Anda di halaman 1dari 38

PANDANGAN AGAMA-AGAMA DI INDONESIA TERHADAP

TINDAKAN-TINDAKAN PRAKTIK KEBIDANAN


( BAYI TABUNG, TRANSPLANTASI, DAN KB )
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Agama

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Citra Nur Pathonah P17324118043


Cindy Sobar Yulianti P17324118027
Devi Apriyanti P17324118024
Gisna Rahmawati P17324118061
Rani Widiana Putri P17324118060
Selvy Dwi Wahyuni P17324118005

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEBIDANAN BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang maha pengasih dan maha penyayang. Puji syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami masih
diberikan kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
kami berikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih kepada
keluarga, ibu/bapak dosen dan teman-teman yang terlibat dalam penyusunan makalah ini
yang dengan doa dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang pandangan agama-agama di indonesia
terhadap tindakan-tindakan praktik kebidanan (bayi tabung, transplantasi, dan kb) yang
disusun berdasarkan  referensi yang kami ambil dari berbagai sumber. Makalah ini
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Tidak ada
gading yang tak retak, demikian pula makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaannya.

Bandung, 24 November 2018

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Bayi Tabung..............................................................................................................................6
2.1.1 Pengertian Bayi Tabung...................................................................................................6
2.1.2 Latar Belakang dilakukannya Bayi Tabung......................................................................7
2.1.3 Jenis-jenis Bayi Tabung...................................................................................................8
2.1.4 Peluang dan Resiko Bayi Tabung.....................................................................................8
2.1.5 Tahap-Tahap Pembuatan Bayi Tabung.............................................................................9
2.1.6 Proses Bayi Tabung..........................................................................................................9
2.1.7 Pandangan Agama terhadap Bayi Tabung......................................................................11
2.2 Transplantasi...........................................................................................................................17
2.2.1 Pengertian Transplantasi................................................................................................17
2.2.2 Macam-Macam Transplantasi Organ Tubuh..................................................................17
2.2.3 Tujuan transplantasi organ tubuh...................................................................................18
2.2.4 Ketentuan-Ketentuan Dalam Melakukan Transplantasi Organ.......................................18
2.2.5 Dasar hukum transplantasi organ tubuh..........................................................................19
2.2.6 Transplantasi dan Donor Organ Tubuh Menurut Para Ulama.........................................19
2.2.7 Pandangan Agama Terhadap Transplantasi....................................................................20
2.3 Keluarga Berencana(KB)........................................................................................................24
2.3.1 pengertian keluarga berencana(KB)...............................................................................24
2.3.2 Tujuan KB......................................................................................................................25
2.3.3 Faktor-faktor penyebab masyarakat mengikuti program KB..........................................25

2
2.3.4 Manfaat KB....................................................................................................................26
2.3.5 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi...........................................................................................27
2.3.6 Dasar Hukum KB...........................................................................................................28
2.3.7 Pandangan Agama Terhadap Tindakan KB....................................................................28
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................33
3.1.1 Bayi Tabung...................................................................................................................33
3.1.2 Transplantasi..................................................................................................................34
3.1.3 Keluarga Berencana ( KB )............................................................................................34
3.2 Saran........................................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................37

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keturunan atau anak adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan dalam pernikahan,
pernikahan tanpa adanya seorang buah hati seakan-akan tidak ada artinya, karena salah
satu dari tujuan pernikahan adalah memperoleh keturunan. Namun demikian kadang-
kadang keturunan tidak diperoleh karena adakalanya suami mandul (tidak subur),
sedang suami istri menginginkan anak, sehingga tidak tercipta suasana jiwa keluarga
yang tenang dan tenteram, karena tidak ada anak sebagai penghibur hati.
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami
pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk
manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya seorang atau
beberapa orang anak sebagai buah hati perkawinan mereka. Akan tetapi pembuahan
alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran
indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, atau karena sel sperma
suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau rahim istri. Semua ini akan
meniadakan kelahiran dan menghambat suami isti untuk mendapatkan anak. Maka
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya di bidang
kedokteran dan kesehatan muncul istilah-istilah baru, diantaranya bayi tabung.
Lalu mengenai transplantasi organ tubuh manusia merupakan masalah baru yang
belum pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya. Karena masalah
ini adalah anak kandung dari kemajuan ilmiah dalam bidang pencangkokan anggota
tubuh, dimana para dokter modern bisa mendatangkan hasil yang menakjubkan dalam
memindahkan organ tubuh dari orang yang masih hidup/ sudah mati dan
mencangkokkannnya kepada orang lain yang kehilangan organ tubuhnya atau rusak
karena sakit dan sebagainya yang dapat berfungsi persis seperti anggota badan itu pada
tempatnya sebelum di ambil.
Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada tiga pihak yang terkait dengannya.
pertama, donor yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih sehat
untuk dipasangkan kepada orang lainyang organ tubuhnya menderita sakit, atau terjadi
kelainan. Kedua, resipien yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang
karena satu dan lain hal, organ tubuhnya yang harus diganti. Ketiga, tim ahli yaitu para
dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada resipien.
Selain itu, terdapat pula kontroversi modern yang tidak ada di masa lampau yaitu
KB, KB sebetulnya bukan merupakan hal baru dalam kehidupan modern mengingat
perkembangan jaman yang kian berubah sehingga banyak keluarga yang memilih
melakukan KB karena berbagai faktor. Namun, jika dipandang dari segi agama KB juga
masih menimbulkan berbagai perdebatan.
Oleh karenanya, dalam makalah ini kami akan membahas mengenai  bayi tabung
dan transplantasi organ tubuh, dan KB karena ke tiga hal itu merupakan masalah baru
4
yang belum pernah dikaji oleh para fuqaha klasik tentang hukum-hukumnya, sehingga
kita dapat menemukan titik terang dan mencapai kesejahteraan tanpa perdebatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. apa yang dimaksud bayi tabung, transplantasi, dan KB ?
2. mengapa bayi tabung dilakukan ?
3. apa saja peluang dan resiko dilakukannya bayi tabung ?
4. bagaimana proses praktik bayi tabung ?
5. bagaimana pandangan agama terhadap praktik bayi tabung, transplantasi, dan KB?
6. bagaimana ketentuan dalam melakukan transplantasi ?
7. Apa saja faktor-faktor yanng menyebabkan masyarakat melakukan KB ?
8. Apa tujuan dan masfaat dilakukannya KB ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas makalah dalam mengisi proses pembelajaran
2. Untuk memahami penjelasan tentang bayi tabung, transplantasi, dan KB
3. Untuk mengetahui latar belakang dilakukannya praktik bayi tabung
4. Untuk mengetahui peluang dan resiko dalam melakukan praktik bayi tabung
5. Untuk mengetahui proses dan tahapan saat melakukan praktik bayi tabung
6. Untuk mengetahui pandangan agama mengenai praktik bayi tabung, transplantasi,
dan KB
7. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan saat melakukan transplantasi
8. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dilakukannya KB
9. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dilakukannya KB

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat memenuhi tugas makalah dalam mengisi proses pembelajaran
2. Dapat memahami penjelasan tentang bayi tabung, transplantasi, dan KB
3. Dapat mengetahui latar belakang dilakukannya praktik bayi tabung
4. Dapat mengetahui peluang dan resiko dalam melakukan praktik bayi tabung
5. Dapat mengetahui proses dan tahapan saat melakukan praktik bayi tabung
6. Dapat mengetahui pandangan agama mengenai praktik bayi tabung, transplantasi,
dan KB
7. Dapat mengetahui ketentuan-ketentuan saat melakukan transplantasi
8. Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab dilakukannya KB
9. Dapat mengetahui tujuan dan manfaat dilakukannya KB

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bayi Tabung


2.1.1 Pengertian Bayi Tabung
Bayi tabung adalah merupakan Indrvidu (bayl) yang dl dalam kejadiannya,
prosespembuatannya terjadi dlluar tubuh wanlta (in vitro), atau dengan kata lain
bayi yang di daiam proses kejadiannya Itu ditempuh dengan cara Inseminasi
buatan, yaltu suatu cara memasukkan sperma ke dalam kelamin wanita tanpa
melaiul senggama. (Tahar, 1987:4).
Dalam bahasa Arab, Inseminasi buatan disebut dengan Istllah: At-Taiqihus-
Sina'i. (Syatout, Tanpa Tahun: 325).Proses Bayl tabung adalah sperma dan ovum
yang telah dipertemukandalam sebuahtabung, dimanasetelah terjadi pembuahan,
kemudian disarangkan^ ke dalam rahim wanita, sehingga sampai pada saatnya
lahirlah bayi tersebut. (Tarjih Muhammadiyah, 1980:59).
Ali Ghufron dan Adi Hem Sutomo, menyatakan bahwa yang dimaksud bayi
tabung adalah: maniseorang laki-laki yang tampung leblh dahulu,
kemudiandimasukkan ke dalam alat kandungan seorang wanita (Mukti dan
Sutomo, 1993:14).
Sedangkan menurut Anwar dan Raharjo, merekamendefinisikan bayi tabung,
yaitu usaha jalan pintas untuk mempertemukan sel sperma dan sel telur
diluartubuh yang kemudian dima sukkan ke dalam rahim ibu, sehingga dapat
tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya kehamllan biasa. (Mukti dan
Sutomo, 1993:14- 15).
Masyfuk Zuhdi menyatakan bahwa-ada beberapa teknik inseminasi buatan
yang telah dikembangkan dl dunia kedokteran, antara lain yaitu dengan cara
mengambil spermasuamidan ovum isteri, kemudian diproses di dalam vitro
(tabung) dan setelah terjadi pembuahan kemu dian ditransferke dalam rahim
isteri. (Zuhdi, 1993: 19).
Dari tiga macam definisi tentang bayi tabung tersebut d iatas, dapat ditarik
pemahaman bahwa bayi tabung itu dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses
pengambilan sperma laki-laki dan ovum perernpuan yangkemudian diopios di
dalam sebuah tabung dan setelah terjadi pem buahan, kemudian disarangkan ke
dalam rahim wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana
layaknyajanin pada umumnya.
Pengertian sperma laki-laki, pada definisi tersebut di atas, bisa saja diambil
dari sperma suaminya, dan bisajugadiambil dari laki-laki lain (bukansuaminya).
Pengertian ovumperernpuan, di dalam praktiknya, tidak menutup
kemungkinanbahwaovum yang diambil itu dari isterinya atau dari perempuan
bukan isterinya. Demikian pula pengertian rahim wanita, bisasajayang
mengandung itu isterinya sendiri dan bisa juga perern puan lain (bukan isterinya).
Dalam proses bayi tabung atau IVF, sel telur yang sudah matang  diambil dari
indung telur dengan alat yang di sebut “laparoscop” yang ditemukan dr. Patrick
C. Steptoe dari inggris, lalu dibuahi dengan sperma di dalam sebuah medium

6
cairan. Setelah berhasil, embrio kecil yang terjadi dimasukkan ke dalam rahim
dengan harapan dapat berkembang menjadi bayi.
Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Robert G. Edwards pada
tahun 1978 di Inggris.

