Disusun Oleh :
Kelompok 3
Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami masih
diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
kami berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih kepada
keluarga, ibu/bapak dosen dan teman-teman yang terlibat dalam penyusunan makalah ini
yang dengan doa dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang pandangan agama-agama di indonesia
terhadap tindakan-tindakan praktik kebidanan (bayi tabung, transplantasi, dan kb) yang
disusun berdasarkan referensi yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Tidak ada
gading yang tak retak, demikian pula makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaannya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Bayi Tabung..............................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Bayi Tabung...................................................................................................6
2.1.2 Latar Belakang dilakukannya Bayi Tabung......................................................................7
2.1.3 Jenis-jenis Bayi Tabung...................................................................................................8
2.1.4 Peluang dan Resiko Bayi Tabung.....................................................................................8
2.1.5 Tahap-Tahap Pembuatan Bayi Tabung.............................................................................9
2.1.6 Proses Bayi Tabung..........................................................................................................9
2.1.7 Pandangan Agama terhadap Bayi Tabung......................................................................11
2.2 Transplantasi...........................................................................................................................17
2.2.1 Pengertian Transplantasi................................................................................................17
2.2.2 Macam-Macam Transplantasi Organ Tubuh..................................................................17
2.2.3 Tujuan transplantasi organ tubuh...................................................................................18
2.2.4 Ketentuan-Ketentuan Dalam Melakukan Transplantasi Organ.......................................18
2.2.5 Dasar hukum transplantasi organ tubuh..........................................................................19
2.2.6 Transplantasi dan Donor Organ Tubuh Menurut Para Ulama.........................................19
2.2.7 Pandangan Agama Terhadap Transplantasi....................................................................20
2.3 Keluarga Berencana(KB)........................................................................................................24
2.3.1 pengertian keluarga berencana(KB)...............................................................................24
2.3.2 Tujuan KB......................................................................................................................25
2.3.3 Faktor-faktor penyebab masyarakat mengikuti program KB..........................................25
2
2.3.4 Manfaat KB....................................................................................................................26
2.3.5 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi...........................................................................................27
2.3.6 Dasar Hukum KB...........................................................................................................28
2.3.7 Pandangan Agama Terhadap Tindakan KB....................................................................28
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................33
3.1.1 Bayi Tabung...................................................................................................................33
3.1.2 Transplantasi..................................................................................................................34
3.1.3 Keluarga Berencana ( KB )............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke dalam rahim
dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi.
Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Robert G. Edwards pada
tahun 1978 di Inggris.
Delapan jenis bayi tabung tersebut secara teknologis sudah dapat dilakukan,
namun di dalam kasus-kasus penggunaan teknologi bayi tabung baru mencakup 5
jenis, yaitu: jenis pertama, kedua, ketiga, keempat dan ketujuh. Hal ini disebabkan
karena kondisi dari pasangan suami-isteri pada saat menginginkan anak memilih
salah satu dari kelima jenis itu, dan pemilihannya tergantung pada faktor
penyebab infertilitas masing-masing (Salim, 1993).
9
dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan. Berikut adalah beberapa proses
bayi tabung (IVF).
1. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel
sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk meneronos sel
telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
2. Perkembangan Sel telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur
tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan
sel sperma pada kehamilan yang normal.
3. Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya.
Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada
proses ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel
telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup
matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek
samping.
4. Pelepasan Sel telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja, maka sel telur
siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk
memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi tabung
(IVF) berikutnya.
5. Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para tenaga
medis.
6. Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi
dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila
sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur,
maka akan dilakukan ICSI.
7. Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur
yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan
mencapai stage perkembangan yang benar.
8. Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang
diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.
9. Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim
wanita dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan
berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin
dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG.
10
2.1.7 Pandangan Agama terhadap Bayi Tabung
1. Pandangan Agama Islam
Masalah ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan
Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih
Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung
dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi
nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi
Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari
isteri sendiri. Adapun Fatwa MUI adalah sebagai berikut :
a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan
kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu
yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini
akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami
isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya
perbuatan zina sesungguhnya.
Hukum yang sama juga difatwakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai
hasil dari forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981.
Hanya saja NU memberikan penekanan bahwa apabila sperma yang ditabung
tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka
hukumnya juga haram. Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’.
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia
Allah SWT. Salah satunya memelihara fungsi dan kesucian reproduksi bagi
kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah
menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk
kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran
dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar
mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya (Murti,
2015).
