan coba yang digunakan adalah
eNos sebesar 77% , dan setelah 120 menit tikus Wistar jantan sebanyak 36 ekor dengan
ekspresi gen eNos tidak terdeteksi10.
usia 8-10 minggu dan berat 200-300 g serta
Berbagai agen farmakologi telah dilakukan adaptasi selama 3 hari sebelum
dikembangkan untuk meningkatkan fungsi diinduksi dengan DM tipe 2. Setelah adaptasi
kardiovaskular pada DM. Flavonoid hewan dicoba dipuasakan selama 12 jam
merupakan senyawa fitoestrogen yang banyak (overnight). Setelah 12 jam, diukur kadar
digunakan dalam memperbaiki disfungsi glukosa darah puasa. Tikus diinjeksi STZ
vaskular. Salah satu senyawa flavonoid yang secara i.p (intraperitoneal) dengan dosis 60
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 108
Spearman. Nilai p<0,05 digunakan sebagai Uji normalitas berat badan subjek
signifikansi pada setiap uji. dengan Saphiro-Wilk (n<50) menunjukkan
adanya distribusi yang normal pada setiap
HASIL kelompok pada saat pretest dan posttest
Berat Badan (p>0,05). Hasil uji One Way ANOVA
Berat badan tikus ditimbang sebanyak 2 memperlihatkan tidak terdapat perbedaaan
kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan 4 berat badan yang bermakna antar kelompok
minggu setelah perlakuan (posttest). Rerata baik pada saat pretest maupun posttest
BB tikus dapat dilihat pada Tabel 1 berikut (p>0,05).
ini.
Tabel 1. Rerata berat badan pada saat pretest dan posttest (gram)
Kelompok (n=4) Pretest Posttest p*
Normal (K1) 217±12,193 225,25±30,977 0,613
Diabetes (K2) 212±7,071 222,5±25,981 0,457
DM + Glibenklamid (K3) 211,5±6,557 190,75±22,824 0,157
DM + Kuersetin 5 (K4) 202,25±23,543 215,25±25,395 0,064
DM + Kuersetin 20 (K5) 227,5±26.913 204,25±71,602 0,377
DM + Kuersetin 80 (K6) 229±11,747 229,25±47,961 0,990
DM + Glibenklamid dan kuersetin 5 (K7) 203±10,985 195,50±24,772 0,464
DM + Glibenklamid dan kuersetin 20 (K8) 211,25±28,64 211,5±58,089 0,990
DM + Glibenklamid dan kuersetin 80 (K9) 189,75±9,069 170,5±4,655 0,005
p** 0,078 0,520
Ket. * Uji t berpasangan, ** Uji One Way ANOVA, p<0,05 menunjukkan hasil yang bermakna
Tabel 2. Rerata kadar glukosa darah puasa pada saat pretest dan posttest(mg/dL)
Kelompok (n=4) Pretest Posttest p*
Normal (K1) 108,04±36,58 62,87±11,88 0,047
Diabetes (K2) 154,25±16,60 196,74±103,13 0,444
DM + Glibenklamid (K3) 202,25±62,23 143,08±127,99 0,535
DM + Kuersetin 5 (K4) 143,33±15,81 143,29±15,86 0,272
DM + Kuersetin 20 (K5) 150,75±21,71 179,38±102,12 0,635
DM + Kuersetin 80 (K6) 172,46±38,90 164,80±62,14 0,621
DM + Glibenklamid dan kuersetin 5 (K7) 290,07±78,16 165,14±47,47 0,139
DM + Glibenklamid dan kuersetin 20 (K8) 260,04±104,59 105,47±54,23 0,014
DM + Glibenklamid dan kuersetin 80 (K9) 374,39±144,25 232,31±90,10 0,149
p** 0,000 0,013
Ket. * Uji t berpasangan, ** Uji One Way ANOVA, p<0,05 menunjukkan hasil yang bermakna
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 110
Berdasarkan uji Levene’s test antar antar kelompok baik pada saat pretest maupun
kelompok memiliki variansi data yang sama posttest (p<0,05).
(p>0,05), sehingga digunakan One Way
ANOVAuntuk menguji perbedaan rerata kadar Tingkat Ekspresi Gen eNos di Sel Otot
glukosa darah puasa antar kelompok baik pada Jantung
saat pretest maupun posttest. Uji One Way Rerata persentase tingkat ekspresi gen
ANOVAmemperlihatkan terdapat perbedaan eNos pada sel otot jantung dapat dilihat pada
kadar glukosa darah puasa yang bermakna Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Rerata persentase tingkat ekspresi gen eNos di sel otot jantung (%)
Kelompok (n=4) Rerata±SD p*
Normal (K1) 89,61±3,225 0,055
Diabetes (K2) 97,26±1,588
DM + Glibenklamid (K3) 96,39±1,160
DM + Kuersetin 5 (K4) 89,53±1,767
DM + Kuersetin 20 (K5) 91,92±4,556
DM + Kuersetin 80 (K6) 88,35±3,949
DM + Glibenklamid dan kuersetin 5 (K7) 92,60±7,530
DM + Glibenklamid dan kuersetin 20 (K8) 94,17±3,521
DM + Glibenklamid dan kuersetin 80 (K9) 86,98±6,492
Ket. *Uji One Way ANOVA, p>0,05 menunjukkan hasil yang tidak bermakna
Uji One WayANOVA menunjukkan tidak Way ANOVA dengan signifikansi p<0,05.
terdapat perbedaan bermakna tingkat ekspresi Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat
gen eNos di sel otot jantung antar kelompok. perbedaan tingkat ekspresi gen eNos yang
(p>0,05). bermakna antar kelompok (p>0,05). Distribusi
data tingkat ekspresi gen eNos pada setiap
Tingkat Ekspresi Gen eNos di Sel kelompok menunjukkan sebaran yang normal
Endotelial Aorta (p>0,05).
Tingkat ekspresi gen eNos antar
kelompok dianalisis menggunakan uji One
Tabel 4. Rerata persentase tingkat ekspresi gen eNos di sel endotelial aorta (%)
Kelompok (n=4) Rerata±SD p*
Normal (K1) 98,78±1,631 0,546
Diabetes (K2) 97,16±1,289
DM + Glibenklamid (K3) 98,08±1,158
DM + Kuersetin 5 (K4) 94,57±1,529
DM + Kuersetin 20 (K5) 97,48±2,462
DM + Kuersetin 80 (K6) 98,30±0,367
DM + Glibenklamid dan kuersetin 5 (K7) 97,79±2,291
DM + Glibenklamid dan kuersetin 20 (K8) 96,62±4,149
DM + Glibenklamid dan kuersetin 80 (K9) 99,22±0,943
Ket. *Uji One Way ANOVA, p>0,05 menunjukkan hasil yang tidak bermakna
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 111
Perbedaan Tingkat Ekspresi Gen eNos di Terdapat 31 subjek yang memiliki tingkat
Jantung dan Aorta ekspresi eNos di sel otot jantung lebih rendah
Berdasarkan uji Wilcoxon diperoleh hasil dibanding di sel endotelial aorta dan terdapat 5
signifikansi p<0,05 sehingga dapat subjek yang memiliki tingkat ekspresi gen
disimpulkan terdapat perbedaan yang eNos lebih tinggi di sel otot jantung dibanding
bermakna antara tingkat ekspresi gen eNos di di sel endotelial aorta.
sel otot jantung dan sel endotelial aorta.
Tabel 5. Perbedaan tingkat ekspresi gen eNos di jantung dan aorta (%)
Jaringan n Median Rerata±SD p*
(minimum-maksimum)
Aorta 36 98,19 (90,58-100) 97,56±2,224 0,000
Jantung 36 92,37 (81,21-100) 91,87±5,082
Ket. * Uji Wilcoxon, p<0,05 menunjukkan hasil yang bermakna
Korelasi Dosis Kuersetin dengan Tingkat Tabel 7. Korelasi dosis kuersetin dengan
Ekspresi Gen eNos di Jantung dan Aorta tingkat ekspresi gen eNos di sel endotelial
Untuk melihat korelasi dosis kuersetin aorta
dengan tingkat ekspresi gen eNos di sel otot Tingkat ekspresi eNos
Dosis r 0,650
jantung dan sel endotelial aorta dilakukan
kuersetin p 0,022
dengan menggunakan uji korelasi Spearman. n 12
Hal ini karena dosis kuersetin memiliki Ket. Uji Korelasi Spearman, P<0,05 menunjukkan
sebaran data yang tidak normal (p<0,05). Uji hasil yang bermakna
hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi (r),
Hasil uji korelasi Spearman terhadap
nilai signifikansi (p), dan arah korelasi.
dosis kuersetin dengan tingkat ekspresi gen
eNos di sel endotelial aorta menunjukkan
Tabel 6. Korelasi dosis kuersetin dengan
tingkat ekspresi gen eNos di sel otot jantung korelasi yang bermakna antara dosis kuersetin
Tingkat ekspresi eNos dengan tingkat ekspresi gen eNos di sel
Dosis r -0,237 endotelial aorta (p<0,05). Nilai koefisien
kuersetin p 0,459 korelasi (r) Spearman sebesar 0,650
n 12 menunjukkan arah korelasi positif dengan
Ket. Uji Korelasi Spearman, P<0,05 menunjukkan kekuatan korelasi kuat.
hasil yang bermakna
Tabel 6 di atas menunjukkan nilai PEMBAHASAN
signifikansi Spearman p>0,05 yang berarti Berat Badan
tidak terdapat korelasi yang bermakna antara Berdasarkan uji t berpasangan dan One
Way ANOVA, rerata berat badan tikus pada
dosis kuersetin dengan tingkat ekspresi gen
saat pretest dan posttest menunjukkan tidak
eNos di sel otot jantung. Koefisien korelasi (r)
terdapat perbedaan yang bermakna, kecuali
juga memperlihatkan arah korelasi negatif
dengan kekuatan korelasi lemah (r = -0,237). untuk kelompok glibenklamid dan kuersetin
80 mg/kgBB (K9). Hal ini juga dapat dilihat
pada kadar glukosa darah puasa (GDP),
dimana kadar GDP K9 setelah perlakuan 4
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 112
minggu menunjukkan nilai >200 mg/dL. Pada penelitian menemukan bahwa dosis kuersetin
kelompok yang diberi kuersetin (K4, K5, K6) 25 mg/kgBB yang diberikan selama 4 minggu
tidak menunjukkan kenaikan ataupun pada tikus diabetes memberikan penurunan
penurunan yang bermakna. Hal ini kadar glukosa darah yang tidak signifikan.19
menunjukkan bahwa kuersetin tidak Rerata kadar GDP menunjukkan bahwa
memberikan efek terhadap perubahan berat kuersetin tidak memberikan efek secara
badan tikus. Pemberian kuersetin 10 mg/kgBB langsung terhadap penurunan kadar glukosa
pada tikus yang diinduksi diabetes tidak darah pada diabetes melitus. Kuersetin sebagai
menunjukkan hasil yang signifikan terhadap senyawa flavonoid lebih memiliki efek
berat badan tikus.17 antioksidan yang kuat dibanding anti-
Kelompok kombinasi glibenklamid dan hiperglikemia.20 Hal ini terlihat dari kadar
kuersetin menunjukkan kecenderungan GDP, kelompok dengan dosis kuersetin
terjadinya penurunan berat badan, meskipun tunggal memiliki kadar GDP yang cenderung
hasilnya tidak signifikan. Demikian pula konstan pada saat pretest dan posttest.
untuk kelompok yang diberi glibenklamid 5 Sedangkan kelompok yang diberi
mg/kgBB terjadi penurunan berat badan. glibenklamid baik dosis kombinasi maupun
Glibenklamid tidak menyebabkan peningkatan dosis tunggal memberikan penurunan kadar
berat badan pada tikus diabetes. Tikus normal GDP meskipun tidak semua hasilnya
memiliki berat badan yang lebih tinggi di bermakna. Glibenklamida merupakan
banding tikus diabetes dan tikus diabetes yang senyawa sulfonilurea yang banyak digunakan
diberi glibenklamid.18 dalam penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2.
Senyawa ini menutup kanal K-ATPase,
Kadar Glukosa Darah Puasa menghasilkan depolarisasi membran, dan
Pada penelitian ini kelompok tikus DM meningkatkan influx kalsium ke dalam sel,
yang mengalami penurunan kadar GDP sehingga memicu sekresi insulin ke dalam
hingga mencapai kadar glukosa normal adalah darah.21
kelompok tikus DM yang diberi kombinasi
glibenklamid dan kuersetin 20 mg/kgBB (K8) Tingkat Ekspresi Gen eNos di Sel Otot
yaitu 260,04±104,585 mg/dL pada saat pretest Jantung
menjadi 105,47±54,237 mg/dL pada saat Ekspresi gen eNos terutama dihasilkan
posttest. Hasil uji t berpasangan pada di sel endotelial aorta, namun beberapa studi
kelompok ini menunjukkan ada perbedaan terbaru menunjukkan bahwa eNos juga
bermakna antara kadar GDP pretest dan dihasilkan pada beberapa sel diantaranya
posttest. adalah sel otot jantung (cardiomyocytes).
Secara keseluruhan kadar GDP untuk Peranan eNos di sel otot jantung adalah untuk
tikus yang diberi glibenklamid baik kombinasi meningkatkan relaksasi diastolik otot jantung
dengan kuersetin maupun dosis tunggal melalui aktivitas fisiologis senyawa
22
memperlihatkan adanya penurunan kadar vasodilator nitric oxide (NO).
glukosa darah, meski hasilnya tidak semua Tingkat ekspresi gen eNos pada sel otot
signifikan seperti pada K8. Untuk kelompok jantung tidak menunjukkan perbedaan rerata
tikus DM yang diberi kuersetin dengan dosis yang bermakna antar kelompok. Dosis
tunggal yaitu 5, 20, dan 80 mg/kgBB kuersetin 20 mg/kgBB/hari memberikan rerata
menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tingkat ekspresi yang lebih tinggi dibanding
kecenderungan GDP yang konstan. Sebuah dosis lain baik pada kelompok yang diberi
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 113
kuersetin dengan dosis tunggal maupun dosis endotelial aorta terlihat bahwa terdapat
kombinasi. Tingkat ekspresi gen eNos pada perbedaan yang bermakna tingkat ekspresi gen
kelompok diabetes menunjukkan hasil yang eNos pada kedua sel (p<0,05). Tingkat
lebih tinggi di banding normal, meski hasilnya ekspresi gen eNos di sel endotelial aorta
tidak signifikan. Penelitian lain juga (97,56±2,224%) lebih tinggi dibanding di sel
menemukan bahwa tidak ada perbedaan otot jantung (91,87±5,082%). Untuk tikus
ekspresi mRNA eNos yang bermakna antara diabetes (K2) tidak terdapat perbedaan tingkat
tikus sehat dan diabetes.23 ekspresi eNos. Penelitian pada ekspresi eNos
di jantung dan aorta menyebutkan ekspresi
Tingkat Ekspresi Gen eNos di Sel mRNA eNos di jantung lebih tinggi dibanding
Endotelial Aorta di aorta pada tikus sehat dan tikus diabetes
Berdasarkan rerata tingkat ekspresi gen setelah 4 minggu terpapar hiperglikemia.26
eNos terlihat bahwa semakin tinggi dosis Sel endotelial aorta merupakan sel yang
kuersetin semakin tinggi pula tingkat ekspresi pertama kali terpapar oleh kadar glukosa
eNos meskipun hasilnya tidak signifikan. darah yang tinggi. Pada keadaan
Kuersetin sebagai senyawa fitoestrogen hiperglikemia terjadi peningkatan jumlah
memiliki aksi estrogen endogen yang berperan radikal bebas yang memicu terjadinya stres
dalam meningkatkan transkripsi gen eNos oksidatif di tingkat seluler, sehingga ekspresi
melalui elemen regulator promoter gen eNos eNos juga mengalami peningkatan sebagai
yaitu estrogen-responsive element.14 kompensasi untuk menurunkan tingkat stres
Pada tahap awal paparan hiperglikemia, oksidatif tersebut. Namun, jika terjadi
sel yang pertama kali merespon adalah sel hiperglikemia kronis ekspresi gen eNos justru
endotelial aorta.1 Peningkatan ekspresi gen mengalami penurunan. Selain itu, aktivitas
eNos dapat juga terjadi pada keadaan eNos dalam menghasilkan senyawa
hiperglikemia. Penelitian pada kultur sel vasodilator NO juga mengalami perubahan.