2.1.2 Latar Belakang dilakukannya Bayi Tabung


Dalam dunia kedokteran sistem inseminasi buatan atau bayi tabung ini bukan
merupakan hal yang baru. Bangsa Arab telah mempraktekan sistem ini pada abad
ke-14 dalam upaya mengembangbiakan peternakan kuda dan mulai dikenal di
dunia Barat pada akhir abad ke-18. John Hanter adalah dokter pertama dari
Inggris yang merekayasa sistem ini tahun 1899 M, yaitu dengan experimen pada
sepasang suami isteri (Permadi et al, 2008 ).
Pada tahun 1978 di Inggris, dokter Step Toe berhasil melakukan inseminasi ini
pada pasangan tuan dan nyonya Brown. Pada tahun 1918 M di Perancis terjadi
inseminasi buatan atau bayi tabung dengan benih selain dari suami
istri. Kemudian muncul bank-bank sperma untuk mendukung penemuan baru
tersebut.
Praktek inseminasi buatan ditinjau dari aspek subyeknya (Pasien) adalah
sebagai berikut.
1. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang
dimasukkan kedalam rahim isterinya sendiri.
2. Inseminasi buatan/bayi tabung dari sperma dan ovum suami isteri yang
dimasukkan ke dalam rahim selain isterinya. Atau disebut juga sewa rahim.
3. Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari
bukan suami/isteri. Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma yang
dibekukan dari suaminya yang sudah meninggal (Djuwantono,2008).

Menurut Permadi et al, 2008, latar belakang dilakukannya fertilisasi in vitro


dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Faktor pria, dilakukan karena :
a. Gangguan pada saluran keluar spermatozoa
b. Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan
hubungan seksual (misalnya kelumpuhan tubuh bagian pinggang ke bawah
setelah terjadinya kecelakaan)
c. Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel telur
(yang memiliki bentuk tubuh spermatozoa normal dan bergerak secara
aktif)
d. Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah

2. Faktor wanita, dilakukan karena :


a. Gangguan pada saluran reproduksi wanita (seperti pada perlengketan atau
sumbatan tuba)
b. Adanya anttibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, sehingga
menyebabkan spermatozoa pria yang masuk ke dalamnya tidak mampu
berahan hidup.
c. Hal lain yang masih belum dapat dijelaskan secara ilmiah
7
2.1.3 Jenis-jenis Bayi Tabung
Ditinjau dari segi sperma, ovum dan tempat embrio ditransplantasikan, maka
bayi tabung dapat dibagi menjadi 8 jenis, yaitu:
1. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan  ovum dari pasangan suami-
isteri,kemudian embrionya ditrans-plantasikan ke dalam rahim isteri;
2. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri,
lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate
mother);
3. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovumnya berasal dari
donor, lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;
4. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor, sedangkan ovumnya
berasal dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;
5. Bayi tabung yang menggunakan sperma donor, sedangkan ovumnya berasal
dari isteri lalu embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother;
6. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami, sedangkan ovumnya
berasal dari donor, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
surrogate mother;
7. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donorlaluembrionya
ditransplantasikan ke dalam rahim isteri’
8. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum berasal dari donor,
kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim surrogate mother.
(Salim, 1993).

Delapan jenis bayi tabung tersebut secara teknologis sudah dapat dilakukan,
namun di dalam kasus-kasus penggunaan teknologi bayi tabung baru mencakup 5
jenis, yaitu: jenis pertama, kedua, ketiga, keempat dan ketujuh. Hal ini disebabkan
karena kondisi dari pasangan suami-isteri pada saat menginginkan anak memilih
salah satu dari kelima jenis itu, dan pemilihannya tergantung pada faktor
penyebab infertilitas masing-masing (Salim, 1993).

2.1.4 Peluang dan Resiko Bayi Tabung


Program bayi tabung adalah suatu teknik reproduksi berbantu atau teknik
rekayasa reproduksi dengan mempertemukan sel telur matang dengan sperma di
luar tubuh manusia (in vitro fertilization/IVF).
Dr Sudirmanto, SpOG-KFER dari Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan
Kita Jakarta menjelaskan, peluang untuk mendapatkan suatu kehamilan melalui
proses bayi tabung ditentukan oleh banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah :
1. cadangan sel telur
2. lamanya gangguan kesuburan yang dialami pasangan
3. riwayat ada atau tidaknya kehamilan sebelumnya
4. derajat kelainan
5. sarana dan fasilitas teknologi laboratorium
6. ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh tenaga medis klinik bayi tabung.
Menurut Sudirmanto, Salah satu faktor paling penting yang menentukan
peluang terjadinya kehamilan adalah usia wanita.
8
Pada usia kurang dari 30 tahun angka keberhasilannya 35-45 %, pada usia 31-
35 tahun peluang untuk terjadinya kehamilan 30-45 %, pada usia 36-40 tahun
peluang terjadinya kehamilan 25-30 %, dan pada usia lebih dari 40 tahun
peluangnya 10-15 %.
Terdapat beberapa resiko yang mungkin terjadi pada pasangan suami istri yang
mengikuti program bayi tabung. Oleh karena itu, ada 5 (lima) hal yang harus
dipersiapkan pasangan suami istri yang sudah menetapkan program bayi tabung
sebagai pilihan utama.
1. Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan terjadinya
penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan beberapa keluhan, seperti
rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya selera makan.
2. Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko terjadinya
perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai kandung kemih, usus,
dan pembuluh darah.dengan persiapan yang baik dan panduan teknologi
ultrasonografi, keadaan tersebut umumnya dapat dihindari.
3. Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan banyaknya
embrio yang dipindahkan ke dalam rahim.  Hal ini akan memberikan risiko
akan persalinan prematur yang memerlukan perawatan lama. Dengan
mempertimbangkan usia istri dan pembatasan jumlah embrio yang akan
dipindahkan ke dalam rahim dapat mengurangi risiko tersebut.
4. Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui pemberian
hormon dan pemindahan embrio dengan panduan ultrasonografi, keadaan
tersebut diharapkan tidak terjadi.
5. Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik,
dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan dan kenyataan yang
terjadi selama mengikuti bayi tabung.

2.1.5 Tahap-Tahap Pembuatan Bayi Tabung


Pembuatan bayi tabung memiliki 3 tahapan, yaitu :
1. Tahap persiapan petik ovum (Per-Uvu) adalah tahap yang meliputi fase down
regulation dan terapi stimulasi. Fase down regulation merupakan proses untuk
menciptakan suatu keadaan seperti menopause agar indung telur siap
menerima terapi stimulasi. Terapi stimulasi bertujuan untuk merangsang
pertumbuhan folikel pada indung telur.
2. Tahap operasi petik ovum/ ovum pick-up (OPU) adalah tahap yang dilakukan
ketika sudah terdapat 3 folikel atau lebih yang berdiameter 18 mm pada pagi
hari dan perumbuhan folikelnya seragam.
3. Tahap post OPU adalah tahap yang meliputi 2 fase yaitu transfer embrio dan
terapi obat penunjang kehamilan.

2.1.6 Proses Bayi Tabung


Proses bayi tabung adalah proses dimana sel telur wanita dan sel sperma
pria diambil untuk menjalani proses pembuahan. Proses pembuahan sperma
dengan ovum dipertemukan di luar kandungan pada satu tabung yang dirancang
secara khusus. Setelah terjadi pembuahan lalu menjadi zygot kemudian

9
dimasukkan ke dalam rahim sampai dilahirkan. Berikut adalah beberapa proses
bayi tabung (IVF).
1. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
Untuk mendapatkan kehamilan, satu sel sperma harus bersaing dengan sel
sperma yang lain. Sel Sperma yang kemudian berhasil untuk meneronos sel
telur merupakan sel sperma dengan kualitas terbaik saat itu.
2. Perkembangan Sel telur
Selama masa subur, wanita akan melepaskan satu atau dua sel telur. Sel telur
tersebut akan berjalan melewati saluran telur dan kemudian bertemu dengan
sel sperma pada kehamilan yang normal.
3. Injeksi
Dalam IVF, dokter akan mengumpulkan sel telur sebanyak-banyaknya.
Dokter kemudian memilih sel telur terbaik dengan melakukan seleksi. Pada
proses ini pasien disuntikkan hormon untuk menambah jumlah produksi sel
telur. Perangsangan berlangsung 5 – 6 minggu sampai sel telur dianggap cukup
matang dan siap dibuahi. Proses injeksi ini dapat mengakibatkan adanya efek
samping.
4. Pelepasan Sel telur
Setelah hormon penambah jumlah produksi sel telur bekerja, maka sel telur
siap untuk dikumpulkan. Dokter bedah menggunakan laparoskop untuk
memindahkan sel-sel telur tersebut untuk digunakan pada proses bayi tabung
(IVF) berikutnya.
5. Sperma beku
Sebelumnya suami akan menitipkan sperma kepada laboratorium dan
kemudian dibekukan untuk menanti saat ovulasi. Sperma yang dibekukan
disimpan dalam nitrogen cair yang dicairkan secara hati-hati oleh para tenaga
medis.
6. Menciptakan Embrio
Pada sel sperma dan sel telur yang terbukti sehat, akan sangat mudah bagi
dokter untuk menyatukan keduanya dalam sebuah piring lab. Namun bila
sperma tidak sehat sehingga tidak dapat berenang untuk membuahi sel telur,
maka akan dilakukan ICSI.
7. Embrio Berumur 2 hari
Setelah sel telur dipertemukan dengan sel sperma, akan dihasilkan sel telur
yang telah dibuahi (disebut dengan nama embrio). Embrio ini kemudian akan
membelah seiring dengan waktu. Embrio ini memiliki 4 sel, yang diharapkan
mencapai stage perkembangan yang benar.
8. Pemindahan Embrio
Dokter kemudian memilih 3 embrio terbaik untuk ditransfer yang
diinjeksikan ke sistem reproduksi si pasien.
9. Implanted fetus
Setelah embrio memiliki 4 – 8 sel, embrio akan dipindahkan kedalam rahim
wanita dan kemudian menempel pada rahim. Selanjutnya embrio tumbuh dan
berkembang seperti layaknya kehamilan biasa sehingga kehadiran bakal janin
dapat dideteksi melalui pemeriksaan USG.