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dalam hal memproses kelahiran
bayi tabung dengan cara asimilasi buatan, dari satu sisi dapat dipandang
11
sebagai suatu keberhasilan untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami
isteri yang telah lama mengharapkan keturunan ( Zubaidah, 2002 ).
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan selalu
mendorong kepada pemeluk-pemeluknya untuk berkecimpung dan menyelami
lautam ilmu pengetahuan, menyambut penemuan baru ini sebagai hasil
perkembangan pikiran manusia, yang patut dipuji , asal saja penemuan itu
digunakan dalam batas- batas yang tidak bertentangan dengan agama dan tidak
melanggar batas-batas moral dan kemanusiaan (Yusuf, 1989).
Menurut Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di Klaten
yang diadakan dari tanggal 6-11 April 1980 dalam Sidang Seksi A (Bayi
Tabung) menyebutkan bahwa: Bayi tabung menurut proses dengan sperma dan
ovum dari suami-isteri sah menurut Hukum Islam, adalah Mubah, dengan
syarat:
a. Teknis mengambil semen (sperma) dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Syari’at Islam.
b. Penempatan zygota seharusnya dilakukan oleh dokter wanita.
c. Resipien adalah isteri sendiri.
d. Status anak dari bayi tabung PLTSI-RRI (sperma dan ovum dari suami-isteri
yang sah, resipien isteri sendiri yang mempunyai ovum itu) adalah anak sah
dari suami-isteri yang bersangkutan (Tarjih Muhammadiyah,1980).
Kemudian Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-
952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung, tertanggal 26
November 1990 menyebutkan bahwa:
“Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari
pasangan suami-isteri yang sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam,
selama mereka dalam ikatan perkawinan yang sah.” (Kep. MUI No.
952/MUI/IX/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung ).
Beberapa ulama berpendapat, antara lain :
a. Hasan Basri mengemukakan bahwa: “Proses kelahiran melalui teknik bayi
tabung menurut agama Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang pokok
sperma dan sel telurnya dari pasangan suami-isteri. Hal ini disebabkan
perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi tabung
dengan positif patut disyukuri. Dan ini merupakan karunia Allah SWT,
sebab bisa dibayangkan sepasang suami-isteri yang sudah 14 tahun
mendambakan seorang anak bisa terpenuhi” (Salim, 1993).
b. Husein Yusuf mengemukakan bahwa: “Bayi tabung dilakukan bila sperma
dan ovum dari pasangan suami-isteri yang diproses dalam tabung, setelah
terjadi pembuahan kemudian disarangkan dalam rahim isterinya sampai saat
terjadi kelahiran, maka secara otomatis anak tersebut dapat dipertalikan
keturunannya dengan ayah beserta ibunya, dan anak itu mempunyai
kedudukan yang sah menurut syari’at Islam (Yusuf, 1989).
12
pasangan suami-isteri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
isteri (Murti, 2015).
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atu ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina
(prostitusi). Begitu pula bila embrionya ditransfer ke dalam rahim ibu
pengganti (surrogate mother). Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya.
Terdapat larangan penggunaan sperma donor maupun mentransfer ke dalam
rahim ibu pengganti, seperti terdapat Surat Al-Baqarah ayat 223 dan Surat An-
Nur ayat 30-31.
16
2.2 Transplantasi
2.2.1 Pengertian Transplantasi
Dalam Kamus Kedokteran DORLAND dijelaskan bahwa transplantasi
berasal dari transplantation (trans + L.plantare menanam) berarti penanaman
jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu lain. Adapun
trasplant berarti:
1. Menstransfer jaringan dari satu bagian ke Bagian lain.
2. Organ atau jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam di daerah lain pada
badan yang sama atau ke individu lain.
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh
tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik
milik orang lain. Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-
donor), sedang yang menerima disebut repisien. Cara ini merupakan solusi bagi
penyembuhan organ tubuh tersebut karena penyembuhan atau pengobatan dengan
prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang
berat. Ini adalah terapi alternatif yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dan terus
berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat
dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,
yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya, tranplantasi dikaegorikan sebagai life
saving, maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi diharapkan bisa
mmperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang
dideritanya.
Dalam 2 dasawarsa terakhir telah dikembangkan teknik transplantasi seperti
transplantasi arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh George E.
Green. dan Parkinson.
17
Sedangkan jika dilihat dari jenis transplantasi itu sendiri dibedakan menjadi
dua:
1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan cornea mata dan menambal bibir
sumbing. Transplantasi jaringan ini jika tidak dilakukan tidak membahayakan
kelangsungan hidup penderita, tujuannya hanyalah menyempurnakan
kekurangan yang ada.