endotelial dengan kadar glukosa tinggi Hal ini dapat menyebabkan kadar NO di
menunjukkan terjadi up-regulation gen sirkulasi mengalami penurunan. 24,27
eNos.24 Tingkat ekspresi gen eNos di sel
endotelial aorta yang diperoleh dari hasil Korelasi Dosis Kuersetin dengan Tingkat
penelitian ini dapat juga dijelaskan melalui Ekspresi Gen eNos di Jantung dan Aorta
mekanisme paparan hiperglikemia selain Berdasarkan uji korelasi Spearman
disebabkan oleh aksi kuersetin. Durasi induksi terhadap dosis kuersetin dengan tingkat
DM yang berbeda-beda antar kelompok (1-3 ekspresi gen eNos di sel otot jantung
minggu) dapat menjadi penyebab terjadinya menunjukkan tidak adanya korelasi yang
paparan hiperglikemia kronis pada sel bermakna antara dosis kuersetin dengan
endotelial aorta sehingga memberikan tingkat tingkat ekspresi gen eNos dan arah
ekspresi gen eNos yang tidak berbeda secara korelasinya negatif. Hal ini menunjukkan
signifikan antara kelompok normal dengan bahwa ekspresi gen eNos di sel otot jantung
kelompok DM. bukan diinduksi oleh kuersetin. Keadaan
hiperglikemia dapat meng-upregulasi ekspresi
Perbedaan Tingkat Ekspresi Gen eNos di gen eNos. Namun akibat durasi induksi DM
Jantung dan Aorta yang berbeda-beda (1-3 minggu)
Berdasarkan rerata perbedaan tingkat menyebabkan terjadinya hiperglikemia kronis
ekspresi gen eNos di sel otot jantung dan sel
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 114
yang kemudian menurunkan ekspresi gen Universitas Haluoleo atas dukungan dana
eNos di sel otot jantung. penelitian ini.
Hal yang berbeda diperoleh dari uji
DAFTAR PUSTAKA
korelasi Spearman terhadap dosis kuersetin
1. Beckman JA, Goldfine AB, Gordon MB,
dengan tingkat ekspresi gen eNos di sel
Creager MA. Ascorbate restores endothelium-
endotelial aorta menunjukkan adanya korelasi dependent vasodilation impaired by acute
yang bermakna dengan arah korelasi positif. hyperglycemia in humans. Circulation. 2001;
Sebuah penelitian menyatakan bahwa 103(12): 1618-1623.
2. Joshua A, Beckman MD. Pathophysiology of
kuersetin mampu meningkatkan tingkat
Vascular Dysfunction in Diabetes.
ekspresi gen eNos pada aorta tikus Cardiology Rounds. 2004;8(10).
hipertensi.28 Secara teori, kuersetin sebagai 3. Stenina OI. Regulation of vascular genes by
senyawa fitoestrogen memiliki aksi estrogen glucose. Curr Pharm Des. 2005;11: 2367–
2381.
endogen yang berperan dalam meningkatkan
4. Dimmeler S, Fleming I, Fisslthler B,
transkripsi gen eNos melalui elemen regulator Hermann C, Busse R, Zeiher AM. Activation
promoter gen eNos yaitu estrogen-responsive of nitric oxide synthase in endothelial cells by
element.14 Kuersetin yang digunakan dalam Akt-dependent phosphorylation. Nature.
1999; 399: 601-605.
penelitian ini adalah kuersetin aglikan yang 5. Malhotra A, Lopez C, Nazakouzi A. Troponin
bersifat tidak larut air. Kuersetin dapat subunits contribute to altered myosin ATPase
menembus membran plasma dan kemudian activity in diabetic cardiomyopathy. Mol Cell
terikat pada reseptor estrogen yang berada Biochem. 1995; 151: 165-172.
6. Moncada S, Palmer RM, Higgs EA. Nitric
pada permukaan membran inti. Pengikatan oxide: physiology, pathophysiology, and
kuersetin pada reseptor estrogen akan pharmacology. Pharmacol Rev. 1991; 43:
mengaktivasi elemen regulator estrogen- 109–142.
responsive element pada promoter gen eNos 7. Lamas S, Marsden PA, LiGK, Tempst, P.,
Michel, T.Endothelial nitric oxide synthase:
yang kemudian meng-upregulasi ekpsresi gen molecular cloning and characterization of a
eNos. distinct constitutive enzyme isoform. Proc
Natl Acad Sci U SA.1992; 89:6348-6352.
SIMPULAN 8. Balligand J-L, Ungureanu-Longrois D,
Terdapat perbedaan tingkat ekspresi gen Simmons WW, Kobzik L, Lowenstein CJ,
eNos di sel otot jantung dan sel endotelial Lamas S, Kelly RA, Smith TW, Michel
aorta, tidak terdapat korelasi bermakna antara T.Induction of NO synthase in rat cardiac
microvascular endothelial cells by IL-1β and
dosis kuersetin dengan tingkat ekspresi gen IFN-γ. Am J Physiol.1995; 268:1293-1303.
eNos di sel otot jantung tikus DM tipe 2, 9. Huang PL. Endothelial nitric oxide synthase
terdapat korelasi bermakna antara dosis and endothelial dysfunction. Curr Hypertens
kuersetin dengan tingkat ekspresi gen eNos di Rep. 2003; 5: 473-480.
10. Giralde RR, Pandu A, Xia, Y, Sanders SP,
sel endotelial aorta tikus DM tipe 2 yaitu Zweier JL.Decreased nitric-oxide synthase
semakin tinggi dosis kuersetin maka tingkat activity causes impaired endothelium-
ekspresi gen eNos juga semakin tinggi. dependent relaxation in the post-ischemic
heart. J Biol Chem. 1997; 272: 21420-21426.
UCAPAN TERIMA KASIH 11. Nilsson S, Kela SM, Treuter E, Tujague M,
Thomsen J, Andersson G, Enmark E,
Ucapan terima kasih penulis sampaikan
Pettersson K, Warner M, Gustafsson J.
kepada semua pihak yang telah mendukung Mechanisms of Estrogen Action. Physiol Rev.
selesainya penelitian ini terutama Health 2001; 81(4): 1535-1565.
Professional Education Quality (HPEQ) 12. Williamson G, Manach C. Bioavailability and
bioefficacy of polyphenols in humans. II.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 115
Review of 93 intervention studies. Am J Clin 24. Chen S, Khan ZA, Barbin Y, Chakrabarti S.
Nutr. 2005; 81: 243-255. Pro-oxidant role of heme oxygenase in
13. Marsden PA, Heng HH, Scherer SW, Stewart mediating glucose-induced endothelial cells
RJ, Hall AV, Shi XM, Tsui LC, Schappert damage. Free Radic Res.2004; 38: 1301-
KT. Structure and chromosomal localization 1310.
of the human constitutive endothelial nitric 25. Cosentino F, Hishikawa K, Katusic ZS,
oxide synthase gene. J Biol Chem. 1993; 268: Luscher T. High Glucose Increases Nitric
17478–17488. Oxide Synthase Expression and Superoxide
14. Cornwell T, Cohick W, Raskin I. Dietary Anion Generation in Human Aortic
phytoestrogens and health. Phytochemistry. Endothelial Cells. Circulation. 1997; 96: 25-
2004; 65: 995-1016. 28.
15. Barik R, Jain S, Qwatra D, Joshi A, Tripathi 26. Bojunga J, Dresar-Mayert B, Usadel KH,
GS, Goyal R. Antidiabetic activity of aqueous Kusterer K, Zeuzem S. Antioxidative
root extract of Ichnocarpus frutescens in treatment reverses imbalance of nitric oxide
streptozotocin-nicotinamide induce type-II synthase isoform expression and attenuates
diabetes in rats. Indian J Pharmacol. 2008; tissue-cGMP activation in diabetic rats.
40(1): 19-22. Biochem Biophys Res Commun. 2004; 16(3):
16. Czerny B, Put A, Mysliwiec Z, Juzyszyn Z. 771-780.
The influence of quercetin on some 27. Farhangkhoee H, Khan ZA, Kaur H, Xin X,
parameters of lipid metabolism in rats Chen S, Chakrabarti S. Vascular endothelial
chronically exposed to ammonium fluoride. dysfunction in diabetic cardiomyopathy:
Fluoride. 2000; 33(1): 27-32. Pathogenesis and potential treatment targets.
17. Machha A, Achike FI, Mustafa AM, Mustafa Pharmacol Ther. 2006; 111: 384-399.
MR. Quercetin, a flavonoid antioxidant, 28. Sanchez M, Galisteo M, Vera R, Villar IC,
modulates endothelium-derived nitric oxide Zarzuelo A, Tamargo J. et al. Quercetin
bioavailibility in diabetic rats aortas. Nitric downregulates NADPH oxidase, increases
oxide. 2007; 16: 442-447. eNOS activity, and prevents endothelial
18. Erejuwa OO, Sulaiman SA, Wahab MS, dysfunction in spontaneously hypertensive
Sirajudeen KNS, Salleh MS, Gurtu S. Effect rats. J Hypertens. 2006; 24(1): 75-84.
of Glibenclamide alone versus Glibenclamide
and Honey on Oxidative Stress in Pancreas of
Streptozotocin-Induced Diabetic Rats.
IJARNP. 2011; 4(2): 1-10.
19. Adewole SO, Caxton-Martins EA, Ojewole
JA. Protective Effect Of Quercetin On The
Morphology Of Pancreatic β-Cells of
Streptozotocin-Treated Diabetic Rats. Afr. J.
Trad.2007; 4 (1): 64 – 74.
20. Bronner C, Landry Y. Kinetics of inhibitory
effect of flavonoids on histamine secretion
from mast cells. Agents actions. 1985; 16:
147-151.
21. Gerich JE. Oral hypoglycemic agents. N Engl
J Med. 1989; 321: 1231–1245.
22. Balligand JL, Cannon PJ. Nitric oxide
synthases and cardiac muscle. Autocrine and
paracrine influences. Arterioscler Thromb
Vasc Biol.1997; 17: 1846-1858.
23. Felaco M, Grilli A, De Lutiis MA, Patruno A,
Libertini N, Taccardi AA, Di Napoli P, Di
Giulio C, Barbacane R, Conti P. Endothelial
nitric oxide synthase (eNOS) expression and
localization in healthy and diabetic rat hearts.
Ann Clin Lab Sci. 2001; 31(2): 179-186.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 116
Departemen Biokimia Kedokteran1, Departemen Penyakit Dalam2, Fakultas Kedokteran dan Institute of
Tropical Disease3, Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
E-mail: retnohh@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Indonesia merupakan negara dengan endemisitas infeksi virus hepatitis B (VHB)
sedang sampai tinggi. Infeksi VHB ditularkan secara parenteral dan penderita hemodialisis (HD)
merupakan kelompok berisiko tertular infeksi VHB. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction
(PCR) merupakan pemeriksaan molekuler yang dapat digunakan untuk deteksi dini asam nukleat
organisme penyebab infeksi, sebelum petanda serologis muncul. Tujuan penelitian ini adalah
menentukan genotipe VHB pada penderita HD dengan HbsAg negatif.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian cross sectional. Sampel serum diperoleh dari penderita
HD di Unit Hemodialisis RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Deteksi deoxy ribonucleic acid (DNA)
VHB dilakukan pada serum penderita HD dengan HbsAg negatif, selanjutnya dari hasil PCR VHB
positif dilakukan sekuensing dan dianalisis untuk ditentukan genotipe VHB. Dari 50 serum
penderita HD dalam penelitian ini diperoleh 96% (48/50) penderita dengan HbsAg yang negatif.
Hasil: Pemeriksaan PCR VHB pada 48 serum penderita HD dengan HbsAg negatif ini
menunjukkan hasil positif sebanyak 12,5% (6/48). Analisis nukleotida hasil sekuensing enam
DNA VHB positif ini menunjukkan semua HBV tersebut adalah genotipe B.
Simpulan: Dari penelitian ini dapat disimpulkan prosentasi HbsAg negatif dan DNA HBV potitif
pada penderita di Unit HD yang diteliti cukup tinggi dan semua VHB adalah genotipe B. Perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk penentuan subgenotipe VHB yang belum jelas
subgenotipenya. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan bahan pertimbangan
pengelolaan penderita di Unit HD.
Kata kunci: Virus Hepatitis B, Penderita Hemodialisis, HBsAg negatif, Genotipe VHB
antigen VHB dalam serum. Digunakan kit VHB dari sampel-sampel, kontrol negarif
AXIOM® dari Jerman sesuai petunjuk yang (digunakan akuades), kontrol positif serta
terlampir pada kit tersebut. marka (Øx174/ HaeIII digest) yang sudah
diseparasi dapat dilihat dibawah sinar
2. Pemeriksaan DNA VHB dengan tehnik ultraviolet. Untuk dokumentasi hasil,
PCR: dilakukan pengambilan foto menggunakan
Pemeriksaan PCR disini ditujukan pada kamera digital.
daerah surface VHB. Adapun tahap-tahap
pemeriksaan PCR dalam penelitian ini adalah 3. Sekuensing DNA VHB:
ekstraksi DNA VHB dari serum, reaksi Tahap-tahap yang harus dilakukanpada
amplifikasi dengan PCR dan elektroforesis. proses sekuensing ini adalah purifikasi DNA
VHB hasil PCR positif yang berisi fragmen-
a. Ekstraksi DNA VHB dari serum. fragmen nukleotida daerah genom VHB yang
DNA VHB diekstraksi dari serum dengan dituju yang telah diamplifikasi, selanjutnya
cara ekstraksi menggunakan DNAzol. Pada dilakukan purifikasi dan hasil purifikasi
setiap kali ekstraksi selalu disertakan kontrol dicheck dengan elektroforesis. Selanjutnya
negarif (digunakan akuades) dan kontrol dilakukan labeling dengan teknik PCR
positif menggunakan nukleotida trifosfat normal, dye
dideoxy nukleotida trifosfat yang sudah dilabel
b. Reaksi amplifikasi dengan PCR.
dan salah satu primer yang dipakai dalam PCR
Untuk reaksi amplifikasi DNA VHB ini ,
sebelumnya. Hasil labeling dengan PCR
dilakukan PCR (bila perlu nested). Dalam
dipurifikasi lagi dan sekuens nukleotida
reaksi PCR tahap I dan tahap II (bila perlu),
diketatahui dengan metoda direct sekuensing
digunakan Kit PCR mixed Fermentas®,
yang menggunakan mesin ABI 310 Sequencer
primer VHB: P7 dan P8 pada PCR pertama16
DNA dari Applied Biosystems, Inc.
dan primer VHB: HBS1 dan HBS217 pada
PCR kedua apabila diperlukan nested PCR.