10
2.1.7 Pandangan Agama terhadap Bayi Tabung
1. Pandangan Agama Islam
Masalah ini sejak tahun 1980-an telah banyak dibicarakan di kalangan
Islam, baik di tingkat nasional maupun internasional. Misalnya Majlis Tarjih
Muhammadiyah dalam Muktamarnya tahun 1980, mengharamkan bayi tabung
dengan sperma donor sebagaimana diangkat oleh Panji Masyarakat edisi
nomor 514 tanggal 1 September 1986. Lembaga Fiqih Islam Organisasi
Konferensi Islam (OKI) dalam sidangnya di Amman tahun 1986
mengharamkan bayi tabung dengan sperma donor atau ovum, dan
membolehkan pembuahan buatan dengan sel sperma suami dan ovum dari
isteri sendiri. Adapun Fatwa MUI adalah sebagai berikut :
a. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang sah
hukumnya mubah (boleh), sebab hak ini termasuk ikhtiar berdasarkan
kaidah-kaidah agama.
b. Bayi tabung dari pasangan suami-isteri dengan titipan rahim isteri yang lain
(misalnya dari isteri kedua dititipkan pada isteri pertama) hukumnya haram
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, sebab hal ini akan menimbulkan
masalah yang rumit dalam kaitannya dengan masalah warisan (khususnya
antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu
yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
c. Bayi tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal
dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd a z-zari’ah, sebab hal ini
akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam kaitannya dengan
penentuan nasab maupun dalam kaitannya dengan hal kewarisan.
d. Bayi tabung yang sperma dan ovumnya diambil dari selain pasangan suami
isteri yang sah hukumnya haram, karena itu statusnya sama dengan
hubungan kelamin antar lawan jenis di luar pernikahan yang sah (zina), dan
berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah, yaitu untuk menghindarkan terjadinya
perbuatan zina sesungguhnya.
Hukum yang sama juga difatwakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) sebagai
hasil dari forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981.
Hanya saja NU memberikan penekanan bahwa apabila sperma yang ditabung
tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka
hukumnya juga haram. Mani muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan
dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’.
Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan
menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) dalam menggapai karunia
Allah SWT. Salah satunya memelihara fungsi dan kesucian reproduksi bagi
kelangsungan dan kesinambungan generasi umat manusia. Allah telah
menjanjikan setiap kesulitan ada solusi (QS.Al-Insyirah:5-6) termasuk
kesulitan reproduksi manusia dengan adanya kemajuan teknologi kedokteran
dan ilmu biologi modern yang Allah karuniakan kepada umat manusia agar
mereka bersyukur dengan menggunakannya sesuai kaedah ajaran-Nya (Murti,
2015).
Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dalam hal memproses kelahiran
bayi tabung dengan cara asimilasi buatan, dari satu sisi dapat dipandang
11
sebagai suatu keberhasilan untuk mengatasi kesulitan bagi pasangan suami
isteri yang telah lama mengharapkan keturunan ( Zubaidah, 2002 ).
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan selalu
mendorong kepada pemeluk-pemeluknya untuk berkecimpung dan menyelami
lautam ilmu pengetahuan, menyambut penemuan baru ini sebagai hasil
perkembangan pikiran manusia, yang patut dipuji , asal saja penemuan itu
digunakan dalam batas- batas yang tidak bertentangan dengan agama dan tidak
melanggar batas-batas moral dan kemanusiaan (Yusuf, 1989).
Menurut  Keputusan Muktamar Tarjih Muhammadiyah ke-21 di Klaten
yang diadakan dari tanggal 6-11 April 1980 dalam Sidang Seksi A (Bayi
Tabung) menyebutkan bahwa: Bayi tabung menurut proses dengan sperma dan
ovum dari suami-isteri sah menurut Hukum Islam, adalah Mubah, dengan
syarat:
a. Teknis mengambil semen (sperma) dengan cara yang tidak bertentangan
dengan Syari’at Islam.
b. Penempatan zygota seharusnya dilakukan oleh dokter wanita.
c. Resipien adalah isteri sendiri.
d. Status anak dari bayi tabung PLTSI-RRI (sperma dan ovum dari suami-isteri
yang sah, resipien isteri sendiri yang mempunyai ovum itu) adalah anak sah
dari suami-isteri yang bersangkutan (Tarjih Muhammadiyah,1980).
Kemudian Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia Nomor: Kep-
952/MUI/XI/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung, tertanggal 26
November 1990 menyebutkan bahwa:
“Inseminasi buatan/bayi tabung dengan sperma dan ovum yang diambil dari
pasangan suami-isteri yang sah secara muhtaram, dibenarkan oleh Islam,
selama mereka dalam ikatan perkawinan yang sah.” (Kep. MUI No.
952/MUI/IX/1990 tentang Inseminasi Buatan/Bayi Tabung ).
Beberapa ulama berpendapat, antara lain :
a. Hasan Basri mengemukakan bahwa: “Proses kelahiran melalui teknik bayi
tabung menurut agama Islam itu dibolehkan dan sah, asal yang pokok
sperma dan sel telurnya dari pasangan suami-isteri. Hal ini disebabkan
perkembangan ilmu pengetahuan yang menjurus kepada bayi tabung
dengan positif patut disyukuri. Dan ini merupakan karunia Allah SWT,
sebab bisa dibayangkan sepasang suami-isteri yang sudah 14 tahun
mendambakan seorang anak bisa terpenuhi” (Salim, 1993).
b. Husein Yusuf mengemukakan bahwa: “Bayi tabung dilakukan bila sperma
dan ovum dari pasangan suami-isteri yang diproses dalam tabung, setelah
terjadi pembuahan kemudian disarangkan dalam rahim isterinya sampai saat
terjadi kelahiran, maka secara otomatis anak tersebut dapat dipertalikan
keturunannya dengan ayah beserta ibunya, dan anak itu mempunyai
kedudukan yang sah menurut syari’at Islam (Yusuf, 1989).

Dari beberapa pendapat dan pandangan di atas dapat dikemukakan bahwa


penggunaan teknologi bayi tabung tidak menimbulkan persoalan, asal bayi
tabung yang dikembangkan adalah menggunakan sperma dan ovum dari

12
pasangan suami-isteri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim
isteri (Murti, 2015).
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan atu ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina
(prostitusi). Begitu pula bila embrionya ditransfer ke dalam rahim ibu
pengganti (surrogate mother). Sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya.
Terdapat larangan penggunaan sperma donor maupun mentransfer ke dalam
rahim ibu pengganti, seperti terdapat Surat Al-Baqarah ayat 223 dan Surat An-
Nur ayat 30-31.

“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat bercocok tanam, datangilah


tanah tempat bercocok tanammu itu sebagaimana kamu kehendaki.Dan
kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan takwalah pada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Berilah kabar gembira
orang-orang ber-iman”. (QS. Al Baqarah (2): 223).

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka


menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian
lebihsuci bagi mereka, sesunggunnya Allah mengetahui apa yang mereka
perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya dan memelihara kemaluan. (QS An-Nur (24): 30-31).

Ayat di atas memerintahkan kepada suami (laki-laki) mukmin untuk


menahan pandangannya dan kemaluannya, termasuk di dalamnya memelihara
jangan sampai sperma yang keluar dari farjinya (alat kelamin) itu bertaburan
atau ditaburkan ke dalam rahim yang bukan isterinya. Begitu juga wanita yang
beriman diperintahkan untuk menjaga kemaluannya, artinya jangan sampai
farjinya itu menerima sperma yang bukan berasal dari suaminya ( Zubaidah,
2002).
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, maka dapatlah dikemukakan
bahwa seorang isteri tidak diperkenankan untuk menerima sperma dari orang
lain, baik yang dilakukan secara fisik maupun dalam bentuk pre-embrio.Dan
hal yang terakhir ini analog dengan penggunaan sperma donor.Karena di sini
pendonor tidak melakukan hubungan badan secara fisik dengan isteri, tetapi
isteri menerima sperma dalam bentuk pre-embrio.Dan apabila hal ini juga
dilakukan oleh isteri, maka ini juga termasuk dosa besar sesudah syirik.
Kedudukan anaknya adalah sebagai anak zina ( Zubaidah, 2002 ).
13
Selain itu di jelaskan pula Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dari Ruwaifi’ ibnu Sabit :
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir
menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang
lain).” (Riwayat Abu Daud, Juz 2:214 dan Ahmad, Juz 28:199).

2. Pandangan Agama Kristen Katolik


Gereja katolik tidak mengijinkan bayi tabung. Sebab bayi tabung
merupakan teknologi fertilisasi atau Konsepsi yang dilakukan oleh para ahli.
Jika manusia mengolah bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui
kewajaran atau melebihi kuasa Allah Bapa yang sudah menciptakan manusia.
Fertilisasi in vitro menghapuskan tindakan kasih perkawinan sebagai sarana
terjadinya kehamilan, dan bukannya membantu tindakan kasih suami isteri itu
mencapai tujuannya yang alami. Kehidupan baru tidak dibuahkan melalui
suatu tindakan kasih antara suami dan isteri, melainkan melalui suatu prosedur
laboratorium yang dilakukan oleh para dokter atau ahli medis. Suami dan isteri
hanya sekedar sebagai sumber “bahan baku” telur dan sperma, yang kemudian
dimanipulasi oleh seorang ahli sehingga menyebabkan sperma membuahi
telur. Tak jarang pula dipergunakan telur atau sperma dari “donor”. Artinya,
ayah atau ibu genetik dari anak bisa saja seorang lain dari luar perkawinan. Hal
ini dapat menimbulkan situasi yang membingungkan bagi si anak kelak,
apabila ia mengetahui bahwa salah satu dari orangtua yang membesarkannya,
bukanlah orangtua bilogisnya.
Menurut gereja katolik pernikahan bukanlah tujuan untuk mendapatkan
anak, tetapi ada tujuan lain, yaitu untuk menyatukan seorang laki-laki dan
seorang wanita yang sudah direncanakan Tuhan. Dengan melihat janji
pernikahan menurut agama katolik, yaitu:
a. Tidak boleh diceraikan, kecuali oleh maut.
b. Suka
c. Duka
d. Miskin dan
e. Kay a.
Seorang anak akan diberikan Tuhan jika calon orang tua sudah siap.
Karena apa yang diberikan Tuhan, itu semua adalah rencana-Nya, dan itu baik
buat manusia.Persatuan cinta suami istri berlansung secara jasmaniah
sedangkan bayi tabung mengingkari kodrat perkawinan.Seorang suami karena
ingin memiliki anak lalu dia ingin menikah lagi dengan wanita lain sangat
dilarang oleh agama katolik. Karena pernikahan dilakukan untuk seumur hidup
baik suka maupun duka.Praktek IVF / bayi tabung dan ET itu tidak sesuai
dengan ajaran Gereja Katolik, karena beberapa alasan, diantaranya :
a. Umumnya IVF melibatkan aborsi, karena embryo yang tidak berguna
dihancurkan/dibuang.
b. IVF adalah percobaan yang tidak mempertimbangkan harkat sang bayi
sebagai manusia, melainkan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua.
c. Pengambilan sperma dilakukan dengan masturbasi. Masturbasi selalu
dianggap sebagai perbuatan dosa, dan tidak pernah dibenarkan.
14
d. Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang
normal.
e. Praktek IVF atau bayi tabung menghilangkan hak sang anak untuk
dikandung dengan normal, melalui hubungan perkawinan suami istri. Jika
melibatkan ‘ibu angkat’, ini juga berarti menghilangkan haknya untuk
dikandung oleh ibunya yang asli.