2. Transplantasi organ, seperti jantung, hati, dan ginjal.Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak dilakukan
transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan hidup penderita.
2. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal dunia.
Untuk pengambilan organ tubuh orang yang dalam keadaan yang seperti ini
dilakukan alat kontrol yang ketat dan alat penunjang kehidupan, seperti alat
bantuan pernapasan khusus.
19
Masalah transplantasi dalam kajian hukum Islam diuraikan menjadi dua
bagian besar pembahasan yaitu:
1. Penanaman jaringan/organ tubuh dari tubuh yang sama.
2. Penanaman jaringan/organ dari individu lain, seperti:
a. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang hidup.
b. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang mati.
c. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang tidak najis/halal.
d. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang najis/haram.
Penanaman organ/jaringan yang diambil dari tubuh ke daerah lain pada tubuh
tersebut. Seperti, praktek transplantasi kulit dari suatu bagian tubuh ke bagian lain
dari tubuhnya yang terbakar atau dalam kasus transplantasi penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah jantung dengan mengambil pembuluh darah pada
bagian kaki. Masalah ini hukumnya adalah boleh berdasarkan analogi (qiyas)
diperbolehkannya seseorang untuk memotong bagian tubuhnya yang
membahayakan keselamatan jiwanya karena suatu sebab.
Penanaman jaringan/organ yang diambil dari orang lain yang masih hidup
yang tidak mengakibatkan kematiannya seperti, organ tubuh ganda diantaranya
ginjal atau kulit atau dapat juga dikategorikan praktek donor darah. Pada dasarnya
masalah ini diperbolehkan hanya harus memenuhi syarat-syarat berikut dalam
prakteknya yaitu:
1. Tidak akan membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi donatur
jaringan/organ. Karena kaidah hukum Islam menyatakan bahwa suatu bahaya
tidak boleh dihilangkan dengan resiko mendatangkan bahaya
serupa/sebanding.
2. Hal itu harus dilakukan oleh donatur dengan sukarela tanpa paksaan dan tidak
boleh diperjual belikan.
3. Boleh dilakukan bila memang benar-benar transplantasi sebagai alternatif
peluang satu-satunya bagi penyembuhan penyakit pasien dan benar-benar
darurat.
4. Boleh dilakukan bila kemungkinan keberhasilan transplantasi tersebut sangat
besar.
20
Dasar hukum transplantasi organ tubuh terdapat dalam surat Al-Maidah
ayat 32:
Mengenai permasalahan transplantasi organ tubuh, ada sikap pro dan kontra
dikalangan fuqaha. Disini peneliti mencantumkan beberapa pendapat beserta
alasan masing-masing pakar, antara lain:
a. Ulama yang membolehkan transplantasi donor hidup
Yusuf Qardhawi merupakan seorang ulama yang membolehkan
transplantasi organ hidup. Beliau berpendapat bahwa walaupun tubuh ini
merupakan titipan Allah, namun manusia diberi wewenang untuk
mempergunakan dan memanfaatkannya, sebagaimana boleh mendermakan
harta. Pada hakikatnya harta adalah milik Allah, tapi manusia diberi
wewenang untuk memiliki dan membelanjakannya. Sebagaimana firman
Allah surat an-Nur ayat 33:
21
Namun, perbedaannya adalah jika kita diperkenankan
membelanjakan seluruh harta kita, tetapi kita tidak boleh mendermakan
seluruh organ tubuh kita.
Kebolehan mendonorkan organ tubuh ketika hidup menurut yusuf
Qardhawi bukan kebolehan yang bersifat mutlak. Melainkan bersyarat,
sehingga tidak diperkenankan mendonorkan sebagian anggota tubuh yang
menimbulkan kesengsaraan atau kemadlaratan dirinya atau bagi seseorang
yang mempunyai hak atas dirinya.
