Runway
Runway
Skripsi
Disusun oleh:
YOGYAKARTA
2012
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan sepanjang
pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau di tulis oleh
orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian
studi pada universitas atau instansi lain.
Yang Menyatakan
iii
HALAMAN MOTTO
( QS. Ar – Radu’ : 11 )
( QS. Al – Insyirah : 6 )
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
dapat terselesaikan
Atas segala kasih sayang, doa, ilmu dan didikan, dukungan, kesabaran serta
Kakakku Tersayang
Pembimbing Akademikku
v
KATA PENGANTAR
1. Ibu, Bapak, dan kakak tercinta yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis dalam menempuh pendidikan.
2. Bapak Ir. Sutjianto S., MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi
Adisutjipto.
3. Bapak Ir. Djarot Wahju Santoso M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik
Penerbangan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta.
4. Bapak Drs. C Suhardiwarno M.Si , selaku Dosen Pembimbing I, terima
kasih atas kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
vi
5. Bapak Karseno, KS, INZ, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing II, terima
kasih atas kesabaran dalam membimbing penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Dedi, Bapak Agung, Bapak Bathur, Bapak Sunandar, Bapak Beni,
Bapak Ito, bapak Edi, Bapak Jauhari, bapak Gunadi dan Bapak Widi yang
telah membimbing penulis selama pencarian data di Bandar Udara Depati
Amir Bangka serta telah memberikan masukan dan sabar dalam
membimbing penulis.
7. Seluruh teman – teman seperjuangan Jurusan Teknik Penerbangan
terutama angkatan 2007.
8. Teman – teman kosan yaitu, De Candra, De mala, De Annisa, De Pini, De
Cici, De Lisa, De Upik yang telah semangat serta doanya terhadap penulis.
9. Seluruh Dosen, Seluruh Staff, dan segenap Civitas Akademika dan
karyawan Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta.
Akhir kata penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan agar skripsi ini menjadi lebih sempurna.
Penulis
vii
ANALISIS PENGEMBANGAN RUNWAY DAN FASILITAS ALAT
BANTU PENDARATAN DI BANDAR UDARA DEPATI AMIR BANGKA
ABSTRAK
Mengingat kondisi Bandar Udara Depati Amir Bangka saat ini kurang
representatif dalam urusan penumpang dan barang. Pemerintah Kabupaten
Bangka Tengah melalui Dinas Perhubungan merencanakan akan melakukan
pengembangan secara bertahap. Hal ini dikarenakan agar Bandar Udara Depati
Amir Bangka dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 series. Serta pengadaan
fasilitas alat bantu pendaratan agar dalam proses pendaratan keselamatannya
lebih terjamin.
Perkembangan jumlah penumpang selama kurun waktu tahun 2006
sampai dengan tahun 2010 di Bandar Udara Depati Amir Bangka mengalami
peningkatan di tiap tahunnya. Panjang runway yang direncanakan 2250 m
memiliki effective length 1937. pesawat rencana yang akan dilayani adalah
Boeing 737 – 400 dengan effective length 2222 m maka panjang landasan yang
dibutuhkan 2582 m. Serta fasilitas alat bantu pendaratan yang dimiliki oleh
Bandar Udara Depati Amir Bangka.
Perkembangan lalu lintas angkutan udara di Bandar Udara Depati Amir
Bangka mengalami peningkatan tiap tahunnya, sehingga perlu dilakukan
pengembangan runway. Dalam pengembangan runway 2250 m tidak dapat
melayani pesawat yang direncanakan yaitu Boeing 737 – 400 dengan Maximum
Takeoff Weight ( MTOW ) maksimum. Untuk fasilitas alat bantu pendaratan
seperti marka, approach lighting, windsock, threshold lighting, runway end
indentification lighting, runway edge light, precission approach path indicator.
Alat bantu pendaratan yang dimiliki oleh Bandara Depati Amir Bangka masih
memerlukan peningkatan.
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 2
1.4. Batasan Masalah....................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian................................................................. 3
ix
2.5 Alat Bantu Pendaratan ........................................................... 15
2.5.1 Marka .......................................................................... 15
2.5.2 Airfield Lighting System ............................................... 16
x
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................... 70
5.2 Saran ..................................................................................... 71
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR SINGKATAN
xiv
PAPI Precission Approach Path Indicator
PAR Precision Approach Radar
PHD Permukaan Horizontal-Dalam
PHL Permukaan Horizontal-Luar
PK Permukaan Kerucut
PL Panjang Runway Actual
PT Permukaan Transisi
RESA Runway End Safety Area
RTIL Runway Threshold Indentification Light
S Kemiringan Runway
SNI Standar Nasional Indonesia
T Temperatur
TCH Threshold Crossing Height
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2250 meter, Tahap II : perpanjangan runway menjadi 2400 meter, dan Tahap
III perpanjangan runway menjadi 2600 meter.
Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam menggunakan
pesawat maka pihak Angkasa Pura II akan mengembangkan dimensi landasan
pacu di Bandar Udara Depati Amir Bangka. Hal ini dikarenakan agar Bandar
Udara Depati Amir Bangka dapat didarati oleh pesawat Boeing 737 series.
Serta pengadaan fasilitas pendaratan agar dalam proses pendaratan
keselamatannya lebih terjamin.
4
5
4) Daerah aman runway (runway end safety area) adalah daerah yang
bersih tanpa benda-benda yang mengganggu, diberi drainase, rata dan
mencakup perkerasan struktur, bahu landasan, bantal hembusan dan
daerah perhentian, apabila disediakan. Daerah ini selain harus mampu
untuk mendukung peralatan pemeliharaan dan dalam keadaan darurat
juga harus mampu mendukung pesawat seandainya pesawat karena
sesuatu hal keluar dari landasan.
6
Lebar runway
Dalam melakukan analisa lebar landas pacu (runway) baik untuk
perencanaan pembangunan baru, maupun untuk perencanaan pengembangan
landas pacu (runway) beberapa ketentuan klasifikasi lebar runway harus
dipenuhi sebagai standar perencanaan Bandar Udara yaitu ketentuan-
ketentuan yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization
( ICAO ). Lebar landas pacu yang direkomendasikan diperlihatkan dalam
tabel 2 1.
( No ) A B C D E F
2) Koreksi temperatur
Pada temperatur yang lebih tinggi dibutuhkan runway yang
lebih panjang sebab temperatur tinggi akan menyebabkan kepadatan
( density ) udara yang rendah, menghasilkan output daya dorong yang
rendah. Suhu temperatur standar adalah 15⁰C atau 59°F. Menurut ICAO
panjang runway harus dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk
setiap kenaikan 1⁰C. Sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m dari
permukaaan laut temperatur akan turun 6.5⁰C.
Dengan dasar ini International Civil Aviation Organization ( ICAO )
menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan rumus:
Ft = 1 + 0,01 { T – ( 15 – 0,0065 x h )}
+5 -3
+10 -5
-5 +7
4 >1800 D 36 – 52 9 – 14
E 52 - 60 9 – 14
G=
13
Code number 1 2 3 4
G max ( % ) 2 2 1 1
2.5.1 Marka
Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Perhubungan Udara
dan Direktorat Keselamatan Udara melalui modul yang berjudul Safety
Regulation yang dimaksud dengan marka adalah suatu tanda yang
dituliskan atau digambarkan diatas permukaan daerah pergerakan
pesawat dengan maksud untuk memberikan suatu petunjuk,
16
atau tinggal landas. Isyarat dan informasi visual ini disediakan dengan
mengatur konfigurasi warna dan intensitas cahaya dari lampu – lampu
khusus tersebut. Pada umumnya, sewaktu akan melakukan pendaratan
atau tinggal landas, penerbangan lebih mengandalkan penglihatannya
ke luar pesawat dari pada melihat instrument yang terdapat dalam
cockpit pesawatnya.
Fasilitas Airfield Lighting System ( AFL ) tidaklah diperlukan
hanya karena cahaya atau penerangan yang dipancarkan, melainkan
lebih pada isyarat dan informasi yang disediakan. Karena itu, fasilitas
ini tidaklah diperlukan pada malam hari saja, namun pada siang hari
dalam cuaca buruk dan setiap kali atas permintaan penerbangan.
Kebutuhan akan instalasi fasilitas Airfield Lighting System ( AFL )
ditentukan menurut kelas Bandar Udaranya dan kategori dari
runwaynya. Semua fasilitas Airfield Lighting System ( AFL ) ini
dioperasikan dan dikendalikan secara jarak jauh dari tower oleh
petugas Air Traffic Control ( ATC ).
Karena operasi penerbangan meliputi dunia internasional, maka
standarisasi atau pembakuan instalasi fasilitas Airfield Lighting System
( AFL ) tersebut merupakan suatu persyaratan yang sangat penting.
Standarisasi ini ditetapkan oleh International Civil Aviation
Organization ( ICAO ) dan wajib dipatuhi oleh semua Negara di dunia.