3. Pandangan Agama Kristen Protestan


Menurut pandangan agama Kristen protestan, program bayi tabung
diizinkan untuk dilaksanakan. Asalkan, dalam konteks yang melaksanakannya
adalah pasangan suami isteri yang sudah diberkati atau dinikahi. Program ini
dilaksanakan karena banyak orang yang masih mendambakan anak yang lahir
dari rahimnya sendiri. Tuhan berfirman "Segala sesuatu diperbolehkan."
Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan."
Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. (l korintus 10:23).Program
bayi tabung merupakan hasil pemikiran manusia. TUHAN Allah membentuk
manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya,- demikian manusia itu menjadi makhluk yang hidup(Kejadian 2:7).
Bayi tabung boleh dilakukan asalkan dilakukan oleh pasangan suami isteri
yang sah dan tidak melibatkan orang lain. Maksudnya tidak menyewa rahim
atau mengambil sel telur milik wanita lain selain isterinya. Dan tidak
mengambil atau menggunakan sperma laki-laki lain selain suaminya.
Mengapa? karena lebih baik orang itu suami atau isteri menikah lagi, dari pada
melakukan hal ini. Karena perbuatan ini adalah pebuatan berzinah. Sebab ada
tertulis "Jangan berzinah"(Keluaran 20:14). Alangkah baiknya jika pasangan
suami isteri yang ingin memiliki anak mengikuti program ini, dari pada suami
tidak menikahi isteri orang lain dan melakukan hal-hal yang tidak diinginikan.
Demikain halnya dengan pasangan suami isteri yang tidak memiliki biaya
untuk mengikuti program bayi tabung bisa mengandalkan doa. Seperti yang
terdapat di Lukas 1:5-25 [Pemberitahuan tentang kelahiran Yohanes
Pembabtis). Dalam Bagian ini diceritakan bahwa Elisabet adalah perempuan
mandul. Karena Rlisabet dan suaminya Zakharia meminta dengan sungguh-
sungguh dan tanpa henti-henti akhirnya Tuhan menjawab doa mereka.
TUHAN mengutus malaikatnya untuk menyampaikan kabar ini kepada
Zakaria pada saat Zakaria membakar ukupan di Bait Suci. Malaikat juga
mengatakan bahwa kerika anak itu lahir Zakaria harus menamai anak itu
Yohanes. Bayi tabung bukan dilakukan melalui hubungan seks. Itulah
sebabnya agama Kristen menyetujui. Karena pada mulanya Tuhan Yesus lahir
kebumi bukan melalui hubungan seks antara Maaria dan Yusuf, melainkan
melalui roh kudus. (Lukas 2:28-38; Pemberitahuan tentang Kelahiran Yesus)

4. Pandangan Agama Hindu


Menurut Ketut Wilamurti, S.Ag dari Parisada Hindu Dharma Indonesia
(PDHI) dan Bhikku Dhammasubho Mahathera dari Konferensi Sangha Agung
Indonesia  (KASI). Embrio adalah mahluk hidup. Sejak bersatunya sel telur
dan sperma, ruh Brahman sudah ada didalamnya, tanda-tanda kehidupan ini
15
jelas terlihat. Karena itu, embrio yang dihasilkan baik secara alarm" (hamil
karena hubungan seks/tanpa menggunakan teknologi fertilisasi), dan
kehamilan non alami (hamil karena menggunakan teknologi fertilisasi; Bayi
tabung) merupakan suatu hasil ciptaan Ranying Hatalla dan hasil ciptaan
manusia.
Menurut agama Hindu program bayi tabung tidak disetujui karena sudah
melanggar ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar
kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia.Bayi Tabung:
a. Bayi tabung dapat diterima atas persetujuan suami-isteri. Tidak ada satupun
yang bisa meiarang termasuk hukum. Karena hak ini terdapat dalam UUD
bab XA Pasal 28B ayat l yaitu setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.
b. Insemi atau pembuahan secara suntik bagi umat hindu dipandang tidak
sesuaidengan tata kehidupan agama hindu, karena tidak melalui ciptaan
Tuhan. Walaupun bayi tabung bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri
yang siap dan mengingini anak, Agama hindu kaharingan tidak
mengizinkan atau memperbolehkan teknologi fertilisasi ini,karena
perbuatan ini sudah melanggar hak cipta yang yang dilakukan oleh Ranying
Hatalla. Seperti yang diakui oleh umat hindu bahwa Ranying Hatala
Katamparan yaitu Ranyaing Hatala yang telah menciptakan manusia. Pada
mulanya ranying Menciptakan nenek moyang (disebut Raja Bunu) di Pantai
danum Sangiang, sebelum diturunkan ke Pantai Danum Kalunen Ranying
Hatalla terlebih dahulu membekali Raja Bunu dengan segala aturan, tata
cara, bahkan pengalaman langsung untuk menuju ke kehidupan sempurna
yang abadi.

5. Pandangan Agama Budha


Ketika banyak agama merasa terancam dengan pemikiran modern dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Agama Buddha justru
sebaliknya mendapatkan tempat untuk berjalan beriringan. Ketika banyak
agama menolak teori evolusi, perkembangan bioteknologi, maupun teori tanpa
batas tepi (teori kosmologi mengenai ketiadaan awal maupun akhir dari alam
semesta oleh Stephen Hawking), agama Buddha sebaliknya tidak langsung
menolak hal-hal tersebut. Bagi ajaran Buddha, perkembangan tekonologi
bagaikan pisau yang di satu sisi dapat dimanfaatkan untuk memotong di dapur,
namun di sisi lain dapat dipakai untuk menusuk orang lain. Jadi, alih-alih
ajaran Buddha menolak pisau tersebut, melainkan alasan penggunaan pisau
tersebut yang ditolak oleh Beliau ketika dipakai untuk melukai.
Kesimpulannya, di dalam ajaran Agama Buddha itu sendiri tidak ditolak
adanya bayi tabung. Bahkan kloning pun juga tidak di tolak. Jadi, di lain kata
dapat dikatakan bahwa bayi tabung atau inseminasi buatan di dalam agama ini
diperbolehkan.

16
2.2 Transplantasi
2.2.1 Pengertian Transplantasi
Dalam Kamus Kedokteran DORLAND dijelaskan bahwa transplantasi
berasal dari transplantation (trans + L.plantare menanam) berarti penanaman
jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu lain. Adapun
trasplant berarti:
1. Menstransfer jaringan dari satu bagian ke Bagian lain.
2. Organ atau jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam di daerah lain pada
badan yang sama atau ke individu lain.
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ tubuh
tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik
milik orang lain. Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pen-
donor), sedang yang menerima disebut repisien. Cara ini merupakan solusi bagi
penyembuhan organ tubuh tersebut karena penyembuhan atau pengobatan dengan
prosedur medis biasa tidak ada harapan kesembuhannya.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik
yang sangat bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang
berat. Ini adalah terapi alternatif yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
pasien dengan kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dan terus
berkembang dalam dunia kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat
dilakukan begitu saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik,
yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Jika dilihat dari fungsi dan manfaatnya, tranplantasi dikaegorikan sebagai life
saving, maksudnya adalah dengan dilakukannya transplantasi diharapkan bisa
mmperpanjang jangka waktu seseorang untuk bertahan dari penyakit yang
dideritanya.
Dalam 2 dasawarsa terakhir telah dikembangkan teknik transplantasi seperti
transplantasi arteria mamaria interna dalam operasi lintas koroner oleh George E.
Green. dan Parkinson.

2.2.2 Macam-Macam Transplantasi Organ Tubuh


Jika dilihat dari sudut penerima organ, maka transplantasi dibedakan
menjadi:
1. Autotransplantasi yaitu pemindahan organ atau jaringan pada tempat yang lain
dari tubuh orang itu sendiri. Seperti seorang yang pipinya dioperasi untuk
memulihkan bentuk, diambilkan daging dari badannya yang lain dari badannya
sendiri.
2. Homotransplantasi yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari tubuh
yang satu ketubuh yang lain. Atau dari individu ke individu lain yang sama
jenisnya. Maksudnya manusia untuk manusia hewan untuk hewan.
3. Heterotransplantasi yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari dua jenis
individu yang berbeda, misalnya dari hewan ke tubuh manusia.
4. Transplantasi singenik, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang
identik, misalnya pada gambar identik.

17
Sedangkan jika dilihat dari jenis transplantasi itu sendiri dibedakan menjadi
dua:
1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan cornea mata dan menambal bibir
sumbing. Transplantasi jaringan ini jika tidak dilakukan tidak membahayakan
kelangsungan hidup penderita, tujuannya hanyalah menyempurnakan
kekurangan yang ada.
2. Transplantasi organ, seperti jantung, hati, dan ginjal.Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak dilakukan
transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan hidup penderita.

Dalam melakukan transplantasi macam-macam organ yang dapat di


transpantasi yaitu:
1. Organ yang dapat di ambil dari donor hidup:
a. Ginjal
b. Kulit
c. Sumsum tulang belakang
d. Darah (tranfusi darah)
2. Organ yang dapat di ambil dari jenazah
a. Hati
b. Paru
c. Jantung
d. Ginjal
e. Kornea
f. Pankreas.
g. Paru-paru
h. Sel otak

2.2.3 Tujuan transplantasi organ tubuh


Transplantasi merupakan cara atau upaya medis untuk menggantikan organ
atau jaringan yang rusak, atau tidak berfungsi dengan baik. Pada dasarnya
transplantasi bertujuan sebagai usaha terakhir pengobatan bagi orang yang
bersangkutan, setelah usaha pengobatan yang lainnya mengalami kegagalan.
Sementara itu menurut Sa’ad pada dasrnya transplantasi bertujuan untuk:
1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya kebutaan, kerusakan jantung, ginjal
dan sebagainya.
2. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak, atau
mengalami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis,
misalnya bibir sumbing.
3. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

2.2.4 Ketentuan-Ketentuan Dalam Melakukan Transplantasi Organ


Dalam dunia kedokteran, para ahli medis menetapkan tiga tipe donor organ
tubuh, yaitu:
1. Donor dalam keadaan sehat.
Untuk melakukan transplantasi organ tubuh dari orang yang hidup yang
sehat diperlukan seleksi dan penelitian cermat serta menyeluruh (general check
18
up) baik terhadap donor gagalnya transplantasi karena penolakan tubuh
resipien terhadap organ yang di transplantasi, sekaligus mencegah terjadinya
resiko bagi donor. Akibat dari kegagalan ini, menurut penelitian para medis
dinyatakan bahwa seorang dari seribu donor dalam transplantasi organ tubuh
meninggal dunia.

2. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal dunia.
Untuk pengambilan organ tubuh orang yang dalam keadaan yang seperti ini
dilakukan alat kontrol yang ketat dan alat penunjang kehidupan, seperti alat
bantuan pernapasan khusus.