4. Analisis sekuens nukleotida
Primer P7, P8, HBS1 dan HBS2 sesuai dengan
Pada analisis, DNA VHB yang diperoleh
urutan nukleotida daerah surface VHB yang
dari DNA VHB serum sampel penderita HD
conserved dan sudah pernah dipublikasikan
dengan HbsAg negatif dibandingkan dengan
sebelumnya, sehingga dapat diharapkan tingkat
sekuens nukleotida dari genotipe VHB yang
keberhasilan PCR yang tinggi. Dengan primer
pernah dipublikasi sebelumnya, menggunakan
ini juga dimungkinkan untuk diteruskan ke
komputer dengan program Genetyx Ver.10,
proses sekuensing untuk mengetahui genotipe
untuk mengetahui genotipe VHB pada
VHB. PCR tahap pertama dan kedua masing-
penderita tersebut.
masing dikerjakan sebanyak 35 siklus dan
digunakan suhu 94o C untuk denaturasi selama
1 menit, 50o C untuk annealing 1,5 menit serta HASIL
72o C untuk ekstensi selama 2 menit.
Dalam penelitian ini diperoleh dari 50
c. Elektroforesis sampel sera yang berasal dari penderita HD di
Pada setiap hasil amplifikasi DNA VHB Unit HD RSUD Dr Soetomo. Rangkuman data
dilakukan elektroforesis dengan menggunakan jenis kelamin dan umur penderita yang sedang
agarosa 2% dalam larutan dapar TBE 0,5 X menjalani hemodialisis di RSU Dr Soetomo
yang mengandung ethidium bromide. DNA ditampilkan pada tabel 1 tersebut di bawah.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 119
Tabel 1. Jenis kelamin dan umur penderita kemudian dibandingkan dengan urutan
Jenis Jumlah Kisaran Umur nukleotida yang sudah dipublikasi dan dibuat
Kelamin Penderita (Tahun) pohon phylogenetic.
Pria 34 (68%) 21 - 78 Pada hasil analisis molekuler dalam
Wanita 16 (32%) 28 – 52 rangka menentukan genotipe VHB yang
Total 50 (100%) 21 – 78 disusun dalam bentuk multiple alignment
nukleotida sepanjang 204 dari 6 sampel hasil
Lima puluh penderita yang sedang penelitian ini, bersama dengan genotipe VHB
menjalani hemodialisis di RSU Dr Soetomo (A, B, C, D, E, F, G, H, I dan J) yang telah
dalam penelitian ini mempunyai kisaran umur dipublikasikan, dibuat pohon phylogenetic.
21 sampai dengan 78 tahun, terdiri dari 34 Dari hasil analisis nukleotida VHB dan
(tiga puluh empat) orang laki-laki dengan pembuatan pohon phylogenetic dengan
kisaran umur 21 tahun sampai dengan 78 tahun program komputer Genetyx Ver 10, maka
dan 16 (enam belas) orang perempuan dengan ternyata VHB dari penderita HD dengan
kisaran umur 28 tahun sampai dengan 52 tahun. HbsAg negatif dalam penelitian ini (6 sampel)
Pada ke 50 serum penderita tersebut semua termasuk dalam kelompok VHB
semua diperiksa HbsAg, dimana didapatkan 2 genotipe B. Pohon phylogenetic hasil
(4%) serum penderita HD memberikan hasil penelitian ini ditampilkan pada Gambar 1.
yang positif dan 48 serum penderita HD
memberikan hasil yang negative, artinya dalam
penelitian ini 96% penderita HD mempunyai PEMBAHASAN
HbsAg negatif.
Selanjutnya pada 48 serum penderita HD Pada lima puluh penderita HD dalam
yang memberikan hasil HbsAg negatif, penelitian ini, dimana penderita laki-laki (34
dilakukan pemeriksaan PCR dengan orang) lebih banyak dari penderita wanita (16),
16,17 didapatkan lebih banyak penderita HD
menggunakan 2 pasang primer yang sudah
disediakan. Hasil pemeriksaan sampel serum memberikan hasil HbsAg yang negatif (96%).
48 penderita HD dengan HbsAg negatif adalah Dikemukakan bahwa petanda serologis untuk
6 (enam) (12,5%) memberi hasil pemeriksaan infeksi VHB yang sedang aktif adalah adanya
PCR VHB yang positif pada penggunaan antigen dari daerah genom S (surface) VHB
pasangan primer P7 dan P8 serta pasangan (HbsAg).6 Diberbagai unit HD, prosentasi
primer HBS1 dan HBS2. HBsAg positif (maupun yang negatif) berbeda,
DNA VHB hasil amplifikasi PCR ini kemungkinan dipengaruhi penanganan
(dari hasil amplifikasi PCR menggunakan penderita atau endemisitas daerah tersebut. Di
primer P7 dan P8 maupun pasangan primer Khuzestan, Iran, dengan jumlah sampel
HBS1 dan HBS2 pada 6 sampel penderita HD penelitian sebanyak 204, diperoleh prosentasi
di RSU Dr Soetomo selanjutnya dimurnikan HBs Ag positif pada penderita HD sebanyak
dan diproses lebih lanjut untuk dilakukan 5,1%19 dan ditahun 2011 dikota yang sama
sekuensing dengan menggunakan cat Big Dye didapatkan DNA VHB positif pada penderita
dan mesin sequencer ABI-310, sesuai prosedur HD sebanyak 20%20. Di Central Brasil, dari
yang telah dikemukakan. Dari hasil sekuensing 15 Unit HD didapatkan HbsAg positif 29,8%21
yang diperoleh, kemudian dilakukan analisis dan ditahun 2009, dengan jumlah sampel
molekuler untuk mengetahui genotipe VHB. penelitian sebanyak 781, di Brasilia diperoleh
Untuk mengetahui genotipe VHB, urutan prosentasi HBsAg positif pada penderita HD
nukleotida yang didapat pada penelitian ini sebanyak 3,3%.22 Dikemukakan bahwa pada
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 120
penderita HD menghadapi risiko tinggi tertular prosedur dialisis dan penderita HD ini
infeksi VHB karena adanya peluang terpapar merupakan reservoir yang potent untuk
infeksi VHB yang berhubungan dengan menularkan infeksi VHB20.
Gambar 1. Pohon phylogenetic genotipe VHB dari penderita HD dengan HBsAg negatif
Untuk pemeriksaan PCR pada serum HBS2, dapat karena jumlah virus yang terlalu
penderita HD yang memberikan hasil HbsAg sedikit atau adanya perubahan/mutasi urutan
negatif dalam penelitian ini digunakan 2 nukleotida pada tempat melekat/anneal primer
pasang primer16,17 yang sudah disediakan. P7 dan P8, sehingga primer tidak bisa
Dikemukakan bahwa pemeriksaan adanya melekat/anneal yang berakibat hasil PCR yang
partikel VHB yang paling baik adalah dengan negatif. Hasil PCR VHB yang positif dengan
melakukan deteksi adanya DNA VHB dengan primer P7 dan P8 serta HBS1 dan HBS2 pada
tehnik PCR.23,24 Hasil pemeriksaan PCR positif serum penderita HD dengan HbsAg negatif ini
pada penggunaan pasangan primer P7 dan P8 juga menunjukkan bahwa pemeriksaan PCR
serta pasangan primer HBS1 dan HBS2 pada dapat memberikan hasil positif lebih dini
sampel serum penderita HD dengan HbsAg dibandingkan pemeriksaan serologis.
negatif ini cukup tinggi (12,5%). Pada sampel Adanya genom VHB pada individu
yang negatif pada penggunaan pasangan dengan HbsAg yang negatif disebut occult
primer P7 dan P8, tetapi positif ketika HBV infection (OBI). Status occult HBV ini
dilakukan pemeriksaan nested PCR dengan pada beberapa kasus berhubungan dengan
menggunakan pasangan primer HBS1 dan mutasi virus sehingga HbsAg tidak dapat
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 121
dideteksi, walaupun penyebab yang lebih merefleksikan prevalensi umum pada bebagai
sering adalah karena supresi yang kuat area geografi.20
terhadap replikasi virus dan ekspresi gen, Mengingat hasil PCR dengan pasangan
sehingga endahnya kadar VHB berakibat primer HBS1 dan HBS2 menghasilkan
HbsAg berada dibawah batas deteksi. fragmen nukleotida yang lebih pendek, maka
Dikemukakan juga bahwa pada sampel dengan penentuan genotipe VHB dilakukan berdasar
HbsAg negatif dan PCR VHB positif ini dapat urutan nukleotida yang pendek. Telah
pula terjadi karena adanya mutasi pada gen S, dikemukakan di atas bahwa saat ini telah
sehingga HbsAg tidak dapat terdeteksi.20 dipublikasikan adanya 10 genotipe VHB, yaitu
Dalam penelitiannya, Neisi (2011) VHB genotipe A, B, C, D, E, F8, G9, H10, I11
mendapatkan occult hepatitis B 4% pada dan J12. VHB genotipe A umumnya didapatkan
penderita HD yang menunjukkan ELISA VHB di Europe Tengah dan Utara, walaupun juga
negatif. Status OBI didapatkan diseluruh dunia banyak didapatkan di Amerika Utara dan sub-
dengan prevalensi 0% sampai 36%, yang pada Saharan Afrika. VHB genotipe B dan C di
distribusinya merefleksikan prevalensi umum daerah Asia. VHB genotipe D didapatkan
pada bebagai area geografi.20 tersebar luas di berbagai negara, tetapi
Dalam penelitian ini digunakan pasangan merupakan genotipe VHB yang menonjol di
primer P7 dan P8 serta pasangan primer HBS1 daerah Mediterranean. VHB genotipe E
dan HBS2. Pasangan primer P7 dan P8 ini terutama didapatkan di Afrika Barat,
merupakan pasangan primer yang apabila sedangkan VHB genotipe F tersebar diantara
dipakai pada PCR dapat memberikan berbagai genotipe VHB, dan merupakan
amplifikasi nukleotida yang positif, maka genotipe VHB yang banyak ditemui pada
setelah dilakukan sekuensing, urutan penduduk asli di Amerika. VHB genotipe G
nukleotida yang didapat akan dapat digunakan ditemukan di USA dan Perancis, sedangkan
untuk mengetahui genotipe VHB.16 Demikian VHB genotipe H banyak ditemukan di
juga urutan nukleotida hasil PCR dengan Nicaragua, Mexico dan California.10 Seperti
primer HBS1 dan HBS2, dikemukakan dapat telah dikemukakan sebelumnya, pada genotipe
dipakai untuk penentuan genotipe VHB.17,2 yang berbeda, divergensi nukleotida dari VHB
Amplifikasi fragmen DNA VHB dengan PCR sebanyak 8% atau lebih untuk seluruh sekuens
dalam penelitian ini menggunakan primer P7 VHB dan 4% pada tingkatan gen S.18,2
dan P8, kalau hasil PCR VHB masih negatif, Dari hasil analisis phylogenetic
dilakukan nested PCR menggunakan pasangan nukleotida VHB dalam penelitian ini maka
primer HBS1 dan HBS2, adalah untuk ternyata VHB dari penderita HD dengan
menjaring DNA positif yang lebih banyak. HbsAg negatif dalam penelitian ini (6 sampel)
Hasil DNA VHB positif (12,5%) pada semua termasuk dalam kelompok VHB
penderita HD dengan HbsAg negatif ini lebih genotipe B, namun untuk sampel no 51 perlu
tinggi dari yang telah dipublikasi diteliti lebih lanjut, mengingat terletak pada
19
Assarehdegan , yaitu pada penderita HD percabangan yang berbeda. Apakah memang
dengan HbsAg negatif di propinsi Khuzestan - hanya VHB genotipe B ataukah masih ada
Iran, didapatkan DNA VHB positif sebanyak VHB genotipe lain pada penderita HD di
8,33%. Namun perlu diingat pula bahwa hal ini RSUD Dr.Soetomo Surabaya, masih
sejalan dengan Indonesia termasuk negara diperlukan penelitian lebih lanjut dengan
dengan endemisitas infeksi VHB yang sedang jumlah sampel yang lebih besar. Dari
sampai tinggi25 dan seperti telah dikemukakan publikasi terdahulu dikemukakan berbagai
diatas, bahwa status OBI diseluruh dunia genotipe VHB pada occult hepatitis pada
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 122
penderita HD yang diperoleh dari berbagai 1. Data HbsAg yang negatif sebanyak 96%.
negara, yaitu: VHB genotipe A di Yunani, D di 2. Data DNA VHB positif sebanyak 12,5%
Turki, A dan C di Itali, sedangkan A, B, dan C pada penderita HD dengan HbsAg negatif.
di Amerika Utara20. 3. Genotipe VHB pada penderita HD dengan
Hasil penelitian peneliti pada sampel HbsAg negatif dan DNA VHB positif,
VHB yang berasal dari penderita penyakit hati semua adalah genotipe B.
dari pulau Lombok juga hanya didapatkan Dari hasil penelitian ini dapat disarankan:
VHB genotipe B.26 Genotipe VHB selain B 1. Untuk mendapatkan data prevalensi
yang pernah ditemukan di Papua-Indonesia HbsAg yang negatif dan genotipe VHB
adalah genotipe C dan D.2, 27 Dikemukakan yang lebih bervariasi pada penderita HD
bahwa genotipe VHB ikut berperan pada sebagai populasi berisiko tinggi tertular
perjalanan penyakit dan respon terhadap VHB di Surabaya, Indonesia, perlu
terapi.20 Dari penelitian terdahulu dengan dilakukan penelitian dengan jumlah
deteksi VHB dari donor darah sehat yang sampel yang lebih banyak.
berasal dari Papua di Indonesia, dikemukakan 2. Untuk dimanfaatkan untuk tambahan
adanya VHB genotipe B, C dan D, dimana pertimbangan pada pengelolaan penderita
VHB genotipe B dan C cukup banyak, namun HD.
VHB genotipe C sedikit lebih banyak dari pada
VHB genotipe B di Indonesia.2 UCAPAN TERIMA KASIH
Hasil penelitian dari Taiwan pada
penderita hepatitis kronis yang terinfeksi VHB, Peneliti mengucapkan terima kasih
dikemukakan bahwa VHB genotipe B lebih kepada pemerintah Indonesia yang telah
banyak didapatkan dari pada VHB genotipe C, mendanai penelitian ini melalui Direktorat
namun HbeAg positif pada VHB genotipe C Jenderal Perguruan Tinggi. Peneliti juga
lebih banyak daripada HbeAg positif pada mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.
VHB genotipe B dan VHB genotipe C Nasronudin, dr, SpPD, KPTI Direktur Institute
mempunyai tampilan yang lebih agresif, of Tropical Disease Universitas Airlangga
sehingga lebih mengarah ke penyakit hati yang yang telah mengizinkan peneliti menggunakan
lebih progesif.28 Pada penelitiannya yang lain semua peralatan yang diperlukan dalam
di Taiwan pada donor darah, Kao juga penelitian ini, segenap sejawat di Unit
mendapatkan bahwa donor darah sehat yang Hemodialisis Poliklinik Penyakit Dalam
terinfeksi VHB, VHB genotipe B merupakan RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan semua pihak
genotipe terbanyak, tetapi VHB genotipe C lain yang telah berkenan membantu sehingga
mempunyai kadar DNA VHB dalam serum penelitian ini dapat diselesaikan.
yang lebih tinggi dari pada donor darah sehat
yang terinfeksi VHB genotipe B.29. DAFTAR PUSTAKA
E-mail: euodia.ika@gmail.com
AB STRAK
Latar belakang: Amplification Refractory Mutation System- Polymerase Chain Reaction (ARMS-
PCR) mempunyai nama lain allele-specific polymerase chain reaction (ASP) dan polymerase
chain reaction amplification of specific alleles (PASA). Metode ini dapat digunakan untuk
mengamati beberapa titik mutasi pada polimorfisme yang melibatkan perubahan basa tunggal.