Seperti halnya fasilitas navigasi udara, maka terhadap fasilitas Airfield
Lighting System ( AFL ) harus dilakukan flight calibration secara
berkala, menurut prosedur dan tata cara yang juga ditetapkan oleh
International Civil Aviation Organization ( ICAO ).
Sesuai dengan kelas Bandaranya atau juga karena keadaan cuaca
pada umumnya di Bandara itu. Fasilitas Airfield Lighting System
( AFL ) dapat diinstalasi High Intensity, Medium Intensity atau Low
Intensity. Disini, intensitas mengacu pada intensitas pancaran cahaya
lampu – lampu dari fasiliats tersebut. Dengan perkataan lain, besaran
watt dari lampu – lampunya.
18
METODOLOGI PENELITIAN
23
24
c. Tahap analisis
Merupakan kajian data primer dan sekunder yang berupa analisis
kebutuhan peningkatan kapasitas runway dan fasilitas alat bantu
pendaratan guna antisipasi peningkatan kebutuhan angkutan udara.
1. Analisis dimensi runway, apakah perencanaan pengembangan
runway dapat melayani pesawat yang direncanakan.
2. Fasilitas alat bantu pendaratan apa saja yang dimiliki oleh Bandar
Udara Depati Amir Bangka. Serta Annex 14 dan Keputusan Menteri
Perhubungan untuk membandingkan standarisasi dari
pengembangan runway dan fasilitas alat bantu pendaratan yang
dimiliki oleh Bandar Udara Depati Amir Bangka.
26
Mulai
Tujuan
Pengumpulan Data
Valid
Ya
Final
2. Tujuan
Penetapan tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai
dalam penelitian sehingga dapat mendapatkan tujuan terhadap objek
yang akan diteliti.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data berisi metode – metode dan cara – cara
memperoleh data sebagai bagian yang sangat penting dalam
kesuksesan dalam penelitian. Data – data yang dikumpulkan data
yang sebenarnya atau tidak mengada – ada. Data yang disajikan harus
valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
29
30
I. Data Umum
3. Kelas : Domestik
6. Email : ap2_pgk@angkasapura2.co.id
II. Lokasi
14. Landasan
Arah : 16 – 34
Dimensi : 2000 m × 30 m
31
15. Taxiway
Dimensi ( A ) : 153 m × 20 m
Dimensi ( B ) : 136 m × 20 m
16. Apron
Dimensi : 225 m × 60 m
23. Meteo
Pengamatan : Tersedia
Prakiraan : Tersedia
32
No Tahun Pesawat
1. 2006 3.576
2. 2007 3.541
3. 2008 3.534
4. 2009 4.278
5. 2010 4.641
1. 2006 338.906
2. 2007 368.442
3. 2008 400.508
4. 2009 482.899
5. 2010 552.213
1. 2006 2.934
2. 2007 4.613
3. 2008 5.325
4. 2009 4.459
5. 2010 5.735
( No ) A B C D E F
e. Engine Type : 56 – 3B – 2
f. Wingspan : 28.90 m ( 94 ft 9 in )
h. Height : 11.15 m ( 36 ft 7 in )
Ditanya :
Aeroplane Reference Field Length ( ARFL ) Bandar Udara Depati
Amir Bangka setelah pengembangan ( Tahap I ) ?
Jawab :
39
= 1,0077
Diketahui :
ARFL Boeing 737 – 400 : 2222 m
Ketinggian ( Elevasi ) : 33 meter
Temperatur : 30°C
Kemiringan ( Slope ) : 0,7 %
Ditanya :
Panjang runway yang dibutuhkan untuk pesawat Boeing 737 – 400
Jawab :
1. Koreksi terhadap Ketinggian
= 1,0077
PL = 2582 meter
RWY 34 :
RWY 16 (eksisting): RWY 16 (ultimate):
31,66 m MSL
26,00 m MSL 26,00 m MSL
2.000 m 600 m
(eksisting) (pengembangan) ( not to scale )
Gambar 4.1 Ilustrasi titik referensi AES pada tahap akhir pengembangan
Keterangan :
PT : Permukaan Transisi
PK : Permukaan Kerucut
4.4.1 Marka
Marka adalah suatu tanda yang dituliskan atau
digambarkan di atas permukaan dengan maksud untuk
memberikan suatu petunjuk, menginformasikan suatu kondisi
( gangguan atau larangan ) atau menggambarkan batas – batas.