3. Donor dalam keadaan mati.


Para ahli medis menyatakan bahwa tipe transplantasi organ tubuh dari
donor yang telah mati adalah tipe yang ideal, karena para dokter hanya
menunggu kapan donor dianggap mati secara medis dan yuridis. Dalam
kaitannya dengan ini, para ahli medis menyatakan bahwa pengertian mati
dalam syariat Islam maupun dalam dunia kedokteran perlu dipertegas.
Tujuannya adalah agar organ tubuh donor dapat dimanfaatkan. Oleh sebab itu,
harus dibedakan antara mati (wafat) secara klinis atau medis, scara yuridis, dan
secara biologis.
Penentuan kondisi mati ini diperlukan agar dokter yang akan melaksanakan
transplantasi organ tubuh dari donor kepada resipien dapat bekerja dengan
tenang dan tidak dituntut sebagai pelaku pembunuhan oleh keluarga donor

2.2.5 Dasar hukum transplantasi organ tubuh


Hukum transplantasi organ tubuh menurut undang-undang adalah Peraturan
Pemerintah No. 18 Tahun 1981 dan undangundang tentang transplantasi no. 36
Tahun 2009.
Mengenai Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1981 dapat ditafsirkan,
Transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhtikan
ketentuan-katentuan sebagai berikut:
1. Penderita sendiri yang diberikan sebelum ia meninggal dunia tanpa
sepengetahuan keluarganya yang terdekat, dan keluarganya yang terdekat ikut
menyetujui pula.
2. Keluarganya yang terdekat dengan pertimbangan untuk kepentingan ilmu
kedokteran, sehingga dapat diketahui sebab kematian penderita yang
bersangkutan.

2.2.6 Transplantasi dan Donor Organ Tubuh Menurut Para Ulama


Kajian yang membahas tentang praktek transplantasi jaringan maupun organ
dalam khazanah intelektual dan keilmuan fikih Islam klasik relatif jarang dan
hampir tidak pernah dikupas oleh fukaha secara mendetail dan jelas. Oleh karena
itu tidak heran jika hasil ijtihad dan penjelasan tentang masalah ini banyak berasal
dari pemikiran para ahli fikih kontemporer, keputusan lembaga dan institusi Islam
serta simposium nasional maupun internasional.

19
Masalah transplantasi dalam kajian hukum Islam diuraikan menjadi dua
bagian besar pembahasan yaitu:
1. Penanaman jaringan/organ tubuh dari tubuh yang sama.
2. Penanaman jaringan/organ dari individu lain, seperti:
a. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang hidup.
b. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari individu orang mati.
c. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang tidak najis/halal.
d. Penanaman jaringan/organ yang diambil dari binatang najis/haram.

Penanaman organ/jaringan yang diambil dari tubuh ke daerah lain pada tubuh
tersebut. Seperti, praktek transplantasi kulit dari suatu bagian tubuh ke bagian lain
dari tubuhnya yang terbakar atau dalam kasus transplantasi penyumbatan dan
penyempitan pembuluh darah jantung dengan mengambil pembuluh darah pada
bagian kaki. Masalah ini hukumnya adalah boleh berdasarkan analogi (qiyas)
diperbolehkannya seseorang untuk memotong bagian tubuhnya yang
membahayakan keselamatan jiwanya karena suatu sebab.
Penanaman jaringan/organ yang diambil dari orang lain yang masih hidup
yang tidak mengakibatkan kematiannya seperti, organ tubuh ganda diantaranya
ginjal atau kulit atau dapat juga dikategorikan praktek donor darah. Pada dasarnya
masalah ini diperbolehkan hanya harus memenuhi syarat-syarat berikut dalam
prakteknya yaitu:
1. Tidak akan membahayakan kelangsungan hidup yang wajar bagi donatur
jaringan/organ. Karena kaidah hukum Islam menyatakan bahwa suatu bahaya
tidak boleh dihilangkan dengan resiko mendatangkan bahaya
serupa/sebanding.
2. Hal itu harus dilakukan oleh donatur dengan sukarela tanpa paksaan dan tidak
boleh diperjual belikan.
3. Boleh dilakukan bila memang benar-benar transplantasi sebagai alternatif
peluang satu-satunya bagi penyembuhan penyakit pasien dan benar-benar
darurat.
4. Boleh dilakukan bila kemungkinan keberhasilan transplantasi tersebut sangat
besar.

Namun demikian, ada pengecualian dari semua kasus tranplantasi yang


diperbolehkan yaitu tidak dibolehkan tranplantasi buah zakar meskipun organ ini
ganda karena beberapa alasan, yaitu:
1. Merusak citra dan penampilan lahir ciptaan manusia.
2. Mengakibatkan terputusnya keturunan bagi donatur yang masih hidup.
3. Dalam hal ini tranplantasi tidak dinilai darurat dan kebutuhannya tidak
mendesak.
4. Dapat mengacaukan garis keturunan. Sebab menurut ahli kedokteran, organ ini
punya pengaruh dalam menitiskan sifat keturunan.

2.2.7 Pandangan Agama Terhadap Transplantasi


1. Islam

20
Dasar hukum transplantasi organ tubuh terdapat dalam surat Al-Maidah
ayat 32:

“Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka


seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusianya”.
Persoalan transplantasi organ tubuh belum di kenal di zaman klasik,
sehingga kitab-kitab fiqh tidak membicarakan permasalahan ini. Di dunia
modern, persoalan transplantasi organ tubuh mencuat ke permukaan karena
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
kedokteran, sehingga upaya-upaya penyehatan dan penyelamatan kehidupan
manusia semakin banyak ditemukan. Di antara penemuan ilmiah tersebut
adalah penggantian organ tubuh pasien dengan organ tubuh orang lain (donor),
baik donor itu masih hidup maupun telah wafat.
Dalam fiqh Islam kontemporer, pembahasan transplantasi organ tubuh
dikaitkan dengan pembahasan status dan fungsi tubuh manusia, pemanfaatan
organ tubuh manusia secara menyeluruh dan kondisi-kondisi darurat yang
berkaitan dengan pengobatan serta penerapan konsep darurat dalam
permasalahan tubuh manusia. Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh
ada tiga pihak yang terkait dengannya, yaitu:
a. Donor, yaitu: orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang masih
sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya menderita
sakit atau terjadi kelainan.
b. Resipien, yaitu: orang yang menerima organ tubuh dari donor yang karena
satu dan lain hal, organ tubuhnya harus diganti.
c. Tim ahli, yaitu: para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak
donor kepada resipien.

Mengenai permasalahan transplantasi organ tubuh, ada sikap pro dan kontra
dikalangan fuqaha. Disini peneliti mencantumkan beberapa pendapat beserta
alasan masing-masing pakar, antara lain:
a. Ulama yang membolehkan transplantasi donor hidup
Yusuf Qardhawi merupakan seorang ulama yang membolehkan
transplantasi organ hidup. Beliau berpendapat bahwa walaupun tubuh ini
merupakan titipan Allah, namun manusia diberi wewenang untuk
mempergunakan dan memanfaatkannya, sebagaimana boleh mendermakan
harta. Pada hakikatnya harta adalah milik Allah, tapi manusia diberi
wewenang untuk memiliki dan membelanjakannya. Sebagaimana firman
Allah surat an-Nur ayat 33:

“...Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang


dikaruniakan-Nya kepadamu...”

21
Namun, perbedaannya adalah jika kita diperkenankan
membelanjakan seluruh harta kita, tetapi kita tidak boleh mendermakan
seluruh organ tubuh kita.
Kebolehan mendonorkan organ tubuh ketika hidup menurut yusuf
Qardhawi bukan kebolehan yang bersifat mutlak. Melainkan bersyarat,
sehingga tidak diperkenankan mendonorkan sebagian anggota tubuh yang
menimbulkan kesengsaraan atau kemadlaratan dirinya atau bagi seseorang
yang mempunyai hak atas dirinya.
Qadim Zallum dalam bukunya “Beberapa Problem kontemporer
dalam Pandangan Hukum Islam” berpendapat bahwa Syara’ membolehkan
seseorang mendonorkan sebagian organ tubuhnya ketika ia hidup, dengan
syarat suka rela atau tidak dipaksa oleh siapapun. Organ yang didonorkan
bukanlah organ vital, seperti jantung dan hati. Hal ini karena
penyumbangan tersebut dapat mengakibatkan kematian pendonor, padahal
Allah melarang untuk membunuh dirinya sendiri. Sebagaimana firman
Allah dalam surah an-Nisa ayat 29:

“...dan janganlah kamu membunuh dirimu...”

Ketentuan kebolehan mendonorkan organ tubuh ketika masih hidup


menurutnya dikarenakan adanya hak bagi seseorang yang terpotong
tangannya atau tercongkel untuk menuntut adanya diyat atau
memaafkannya.
Memaafkan pemotongan tangan atau pencongkelan mata pada
hakikatnya adalah tindakan penyumbangan diyat. Penyumbangandiyat
disini berarti menetapkan adanya pemilikan diyat, yang berarti pula
memiliki hak adanya pemilikan seseorang atas organ tubuh yang akan
disumbangkan dengan adanya diyat itu.

b. Ulama yang tidak membolehkan transplantasi donor hidup


Berkenaan dengan masalah tranplantasi donor hidup, kebanyakan ahli
fiqh berpendapat bahwa hukumnya haram. Muhammadiyah termasuk orang
yang berpendapat demikian. Dengan alasan bahwa Allah melarang kita
untuk menjerumuskan diri kita dalam kebinasaan.
Al-Marhum Mufti Muhammad Syafi’ dari Pakistan berpendapat bahwa
transplantasi organ manusia tidak diperbolehkan berdasarkan tiga prinsip:
1) Yang dititipkan kepadanya, sehingga manusia tidak memiliki hak untuk
mhidup atau tubuh manusia.
2) Tubuh manusia adalah amanah. Pada dasarnya organ-organ tubuh
manuasia bukan miliknya, melainkan amanah endonorkan satu bagian
pun dari tubuhnya.
3) Praktek tersebut dapat disamakan dengan memperlakukan tubuh manusia
sebagai benda material.

22
2. Kristen Katholik
Robertus Suryatno (keuskupan), transplantasi di perbolehkan jika dengan niat
ikhlas dan tidak untuk diperjual belikan. Karena agama Katolik itu sangat
menjunjung tinggi kehidupan. Dalam pandangan Gereja Katolik, kata Aloysius
Purwa Hadiwardoyo, donasi organ tubuh dianggap sebagai sebuah tindakan
yang tidak bermoral apabila donasi itu dilakukan dengan cara tidak
berprikemanusiaan, apalagi dilakukan berdasarkan prinsip jual beli dengan
mengenakan tarif yang fantastis. “Orang boleh merelakan organ tubuhnya
untuk menolong orang lain asal tidak membahayakan hidup dan kepribadian
sendiri harus dilakukan dengan semangat solidaritas,” katanya

3. Kristen Protestan
Dalam pandangan teologis agama Kristen Protestan, pendeta Wahju S
Wibowo, Ph.D. mengatakan transplantasi dan donor organ penting dilakukan
untuk tujuan pengobatan sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup
seseorang. “Tindakan ini membawa gema kekristenan mengenai kasih,”
ujarnya.
Namun demikian, yang perlu dipertimbangkan adalah status kehidupan
bagi donor organ yang meninggal. Secara etis donor organ meninggal baru
benar-benar bisa dilakukan apabila pendonor sudah meninggal dunia sehingga
menjadi amat penting secara etis. “Hal itu juga berlaku bagi donor tubuh untuk
tujuan pendidikan,” paparnya.
Menurut Firman Sebatin Priatnof (GKI Guntur), di Alkitab tidak
dituliskan mengenai mendonorkan organ tubuh, selama nitnya tulus dan
tujuannya kebaikan itu boleh0boleh saja terutama untuk membantu
kelanngsungan hidup suatu nyawa bukan karena mendonorkan untuk
mendapatkan imbalan brupa materi.