Sistem ini merupakan sistem yang sederhana, dapat dipercaya dan non-isotopic. Perbedaan antara
alel homozigot dan heterozigot pada suatu lokus dapat terlihat dengan jelas. Sebanyak 12-25%
individu dengan diabetes melitus berisiko mengalami ulkus diabetika. Vascular Endothelial
Growth Factor-A (VEGF-A) merupakan salah satu kelompok platelet-derived growth factor
(PDGF) yang mempunyai peran potensial dalam angiogenesis. Polimorfisme gen VEGF-A -
2578*C/A merupakan kandidat penyebab berkembangnya ulkus diabetika. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui adanya polimorfisme gen VEGF-A pada pasien diabetes melitus dengan dan
tanpa ulkus diabetika dengan tekhnik ARMS-PCR.
Metode: Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol. Teknik ARMS-PCR digunakan untuk
mengetahui adanya polimorfisme gen VEGF-A -2578*C/A. Polimerisasi DNA dengan teknik ini
memerlukan tiga macam primer, yaitu: primer mutan, primer normal dan primer generik. Optimasi
suhu untuk annealing dilakukan pada suhu 59°C, 60°C, 61°, 62° dan 63°C.
Hasil: Suhu annealing optimal yang didapatkan adalah 60°C. Genotiping dengan tekhnik ARMS-
PCR memperlihatkan tiga genotip, yaitu CC, CA dan AA. Genotip CC merupakan homozigot
normal, Genotip CA merupakan heterozigot mutan, dan Genotip AA merupakan homozigot mutan.
Frekuensi genotip polimorfisme gen VEGF-A -2578*C/A tidak berbeda signifikan antara
kelompok kontrol dan kasus.
Simpulan: Tekhnik ARMS-PCR merupakan tekhnik yang sederhana dan mudah untuk
mengetahui adanya polimorfisme VEGF-A -2578*C/A pada individu diabetes melitus dengan dan
tanpa ulkus diabetika.
Kata kunci: ARMS-PCR, ulkus diabetika, VEGF-A, polimorfisme -2578*C/A , diabetes melitus
tipe 2.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 126
yang ditetapkan oleh Wagner pada tahun Tianamp blood DNA kit dari Tiangen. DNA
1983. Durasi DM tipe 2 minimal 5 tahun, hasil isolasi disimpan dalam almari pendingin
Suku jawa untuk 3 generasi keatas dan dengan suhu -20˚C.
bersedia menjadi subjek penelitian dengan
menandatangani informed consent. Subjek Pemeriksaan polimorfisme -2578*C/A gena
kontrol mempunyai kriteria yang sama tetapi VEGF-A dengan ARMS-PCR
tidak pernah mengalami ulkus diabetika. Teknik ARMS-PCR digunakan untuk
mengetahui adanya polimorfisme -2578*C/A
Isolasi DNA gena VEGF-A dan digunakan lima primer
DNA diisolasi dari whole blood. Isolasi (Tabel 1) berdasarkan pemeriksaan yang telah
DNA dilakukan dengan menggunakan dilakukan oleh Amoli et al.12
Tiga macam master mix dibuat 59°C, 60°C, 61°C, 62°C, 63°C, 64°C. Produk
berdasarkan jenis primer (0,25 µM), yaitu yang telah diamplifikasi diamati pada 2% gel
master mix untuk reaksi pertama berisi primer agarosa dengan 0,3μL (0,5 mg/mL) gel red.
generik dan primer C antisense. Master mix Genotip diidentifikasi dengan ada tidaknya
untuk reaksi kedua berisi primer generik dan target sequence yang diamplifikasi.
primer C antisense. Master mix untuk reaksi
ketiga berisi primer beta aktin. Sebanyak 2 μL HASIL
DNA ditambahkan ke dalam 4,2μL larutan
master mix. Sebanyak 13,8 μL nuclease free Optimasi suhu annealing pada tekhnik
water ditambahkan ke dalam larutan. Dua ARMS-PCR dilakukan pada suhu-suhu
puluh μL larutan diamplifikasi dengan thermal sebagai berikut: 59°C, 60°C, 61°C, 62°C,
cycler. Kondisi temperatur siklus PCR adalah 63°C dan 64°C. Hasil PCR kemudian
: 5 menit pada suhu 95˚C untuk program dianalisis menggunakan agarose gel 2%
hotstart, denaturasi dilakukan selama 5 menit dengan 0,3μL (0,5 mg/mL) gel red. Hasil
pada 96˚C. Setelah itu diikuti oleh 35 siklus optimasi dianalisa berdasarkan ketebalan
selama 1 menit pada 95 ˚C, 1 menit pada suhu segmen DNA tiap reaksi dan beta aktin yang
annealing, 1 menit pada 72˚C. Elongasi dihasilkan dari tiap suhu. Berdasarkan hasil
dilakukan selama 7 menit pada 72˚C. Suhu elektroforesis maka didapatkan bahwa suhu
annealing yang digunakan optimasi adalah annealing 60°C merupakan suhu yang paling
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 128
optimal dinilai berdasarkan ketebalan segmen 223 bp. Beta aktin merupakan kontrol internal
DNA dan kemunculan beta aktin (Gambar 1 yang mempunyai panjang fragmen 315 bp.
dan Gambar 2).
400 bp
100 bp
100 bp
PEMBAHASAN
Tabel 2. Distribusi frekuensi genotip dan alel pada kelompok kasus dan kontrol
Variabel Kasus (n=20) Kontrol OR p
(n=25) (CI 95%)
Genotip: AA 0 1 (0,04) - 0,614*
CA 16 (0,80) 18 (0,72)
CC 4 (0,20) 6 (0,24)
Alel: A 16 (0,40) 20 (0,40) 1,000 1,000*
C 24 (0,60) 30 (0,60) (0,428-2,337)
*Chi-square
Produk yang terbentuk pada reaksi dua Metode ARMS-PCR merupakan metode
menandakan alel pasien homozigot untuk yang dapat dipercaya dan tidak membutuhkan
mutasi. Kemampuan ARMS-PCR dalam waktu lama untuk mengetahui adanya mutasi
mendeteksi single nucleotide polymorphisms atau delesi. Metode ini mempermudah peneliti
(SNPs) pada pasien heterozigot merupakan untuk mengetahui dengan cepat probabilitas
suatu keuntungan tersendiri sehingga metode individu dengan DM tipe 2 untuk berkembang
ini banyak digunakan.1 menjadi ulkus diabetika. ARMS-PCR ini
Metode ARMS-PCR ini dapat digunakan dikembangkan untuk melakukan amplifikasi
untuk mendeteksi ada tidaknya mutasi dan alel tanpa menggunakan enzim restriksi dan
polimorfisme pada DNA sampel. Pada radioisotop. Hal ini memungkinkan untuk
penelitian polimorfisme ini dapat diketahui melakukan identifikasi dengan satu kali reaksi
tingkat risiko individu dapat mengalami ulkus PCR sehingga akan lebih murah karena tidak
diabetika. Hal ini berdasarkan pada nilai odd memerlukan manipulasi lain setelah PCR.14
ratio A terhadap C yang didapatkan adalah
1,000 (p=1,000, CI=95% (0,428-2,337)), SIMPULAN
artinya bahwa pembawa alel A mempunyai Tekhnik ARMS-PCR merupakan
probabilitas untuk menderita ulkus diabetika tekhnik yang sederhana dan mudah untuk
sebesar 50%. Amoli et al. (2011) melaporkan mengetahui adanya polimorfisme VEGF-A -
bahwa frekuensi alel A yang rendah akan 2578*C/A pada individu diabetes melitus
menyebabkan tidak cukupnya angiogenesis dengan dan tanpa ulkus diabetika.
pada pasien DM tipe 2 dengan ulkus
diabetika. Kurangnya angiogenesis ini akan UCAPAN TERIMAKASIH
menyebabkan terganggunya penyembuhan Kami menyampaikan ucapan
luka. Penelitian pada polimorfisme ini dapat terimakasih kepada Prof. Dr. Sofia Mubarika,
digunakan sebagai upaya pencegahan M.Med.Sc., PhD dan Prof. Dr. Mustofa,
sehingga DM tidak berkembang menjadi ulkus M.Kes, Apt yang telah membimbing dan
diabetika. Upaya pencegahan dapat memberi banyak dukungan dalam proses
ditingkatkan dengan menggunakan metode penelitian sampai selese dan Biro Kerjasama
analisa yang cepat, mudah dan dapat Luar Negeri yang telah membantu dalam
dipercaya. pendanaan.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 130
E-mail: sylvia.r.putri@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang. Enzim lipoprotein lipase (LPL) dikenal sebagai enzim yang menghidrolisis
trigliserida di jaringan ekstrahepatik. Pada diabetes melitus dapat terjadi gangguan regulasi LPL
akibat defisiensi kerja insulin sehingga dapat mengakibatkan abnormalitas metabolisme
makronutrien yang pada panjang dapat menyebabkan dislipidemia diabetikum. Kuersetin dikenal
dapat memperbaiki profil lipid pada berbagai hewan coba dengan kondisi diabetes melitus (DM)
maupun kondisi lainnya. Selain itu, paparan kuersetin jangka panjang diketahui dapat
meningkatkan ekspresi LPL di jaringan ekstrahepatik.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kuasi-eksperimental post test only control group
dengan subyek tikus Wistar yang dibagi dalam 9 kelompok dengan dosis perlakuan berbeda.
Setelah 4 minggu perlakuan, kadar trigliserida serum diperiksa. Tikus dieutanasia dan m. soleus
diambil untuk diperiksa ekspresi LPL dengan metode ELISA.
Hasil Penelitian. Kadar trigliserida serum tertinggi ditemukan pada kelompok kuersetin 5
mg/kgBB dan terendah pada kelompok kuersetin 80 mg/kgBB-glibenklamid. Kadar LPL pada
kelompok tikus DM yang mendapat plasebo lebih rendah dari tikus normal. Di antara kelompok
DM, kadar LPL tertinggi ditemukan pada kelompok glibenklamid 5 mg/kgBB, sedangkan kadar
terendah ditemukan pada kelompok kuersetin 5 mg/kgBB. Tidak terdapat perbedaan kadar
trigliserida serum dan ekspresi LPL di jaringan otot rangka yang signifikan antar kelompok
perlakuan. Korelasi antara kadar trigliserida serum dan ekspresi LPL di jaringan otot rangka
setelah 4 minggu perlakuan lemah dan tidak bermakna.
Simpulan. Pemberian kuersetin tidak mempengaruhi kadar trigliserida serum, namun dapat
meningkatkan ekspresi LPL di jaringan otot rangka walaupun tidak ditemukan perbedaan
bermakna. Kadar trigliserida serum tidak berkorelasi dengan ekspresi LPL di jaringan otot rangka
setelah 4 minggu perlakuan.
disebabkan oleh efek glibenklamid dalam disebabkan oleh STZ akan menurunkan
meningkatkan sekresi insulin. Peningkatan transkripsi LPL. Hal inilah yang tampaknya
sekresi insulin akan memacu ambilan menyebabkan penurunan ekspresi LPL pada
trigliserida oleh jaringan dan memicu tikus DM. Karena penelitian ini tidak
lipogenesis sehingga menurunkan kadar memeriksa kadar insulin darah, maka adanya
trigliserida serum. Efek glibenklamid dan efek penurunan kadar insulin darah tidak dapat
kuersetin dalam menurunkan kadar trigliserida dipastikan.
di sirkulasi atau proses sintesis endogennya Seluruh kelompok memiliki kadar LPL
dan mencegah kelebihan trigliserida dan yang lebih tinggi dari kelompok tikus normal
komponennya dideposit di jaringan non- dan tikus DM yang mendapat plasebo. Dua
adiposa dapat bersinergi dalam meregulasi kelompok memiliki kadar LPL yang lebih
kadar trigliserida serum. tinggi dari tikus DM yang mendapat plasebo
dan mendekati nilai normal, yaitu kelompok
Kadar Lipoprotein Lipase Jaringan Otot kuersetin 5 mg/kgBB dan kuersetin 5
Rangka mg/kgBB-glibenklamid. Kuersetin tampaknya
Analisis kadar LPL m. soleus dengan uji dapat meregulasi LPL dengan meningkatkan
Kruskal-Wallis menunjukkan tidak terdapat transkripsinya sehingga meningkatkan ekpresi
perbedaan bermakna antar kelompok. Data LPL di jaringan otot rangka.11 Kadar LPL
dan analisisnya disajikan pada Tabel 3. kelompok kuersetin 5 mg/kgBB-glibenklamid
Walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang lebih tinggi dari kelompok kuersetin 5
signifikan, namun kadar LPL pada tikus mg/kgBB. Perbedaan ini mungkin disebabkan
kontrol DM lebih rendah dari tikus normal. oleh kemampuan kuersetin dan insulin dalam
Seperti yang telah diketahui, insulin meningkatkan transkripsi LPL. Seperti yang
meningkatkan transkripsi LPL di jaringan.27 telah diketahui, glibenklamid bekerja dengan
Penurunan kadar insulin dalam darah akibat meningkatkan sekresi insulin.28
kerusakan pada sel β pankreas yang
Lima kelompok lainnya memiliki kadar menyebabkan kadar trigliserida serum tetap
LPL yang jauh lebih tinggi dari tikus DM berada dalam batas normal. Penelitian
yang mendapat plasebo dan tikus normal. terdahulu menunjukkan ekspresi LPL yang
Tingginya kadar LPL inilah yang tampaknya berlebihan dapat menurunkan kadar
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 137
trigliserida, kolesterol, dan low density disebabkan oleh durasi perlakuan yang lebih
lipoprotein (LDL).29 Di sisi lain, ekspresi LPL singkat.
yang berlebihan ini dapat berdampak negatif Hubungan antara kadar LPL m. soleus
pada metabolisme, karena walaupun ekspresi dan kadar trigliserida serum dilihat dengan
LPL yang berlebihan dapat menurunkan kadar menggunakan uji korelasi Pearson.
trigliserida, kolesterol, dan LDL sehingga Berdasarkan uji Pearson diketahui bahwa
memperbaiki aterosklerosis,29,30 namun kadar trigliserida serum berbanding terbalik
ekspresi LPL di jaringan otot yang berlebihan dengan kadar LPL, namun korelasinya sangat
juga dapat menyebabkan resistansi insulin lemah dan tidak bermakna (Tabel 4).
melalui peningkatan sintesis trigliserida.31,32
Hal inilah yang tampaknya menyebabkan Tabel 4. Uji korelasi kadar trigliserida serum
peningkatan kadar GDP pada kelompok 20 dan kadar LPL.
mg/kgBB. Kadar LPL
Kadar LPL antara kelompok-kelompok m. soleus
yang hanya mendapat kuersetin dan Kadar Koefisien -0,092
kelompok-kelompok yang mendapat trigliserida korelasi
serum
kombinasi kuersetin-glibenklamid 5 mg/kgBB
P 0,648
menunjukkan pola yang sama. Kadar LPL N 27
tertinggi ditemukan pada kelompok 20
mg/kgBB, diikuti oleh kelompok kuersetin 80 Tampaknya peningkatan ekspresi LPL
mg/kgBB dan kuersetin 5 mg/kgBB. Pola menyebabkan kadar trigliserida dapat berada
yang sama juga terlihat pada kelompok- pada rentang normal. Secara teoretis,
kelompok kombinasi kuersetin-glibenklamid. peningkatan ekspresi LPL akan meningkatkan
Kadar LPL kelompok-kelompok kombinasi hidrolisis trigliserida pada kilomikron dan
kuersetin-glibenklamid relatif lebih tinggi VLDL di dalam darah sehingga menurunkan
dibanding kelompok-kelompok yang hanya kadar trigliserida di sirkulasi, kemudian
mendapat kuersetin. Hal ini dapat disebabkan gliserol dan asam lemak hasil hidrolisis
oleh efek glibenklamid dalam meningkatkan trigliserida yang dikatalisis oleh LPL dapat
sekresi insulin. Peningkatan sekresi insulin digunakan sebagai sumber energi bagi
akan meningkatkan transkripsi LPL. Efek jaringan otot rangka.32 Pada DM tipe 2
glibenklamid dan efek kuersetin dalam cenderung terjadi produksi VLDL yang
meregulasi transkripsi LPL dapat bersinergi berlebihan, kemungkinan disebabkan adanya
dalam meregulasi kadar LPL di jaringan otot interaksi antara hiperglikemia dan defek
rangka. genetik. Selain itu, pada DM tipe 2 juga
Kuersetin tampaknya dapat meregulasi terjadi gangguan bersihan VLDL. Penurunan
LPL dengan meningkatkan transkripsinya. laju katabolisme VLDL ini berbanding lurus
Pemberian kuersetin dengan dosis 1% (setara dengan penurunan kadar glukosa darah.33
dengan 500 mg/kgBB) selama 41 minggu
dapat meningkatkan ekspresi LPL di jaringan SIMPULAN
paru berdasarkan hasil microarray.11 Berbeda
dengan hasil penelitian de Boer et al., pada Perlakuan kuersetin dengan variasi dosis
penelitian ini tidak ditemukan adanya selama 4 minggu tidak mempengaruhi kadar
perbedaan ekspresi LPL yang signifikan antar trigliserida serum secara signifikan, namun
kelompok hewan coba, kemungkinan dapat meningkatkan ekspresi LPL di jaringan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 138
Danesi CC, Mazzanti CM, Schetinger MRC, status in obese Zucker rats. Obesity. 2008; 16:
Paim FC, Palma HE, Abdala FH, Stefanello N, 2081-2087.