Adapun bentuk dan ukuran marka runway pada Bandar Udara
Depati Amir Bangka berdasarkan standarisasi dari ICAO
( Annex 14 ) atau KM 21 Tahun 2005 tentang Pemberlakuan
Standar Nasional Indonesia ( SNI ) 03-7095-2005 Mengenai
Marka dan Rambu pada Daerah Pergerakan Pesawat Udara di
Bandar Udara yaitu :
50
3. Threshold Marking
Threshold marking adalah tanda berupa garis – garis
putih sejajar dengan arah runway yang terletak di
permulaan runway. Letaknya 6 meter dari awal runway.
Threshold marking berfungsi sebagai tanda permulaan
runway yang digunakan untuk pendaratan ( Landing ).
Adapun bentuk dan ukuran threshold marking dapat dilihat
pada gambar 4.6.
Keterangan :
Keterangan :
- Panjang a + b : 50 m s/d 75m
- Lebar garis :
1) Precision runway : 0,9 m
( category ii & iii ).
2) Precision approach cat I : 0,45 m
3) Non instrument : 0,3 m
4) Non precision runway : 0,45 m
( code 3 & 4 )
5) Non precision runway : 0,3 m
( code 1 & 2 )
Panjang Panjang
Panjang
runway 800 runway 1200 Panjang
runway
Lokasi dan dimensi m sampai m sampai runway 2400
kurang dari
dengan dengan 2399 m atau lebih
800 m
1199 m m
Panjang stripe
30 m – 45 m 30 m – 45 m 45 m – 60 m 45 m – 60 m
( panjang b )
Lebar ( c ) 4m 6m 6 m – 10 m 6 m – 10 m
6. Touchdown Marking
Touchdown marking adalah tanda di runway yang
terdiri dari garis – garis berwarna putih berpasangan di
kiri–kanan dari garis tengah runway. Fungsinya
menunjukkan panjang runway yang masih tersedia pada
saat melakukan pendaratan. Touchdown marking terletak
simetris pada kiri – kanan garis tengah runway. Untuk letak
dan ukuran touchdown marking dapat dilihat pada gambar
4.9.
Keterangan :
Landing distance
available or the
Pair ( s ) of marking Jumlah garis
distance between
threshold
4.4.3 Windsock
Windsock adalah suatu tanda yang memberi tahu arah
angin bagi pendaratan atau lepas landas suatu pesawat terbang
( lihat gambar 4.10 ).
Definisi PAPI
Salah satu alat bantu pendaratan visual adalah Precission
Approach Path Indicator ( PAPI ). ( lihat gambar 4.14 )
unit berada pada sisi kiri arah pendaratan dan yang lainnya
berada pada sisi kanan arah pendaratan.
Salah satu alat bantu pendaratan visual yang ada di Bandar Udara
Depati Amir Bangka yaitu marka. Pada pembahasan tentang marka pada
halaman 47, ada beberapa marka yang harus dilakukan penambahan ukuran
dan penempatan sesuai dengan standar yang diberlakukan oleh ICAO
( Annex 14 ) dan Standar Nasional Indonesia. Adapun marka yang harus
dilakukan penambahan ukuran pada threshold marking yaitu pada
banyaknya stripe menjadi 12 dan banyaknya celah 10.
5.1 Kesimpulan
3. Fasilitas alat bantu pendaratan yang dimiliki oleh Bandar Udara Depati
Amir Bangka adalah marka yang terdiri dari Runway Side Strip Marking,
Runway Designation Marking, Threshold Marking, Runway Centre Line
Marking, Aiming Point Marking, dan Touchdown Marking , beserta alat
bantu pendaratan visual seperti windsock dan yang berbentuk
lampu / cahaya ( lights ) yang terdiri dari Approach Lighting, Windsock,
Threshold Lighting, Runway End Indentification Lighting, Runway Edge
Light, Precission Approach Path Indicator.
70
71
5.2 Saran
Harijanto, Fr. 2000. Buku I Teknik Bandar Udara. Penerbit Ananda : Yogyakarta.
72
Keputusan Menteri Perhubungan. Tentang Pemberlakuan Standar Nasional
Indonesia ( SNI )03 – 7112 – 2005 Mengenai Kawasan Keselamatan
Operasi Penerbangan sebagai Standar Wajib. Nomor : KM 44 tahun
2005.