4. Hindu
Pandangan agama Hindu, menurut Prof Nyoman Kertia, didasari pandangan
umat Hindu mengenai panca srada, yakni percaya adanya atman (sinar suci
Tuhan), percaya adanya hukum karma, percaya adanyapunarbawa (kelahiran
kembali), serta percaya adanya moksa (bersatu kembali dengan Tuhan dengan
tidak dilahirkan kembali).
Dengan begitu, donasi organ harus bersifat satvika atau bertujuan mulia,
harus membawa manfaat bagi donor dan penerima donor. “Manfaat akan
didapatkan sepanjang keputusan dibuat dengan pengetahuan dan persetujuan
dari pendonor, penerima donor dan keluarganya,” paparnya.
Menurut Bagus Rai V, transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan karena
adanya hukum karma pala (perbuatan dari akibat) jadi setiap hal baik yang
kita lakukan akan berubah menjadi hal baik dimasa yang akan datang. Umat
Hindu mempercayai bahwa menolong itu merupakan karma baik karena dalam
agama Hindu ada istilah “wasu deva kutum baham” setiap makhluk
bersaudara.

23
5. Budha
Sementara dalam pandangan agama Buddha, kata Biku Dr. Jotidhammo
Mahathera, tidak ada nilai moral yang dilanggar dalam donasi tubuh dan organ
karena hal itu merupakan praktik nyata ajaran Buddha. Bahkan, umat Buddha
Sri Langka merupakan pendonor Kornea mata terbanyak di dunia dan 57
negara menjadi tempat tujuan donor kornea mata. “Umat Buddha meyakini
bahwa jika ia mendonasikan mata pada kehidupan saat ini maka akan memiliki
penglihatan yang lebih baik dalam kehidupan yang akan datang,” ungkapnya.

2.3 Keluarga Berencana(KB)


2.3.1 pengertian keluarga berencana(KB)
KB (Keluarga Berencana) yaitu membatasi jumlah anak, hanya dua, tiga dan
lainnya. Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha
pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara
atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan
(mashlahat) keluarga, masyarakat maupun negara. Dengan demikian, KB di sini
mempunyai arti yang sama dengan tanzim al-nasl (pengaturan keturunan).
Penggunaan istilah ”Keluarga Berencana” juga sama artinya dengan istilah yang
umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, seperti yang digunakan oleh international Planned Parenthood
Federation (IPPF), nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan
di London.
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit
kecil kehidupan bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang seimbang.
Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat diuraikan bahwa
keluarga berencana merupakan suatu usaha yang mengatur banyak jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan
kerugian sebagaia akibat langsung dari kelahiran tersebut. Atau meningkatkan
kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari
pria dan sel telur (ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“Family Planning” yang dalam pelaksanaannya di Negara-Negara Barat
mencakup dua macam (cara), yaitu:
1. Planning Parenthood
Pelaksanaan metode ini menitik beratkan tanggung jawab kedua orang tua
untuk membentuk kehidupan rumah tangga yang aman, tentram, damai,
sejahtera, dan bahagia. Walaupun bukan dengan jalan membatasi jumlah
24
anggota keluarga. Hal ini lebih mendekati istilah Bahasa Arab tanzimun nasli
(Mengatur keturunan).
2. Birth Control
Penerapan metode ini menekankan jumlah anak atau menjarangkan
kelahiran, sesuai dengan situasi dan kondisi suami-istri. Hal ini lebih mirip
dengan istilah Bahasa Arab ‫ل تحديد‬YY‫( النس‬membatasi keturunan). Tetapi dalam
praktiknya di Negara Barat, cara ini juga membolehkan pengguguran
kandungan (abortus da menstrual regulation), pemandulan (infertilitas) dan
pembujangan (tabattul).
Menurut Mahjudin keluarga berencana dibagi menjadi dua pengertian, yaitu
pengertian umum dan khusus. Pengertian umum yaitu suatu usaha yang mengatur
banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa, sehingga bagi ibu maupun bayinya
dan ayahnya serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari dalam kehidupan sehari-hari
berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau
pencegahan pertemuan antara sel sperma dari laki-laki dan sel telur dari
perempuan sekitar persetubuhan( Mahjuddin, 2007: 66-67).

2.3.2 Tujuan KB
Program KB memiliki tujuan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)( Hanafi Hartono, 2010:25).
Sedangkan dalam Tap MPR RI No. II/MPR/1993, Program KB mempunyai
tujuan ganda, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera, dengan mengendalikan
kelahiran serta untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk di Indonesia (Tap
MPR RI No. II/MPR/1993, GBHN (Surabaya: Appolo, 1993-1996), 97).
Dengan berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan keluarga berencana adalah:
1. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga
dan bangsa pada umumnya.
2. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran, sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan negara
untuk meningkatkan produksi.
3. Melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS) sebagai pola hidup keluarga dalam rangka usaha
mendukung keberhasilan program pembangunan manusia seutuhnya yang
sekaligus mendukung program pengendalian laju pertambahan penduduk
Indonesia. (Pusat Pendidikan dan Latihan BKKBN, 15-16)

2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Masyarakat Mengikuti Program KB


Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung ada 6 faktor yang mengarahkan masyarakat menuju
Keluarga Kecil Sejahtera, yaitu:
1. Faktor ekonomi;
2. Mekanisme dan modernisasi;
3. Majunya tingkat pendidikan dari masyarakat;
25
4. Emansipasi wanita;
5. Faktor biologis;
6. Faktor jaminan sosial.

2.3.4 Manfaat KB
Adapun manfaat KB bagi Keluarga seperti yang diterbitkan oleh BKKBN yang
berjudul Keluarga Berencana dan hubungannya dengan kesejahteraan keluarga,
yaitu:
1. Manfaat bagi keluarga
KB pada hakikatnya merupakan usaha secara sadar dan sengaja yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

2. Manfaat bagi kehidupan jasmani


Setelah mengetahui tujuan KB yang tercantum dalam visi dan misi Program
KB yang diterbitka oleh BKKBN, dapat diketahui manfaat KB bagi kehidupan
jasmani yaitu untuk mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan dengan
kesehatan yang terpenuhi. Baik bagi sang ibu yang bertugas mengasuh anak
mulai dari anak ketika masih berupa janin hingga atas kelahirannya anak dari
tugas menyusui selama dua tahun hingga tumbuhlah anak yang sehat dan
berkemampuan tinggi.

3. Manfaat bagi kehidupan rohani


Tujuan KB yang secara umum telah diketahui yakni mewujudkan keluarga
kecil yang sejahtera, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat KB yakni bagi
kehidupan rohani. Dalam hal ini, manfaat KB bagi kehidupan rohani yaitu
menyangkut kesejahteraan keluarga dalam arti kesejahteraan batiniyahnya. Hal
ini bisa diketahui dari perasaan dan ketentraman sebuah keluarga baik
ketentraman hati maupun jiwa dengan adanya ayah, ibu serta anak yang
jumlahnya telah terkonsep sejak awal mereka mengikat tali perkawinan.

4. Manfaat bagi kehidupan sosial dan budaya


Manfaat KB bagi kehidupan sosial dan budaya ini mengandung dua unsur,
yaitu dari aspek soaial serta budayanya. Pertama, manfaat KB bagi kehidupan
sosial yaitu dengan mengurangi tingkat kepadatan penduduk. Adapaun
manfaat bagi kehidupan budaya yaitu dengan menumbuhkan kualitas
pemberlakuan atas dasar dua anak cukup.

5. Manfaat bagi masyarakat


Setelah mengetahui manfaat KB bagi kehidupan sosial maupun budaya,
sehingga manfaat KB bagi masyarakat yakni terciptanya tatanan masyarakat
dari setiap desa untuk lebih bisa saling berinteraksi, saling mengenal, dan
memiliki rasa kemanusiaan dengan mengurangi jumlah penduduk yang
semakin meningkat.

26
6. Manfaat bagi kehidupan ekonomi
Dengan berbagai keinginan masyarakat yang dapat dicapai dan ditempuh
dengan modernisasi yang ada. Seperti ayah sebagai kepala rumah tangga yang
bertugas mencari nafkah, mendidik serta memenuhi segala kebutuhan hidup.
Dia akan lebih bisa mengemban amanatnya dengan baik jika kehidupan ibu
dan anknya sehat dan dalam keluarganya merupakan golongan keluarga yang
terpenuhi atau berkecukupan.

2.3.5 Jenis-jenis Alat Kontrasepsi


Berikut ini adalah beberapa macam alat-alat kontrasepsi yang digunakan
untuk menjalankan program KB. Macam-macam alat kontrasepsi tersebut antara
lain adalah :
1. Alat kontrasepsi berupa kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang
diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah
sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom
merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang sering di-
gunakan.Kondom juga bisa digunakan untuk melindungi pasangan dan diri
sendiri dari virus HIV dan penyakit menular seksual.

2. Alat kontrasepsi berupa diafragma


Kontrasepsi ini adalah kontrasepsi barier yang tidak mengurangi
kenikamatan berhubungan seksual karena terjadi skin to skin kontak antara
penis dengan vagina dan dapat meningkatkan frekuensi sentuhan pada G Spot
dalam. Sayangnya diafragma memiliki efektifitas yang paling rendah
dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya, selain itu pemasangannya harus
oleh tenaga kesehatan dan harganya relatif lebih mahal.

3. Alat kontrasepsi berupa susuk KB (implan)


Susuk disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah
kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan
atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-tabung kecil atau
pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Susuk
dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk
yang akan dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut
akan mengeluarkan hormon sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya
menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi migrasi sperma.Pemakaian
susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap
tahun.Penggunaan kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan
sebelum waktunya jika memang ingin hamil lagi.
Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada
batang korek api. Jika Implant dicabut kesuburan bisa pulih dan
tidak.kehamilan bisa terjadi Cara pencabutan Implan hampir sama dengan
pemasangannya yaitu dengan penyayatan kecil dan dilakukan oleh petugas
kesehatan yang terlatih. Sebelum pemasangan Implan sebaiknya kesehatan Ibu

27
diperiksa terlebih dahulu, dengan tujuan untuk mengetahui apakah Ibu bisa
memakai Implan atau tidak.

4. Alat kontrasepsi berupa pil


Pil Kontrasepsi Kombinasi (OC / Oral Contraception). Berupa kombinasi
dosis rendah estrogen dan progesteron. Merupakan metode KB paling efektif
karena bekerja dengan beberapa cara sekaligus sebagai berikut:
a. Mencegah ovulasi (pematangan dan pelepasan sel telur)
b. Meningkatkan kekentalan lendir leher rahim sehingga menghalangi
masuknya sperma
c. Membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan
Bila pasien disiplin minum OC-nya, bisa dipastikan perlindungan
kontrasepsi hampir 100%. Selain itu, OC merupakan metode yang paling
reversibel, artinya bila pengguna ingin hamil bisa langsung berhenti minum
pil dan biasanya bisa langsung hamil dalam 3 bulan.