Zimpel CK, Felin DV, Lopes STA. 27. Unal R, Pokrovskaya I, Tripathi P, Monia BP,
Antioxidant and anti-inflammatory effects of Kern PA, Ranganathan G. Translational
quercetin in functional and morphological regulation of lipoprotein lipase in adipocytes:
alterations in streptozotocin-induced diabetic depletion of cellular protein kinase Cα
rats. Res Vet Sci. Accessed at 7 Aug 2013. activates binding of the C subunit of protein
Available at: kinase A to the 3’-untranslated region of the
http://dx.doi.org/10.1016/j.rvsc.2013.04.028. lipoprotein lipase mRNA. Biochem J. 2008;
19. Sheela N, Jose MA, Sathyamurthy D, Kumar 413 (2): 315-322.
BN. Effect of silymarin on streptozotocin- 28. Katzung BG. Basic and clinical
th
nicotinamide induced type 2 diabetic pharmacology. 9 ed. New York: The
nephropathy in rats. IJKD. 2013; 7: 117-123. McGraw-Hill Companies, Inc., 2004.
20. Movahedian A, Zolfaghari B, Sajjadi SE, 29. Pulawa LK, Jensen DR, Coates A, Eckel RH.
Moknatjou R. Antihyperlipidemic effect of Reduction of plasma triglycerides in
Peucedanum pastinacifolium extract in apolipoprotein C-II transgenic mice
streptozotocin-induced diabetic rats. Clinics. overexpressing lipoprotein lipase in muscle. J
2010; 65 (6): 629-633. Lipid Res. 2007; 48: 145-151.
21. Krishna B D, Rao S, Satyanarayana ML. 30. Yagyu H, Ishibashi S, Chen Z, Osuga J,
Serum insulin levels and lipid profiles of Okazaki M, Perrey S, Kitamine T, Shimada
streptozotocin induced diabetic Wistar rats. J M, Ohashi K, Harada K, Shionoiri F, Yahagi
Ind Vet Assoc. 2012; 10: 22-26. N, Gotoda T, Yazaki Y, Yamada N.
22. Nattrass M, Hinks L, Smythe P, Todd PG, Overexpressed lipoprotein lipase in
Alberti KG.. Comparative effects of two doses atherosclerosis in apolipoprotein E knockout
of glibenclamide upon metabolic rhythms in mice. J Lipid Res. 1999; 40: 1677-1685.
maturity-onset diabetics. Diabetes Metab. 31. Kim JK, Fillmore JJ, Chen Y, Yu C, Moore
1978; 4 (3): 175-180. IK, Pypaert M, Lutz EP, Kako Y, Velez-
23. Elam MB, Wilcox HG, Solomon SS, Carrasco W, Goldberg IJ, Breslow JL,
Heimberg M. In vivo growth hormone Shulman GI. Tissue-specific overexpression of
treatment stimulates secretion of very low lipoprotein lipase causes tissue-specific insulin
density lipoprotein by the isolated perfused rat resistance. Proc Natl Acad Sci USA. 2001; 98:
liver. Endocrinology. 1992; 131 (6): 2717- 7522-7527.
2722. 32. Weinstock PH, Levak-Frank S, Hudgins LC,
24. Kobori M, Masumoto S, Akimoto Y, Oike H. Radner H, Friedman JM, Zechner R, Breslow
Chronic dietary intake of quercetin alleviates JL. Lipoprotein lipase controls fatty acid entry
hepatic fat accumulation associated with into adipose tissue, but fat mass is preserved
consumption of a Western-style diet in by endogenous synthesis in mice deficient in
C57/BL6J mice. Mol Nutr Food Res. 2011; adipose tissue lipoprotein lipase. Proc Natl
55: 530-540. Acad Sci USA. 1997; 94: 10261-10266.
25. Elam MB, Wilcox HG, Cagen LM, Deng X, 33. Howard BV. Lipoprotein metabolism in
Raghow R, Kumar P, Heimberg M, Russell diabetes mellitus. J Lipid Res. 1987; 2
JC. Increased hepatic VLDL secretion,
lipogenesis, and SREBP-1 expression in the
corpulent JCR:LA-cp rat. J Lipid Res. 2001;
42: 2039-2048.
26. Rivera L, Morón R, Sánchez M, Zarzuelo A,
Galisteo M. Quercetin ameliorates metabolic
syndrome and improves the inflammatory
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 140
E-mail: innawatijusup@yahoo.com
ABSTRAK
Latar belakang: Flufenazin dekanoat merupakan injeksi jangka panjang antipsikotik digunakan
pada penderita skizofrenia. Penggunaan jangka panjang akan meningkatkan stress oksidatif
yang berdampak kerusakan sel. Malondialdehid (MDA) merupakan salah satu parameter stress
oksidatif. Ekstrak kulit manggis mengandung xantin sebagai antioksidan yang dapat
menghambat proses stress oksidatif.
Metode: Penelitian true experimental dengan post test only control gorup design. Sampel tikus
jantan galur wistar, umur 3 bulan, berat badan 170-230 g, sehat, perlakuan selama 8 minggu.
Kelompok kontrol (K1) injeksi sesame oil, kelompok perlakuan (P1) injeksi flufenazin
dekanoat 2mg/KgBB, kelompok perlakuan (P2) injeksi flufenazin dekanoat 2mg/KgBB dan
ekstrak kulit manggis 600mg/KgBB. Kadar MDA di analisa dengan spektrofotometer panjang
gelombang 545 nm.
Hasil: Kadar MDA rerata±SB kadar MDA tiap kelompok adalah K=6.52±1.03, P1=7.47±1.26,
P2=6.44±0.78. dan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok (p<0.05).
Simpulan: Terdapat efek ekstrak kulit manggis terhadap penurunan kadar MDA pada tikus
terpapar flufenazin dekanoat.
utama reaksi radikal bebas dan lipid. 4,5,6 mg/KgBB/minggu secara injeksi
Salah satu cara untuk mencegah kerusakan intramuskuler. Setelah adaptasi 1 minggu,
sel karena peningkatan stres oksidatif tikus dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu
dengan meningkatan aktivitas pertahanan kelompok kontrol negatif yang diberi diet
biologis melalui antioksidan. Cara yang basal (K), kelompok yang diberi diet basal
mudah untuk menigkatan antioksidan yaitu dan injeksi flufenazin dekanoat (P1), dan
diet mengandung tinggi antioksidan.7 kelompok yang diberi diet basal, injeksi
Manggis adalah tanaman tropis terdapat flufenazin dekanoat dan ekstrak kulit manggis
di Indonesia.1,2 Kulitnya berwarna hitam (P2). Penelitian dilakukan selama 8 minggu.
ungu hingga merah ungu, dagingnya Setelah 8 minggu seluruh sampel
berwarna putih, berbentuk bulat dengan dikorbankan dengan menggunakan eter dan
diameter 5-7cm.1 Di Indonesia manggis diambil darahnya melalui aorta, kemudian
merupakan salah satu tanaman yang dilakukan pemeriksaan kadar MDA dengan
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. metode TBARS.
Berbeda dengan buah-buahan lainnya
keunggulan tanaman manggis terletak pada Analisis data
kulit buahnya.2 Kulit manggis mengandung
komponen bioaktivitas yaitu polifenol Untuk melihat efek ekstrak kulit
seperti xantin, flavonoid, benzofenol.8,10,11 manggis terhadap kadar MDA darah tikus
Berdasarkan penelitian, kulit manggis wistar terpapar flufenazin dekanoat, maka
memiliki kadar xantin yang tinggi sebagai masing-masing perlakukan dilakukan uji
antioksidan.9 , 1 0 , 1 1 , 1 2 , 1 3 statistik dengan menggunakan program
Penelitian ini dilakukan untuk komputer IBM SPSS Stastitics 22 for
membuktikan efek pemberian ekstrak kulit Windows. Data akan dinilai sebaran
manggis terhadap MDA darah tikus terpapar distribusinya dengan uji Saphiro Wilk dan
flufenazin dekanoat. kesamaan varians dengan uji varians
(Levene’s Test) lalu dilanjutkan dengan one-
METODE PENELITIAN way ANNOVA kemudian dilanjutkan dengan
post hoc dengan derajat kepercayaan 95%.
Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Bersama Fakultas Kedokteran HASIL
UNDIP pada selama 8 minggu. Jenis
penelitian ini adalah penelitian MDA merupakan senyawa
eksperimental dengan pendekatan post test thiobarbiturat produk utama reaksi radikal
only controlled group design. Populasi bebas dan lipid yang terdapat di darah serta
adalah tikus wistar jantan umur 3 bulan, digunakan sebagai salah satu parameter
berat badan 170-230 gram, tampak sehat. untuk menilai stres oksidatif. Pengaruh
Sampel diambil 15 ekor secara simple pemberian ekstrak kulit manggis terhadap
random sampling. Ekstrak kulit manggis MDA darah tikus wistar terpapar flufenazin
diperoleh dari apotek dan diberikan pada dekanoat dilihat pada Tabel 1.
dosis 600 mg/KgBB/hari secara oral,
flufenazin dekanoat diperoleh dari apotek
dan diberikan pada dosis 2
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 142
E-mail: wahyu.grimjow@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Newcastle Disease merupakan penyakit viral pada unggas yang disebabkan oleh
virus Newcastle Disease (ND). Virus ND merupakan virus dengan materi genetik ss-RNA, sense
negatif, mempunyai amplop dan tidak bersegmen. Infeksi oleh virus ND pada unggas, terutama
ayam menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi tergantung dari patotipe virus
ND yang menginfeksi. Penentuan patotipe virus ND yang cepat, sangat dibutuhkan terutama dalam
usaha pencegahan dan pengendalian penyakit ND pada unggas. Penelitian ini bertujuan
membandingkan hasil penentuan patotipe virus ND pada ayam kampung dengan metode RT-PCR
dan REA yang menggunakan enzim endonuklease restriksi Hin1l, dengan metode sekuensing
DNA pada gen penyandi protein F virus ND yang telah umum digunakan sebagai metode
penentuan patotipe virus ND. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu didapatkannya
metode yang lebih cepat serta akurat dalam penentuan patotipe virus ND.
Metode: Sebanyak empat isolat virus ND yang diisolasi dari ayam kampung dan satu isolat virus
ND sebagai kontrol positif digunakan sebagai sampel pada penelitian ini. Ekstraksi dilakukan dari
kelima sampel tersebut untuk mendapatkan RNA virus yang digunakan sebagai template pada
proses amplifikasi gen penyandi protein F virus ND dengan metode RT-PCR. Produk RT-PCR
kemudian divisualisasikan pada gel agarose 1,2%. Dengan metode restriction endonucelase
analysis (REA), selanjutnya produk RT-PCR yang muncul dipotong dengan enzim Hin1l dan
divisualisasikan pada gel agarose 2,5% untuk diamati pola fragmen DNAnya. Di sisi lain produk
RT-PCR dipurifikasi dan sekuensing untuk dianalisis sekuen gen penyandi protein F virus ND.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil amplifikasi pada kelima sampel isolat virus
ND yang digunakan, muncul fragmen DNA sebesar 363 bp yang merupakan produk RT-PCR pada
semua sampel. Hasil pemotongan fragmen DNA pada kelima sampel tersebut dengan enzim Hin1l
menunjukkan bahwa empat isolat ND yang diisolasi dari ayam kampung merupakan virus ND
dengan patotipe virulen, sedangkan pada kontrol positif merupakan virus ND yang avirulen. Hasil
penentuan patotipe virus ND pada ayam kampung dengan metode RT-PCR dan REA ini juga
menunjukkan kesesuaian yang tinggi dengan hasil patotipe virus ND dengan metode sekuensing
DNA yang sudah umum digunakan. Metode RT-PCR dan REA dengan enzim Hin1l ini memiliki
keunggulan dalam hal kecepatan hasil (±1 hari), sedangkan metode patotipe konvensional
membutuhkan waktu ±3-8 hari.
Simpulan: Metode RT-PCR dan REA dengan enzim Hin1l ini diharapkan dapat digunakan
sebagai metode diagnosis rutin pada kasus infeksi virus ND pada ayam kampung yang ditemukan
di lapangan.
Kata kunci: Newcastle disease, RT-PCR, REA, sekuensing DNA, ayam kampung
145
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 146
Gambar 1. Hasil Amplifikasi Gen Penyandi Protein F (363 bp). Lajur M adalah DNA
Ladder 100 bp, Lajur K+ adalah Kontrol Positif, Lajur K- adalah kontrol negatif, Lajur KP1-
KP4 adalah sampel ayam kampung
Gambar 2. Pola pemotongan menggunakan enzim restriksi Hin1l. Lajur M adalah DNA
ladder 100bp, lajur K+ adalah kontrol positif ND avirulen, lajur KP1-KP4 adalah sampel,
lajur N adalah sampel KP4 yang tidak diberi enzim restriksi.
148
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 149
Proses dilanjutkan dengan identifikasi patotipe fragmen gen target penyandi protein F virus
isolat tersebut menggunakan metode ND.9
Restriction Endonuclease Analysis (REA). Pada proses REA digunakan Enzim
Penelitian ini menggunakan enzim Hin1l Hin1l yang berasal dari bakteri Haemophylus
sebagai enzim restriksi. Hasil pemotongan influenza RFL1. Menurut Mase dan Kanehira
dengan metode REA dapat dilihat pada (2012), enzim restriksi ini dapat membedakan
Gambar 2. virus ND virulen dan avirulen berdasarkan pola
pemotongannya. Enzim ini akan memotong
PEMBAHASAN pada urutan nukleotida 5’…G R↓ C G Y
C…3’ dan 3’…C Y G C↓R G…5’ dimana R
RT-PCR dengan primer A+B adalah basa purin yaitu adenin atau guanin
mengkonfirmasi bahwa semua isolat sampel (A/G) dan Y adalah basa pirimidin yaitu sitosin
yang diperoleh terdeteksi positif ND. Dari hasil atau timin (C/T).8 Analisis lokasi pemotongan
elektroforesis produk RT-PCR dapat terlihat atau restriction site dari enzim Hin1l dilakukan
kontrol positif (K+) dan isolat sampel KP1- menggunakan program CLC Sequence Viewer
KP4 memiliki fragmen DNA dengan besar 363 7.5. Posisi restriction site dari enzim Hin1l
bp yang merupakan produk amplifikasi dari dapat dilihat pada Gambar 3.