http://www.boeing.com
http://www.google.com
73
Tahap I
Tahap II Tahap III
NO Fasilitas Eksisting Stage I Stage II
(2018-2022) (2023-2030)
(2008-2011) (2011-2017)
2 Rute Terjauh Domestik Babel - Jakarta Babel - Bali Babel - Bali Babel - Bali Babel - Bali
Rute Terjauh Internasional - Babel - Malaysia Babel - Malaysia Babel - Malaysia Babel - Malaysia
4 Runway Operational Category Instrument Non Presisi Instrument Non Instrument Presisi Instrument Presisi Instrument Presisi
Presisi
Cat 1 Cat 1 Cat 1
5 Dimensi (2.000 x 30) m2 (2.250 x 45) m2 (2.250 x 45) m2 (2.400 x 45) m2 (2.600 x 45) m2
Runway
6 Runway Strip (2.115 x 150) m2 (2.370 x 150) m2 (2.490 x 300) m2 (2.640 x 300) m2 (2.840 x 300) m2
11 RESA RW 16 (100 x 150) m2 (100 x 150) m2 (90 x 240) m2 (90 x 240) m2 (90 x 240) m2
Tahap I
Tahap II Tahap III
NO Fasilitas Eksisting Stage I Stage II
(2018-2022) (2023-2030)
(2008-2011) (2011-2017)
RW 34 (40 x 150) m2 (90 x 150) m2 (90 x 240) m2 (90 x 240) m2 (90 x 240) m2
12 Stop Way RW 16 (60 x 30) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2
RW 34 (60 x 30) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2 (60 x 45) m2
13 Turning Area RW 16 2 (95 x 20) m2 2 (95 x 20) m2 (75 x 15) m2 (75 x 15) m2 (75 x 15) m2
RW 34 (95 x 20) m2 (95 x 20) m2 (75 x 15) m2 (75 x 15) m2 (75 x 15) m2
Pararel - - - - -
Tahap I
Tahap II Tahap III
NO Fasilitas Eksisting Stage I Stage II
(2018-2022) (2023-2030)
(2008-2011) (2011-2017)
M50 1 1 - - -
M100-150 2 2 4 2 2
M150-200 - 2 3 5 6
Dimensi (268 x 60) m2 (268 x 60) m2 & (225 (300 x 92) m2 (350 x 92) m2 (410 x 92) m2
x 92) m2
Total Stands 3 5 7 7 8
20,700 m2
18 Fasilitas Navigasi VOR/ DME/ NDB VOR/ DME/ NDB VOR/ DME VOR/ DME VOR/ DME
20 Fasilitas Bantu Pendaratan Visual R/W Light, T/X Edge R/W Light, T/X Edge R/W Light, T/X Edge R/W Light, T/X Edge R/W Light, T/X
Light, Light, Light, Light, Edge Light,
Tahap I
Tahap II Tahap III
NO Fasilitas Eksisting Stage I Stage II
(2018-2022) (2023-2030)
(2008-2011) (2011-2017)
RW 16 A/P Light, Wind Cone, A/P Light, Wind Cone A/P Light, Wind Cone A/P Light, Wind A/P Light, Wind
Cone Cone
PAPI, Treshold Light, PAPI, Treshold Light, RTIL, R/W Lighting,
Marka, RTIL, R/W Lighting, RTIL, R/W Lighting,
REIL, R/W Edge Lights RTIL, R/W Edge Marka, Marka,
Lights PAPI
R/W End Light, MALS PAPI PAPI
R/W End Light, PALS PAPI, PALS Cat I
Cat I PAPI, PALS Cat I PAPI, PALS Cat I
21 Fasilitas Bantu Pendaratan ILS - - Localizer, Glide Path, Localizer, Glide Localizer, Glide
Path, Path,
Inner Marker, Middle
Marker Inner Marker, Inner Marker,
Middle Marker Middle Marker
Outter Marker
Outter Marker Out Marker
22 Fasilitas Komunikasi Penerbangan Transmitter VHF, Transmitter VHF, Transmitter VHF, Transmitter VHF, Transmitter VHF,
Receiver VHF Receiver VHF Receiver VHF Receiver VHF Receiver VHF
HF SSB, AMSC, Telex HF SSB, AMSC, Telex HF SSB, AMSC, Telex HF SSB, AMSC, HF SSB, AMSC,
Telex Telex
BAB 3
Tabel 3-1
Data Umum
- Desa Beluluk
- Jarak dari pusat kota 7 Km dari kota Pangkalpinang, bila mengikuti jalan
raya. 5.4 Km bila ditarik garis lurus ke arah
Bandar udara Depati Amir.
aisdepatiamir@ymail.com
Tabel 3-2
Jam Operasi
Tabel 3-3
Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
1. Kategori VI (enam)
- Ambulance 2 Unit
PT ANGKASA PURA II ( Persero )
KANTOR CABANG BANDARA DEPATI AMIR BANGKA
Tabel 3-4
Pengisian Bahan Bakar