2.3.6 Dasar Hukum KB


Berasarkan hukum Yuridis formal Dasar pelaksanaan KB bersumber dari
perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
1. Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1993 Tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara;
2. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah di
daerah;
3. UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintah Desa;
4. UU RI No. 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera;
5. Peraturan Pemerintah RI No. 21 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan
Pembangunan Keluarga Sejahtera;
6. Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1994 tentang Pengelolaan
Perkembangan Kependudukan;
7. Instruksi Presiden RI No. 3 tahun 1996 tentang Pembangunan Keluarga
Sejahtera dalam Rangka Peningkatan Pembangunan Kemiskinan.

2.3.7 Pandangan Agama Terhadap Tindakan KB


1. Islam
Pada zaman Rasullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB atau
mencegah kehamilan di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak ada upaya dan
usaha yang serius untuk menjadikan al-‘azl sebagai amalan yang meluas dan
tindakan yang populer di tengah-tengah masyarakat. Sebagian sahabat
Rasulallah SAW yang melakukannya pun tidak lebih hanya pada kondisi
darurat, ketika hal itu diperlukan oleh keadaan pribadi mereka.
Oleh karena itu, Nabi Muhamad SAW tidak menyuruh dan tidak melarang
azl. Pada masa sekarang ini, manusia banyak menciptakan alat untuk
menciptakan sebagai cara dan alat untuk menghentikan kehamilan. Hal ini
sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim:

28
‫ (( َما ِم ْن‬:‫ فَقَا َل‬،‫ ع َِن ْال َع ْز ِل‬،‫صلَّى اهللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ ُسئِ َل َرسُو ُل اهللا‬:ُ‫ َس ِم َعهُ يَقُول‬،ِّ‫ع َْن أَبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِري‬
َ ‫ َوإِ َذا أَ َرا َد اهللاُ َخ ْل‬،ُ‫آُ ِّل ْال َما ِء يَ ُكونُ ْال َولَد‬
))‫ لَ ْم يَ ْمنَ ْعهُ َش ْي ٌء‬22 ،‫ق َش ْي ٍء‬

”Dari Abi Sa’id al-Khudzri, saya telah mendengar darinya berkata: saya
telah bertanya kepada Rasullah SAW tentang ‘azl, maka Rasulullah berkata:
((tidak ada dari setiap air mani yang menumbuhkan anak, jika Allah tidak
menakdirkan untuk menciptakan sesuatu, Rasulullah tidak mencegah atas
‘azl)).”
Masalah KB, banyak ulama’ yang sepakat akan persetujuannya dalam arti
membolehkan dan terdapat juga ulama’ yang melarang mengikuti KB. Hal ini
dijelaskan oleh Muhammad Hamdani dalam bukunya Pendidikan Agama
Islam “Islam dan Kebidanan” dengan uraian sebagai berikut:
a. Ulama’ yang memperbolehkan yaitu Imam al-Ghazalai, Syaikh al-Hariri,
Syaikh Syalthut.
Mereka berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti program KB
dengan adanya ketentuan antara lain: untuk menjaga kesehatan ibu,
menghindari kesulitan ibu, dan untuk menjarangkan anak. Mereka juga
berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan
pembunuhan, karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap
ketujuh dari penciptaan. Hal ini didasari dengan Q. S. Al-Mu’minun ayat
12, 13, 14.
b. Ulama’ yang melarang yaitu Madkour, Abu A’la al-Maududi.
Mereka melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk
membunuh keturunan seperti firman Allah Q. S. Al- Isra’ ayat 31.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencana


(KB) yang dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-
istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga.
Dengan demikian KB disini mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl
(pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al nasl
(pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam
arti pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.
Pemandulan dan aborsi yang dilarang oleh Islam disini adalah tindakan
pemandulan atau aborsi yang tidak didasari medis yang syari`i. Adapun aborsi
yang dilakukan atas dasar indikasi medis, seperti aborsi untuk menyelamatkan
jiwa ibu atau karena analisa medis melihat kelainan dalam kehamilan,
dibolehkan bahkan diharuskan. Begitu pula dengan pemandulan, jika
dilakukan dalam keadaan darurat karena alasan medis, seperti pemandulan
pada wanita yang terancam jiwanya jika ia hamil atau melahirkan maka
hukumnya mubah.
Kebolehan KB dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan,
baik oleh individu ulama maupun lembaga-lembaga ke Islaman tingkat
nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebolehan KB
dengan pengertian /batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI
(Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam
29
Musyawarah Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan
Pembangunan tahun 1983. Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa
ulama yang membolehkan KB dalam arti tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap
memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode kontrasepsi yang akan
digunakan untuk ber-KB. Fatwa-fatwa dari lembaga dunia Islam tentang
kontrasespi ini:
a. Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo
Dalam muktamar kedua tahun 1385 H/1965 M menetapkan keputusan
sebagai berikut:
1) Sesungguhnya Islam menganjurkan untuk menambah dan
memperbanyak keturunan, karena banyaknya keturunan akan
memperkuat umat Islam secara sosial, ekonomi dan militer. Menambah
kemuliaan dan kekuatan.
2) Jika terdapat darurat yang bersifat pribadi yang mengharuskan
pembatasan keturunan, maka kedua suami istri harus diperlakukan sesuai
dengan kondisi darurat. Dan batasan darurat ini dikembalikan kepada
hati nurani dan kualitas agama setiap pribadi.
3) Tidak sah secara syar’i membuat peraturan berupa pemaksaan kepada
manusia untuk melakukan pembatasan keturunan walaupun dengan
berbagai macam dalih.
4) Pengguguran dengan maksud pembatasan keturunan atau menggunakan
cara yang mengakibatkan kemandulan untuk maksud serupa adalah
sesuatu yang dilarang secara syar’i terhadap suami istri atau lainnya.

b. Pernyataan Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami


Pada sidang ke- 16 Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami membuat fatwa
melarang pembatasan keturunan, dan berikut nashnya:
Majelis mempelajari masalah pembatasan keturunan atau KB,
sebagaimana sebagian para penyeru menamakannya.Anggota majelis
sepakat bahwa para pencetus ide ini hendak membuat makar atau tipu daya
terhadap umat Islam.Dan umat Islam yang menganjurkannya akan jatuh
pada perangkap mereka. Pembatasan ini akan membahayakan secara
politik, ekonomi, sosial dan keamanan. Telah muncul fatwa-fatwa dari para
ulama yang mulia dan terpercaya keilmuan serta keagamaannya yang
mengharamkan pembatasan keturunan ini.Dan pembatasan keturunan
tersebut bertentangan dengan Syari’ah Islam.Umat Islam telah sepakat
bahwa diantara sasaran pernikahan dalam Islam adalah melahirkan
keturunan. Disebutkan dalam hadits shahih dari Rasul saw bahwa wanita
yang subur lebih baik dari yang mandul.

c. Pernyataan Badan Ulama Besar di Kerajaan Arab Saudi


Pernyataan no: 42 tanggal 13/4 1396 H: Dilarang melakukan pembatasan
keturunan secara mutlak. Tidak boleh menolak kehamilan jika sebabnya
adalah takut miskin.Karena Allah Ta’ala yang memberi rejeki yang Maha
Kuat dan Kokoh.Tidak ada binatang di bumi kecuali Allah-lah yang
menanggung rejekinya.Adapun jika mencegah kehamilan karena darurat
30
yang jelas, seperti jika wanita tidak mungkin melahirkan secara wajar dan
akan mengakibatkan harus dilakukan operasi untuk mengeluarkan anaknya.
Atau melambatkan untuk jangka waktu tertentu karena kemashlahatan yang
dipandang suami-istri maka tidak mengapa untuk mencegah kehamilan atau
menundanya. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadits yang
diriwayatkan sebagian besar para sahabat tentang bolehnya ‘azl (coitus
terputus).

d. Pernyataan Majelis Lembaga Fiqh Islami


Dalam edisi ketiga tentang hukum syari’ KB ditetapkan di Mekkah
30-4-1400 H: Majelis Lembaga Fiqh Islami mentepakan secara sepakat
tidak bolehnya melakukan pembatasan keturunan secara mutlak. Tidak
boleh juga menolak/mencegah kehamilan kalau maksudnya karena takut
kemiskinan.Karena Allah Ta’ala yang memberi rejeki yang sangat kuat
dan kokoh.Dan semua binatang di bumi rejekinya telah Allah tentukan.Atau
alasan-alasan lain yang tidak sesuai dengan Syari’ah.Sedangkan mencegah
kehamilan atau menundanya karena sebab-sebab pribadi yang bahayanya
jelas seperti wanita tidak dapat melahirkan secara wajar dan akan
mengakibatkan dilakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya. Maka hal
yang demikian tidak dilarang Syar’i.
Begitu juga jika menundanya disebabkan sesuatu yang sesuai
Syar’i atau secara medis melaui ketetapan dokter muslim terpercaya.
Bahkan dimungkinkan melakukan pencegahan kehamilan dalam
kondisi terbukti bahayanya terhadap ibu dan mengancam kehidupannya
berdasarkan keterangan dokter muslim terpercaya. Adapun seruan
pembatasan keturunan atau menolak kehamilan karena alasan yang bersifat
umum maka tidak boleh secara Syari’ah. Lebih besar dosanya dari itu jika
mewajibkan kepada masyarakat, pada saat harta dihambur-hamburkan
dalam perlombaan senjata untuk menguasai dan menghancurkan
ketimbang untuk pembangunan ekonomi dan pemakmuran serta kebutuhan
masyarakat.

2. Pandangan Agama Kristen


Pandangan tentang manusia menurut kristen harus menjadi acuan utama
dalam membangun keluarga sejahtera. Langkah awal mewujudkan keluarga
sejahtera menurut alkitabiah, tercermin dari perkawinan. Perkawinan sebagai
sebuah proses yang bertanggung jawab, selain itu kristen juga menyebutkan
kesejahteraan keluarga memiliki makna yang sangat penting dengan apa yang
disebut keluarga yang bertanggung jawab. Kepentingan tersebut terletak pada
tanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut akan Allah.
Karena itu, kristen mendukung program KB. Bagi agama kristen, program KB
dapat menunjang terciptanya kebahagian keluarga, dimana hak dan peran
anggotanya dapat diwujudkan secara memadai.  Secara filosofis bertujuan
untuk melindungi hidup. Pandangan ini didasarkaan antara lain baahwa
kebahaagiaan suatu keluarga bergantung dari tiap anggota, bagaimana ia
memainkan peranannya dengan tepat terhadap tiap anggota yang lain.
31
a. Kristen Protestan
Agama kristen protestan memandang kesejahteraan keluarga diletakkan
dan diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real sesuai dengan
kehendak Allah dan tidak melarang umatnya berKB.
b. Kristen Katolik
Menurut kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak suami istri harus
tetap menghormati dan menaati moral katolik dan umat katolik dibolehkan
berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.