Virus ND virulen tidak memiliki dengan temuan Mase dan Kanehira (2012),
restriction site Hin1l, sehingga tidak terpotong dengan menggunakan primer berbeda
oleh pemberian enzim ini setelah diinkubasi menemukan 3 restriction site dengan 4
pada suhu 37°C selama 3 jam. Virus ND potongan fragmen DNA pada strain virus ND
avirulen memiliki 2 restriction site Hin1l yaitu avirulen, sedangkan pada strain virulen tidak
pada nukleotida nomor 251 dan 262 sehingga terdapat restriction site sama sekali sehingga
menghasilkan 3 pola pemotongan dengan besar tidak terdapat adanya pola pemotongan.8
11 bp, 101 bp, dan 251 bp. Hal ini berbeda
149
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 150
Pada elektroforesis produk RT-PCR-REA oleh berbagai protease sel hospes. Oleh sebab
diperoleh gambaran isolat strain virulen (KP1, itu prediksi patotipe dan diagnosa virulensi
KP2, KP3, KP4) tidak memiliki restriction site virus ND dapat dilakukan menggunakan
sehingga produk RT-PCR tersebut tidak analisis sekuen daerah cleavage site tersebut.10
terpotong (hanya terlihat satu fragmen DNA Hasil sekuensing dianalisa menggunakan
dengan ukuran 363 bp). Sebaliknya pada program Molecular Evolution Genetics
kontrol positif (K+) yang menggunakan isolat Analysis (MEGA). Analisis sekuensing
virus ND dari ayam broiler memperlihatkan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara
adanya dua fragmen DNA yang masing-masing sampel positif pada penelitian ini dengan
berukuran 251 bp dan 101 bp sehingga database yang terdapat di Genbank serta
termasuk ke dalam strain avirulen. Isolat KP1, meneguhkan metode penentuan patotipe virus
KP2, KP3, dan KP4 secara tegas termasuk ke ND dengan RT-PCR-REA dengan
dalam strain virulen karena tidak membentuk menganalisis motif asam amino penyusunnya.
potongan fragmen DNA seperti halnya pada Pada penelitian ini digunakan enam sekuen
kontrol positif. Seharusnya dapat terlihat tiga virus ND dari Genbank sebagai pembanding
fragmen DNA pada hasil elektroforesis yaitu isolat Bali, Sukorejo, Japan, Japan Anas,
tersebut jika isolat merupakan strain virus ND China, dan Taiwan. Urutan asam amino hasil
virulen, namun karena ukuran fragmen DNA sekuensing virus ND pada Sampel KP1, KP2,
yang ke-3 sangat kecil (11 bp) sehingga tidak KP3 dan KP4 serta perbandingan dengan
memungkinkan untuk divisualisasi bersama database Genbank pada daerah cleavage site
dengan dua fragmen DNA lainnya pada (asam amino ke112-117) dapat dilihat pada
medium gel agarose. Jumlah dan besar Tabel 3.
potongan fragmen DNA yang terbentuk pada Berdasarkan penelitian Qin et al., (2008)
hasil restriksi dengan enzim Hin1l disajikan dan Leeuw et al., (2003), virus ND yang
pada Tabel 2. bersifat virulen akan memiliki sekuen asam
Analisis pada level molekuler selanjutnya amino 112R/K-R-Q-K/R-R116 pada C terminus
dilakukan dengan sekuensing produk RT-PCR F2 protein dan fenilalanin (F) pada residu 117
dari keempat isolat sampel virus ND. Senada di N-terminus F1 protein. Berbeda dengan
dengan yang dikemukakan oleh Kant et al. sekuen pada strain avirulen yang memiliki
(1997) bahwa metode RT-PCR yang motif asam amino 112G/E-K/R-Q-G/E-R116
dikombinasikan dengan sekuensing nukleotida pada C-terminus F2 protein dan Leusin (L)
juga dapat digunakan untuk diagnosa cepat pada residu asam amino 117.5, 11 Menurut
Newcastle disease serta untuk memprediksi petunjuk yang dikeluarkan oleh Organisasi
patotipe isolat virus ND tersebut, baik strain Kesehatan Hewan Dunia/ OIE (2012), virus
virulen, moderat virulen dan avirulen ND virulen memiliki sekuen asam amino
112
berdasarkan motif yang terlihat pada daerah R/G/K-R-Q/K-K/R-R116 pada C-terminus
cleavage site protein F.9 Menurut Fazel et al. protein F2 dan fenilalanin (F) pada residu 117
(2012), protein fusion (F) yang dikode oleh gen di N-terminus protein F1, dibandingkan dengan
F akan membelah menjadi F2-F1 protein lewat sekuen 112G-R/K-Q-G-R-L117 pada cleavage
pembelahan translasional menggunakan site virus ND avirulen.13
protease sel hospes. Tipe virus ND virulen
memiliki multiple asam amino basa pada
cleavage site protein F sehingga dapat dikenali
150
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 151
dengan isolat Bali dan sampel Ayam kampung sampel KP1, KP2, KP3 dan KP4 termasuk ke
(KP1, KP3, KP4) yang memiliki empat asam dalam strain virulen mesogenik. Pohon
amino basa (2 pasang asam amino basa). filogenetik isolat virus ND dari ayam kampung
Terlebih pada sampel ayam kampung (KP4) dibandingkan dengan isolat dari database
yang memiliki 5 asam amino basa (motif sama Genbank menggunakan metode neighbour
dengan isolat Sukorejo). Dengan metode joinning dengan bootstrap 1000 dapat dilihat
sekuensing dapat diidentifikasi bahwa isolat pada Gambar 4.
Tabel 4. Perbandingan waktu yang diperlukan pada penentuan patotipe virus ND dengan beberapa metode
In vivo test
Metode RT-PCR-REA MDT ICPI
(ICPI, IVPI)
Kecepatan ± 1 hari.7, 9, 14 Pengamatan - Pengamatan sampai 8 hari.12, 13 ± 4-7 hari.15
Hasil 3-4 hari - Paling cepat 5 Hari.9
152
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 153
Berdasarkan hasil penelitian dapat 1. Quinn, P.J., Markey, B.K., Carter, M.E.,
diambil kesimpulan bahwa penentuan patotipe Donelly, W.J., Leonard, F.C. Veterinary
Microbiology and Microbial Disease.
virus ND dapat dilakukan menggunakan Blackwell Science. Blackwell Publishing
metode kombinasi RT-PCR-REA Company. 2002:381-387.
menggunakan enzim Hin1l pada produk 2. Ahmadi E, Pourbakhsh SA, Ahmadi, M.,
amplifikasi DNA daerah cleavage site protein Talebi, A. Pathotypic characterization of the
F. Terdapat kesesuaian hasil penentuan Newcastle Disease virus isolated from
patotipe virus ND antara penggunaan metode commercial poultry in northwest Iran. Turk. J.
Vet. Anim. Sci. 2014;38:383-387.
RT-PCR-REA dengan metode analisa
sekuensing DNA pada isolat sampel virus 3. Oberdorfer A, dan Werner, O. Newcastle
Disease virus : detection and characterization
strain virulen asal ayam kampung. Metode RT- by PCR of recent German isolates differing in
PCR-REA dapat diterapkan sebagai metode pathogenecity. Avian Pathology.1998;27: 237-
diagnosis cepat penentuan patotipe virus ND 243.
pada kasus lapangan (±1 hari), sedangkan 4. Akram R, Rizvi F, Anjum AD, Mubarak A.
metode patotipe konvensional membutuhkan Pathogenecity of field isolates of Newcastle
waktu ±3-8 hari. Disease Virus. Pakistan J Bio Sci. 2000;3 (7):
1083-1085.
Kedepan disarankan agar dipergunakan
5. Leeuw OS, Hartog L, Koch G, Peeters PH.
sampel lapangan murni tanpa dilakukan
Effect of fuion protein cleavage site mutations
propagasi virus guna mengetahui efektifitas on virulence of newcastle disease virus: non
penentuan patotipe pada sampel dengan lot virulent cleavage site mutants revert to
virus yang sedikit. virulence after one passage in chicken brain. J
General Virol. 2003;84: 475-484.
UCAPAN TERIMA KASIH 6. Wise MG, Suarez DL, Seal BS, Pedersen JC,
Senne DA, King DJ, Kapczynski DR,
Penulis mengucapkan terimakasih
Spackman E. Development of Real-Time
kepada Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Reverse-Transcription PCR for Detection of
Wates di Yogyakarta dan Kepala Bagian Newcastle Disease Virus RNA. J Clin
Biokimia, Kedokteran Hewan. Universitas Microbiol. 2004;329-338.
Gadjah Mada (FKH-UGM) atas ijin 7. Ahmadi, E., Ahmadi, M., Pourbakhsh,S.A.,
penggunaan fasilitas laboratoriumnya. Ucapan Talebi, A. Detection and Differentiation of
Newcastle Disease Virus Strain Affectig
terimakasih juga disampaikan kepada Kepala Commercial Poultry in Northwest of Iran
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Using RT-PCR. Intern J Vet Scie.
Masyarakat (LPPM) UGM, Yogyakarta. 2013;2(4):138-142.
Penelitian ini didanai oleh Proyek Penelitian 8. Mase, M., dan Kanehira, K. Simple
Hibah Kompetensi Tahun Anggaran 2014-2015 Differentiation of Avirulent and Virulent
DP2M DIKTI Kemendiknas Republik Strains of Avian Paramyxovirus Seerotipe-1
(Newcastle Disease Virus) by PCR and
Indonesia Restriction Endonuclease Analysis in Japan. J.
Vet. Med. Sci.. 2012;74(12):1661-1664.
9. Kant, A., Koch, G., Roozelaar, D.J.V., Balk,
F., Huurne, A.T. Differentiation of Virulent
and Non-Virulent Strains of Newcastle
Disease Virus within 24 Hours by Polymerase
153
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 154
154
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 155
E-mail: ibuastuti99@gmail.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit jantung koroner merupakan penyakit nomor satu di negara maju
maupun di sekelompok masyarakat menengah keatas di negara berkembang. Kandungan kolesterol
tinggi di dalam bahan makanan adalah salah satu penyebab penyakit jantung koroner. Jika
kandungan kolesterol dalam bahan pangan hewani dapat dikurangi, maka formulasi dan
penggunaan produk hewani yang bergizi tinggi dalam diet dapat diatasi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik isolat BAL Streptococcus thermophillus dari
limbah ikan terhadap performan pertumbuhan ayam broiler yang meliputi pertambahan berat
badan, konsumsi pakan dan konversi pakan serta kadar kolesterol daging ayam broiler.
Metode: Materi penelitian ini adalah ayam broiler jantan Strain Lohmann produksi PT Multi
Breeder Adirama sebanyak 40 ekor umur 1 hari. Probiotik perlakuan isolat Bakteri Asam Laktat
(BAL) yang digunakan dalam penelitaian ini adalah bakteri Streptococcus thermophillus dalam
bentuk freeze drying yang berasal dari Laborataorium Biokimia Nutrisi, Fakultas Peternakan,
UGM. Perlakuan I sebagai control (tanpa BAL) perlakuan II jumlah BAL adalah 106CFU/ml,
perlakuan III jumlah BAL adalah 107CFU/ml, perlakuan IV junlah sel BAL adalah 108 CFU/ml.
Pencatatan data untuk performan dilakukan setiap minggu meliputi pertambahan berat badan dan
konsumsi pakan. Pengambilan data untuk kadar kolesterol daging dilakukan pada akhir penelitian.
Data yang diambil meliputi: pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan serta
kadar kolesterol daging ayam broiler.
Simpulan: Hasil ini mengindikasikan bahwa pemberian probiotik pada peternakan ayam dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi peningkatan kualitas daging.
mempunyai kemampuan spesifik akan efektif susu skim yang difermentasi dengan
apabila dapat bertahan dengan kondisi yang Lactobacillus acidophilus dapat menurunkan
ada dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu level serum kolesterol.8
strain dari Bakteri Asam Laktat tersebut harus Penelitian ini bertujuan untuk
tahan terhadap garam empedu dan kondisi pH mengetahui pengaruh pemberian isolat BAL
lambung (pH 1-2) apabila dikonsumsi. Strain dari limbah ikan sebagai probiotik yang
BAL yang potensial yang akan diberikan pada ayam broiler melalui air
dikomersialkan sebagai produk probiotik minum dengan cara diminumkan
harus memiliki viabilitas yang tinggi dan menggunakan spet dengan jumlah 1,5 ml per
stabil selama prosesing. Beberapa proses oral terhadap penampilan ayam yang meliputi
produksi menggunakan freeze drying maupun pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan
spray drying seringkali menyebabkan konversi pakan serta kadar kolesterol daging
terjadinya penurunan viabilitas sel sehingga ayam broiler. Disamping itu dengan adanya
dapat mempengaruhi produk yang dihasilkan penelitian ini diharapkan nantinya akan
(bio massa sel BAL). terwujud suatu usaha peternakan ayam broiler
Akhir-akhir pemanfaatan probiotik yang lebih sehat karena kandungan
sebagai upaya dalam peningkatan kesehatan kolesterolnya tidak terlalu tinggi. Penelitian
tubuh termasuk di dalamnya penurunan kadar ini diharapkan juga dapat bermanfaat untuk
kolesterol telah banyak dilakukan. Probiotik perkembangan Ilmu Pengetahuan di bidang
adalah kultur tunggal atau campuran dari peternakan.
mikroorganisme hidup yang apabila diberikan
ke manusia atau hewan akan berpengaruh METODE PENELITIAN
baik, karena dapat menekan pertumbuhan
bakteri patogen yang ada di usus manusia atau Pelaksanaan Pemeliharaan
hewan.5 Banyak peneliti telah membuktikan Kandang dan peralatannya sebelum
pentingnya peranan mikroflora atau bakteri digunakan untuk penelelitian terlebih dahulu
saluran pencernaan bagi kesehatan, di disucihamakan dengan menggunakan brochid.
antaranya adalah bakteri asam laktat.6 Bakteri Vaksinasi dilakukan 2 kali yaitu vaksinasi
ini berperan positif dalam menjaga ND-1 pada umur 3 hari dan ND-2 pada umur
keseimbangan mikroflora usus serta 20 hari. Pakan disusun berdasarkan hasil
membantu meningkatkan sistem kekebalan pertimbangan dari tabel komposisi bahan
tubuh, yang dikenal sebagai efek probiotik. menurut NRC (1994).9 Pakan dan air minum
Pemberian probiotik pada ayam akan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00
memberikan dampak positif, yaitu dapat dan pukul 15.30 WIB. Probiotik diberikan
memperbaiki kesehatan atau produktifitas setiap sore hari melalui air minum dengan cara
ayam, mengubah komponen dan diminumkan menggunakan spet dengan
keseimbangan mikroflora dalam saluran jumlah 1,5 ml per oral.
pencernaan ayam. Pemberian probiotik
Lokasi dan Waktu Penelitian
(probiolac pada taraf 100 mg/kg ransum) dapat
Penelitian ini dilaksanakan selama 35
memperbaiki produksi telur, berat kerabang dan
hari di kandang ternak unggas Laboratorium
tebal kerabang telur serta menurunkan kadar
Biokimia Nutrisi, Jurusan Nutrisi dan
kolesterol pada kuning telur.7 Penelitian
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan
terdahulu menyebutkan bahwa pemberian
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 158
Tabel 1. Pengaruh pemberian BAL terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan
konversi pakan.