Qadim Zallum dalam bukunya “Beberapa Problem kontemporer
dalam Pandangan Hukum Islam” berpendapat bahwa Syara’ membolehkan
seseorang mendonorkan sebagian organ tubuhnya ketika ia hidup, dengan
syarat suka rela atau tidak dipaksa oleh siapapun. Organ yang didonorkan
bukanlah organ vital, seperti jantung dan hati. Hal ini karena
penyumbangan tersebut dapat mengakibatkan kematian pendonor, padahal
Allah melarang untuk membunuh dirinya sendiri. Sebagaimana firman
Allah dalam surah an-Nisa ayat 29:
22
2. Kristen Katholik
Robertus Suryatno (keuskupan), transplantasi di perbolehkan jika dengan niat
ikhlas dan tidak untuk diperjual belikan. Karena agama Katolik itu sangat
menjunjung tinggi kehidupan. Dalam pandangan Gereja Katolik, kata Aloysius
Purwa Hadiwardoyo, donasi organ tubuh dianggap sebagai sebuah tindakan
yang tidak bermoral apabila donasi itu dilakukan dengan cara tidak
berprikemanusiaan, apalagi dilakukan berdasarkan prinsip jual beli dengan
mengenakan tarif yang fantastis. “Orang boleh merelakan organ tubuhnya
untuk menolong orang lain asal tidak membahayakan hidup dan kepribadian
sendiri harus dilakukan dengan semangat solidaritas,” katanya
3. Kristen Protestan
Dalam pandangan teologis agama Kristen Protestan, pendeta Wahju S
Wibowo, Ph.D. mengatakan transplantasi dan donor organ penting dilakukan
untuk tujuan pengobatan sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup
seseorang. “Tindakan ini membawa gema kekristenan mengenai kasih,”
ujarnya.
Namun demikian, yang perlu dipertimbangkan adalah status kehidupan
bagi donor organ yang meninggal. Secara etis donor organ meninggal baru
benar-benar bisa dilakukan apabila pendonor sudah meninggal dunia sehingga
menjadi amat penting secara etis. “Hal itu juga berlaku bagi donor tubuh untuk
tujuan pendidikan,” paparnya.
Menurut Firman Sebatin Priatnof (GKI Guntur), di Alkitab tidak
dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama nitnya tulus dan
tujuannya kebaikan itu boleh0boleh saja terutama untuk membantu
kelanngsungan hidup suatu nyawa bukan karena mendonorkan untuk
mendapatkan imbalan brupa materi.
4. Hindu
Pandangan agama Hindu, menurut Prof Nyoman Kertia, didasari pandangan
umat Hindu mengenai panca srada, yakni percaya adanya atman (sinar suci
Tuhan), percaya adanya hukum karma, percaya adanyapunarbawa (kelahiran
kembali), serta percaya adanya moksa (bersatu kembali dengan Tuhan dengan
tidak dilahirkan kembali).
Dengan begitu, donasi organ harus bersifat satvika atau bertujuan mulia,
harus membawa manfaat bagi donor dan penerima donor. “Manfaat akan
didapatkan sepanjang keputusan dibuat dengan pengetahuan dan persetujuan
dari pendonor, penerima donor dan keluarganya,” paparnya.
Menurut Bagus Rai V, transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan karena
adanya hukum karma pala (perbuatan dari akibat) jadi setiap hal baik yang
kita lakukan akan berubah menjadi hal baik dimasa yang akan datang. Umat
Hindu mempercayai bahwa menolong itu merupakan karma baik karena dalam
agama Hindu ada istilah “wasu deva kutum baham” setiap makhluk
bersaudara.
23
5. Budha
Sementara dalam pandangan agama Buddha, kata Biku Dr. Jotidhammo
Mahathera, tidak ada nilai moral yang dilanggar dalam donasi tubuh dan organ
karena hal itu merupakan praktik nyata ajaran Buddha. Bahkan, umat Buddha
Sri Langka merupakan pendonor Kornea mata terbanyak di dunia dan 57
negara menjadi tempat tujuan donor kornea mata. “Umat Buddha meyakini
bahwa jika ia mendonasikan mata pada kehidupan saat ini maka akan memiliki
penglihatan yang lebih baik dalam kehidupan yang akan datang,” ungkapnya.
2.3.2 Tujuan KB
Program KB memiliki tujuan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)( Hanafi Hartono, 2010:25).
Sedangkan dalam Tap MPR RI No. II/MPR/1993, Program KB mempunyai
tujuan ganda, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dengan mengendalikan
kelahiran serta untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia (Tap
MPR RI No. II/MPR/1993, GBHN (Surabaya: Appolo, 1993-1996), 97).
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan keluarga berencana adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga
dan bangsa pada umumnya.
2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan negara
untuk meningkatkan produksi.
3. Melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) sebagai pola hidup keluarga dalam rangka usaha
mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya yang
sekaligus mendukung program pengendalian laju pertambahan penduduk
Indonesia. (Pusat Pendidikan dan Latihan BKKBN, 15-16)
2.3.4 Manfaat KB
Adapun manfaat KB bagi Keluarga seperti yang diterbitkan oleh BKKBN yang
berjudul Keluarga Berencana dan hubungannya dengan kesejahteraan keluarga,
yaitu:
1. Manfaat bagi keluarga
KB pada hakikatnya merupakan usaha secara sadar dan sengaja yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
26
6. Manfaat bagi kehidupan ekonomi
Dengan berbagai keinginan masyarakat yang dapat dicapai dan ditempuh
dengan modernisasi yang ada. Seperti ayah sebagai kepala rumah tangga yang
bertugas mencari nafkah, mendidik serta memenuhi segala kebutuhan hidup.
Dia akan lebih bisa mengemban amanatnya dengan baik jika kehidupan ibu
dan anknya sehat dan dalam keluarganya merupakan golongan keluarga yang
terpenuhi atau berkecukupan.
27
diperiksa terlebih dahulu, dengan tujuan untuk mengetahui apakah Ibu bisa
memakai Implan atau tidak.
28
(( َما ِم ْن: فَقَا َل، ع َِن ْال َع ْز ِل،صلَّى اهللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ ُسئِ َل َرسُو ُل اهللا:ُ َس ِم َعهُ يَقُول،ِّع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِري
َ َوإِ َذا أَ َرا َد اهللاُ َخ ْل،ُآُ ِّل ْال َما ِء يَ ُكونُ ْال َولَد
)) لَ ْم يَ ْمنَ ْعهُ َش ْي ٌء22 ،ق َش ْي ٍء
”Dari Abi Sa’id al-Khudzri, saya telah mendengar darinya berkata: saya
telah bertanya kepada Rasullah SAW tentang ‘azl, maka Rasulullah berkata:
((tidak ada dari setiap air mani yang menumbuhkan anak, jika Allah tidak
menakdirkan untuk menciptakan sesuatu, Rasulullah tidak mencegah atas
‘azl)).”
Masalah KB, banyak ulama’ yang sepakat akan persetujuannya dalam arti
membolehkan dan terdapat juga ulama’ yang melarang mengikuti KB. Hal ini
dijelaskan oleh Muhammad Hamdani dalam bukunya Pendidikan Agama
Islam “Islam dan Kebidanan” dengan uraian sebagai berikut:
a. Ulama’ yang memperbolehkan yaitu Imam al-Ghazalai, Syaikh al-Hariri,
Syaikh Syalthut.
Mereka berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti program KB
dengan adanya ketentuan antara lain: untuk menjaga kesehatan ibu,
menghindari kesulitan ibu, dan untuk menjarangkan anak. Mereka juga
berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan
pembunuhan, karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap
ketujuh dari penciptaan. Hal ini didasari dengan Q. S. Al-Mu’minun ayat
12, 13, 14.
b. Ulama’ yang melarang yaitu Madkour, Abu A’la al-Maududi.
Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk
membunuh keturunan seperti firman Allah Q. S. Al- Isra’ ayat 31.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Bayi Tabung
Bahwa bayi tabung dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses pengambilan
sperma laki-laki dan ovum perernpuan yangkemudian diopios di dalam sebuah
tabung dan setelah terjadi pem buahan, kemudian disarangkan ke dalam rahim
wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknyajanin pada
umumnya. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Robert G. Edwards pada
tahun 1978 di Inggris. Menurut Permadi et al, 2008, latar belakang dilakukannya
fertilisasi in vitro dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
a. faktor pria, dilakukan karena Gangguan pada saluran keluar spermatozoa,
Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan
seksual, Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel, dan
hal lainnya.
b. Faktor wanita, dilakukan karena Gangguan pada saluran reproduksi wanita,
adanya antibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, dan hal lainnya.
Bayi tabung memiliki 8 jenis, namun di dalam kasus-kasus penggunaan teknologi
bayi tabung baru mencakup 5 jenis. Adapun peoses bayi tabung adalah sebagai
berikut.
a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
b. Perkembangan Sel telur
c. Injeksi
d. Pelepasan Sel telur
e. Sperma beku
f. Menciptakan Embrio
g. Embrio Berumur 2 hari
h. Pemindahan Embrio
i. Implanted fetus
Dalam agama islam, berdasarkan beberapa pendapat dan pandangan dapat
dikemukakan bahwa penggunaan teknologi bayi tabung tidak menimbulkan
persoalan, asal bayi tabung yang dikembangkan adalah menggunakan sperma dan
ovum dari pasangan suami-isteri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam
rahim isteri (Murti, 2015). Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan
bantuan donor sperma dan atu ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan
zina (prostitusi).