5. Pandangan Agama Budha


Masalah kependudukan dan keluarga berencana belum timbul ketika budha
Gotama maasih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajarannya yang relevan
dengan makna keluarga berencana. Kebahagiaan dalam keluarga adalah
adanya hidup harmonis antara suami istri dan antara orang tua dan anaknya.
Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan dan
memperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya. Jadi, bila kita
perhatikan kewajiban tersebut maka program KB patut dilaksanakan karena
KB menimbulkan kesejahteraan keluarga. Keluarga berencana dibenarkan
dalam agama budha dan umat budha dibebaskan memilih cara KB yang cocok
untuk masing-masing

6. Pandangan Agama Hindu


KB menurut agama hindu di perbolehkan karena KB dapat membatasi
jumlah anak dengan tujuan agar sejahtera.

32
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Bayi Tabung
Bahwa bayi tabung dilahirkan sebagai akibat dari hasil proses pengambilan
sperma laki-laki dan ovum perernpuan yangkemudian diopios di dalam sebuah
tabung dan setelah terjadi pem buahan, kemudian disarangkan ke dalam rahim
wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknyajanin pada
umumnya. Bayi tabung pertama yang lahir ke dunia adalah Robert G. Edwards pada
tahun 1978 di Inggris. Menurut Permadi et al, 2008, latar belakang dilakukannya
fertilisasi in vitro dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
a. faktor pria, dilakukan karena Gangguan pada saluran keluar spermatozoa,
Kelumpuhan fisik yang menyebabkan pria tidak mampu melakukan hubungan
seksual, Sangat terbatasnya jumlah spermatozoa yang mampu membuahi sel, dan
hal lainnya.
b. Faktor wanita, dilakukan karena Gangguan pada saluran reproduksi wanita,
adanya antibodi abnormal pada saluran reproduksi wanita, dan hal lainnya.
Bayi tabung memiliki 8 jenis, namun di dalam kasus-kasus penggunaan teknologi
bayi tabung baru mencakup 5 jenis. Adapun peoses bayi tabung adalah sebagai
berikut.
a. Perjuangan Sperma Menembus Sel Telur
b. Perkembangan Sel telur
c. Injeksi
d. Pelepasan Sel telur
e. Sperma beku
f. Menciptakan Embrio
g. Embrio Berumur 2 hari
h. Pemindahan Embrio
i. Implanted fetus
Dalam agama islam, berdasarkan beberapa pendapat dan pandangan dapat
dikemukakan bahwa penggunaan teknologi bayi tabung tidak menimbulkan
persoalan, asal bayi tabung yang dikembangkan adalah menggunakan sperma dan
ovum dari pasangan suami-isteri, kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam
rahim isteri (Murti, 2015). Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan
bantuan donor sperma dan atu ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan
zina (prostitusi).
Dalam agama katolik bayi tabung tidak diijinkan sebab jika manusia mengolah
bayi tabung, artinya manusia itu sudah melampaui kewajaran atau melebihi kuasa
Allah Bapa yang sudah menciptakan manusia. Dalam agama kristen protestan
program bayi tabung diizinkan untuk dilaksanakan. Asalkan, dalam konteks yang
melaksanakannya adalah pasangan suami isteri yang sudah diberkati atau dinikahi.
Dalam agama Hindu, program bayi tabung tidak disetujui karena sudah
melanggar ketentuan. Diartikan melanggar ketentuan karena sudah melanggar
kewajaran Tuhan (Ranying Hatalla) untuk menciptakan manusia. Dalam agama
Budha tidak ditolak adanya bayi tabung, bahkan kloning pun juga tidak di tolak.
33
Jadi, di lain kata dapat dikatakan bahwa bayi tabung atau inseminasi buatan di dalam
agama ini diperbolehkan.

3.1.2 Transplantasi
Transplantasi atau pencangkokan organ tubuh adalah pemindahan organ
tubuh tertentu yang mempunyai daya hidup yang sehat, dari seseorang untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat atau tidak berfungsi dengan baik milik
orang lain. Orang yang anggota tubuhnya dipindahkan disebut donor (pendonor),
sedang yang menerima disebut repisien.
Jika dilihat dari sudut penerima organ, maka transplantasi dibedakan menjadi
4, yaitu Autotransplantasi, Homotransplantasi, Heterotransplantasi, Transplantasi
singenik.
Sedangkan jika dilihat dari jenis transplantasi itu sendiri dibedakan menjadi dua,
yaitu Transplantasi jaringan dan Transplantasi organ,
Dalam melakukan transplantasi macam-macam organ yang dapat di transpantasi
yaitu Organ yang dapat di ambil dari donor hidup dan Organ yang dapat di ambil
dari jenazah.
Adapun menurut Sa’ad pada dasarnya transplantasi bertujuan untuk:
a. Kesembuhan dari suatu penyakit
b. Pemulihan kembali fungsi suatu organ
c. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dalam dunia kedokteran, para ahli medis menetapkan tiga tipe donor organ tubuh,
yaitu:
a. Donor dalam keadaan sehat.
b. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal dunia.
c. Donor dalam keadaan mati.
Dalam agama islam, mengenai permasalahan transplantasi organ tubuh, ada
sikap pro dan kontra dikalangan fuqaha terutama transplantasi yang dilakukan oleh
pendonor yang masih hidup. Dalam agama Kristen Katholik transplantasi di
perbolehkan jika dengan niat ikhlas dan tidak untuk diperjual belikan. Karena agama
Katolik itu sangat menjunjung tinggi kehidupan.  Dalam pandangan teologis agama
Kristen Protestan, pendeta Wahju S Wibowo, Ph.D. mengatakan transplantasi dan
donor organ penting dilakukan untuk tujuan pengobatan sebagai bagian dari
peningkatan kualitas hidup seseorang. Dalam agama hindu, donasi organ harus
bersifat satvika  atau bertujuan mulia, harus membawa manfaat bagi donor dan
penerima donor. Umat Hindu mempercayai bahwa menolong itu merupakan karma
baik karena dalam agama Hindu ada istilah “wasu deva kutum baham” setiap
makhluk bersaudara. Dalam agama Budha, kata Biku Dr. Jotidhammo Mahathera,
tidak ada nilai moral yang dilanggar dalam donasi tubuh dan organ karena hal itu
merupakan praktik nyata ajaran Buddha. Bahkan, umat Buddha Sri Langka
merupakan pendonor Kornea mata terbanyak di dunia.

3.1.3 Keluarga Berencana ( KB )


Menurut Mahjudin keluarga berencana dibagi menjadi dua pengertian, yaitu
pengertian umum dan khusus. Pengertian umum yaitu suatu usaha yang mengatur
banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa, sehingga bagi ibu maupun bayinya
34
dan ayahnya serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari dalam kehidupan sehari-hari
berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau
pencegahan pertemuan antara sel sperma dari laki-laki dan sel telur dari perempuan
sekitar persetubuhan( Mahjuddin, 2007: 66-67).
Istilah Keluarga Berencana (KB), merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
“Family Planning” yang dalam pelaksanaannya di Negara-Negara Barat mencakup
dua macam (cara), yaitu Planning Parenthood dan Birth Control.
Adapun tujuan diadakannya KB adalah sebagai berikut.
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan
b. Meningkatkan martabat kehidupan rakyat
c. Melembagakan dan membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). (Pusat Pendidikan dan Latihan BKKBN, 15-16)
Adapun Faktor-faktor penyebab masyarakat mengikuti program KB adalah
a. Faktor ekonomi;
b. Mekanisme dan modernisasi;
c. Majunya tingkat pendidikan dari masyarakat;
d. Emansipasi wanita;
e. Faktor biologis;
f. Faktor jaminan sosial.
Program KB memiliki banyak manfaat terutama bagi keluarga, jasmani, rohani,
kehidupan sosial dan budaya, masyarakat, dan ekonomi. Adapun alat kontrasepsi
yang sering digunakan dalam menjalankan KB adalah Alat kontrasepsi berupa
kondom, Alat kontrasepsi berupa diafragma, Alat kontrasepsi berupa susuk KB
(implan) dan Alat kontrasepsi berupa pil.
Dalam agama Islam, ada ulama yang, membolehkan adapua yang tidak
membolehkan. Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa KB yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena situasi dan
kondisi tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. KB disini mempunyai arti
sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sedangkan ulama yang tidak
membolehkan sepakat karena Islam menganjurkan untuk menambah dan
memperbanyak keturunan, karena banyaknya keturunan akan memperkuat umat
Islam secara sosial, ekonomi dan militer. Menambah kemuliaan dan kekuatan.
Dalam agama Kristen Protestan memandang kesejahteraan keluarga diletakkan
dan diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real sesuai dengan kehendak Allah
dan tidak melarang umatnya ber KB. Dalam agama kristen katolik dibolehkan
berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.
Dalam agama Budha KB patut dilaksanakan karena KB menimbulkan
kesejahteraan keluarga. Keluarga berencana dibenarkan dalam agama budha dan
umat budha dibebaskan memilih cara KB yang cocok untuk masing-masing
Dalam agama hindu diperbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah anak
dengan tujuan agar sejahtera.

35
3.2 Saran
Makalah ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat di antara dua kalangan yang
berbeda pandangan. Namun hal tersebut dianggap wajar, karena tidak adanya nash yang
secara langsung membolehkan atau mengharamkan bati tabung, transplantasi, KB, dan
masalah-masalah kontemporer lainnnya dan menetapkan hukum berdasarkan ijtihad
para ulama. Oleh karena itu, kita harus memahami betul bagaimana perspektif hukum
yang sesuai dengan al-qur’an dan hadits (bagi pemeluk agama Islam) agar tidak terjadi
ketimpangan dan dapat mencapai kesejahteraan. Selain itu, diperlukan lebih banyak lagi
literatur dalam penyusunan makalah ini agar data dan hasil yang diperoleh lebih
objektif dan kebenarannya dapat divalidasi. Maka dari itu, saran dan kritik dari seluruh
pembaca sangat diperlukan sebagai acuan untuk mengembangkan makalah ini agar
diperoleh kebenaran yang lebih konkrit.

36
DAFTAR PUSTAKA

Haswir. 2011. Hukum Mendonorkan Dan Mentransplantasi Anggota Tubuh Dalam


Islam.Riau: Al-Fikra.
Samil, Ratma Suprapti.2001. Etika Kedokteran Indonesia. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Ebrahim, Abul Fadl Muhsin. 2007. Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi
Organ, dan Eksperimen pada Hewan. Surabaya: Mekar
Suwito. 2011. Problematika Bayi Tabung dan Alternatif Penyelesaiannya. Surabaya: Al-
Hukma.
Haswir. 2011. Hukum Mendonorkan Dan Mentransplantasi Anggota Tubuh Dalam
Islam. Riau: Al-Fikra.

37

Anda mungkin juga menyukai