Perlakuan Significantly
R-0 R-1 R-2 R-3
Konsumsi pakan 91,42ab 95,41a 85,31b 86,38ab *
(g/ekor/hari)
Pertambahan berat badan 44,07ab 47,14a 45,03ab 43,28b *
(g/ekor/hari)
Konversi pakan 2,10 2,08 2,04 2,01 ns
Keterangan kelompok: R-0: Kelompok tanpa pemberian BAL (kontrol); R-1: diberi dosis BAL 106
CFU/ml; R-2: diberi dosis BAL sebesar 107 CFU/ml; R-3: diberi dosis BAL 108 CFU/ml. Keterangan
huruf: superskrip berbeda (ab) menunjukkan perbedaan yang nyata (p< 0,05). NS = non significant
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 159
92 45.5
90 45
Series 1 Series1
88 44.5
86 44
84 43.5
43
82
42.5
80
42
R-0 R-1 R-2 R-3
R-0 R-1 R-2 R-3
Perlakuan
Perlakuan
Semua jenis hewan akan mengalami memiliki peranan yang penting dalam proses
proses pertumbuhan yang sama, yakni pada pencernaan dan penyerapan pakan. Mikroflora
awal pertumbuhan mereka begitu sangat ini berperan dalam metabolisme nutrient
cepat. Tetapi proses pertumbuhan berikutnya seperti karbohidrat, protein, lipida dan
semakin lama kian menurun, bahkan pada mineral, juga dalam sintesa vitamin.
umur tertentu terhenti sama sekali. Kecepatan Berbagai macam bakteri patogen dapat
pertumbuhan (growth rate) pada unggas menyebabkan penyakit pada ayam,
biasanya diukur melalui pertambahan berat diantaranya dari famili Enterobacteriaceae
badan, dengan menimbang ayam yang telah antara lain adalah Salmonella dan Escherechia
diteiti berdasarkan satuan waktu tertentu. coli. Bakteri patogen ini dapat menyebabkan
Pengukuran pertumbuhan ternyata bermacam- penyakit diare dan pullorum yang banyak
macam, namun demikian pada azaznya sama ditemukan di industri perunggasan di
ialah berdasarkan penimbangan berat badan. Indonesia. selain kedua bakteri tersebut masih
Setelah diberi perlakuan, tampak bahwa banyak bakteri patogen lain yang menjadi
ayam yang diberikan perlakuan memiliki berat penyebab penyakit pada ayam dan
badan yang lebih besar daripada ayam yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan
tidak diberikan perlakuan. Hal ini dapat ayam.
dikatakan bahwa probiotik dapat
meningkatkan berat badan ayam. Saluran Konversi Pakan
pencernaan baik pada manusia maupun pada Konversi pakan diperlukan untuk
hewan terdiri dari bermacam-macam jenis menggambarkan sejauh mana efektivitas
bakteri. Keberadaan bakteri ini disebabkan biologis pemanfaatan zat gizi dalam pakan.
karena adanya interaksi bakteri dari Semakin rendah nilai konversi pakan, semakin
lingkungan sekitarnya yang mengkontaminasi tinggi tingkat efisiensi penggunaan pakannya.
tubuh ayam melalui pakan. Dilingkungan Dari hasil penelitian tidak ada perbedaan yang
yang normal, saluran usus pada anak ayam nyata (P < 0,05) diantara perlakuan. Konversi
terkolonisasi dengan mikroorganisme. pakan diberi probiotik BAL pada perlakuan
Umumnya sumber mikroflora usus adalah dari pakan semakin menurun dibandingkan dengan
permukaan telur yang tidak steril sebagi hasil kontrol yaitu tanpa pemberian probiotik. Hasil
kontak induk dengan sangkarnya.15 BAL yang dari konversi pakan dapat dilihat pula pada
ada pada saluran pencernaan merupakan Gambar 3.
mikrobia yang paling dominan. Keseimbangan 2.12
ini akan bergeser apabila hewan tersebut 2.1
Konversi Pakan (ns)
Konversi pakan ayam yang diberi penggunaan probiotik pada hewan ternak
probiotik BAL lebih rendah dari kontrol. Ini antara lain dapat memacu pertumbuhan,
merupakan indikasi bahwa pemberian memperbaiki konversi ransum.12,13 Pemberian
probiotik pada peternakan ayam dapat probiotik pada ayam brolier dilaporkan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi memperbaiki pertumbuhan dan angka
peningkatan kualitas, karena perlakuan yang konversi pakan.
diberi tambahan probiotik konversi pakannya
menurun. Konversi pakan pada perlakuan Kadar Kolesterol Daging
pemberian probiotik lebih rendah dari kontrol Setelah 35 hari seluruh ayam dipotong
menunjukkan bahwa semakin kecil jumlah untuk diambil dagingnya.. Daging ayam yang
pakan yang dibutuhkan akan menghasilkan diambil adalah pada bagian dada. Hasil
pertambahan berat badan ayam yang berarti. analisis statistik diketahui pengaruh
Hal ini sesuai dengan penelitian pemberian probiotik BAL terhadap kandungan
selanjutnya yaitu beberapa keuntungan dari kolesterol dagin dapat dilihat pada tabel 2.
160
140
dibandingkan dengan kontrol. 120
100 Series 1
Berdasarkan Gambar 4, penurunan kadar 80
60
kolesterol daging tertinggi yaitu perlakuan R- 40
sebesar 127,9 diikuti perlakuan R-2 pemberian R-0 R-1 R-2 R-3
Perlakuan
BAL 107 CFU/ml sebesar 143,02 kemudian
baru perlakuan R-1 pemberian BAL 106 CFU Gambar 4. Grafik Kadar Kolesterol Daging
sebesar 153,5. Hal ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian mengenai efek Berdasarkan Gambar 4, penurunan kadar
hipokolesterolemik yogurt yang kolesterol daging tertinggi yaitu perlakuan R-
disuplemenisasi probiotik Indigenous pada 3, yaitu pemberian BAL 108 CFU/ml yaitu
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 162
sebesar 127,9 diikuti perlakuan R-2 pemberian empedu sekunder dan dikeluarkan bersama
BAL 107 CFU/ml sebesar 143,02 kemudian feses. Semakin tinggi akivitas enzim bile salt
baru perlakuan R-1 pemberian BAL 106 CFU hidrolase dalam mendekonjugasi asam
sebesar 153,5. Hal ini sesuai dengan penelitian empedu, semakin banyak asam empedu yang
sebelumnya yaitu penelitian mengenai efek akan dikeluarkan. Tubuh akan membentuk
hipokolesterolemik yogurt yang asam empedu baru untuk menggantikan asam
disuplemenisasi probiotik Indigenous pada empedu yang dikeluarkan. Pembentukan asam
tikus hasilnya bisa menurunkan kadar empedu baru ini membutuhkan kolesterol
kolesterol darah sampai 36,14%.16 sebagai prekursor sehingga level kolesterol
Beberapa peneliti mengusulkan serum akan menurun.
mekanisme penurunan kolesterol oleh bakteri Hasil ini didukung oleh penelitian yang
probiotik, diantaranya: asimilasi kolesterol, dilakukan Rodas dkk pada babi
17
dekonjugasi asam empedu. Penurunan hiperkolesterol. Hasil penelitiannya
kolesterol oleh biomassa sel S. thermopillus menunjukkan bahwa pemberian Lactobacillus
pada penelitian ini diduga secara tidak acidophillus dapat menurunkan kolesterol
langsung karena terjadinya dekonjugasi garam serum lebih besar dibanding tanpa pemberian
empedu. bakteri ini. Pemberian Lactobacillus reuteri
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar CRL 1098 pada tikus hiperkolesterol dapat
kolesterol daging ayam broiler hasilnya menurunkan kolesterol serum sebesar 38%.
berbeda nyata (P<0,05). Kadar kolesterol pada Penemuan ini kemungkinan disebabkan
R-1, R-2, R-3 turun secara signifikan (P<0,05) dekonjugasi asam empedu.18 Adanya
jika dibandingkan dengan kontrol. Penurunan penurunan kolesterol serum pada tikus yang
kadar kolesterol daging tertinggi yaitu diberi susu yang disuplementasikan dengan
perlakuan R-3, yaitu pemberian asam laktat Lactobacillus gasseri SBT 0270 (non
108 CFU/ml yaitu sebesar 127,9 diikuti fermentasi) karena terjadinya dekonjugasi
perlakuan R-2 pemberian asam laktat 107 garam empedu.19
CFU/ml sebesar 143,02 kemudian baru Hasil penelitian terhadap ayam yang
perlakuan R-1 pemberian asam laktat 106 CFU diberi probiotik S. thermopillus sebesar 108
sebesar 153,5. Beberapa peneliti mengusulkan CFU/ml menunjukkan kadar kolesterol daging
mekanisme penurunan kolesterol oleh bakteri dan kadar kolesterol darah paling rendah
probiotik, diantaranya: asimilasi kolesterol, dibandingkan dengan R-0, dan R-1, R-2. Hal
dekonjugasi asam empedu. Penurunan ini diduga karena adanya jumlah sel yang
kolesterol oleh biomassa sel S. thermopillus lebih banyak pada kelompok ini (108 cfu/ml).
pada penelitian ini diduga secara tidak Semakin banyak asupan sel probiotik,
langsung karena terjadinya dekonjugasi garam semakin banyak pula sel yang dapat bertahan
empedu. Pada mekanisme secara tidak melewati saluran pencernaan sampai ke usus
langsung, empedu yang sampai ke ileum dan besar sehingga level kolesterol daging.
cecum akan didekonjugasi oleh S. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
thermopillus dan membentuk asam empedu dengan pemberian bakteri asam laktat dapat
primer. Dekonjugasi terjadi karena adanya menurunkan kadar kolesterol darah ayam
enzim bile salt hidrolase yang dihasilkan broiler. Hal ini dapat terjadi karena bakteri
bakteri ini. Asam empedu primer akan asam laktat mempunyai kemampuan untuk
mengalami dehidroksilasi menjadi asam melakukan dekonjugasi garam empedu.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 163
Pada mekanisme dekonjugasi garam semakin cepat dan akhirnya dapat mengurangi
empedu, penurunan kolesterol terjadi secara penumpukan kolesterol.
tidak langsung dan terjadi selama siklus Pada penelitian ini terlihat bahwa
enterohepatik. Pada mekanisme ini perlakuan pemberian bakteri asam laktat 107
diterangkan bahwa kolesterol merupakan cfu/ml (R2) dan pemberian bakteri asam laktat
komponen penyusun asam empedu sehingga 108 cfu/ml (R3) mampu menurunkan
katabolisme dan pengeluaran asam empedu kolesterol secara nyata. Hal ini mungkin
bersama feses akan berakibat pada penurunan disebabkan karena jumlah sel yang diberikan
kadar kolesterol. pada perlakuan R2 dan R3 lebih banyak yaitu
Asam empedu utama yang disintesis dari 107 cfu/ml dan 108 cfu/ml dibanding
kolesterol di hati adalah asam kolat dan asam perlakuan R1 yang hanya 106 cfu/ml. Jumlah
kenodeoksikolat. Kedua asam empedu sel yang lebih banyak sangat menentukan
tersebut dapat berkonjugasi dan dapat pula terjadinya penurunan kolesterol. Dapat
mengalami dekonjugasi. Asam empedu primer dikatakan bahwa pada penelitian ini yang
ini berkonjugasi dengan glisin dan taurin serta paling efektif untuk menurunkan kolesterol
disimpan dalam bentuk asam empedu adalah pada perlakuan R3 yaitu dengan
terkonjugasi di dalam empedu untuk disekresi jumlah sel yang paling banyak 108 cfu/ml.
bertahap pada saluran pencernaan. Asam Semakin banyak intake sel probiotik, maka
empedu terkonjugasi disekresikan ke dalam semakin banyak pula yang dapat bertahan
usus halus untuk membantu absorbsi lemak, melewati saluran pencernaan dan sampai di
kolesterol, dan vitamin larut lemak. Dalam usus besar karena di usus besar inilah terjadi
ileum dan caecum, asam empedu terkonjugasi proses dekonjugasi garam empedu.
akan didekonjugasi oleh bakteri membentuk Kemampuan bakteri asam laktat untuk
lithokolat dan deoksikolat. Sebanyak ± 97% melakukan dekonjugasi garam empedu
asam empedu terkonjugasi diabsorbsi dari menunjukkan bahwa bakteri yang diteliti
usus halus dan dikembalikan ke hati oleh berpotensi sebagai probiotik yang dapat
sirkulasi portal hepatik. Sejumlah kecil garam menurunkan kadar kolesterol. Seperti yang
empedu (250-400 mg) yang tidak diabsorbsi dijelaskan oleh penelitian terdahulu bahwa
dalam proses ini akan hilang dan keluar kemampuan untuk melakukan dekonjugasi
bersama feses sebagai asam empedu bebas. garam empedu merupakan mekanisme utama
Sifat asam empedu bebas di antaranya kurang penurunan kadar kolesterol. Penurunan kadar
larut dan kurang dapat diabsorbsi oleh lumen kolesterol yang terjadi akibat dari dekonjugasi
usus dibanding asam empedu terkonjugasi. garam empedu ini terjadi di saluran
Dekonjugasi asam empedu dapat pencernaan dan di dalam tubuh ayam.20
memacu penurunan kadar kolesterol daging Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan menaikkan pembentukan asam dengan pemberian bakteri asam laktat dapat
empedu baru yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar kolesterol daging ayam
mengganti yang hilang selama sirkulasi broiler. Hal ini dapat terjadi karena bakteri
enterohepatik, dimana pembentukannya asam laktat mempunyai kemampuan
memerlukan kolesterol sebagai perkursor. assimilasi kolesterol dan mendekonjugasi
Dengan demikian siklus ini akan berlangsung garam empedu. Kedua fenomena inilah yang
terus, sehingga katabolisme kolesterol menjadikan bakteri asam laktat mampu
menurunkan kadar kolesterol daging.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 164
Pada mekanisme assimilasi kolesterol, larut dan kurang dapat diabsorbsi oleh lumen
proses ini terjadi secara langsung. Pada proses usus dibanding asam empedu terkonjugasi.
ini terjadi pengikatan kolesterol oleh bakteri, Dekonjugasi asam empedu dapat memacu
sehingga sejumlah kolesterol tidak akan penurunan serum kolesterol dengan
tersedia di usus untuk di absorbsi ke dalam menaikkan pembentukan asam empedu yang
darah. Sebagian kolesterol yang terasimilasi baru yang dibutuhkan untuk mengganti yang
bergabung dengan membran sel bakteri.21 hilang selama sirkulasi enterohepatik, dimana
Assimilasi kolesterol ke dalam membran sel pembentukannya memerlukan kolesterol
meningkatkan ketahanan sel terhadap lisis. sebagai perkursor. Dengan demikian siklus ini
Asimlasi kolesterol oleh bakteri menyebabkan akan berlangsung terus, sehingga katabolisme
kolesterol tidak dapat diserap oleh tubuh kolesterol semakin cepat dan akhirnya dapat
sehingga akan dikeluarkan bersama feses. mengurangi penumpukan kolesterol.