Dalam agama katolik bayi tabung tidak diijinkan sebab jika manusia mengolah
bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui kewajaran atau melebihi kuasa
Allah Bapa yang sudah menciptakan manusia. Dalam agama kristen protestan
program bayi tabung diizinkan untuk dilaksanakan. Asalkan, dalam konteks yang
melaksanakannya adalah pasangan suami isteri yang sudah diberkati atau dinikahi.
Dalam agama Hindu, program bayi tabung tidak disetujui karena sudah
melanggar ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar
kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Dalam agama
Budha tidak ditolak adanya bayi tabung, bahkan kloning pun juga tidak di tolak.
33
Jadi, di lain kata dapat dikatakan bahwa bayi tabung atau inseminasi buatan di dalam
agama ini diperbolehkan.
3.1.2 Transplantasi
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ
tubuh tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik
orang lain. Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pendonor),
sedang yang menerima disebut repisien.
Jika dilihat dari sudut penerima organ, maka transplantasi dibedakan menjadi
4, yaitu Autotransplantasi, Homotransplantasi, Heterotransplantasi, Transplantasi
singenik.
Sedangkan jika dilihat dari jenis transplantasi itu sendiri dibedakan menjadi dua,
yaitu Transplantasi jaringan dan Transplantasi organ,
Dalam melakukan transplantasi macam-macam organ yang dapat di transpantasi
yaitu Organ yang dapat di ambil dari donor hidup dan Organ yang dapat di ambil
dari jenazah.
Adapun menurut Sa’ad pada dasarnya transplantasi bertujuan untuk:
a. Kesembuhan dari suatu penyakit
b. Pemulihan kembali fungsi suatu organ
c. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam dunia kedokteran, para ahli medis menetapkan tiga tipe donor organ tubuh,
yaitu:
a. Donor dalam keadaan sehat.
b. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal dunia.
c. Donor dalam keadaan mati.
Dalam agama islam, mengenai permasalahan transplantasi organ tubuh, ada
sikap pro dan kontra dikalangan fuqaha terutama transplantasi yang dilakukan oleh
pendonor yang masih hidup. Dalam agama Kristen Katholik transplantasi di
perbolehkan jika dengan niat ikhlas dan tidak untuk diperjual belikan. Karena agama
Katolik itu sangat menjunjung tinggi kehidupan. Dalam pandangan teologis agama
Kristen Protestan, pendeta Wahju S Wibowo, Ph.D. mengatakan transplantasi dan
donor organ penting dilakukan untuk tujuan pengobatan sebagai bagian dari
peningkatan kualitas hidup seseorang. Dalam agama hindu, donasi organ harus
bersifat satvika atau bertujuan mulia, harus membawa manfaat bagi donor dan
penerima donor. Umat Hindu mempercayai bahwa menolong itu merupakan karma
baik karena dalam agama Hindu ada istilah “wasu deva kutum baham” setiap
makhluk bersaudara. Dalam agama Budha, kata Biku Dr. Jotidhammo Mahathera,
tidak ada nilai moral yang dilanggar dalam donasi tubuh dan organ karena hal itu
merupakan praktik nyata ajaran Buddha. Bahkan, umat Buddha Sri Langka
merupakan pendonor Kornea mata terbanyak di dunia.
35
3.2 Saran
Makalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat di antara dua kalangan yang
berbeda pandangan. Namun hal tersebut dianggap wajar, karena tidak adanya nash yang
secara langsung membolehkan atau mengharamkan bati tabung, transplantasi, KB, dan
masalah-masalah kontemporer lainnnya dan menetapkan hukum berdasarkan ijtihad
para ulama. Oleh karena itu, kita harus memahami betul bagaimana perspektif hukum
yang sesuai dengan al-qur’an dan hadits (bagi pemeluk agama Islam) agar tidak terjadi
ketimpangan dan dapat mencapai kesejahteraan. Selain itu, diperlukan lebih banyak lagi
literatur dalam penyusunan makalah ini agar data dan hasil yang diperoleh lebih
objektif dan kebenarannya dapat divalidasi. Maka dari itu, saran dan kritik dari seluruh
pembaca sangat diperlukan sebagai acuan untuk mengembangkan makalah ini agar
diperoleh kebenaran yang lebih konkrit.
36
DAFTAR PUSTAKA
37