Sementara itu pada mekanisme
dekonjugasi garam empedu, penurunan KESIMPULAN
kolesterol terjadi secara tidak langsung dan Berdasarkan hasil penelitian dapat
terjadi selama siklus enterohepatik. Pada disimpulkan bahwa pemberian probiotik
mekanisme ini diterangkan bahwa kolesterol bakteri asam laktat dari limbah ikan pada
merupakan komponen penyusun asam empedu ayam broiler dapat menurunkan konsumsi
sehingga katabolisme dan pengeluaran asam pakan, konversi pakan dan dapat
empedu bersama feses akan berakibat pada meningkatkan pertambahan berat badan yaitu
penurunan kadar kolesterol. Asam empedu pada perlakukan R-1 yaitu pemberian BAL
utama yang disintesis dari kolesterol di hati 106 CFU/ml. Pemberian probiotik bakteri
adalah asam kholat dan asam kenodeoksikolat. asam laktat juga dapat menurunkan kadar
Kedua asam empedu tersebut dapat kolesterol daging yaitu pada perlakukan R-3
berkonjugasi dan dapat pula mengalami dengan dosis Bal 108 CFU/ml.
dekonjugasi. Asam empedu primer ini
berkonjugasi dengan glisin dan taurin dan DAFTAR PUSTAKA
disimpan dalam bentuk asam empedu 1. Montgomery, R., R.L. Dryer, T.W. Conway
terkonjugasi di dalam empedu untuk disekresi and A.A. Spector. 1993. Biokimia. Jilid I.
Edisi IV (Terjemahan: M. Ismadi dan S.
bertahap pada saluran pencernaan. Asam Dawiesah). Gajah Mada University Press,
empedu terkonjugasi disekresikan ke dalam Yogyakarta.
usus halus untuk membantu absorbsi lemak, 2. Mayes, PA. 1999. Sintesis pengangkutan dan
kolesterol dan vitamin larut lemak. Dalam ekskresi kolesterol. Dalam Murray, RK, DK.
Granner, PA. Mayes, dan VW. Rodwell. Tras.
ileum dan caecum, asam empedu terkonjugasi Andry Hartono,. Biokimia Harper. ed. 24: 277.
akan di dekonjugasi oleh bakteri membentuk EGC. Jakarta: EGC
lithokolat dan deoksikolat. Sebanyak ± 97% 3. Gilliland, S.E., T.E and M.L. Speck. 1977.
asam empedu terkonjugasi di absorbsi dari Deconjugation of bile acids by intestinal
Lactobacilli. Appl. Environ. Microbial. 49:
usus halus dan di kembalikan ke hati oleh 377-381.
sirkulasi portal hepatik. Sejumlah kecil garam 4. Gilliland, S.E. and C.R. Nelson and C.
empedu (250-400 mg) yang tidak diabsorbsi Maxwell. 1985. Assimilation of cholesterol by
dalam proses ini akan hilang dan keluar Lactobacillus acidophilus. Appl. Environ,
Microbial. 49 : 377 – 381.
bersama feses sebagai asam empedu bebas.
Sifat asam empedu bebas diantaranya kurang
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 165
E-mail: amurdiati@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang: Koro pedang putih mulai banyak dibudidayakan di Indonesia karena kandungan
proteinnya cukup tinggi, koro pedang putih ini sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan sebagai
bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas protein koro pedang putih
berdasar nilai Protein Efficiency Ratio (PER).
Metode: Penelitian ini menggunakan 18 tikus Sprague-Dawley jantan lepas sapih yang dibagi
menjadi tiga kelompok, yaitu satu kelompok diberi pakan standar AIN 93-G, satu kelompok diberi
pakan tepung koro pedang putih mentah, dan satu kelompok diberi pakan tepung koro pedang
putih perlakuan water blanching dan perendaman. Intervensi pakan dilakukan selama 28 hari.
Asupan pakan dihitung setiap hari, sedangkan berat badan diamati setiap 3 hari.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai PER pakan standar sebesar 2,35 namun nilai
PER tepung koro pedang putih perlakuan water blanching dan perendaman sangat rendah yaitu
sebesar 0,34 sedangkan nilai PER tepung koro pedang putih mentah hanya sebesar –0,01.
Simpulan: Hal ini menunjukkan bahwa protein koro pedang putih tidak dapat diandalkan sebagai
pangan sumber protein tunggal namun harus dikonsumsi bersama-sama dengan sumber protein
lain untuk meningkatkan kualitas proteinnya.
Jika koreksi terhadap kasein = 2,5 maka PER terkoreksi dihitung dengan rumus:
Berdasarkan hasil uji kadar abu, 72,03%. Menurut Sridhar dan Seena (2006)
didapatkan hasil kadar abu tepung koro kadar karbohidrat pada Koro Pedang Putih
pedang mentah dan tepung koro pedang berkisar antara 45,8–65,4%.2 Pada penelitian
perlakuan secara berurutan adalah 3,23 dan ini, kadar karbohidrat ditentukan dengan
0,98%. Menurut Sridhar dan Seena (2006) perhitungan by-difference, sehingga
kadar abu Koro Pedang Putih berkisar antara penurunan kadar protein dan kadar abu tepung
2,30–5,80%.2 Perlakuan pendahuluan berupa koro pedang perlakuan, mengakibatkan
perendaman dan blanching pada pembuatan peningkatan kadar karbohidrat tepung koro
tepung dapat menurunkan kadar mineral pedang perlakuan.
secara signifikan.12 Penurunan kadar mineral
pada saat pre-treatment perendaman dan Konsumsi Pakan
blanching dapat disebabkan oleh leaching Pada penelitian ini, intervensi dilakukan
beberapa senyawa gizi ke dalam air selama 28 hari dengan pemberian pakan
perendaman.13 secara ad libitum. Jumlah pakan yang
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui dikonsumsi diakumulasi setiap tiga hari. Hasil
bahwa kadar karbohidrat pada tepung koro akumulasi pakan dalam tiga hari disebut
pedang mentah adalah 65,81% sedangkan jumlah konsumsi pakan dalam satu periode,
pada tepung koro pedang perlakuan adalah yang hasilnya dapat dilihat pada Gambar 1.
30
25
20
15 Standar
Perlakuan
10
Mentah
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berdasarkan pada Gambar 1 dapat tikus yang diberi pakan mengandung tepung
dilihat bahwa kelompok tikus yang diberi koro pedang perlakuan dan selanjutnya
pakan standar mengkonsumsi pakan yang kelompok tikus yang diberi pakan
paling banyak, kemudian diikuti kelompok mengandung tepung koro pedang mentah
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 171
180
160
140
120
100
Standar
80
Perlakuan
60 Mentah
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Berdasarkan konsumsi protein dan perlakuan sebesar 0,34 dan kelompok tikus
pertambahan berat badan tikus, maka nilai yang diberi pakan mengandung tepung koro
PER dapat dihitung, dan hasil perkitungannya pedang mentah sebesar -0,01. Nilai PER
dapat dilihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 tepung Koro Pedang Putih (Canavalia
tersebut dapat diketahui bahwa nilai PER ensiformis L.) perlakuan hasil penelitian ini
standar (kasein) pada penelitian ini sebesar mendekati nilai PER Canavalia maritima
2,36 sedangkan nilai PER kelompok tikus yaitu 0,38.16
Perbedaan nilai PER antara kasein dan amino Isoleusin dan Methionin.2 Hal ini dapat
tepung koro pedang menunjukkan perbedaan memengaruhi penggunaan protein tersebut di
kualitas protein dari kedua bahan tersebut. dalam tubuh.
Perbedaan kualitas protein tersebut dapat Hasil penelitian menunjukkan perbedaan
disebabkan oleh perbedaan jumlah dan jenis nilai PER antara tepung koro pedang mentah
asam amino yang terkandung dalam kasein dengan tepung koro pedang perlakuan. Nilai
dan dalam Koro Pedang Putih Kasein PER yang didapatkan untuk tepung koro
merupakan protein hewani yang memiliki pedang mentah -0,01. Nilai minus ini terjadi
komposisi asam amino lengkap, sedangkan karena berat tikus pada akhir penelitian lebih
koro pedang merupakan sumber protein rendah daripada berat tikus pada awal
nabati. Nilai gizi protein sebagian besar penelitian.
tergantung pada susunan serta konsentrasi Nilai PER yang didapatkan untuk tepung
asam amino esensialnya.6 Sebagian besar koro pedang perlakuan sebesar 0,36.
protein nabati, termasuk koro pedang, Meskipun nilai ini lebih tinggi daripada nilai
kekurangan satu atau lebih asam amino PER tepung koro pedang mentah, namun nilai
esensial. Koro pedang kekurangan asam PER ini sangat rendah bila dibandingkan
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 174
dengan nilai PER sumber protein lain. Nilai pada biji koro pedang. Namun, tampaknya
protein untuk sumber protein hewani seperti perlakuan blanching selama 10 menit yang
telur, ikan, dan daging relatif tinggi yaitu dilakukan pada penelitian ini belum mampu
berturut-turut sebesar 3,92; 3,55; dan 2,30, menghilangkan senyawa anti-tripsin yang
sedangkan sumber protein nabati lain terdapat pada biji Koro Pedang Putih.
meskipun memiliki nilai PER yang tidak
setinggi protein hewani, tetapi masih dapat SIMPULAN
dikategorikan sebagai sumber protein yang Berdasar hasil penelitian ini dapat
baik. Nilai PER kacang kedelai adalah 2,32; disimpulkan bahwa tepung Koro Pedang Putih
jagung sebesar 1,12 dan beras sebesar 2,18.17 yang diperoleh dari perlakuan blansing selama
Rendahnya nilai PER tepung koro pedang 10 menit dan perendaman selama 48 jam
kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, dengan penggantian air perendam setiap 12
antara lain masih adanya bau langu pada jam mempunyai nilai PER yang rendah (0,34).
tepung koro pedang sehingga tikus tidak Hal ini menunjukkan bahwa protein Koro
bernafsu untuk mengonsumsi akibatnya pakan Pedang Putih tidak dapat diandalkan sebagai
yang dikonsumsi jumlahnya tidak memenuhi pangan sumber protein tunggal namun harus
kebutuhan pakan untuk mencukupi kebutuhan dikonsumsi bersama-sama dengan sumber
energi basalnya, tingkat kecernaan protein protein lain untuk meningkatkan kualitas
yang rendahyaitu sebesar 24,74% untuk isolat proteinnya.
protein (Agnes-Murdiati not published), dan Guna memanfaatkan kandungan protein
adanya senyawa anti gizi pada tepung koro yang terdapat dalam koro pedang dan
pedang yang tidak hilang dengan perlakuan meningkatkan kualitas proteinnya perlu
yang diberikan. dilakukan kombinasi dengan pangan sumber
Nilai NPU tepung koro pedang adalah protein lain.
25,3-27,2%.18 Nilai NPU menunjukkan
perbandingan jumlah protein yang dapat UCAPAN TERIMA KASIH
digunakan oleh tubuh jumlah protein yang Ucapan terimakasih kami sampaikan
dikonsumsi.6 Selain rendahnya tingkat kepada Simlitabmas melalui Universitas
kecernaan protein, keberadaan zat anti gizi Gadjah Mada yang telah membiayai penelitian
juga dapat menyebabkan rendahnya nilai PER ini melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
pada tepung koro pedang. Salah satu zat anti (DIPA) UGM.
gizi yang terdapat pada Koro Pedang Putih
adalah anti-tripsin atau tripsin inhibitor.18 DAFTAR PUSTAKA
Anti-tripsin merupakan senyawa anti gizi yang
1. Anonim. Perspektif Baru Pembangunan untuk
umum terdapat pada kacang-kacangan.
Menanggulangi Krisis Pangan dan Energi.
Senyawa ini dapat memengaruhi penggunaan Bogor: Institut Pertanian Bogor; 2008.
protein dan metabolisme tubuh.19 2. Sridhar, K.R., dan Seena S.. Nutritional and
Penelitian lain menunjukkkan bahwa antinutritional significance of Four
Unconventional Legumes of The Genus
perlakuan perendaman dan perebusan dapat
Canavalia – A Comparative Study. Journal of
menurunkan kandungan anti-tripsin pada Food Chemistry;2006;99:267-288.
legum.20 Pada penelitian ini sudah dilakukan 3. Anonim, 2013. Pengolahan Kacang Koro
perlakuan blanching dan perendaman yang Pedang. http://cangkordang.blogspot.-
com/p/pengolahan.html. Diakses pada 7 April
dapat menurunkan kandungan anti-tripsin
2014.
PROSIDING SEMINAR ILMIAH PBBMI (2015) 175
4. AOAC. Official Methods of Analysis. 15th ed. 15. Anese, M., dan Sovrano, S. Kinetics of
Association of Official Analytical Chemists, Thermal Inactivation of Tomato
Washington, D.C;1990 Lipoxygenase. Food Chemistry; 2006; 95:
5. Reeves, P. G., Nielsen, F. H., dan Fahey, G. C. 131-137.
AIN-93 Purified Diets for Laboratory 16. Seena, S., Sridhar K.R., dan Ramesh S.R.
Rodents: Final Report of the American Nutritional and protein quality evaluation of
Institute Ad Hoc Writing Committee on the thermally treated seeds of Canavalia maritime
Reformulation of the AIN-76A Rodent Diet. in the rat. Nutrition Research
Agricultural research service, United States Journal;2005;25:587-596.
Departement of Agriculture; 1993. 17. Broody, T.,. Nutritional Biochemistry.
6. Pellet, P.L., dan Young, V.R. Nutritional California: Academic Press.
Evaluation of Protein Foods, Tokyo:The 18. Agbede, J.O. and V.A. Aletor, 2005. Studies
United Nations University; 1980. of thechemical composition and protein
7. Windrati, W. S., Navi, A., dan Augustin, D., quality evaluationof differently
Sifat Nutrisional Protein Rich Flour (PRF) processedCanavalia ensiformisandMucuna
Koro Pedang (Canavalia ensiformis L.). pruriensseed flours. J. Food Comp.
Agrotek;2010; 4(1): 18-26. Anal;1994;18:89-103.
8. Kandil, A., Li, Jihong., Vasanthan, T., 19. Zuheid-Noor. Senyawa Anti Gizi. Pusat Antar
Blessler, D. C., dan Tyler. R.T.,. Universitas – Pangan dan Gizi Universitas
Compositional changes in whole grain flours Gadjah Mada;1992.
as a result of solvent washing and their effect 20. Wang, N., Hatcher, D.W., Tyler, R. T., Toews,
on starch amylolysis. Food Research R., dan Gawalko, E.J.,. Effect of Cooking on
International Journal;2011;44: 167-173. the Composition of Beans (Phaseolus vulgaris
9. Lasztiti, R., Ammar, A., dan El-kady, S.A.. L.) and Chickpeas (Cicer arietinum L.). Food
Biochemical Changes of Green Peas During Research International;2010;43:589 – 594.
Processing and Storage.Department of
Biochemistry and Food Technology,
Technical University, H-1521 Budapest; 1985.
10. Pujola, M., Farreras, A., dan Casanas, F.
Protein and Starch Content of raw, soaked,
and cooked beans (Phaseolus vulgaris L.).
Journal of Food Chemistry; 2007;102: 1034-
1041.
11. Bayram, M., Kaya, A., dan Oner, M.D.
Changes in Properties of Soaking Water
during Production of Soy-bulgur. Journal of
Food Engineering; 2004;61: 221-230.
12. Adelakun, O.E., Ade-Omowaye, B. I. O.,
Adeyemi, I. A., dan Van de Venter, M.
Mineral Composition and the Functional
Attributes of Nigerian Okra Seed
(Abelmoschus esculentus Moench) flour. Food
Research International;2012;47: 348 – 352.
13. Adeparusi, E.O., Effect of Processing on the
Nutrients and Anti-nutrients of Lima Bean
(Phaeolus linatus L.) Flour. Nuhrung Food;
2001;45:94-96.
14. Diliara, R. I., Johnson, L. A., Hammond. E.
G., dan Beattle, S. E. Evidence of an
Enzimatic Source of Off Flavors in
“Lipoxygenase-Null” Soybeans. Journal
American Oil Chemistry Society; 2009;86: 59-
64.