Anda di halaman 1dari 1

Nats: *Mazmur 103:1-5* Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku!

Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap


batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala
kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang
memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,
sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.

Berulang kali Alkitab memakai figur burung rajawali sebagai lambang dalam kehidupan kerohanian, termasuk
mazmur Daud. Entah mengapa, burung rajawali memang menonjol sebagai lambang atau kiasan. Pelbagai
bangsa serta budaya mengagungkannya. Mulai dari Mesir, Yunani, Romawi Kuno hingga Swedia dan suku
Indian serta Amerika. Bahkan bangsa kita, Indonesia mengaitkannya dengan sosok mitologis burung Garuda.
Konon, banyak yang memandang burung ini sebagai titisan dewa atau utusan surga. Sosok penghubung antara
langit dengan bumi.

*Raja Daud*, mengumpamakan *siapa yang menerima dan mengalami belas kasihan Tuhan bagaikan seekor
rajawali*. Rajawali gemar terbang di ketinggian, punya mata yang tajam untuk mengintai mangsa, sayap yang
kuat dan stabil tidak pernah lelah saat berada di langit menghadapi badai sekalipun. Namun ada siklus saat
rajawali *mengalami masa "sulit"*, ia punya kebiasaan "meremajakan diri" mencari tempat yang tinggi di atas
bukit batu, dengan berjemur cahaya matahari hingga bulu-bulunya rontok, dia harus melewati transformasi
tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk
melewati transformasi yang menyakitkan itu. Sesudahnya ia terbang lagi dengan kekuatan sekaligus
penampilan baru.

Agaknya kebiasaan ini menjadi latar belakang dari ayat 5 .. sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada
burung rajawali. Biasanya kita cenderung menyukai simbol rajawali karena kesan perkasa atau kegagahannya.
Padahal tak selalu begitu. Ada saatnya rajawali menjadi letih, lemah, semakin menua, harus mengalami
pembaharuan. Hanya, menariknya, rajawali tahu kemana ia harus pergi tatkala keletihan mengunjunginya. Ia
naik ke puncak yang tinggi, mendekat ke matahari! Akibatnya, ia merasakan peremajaan, pembaharuan
kekuatan.

Sejujurnya, iman kita tak selalu kuat. Tak perlu menutupinya atau berpura-pura senantiasa kuat hebat. Apalagi
berlagak jagoan dalam soal iman. Sungguh tidak perlu. Terlebih penting, saat iman kita lemah lesu bahkan
mulai goyah, kita tahu harus kemana. Naik ke puncak Tuhan, hanya mendekat pada-Nya, sumber segala
kekuatan dan kesegaran baru jiwa kita. Oleh sebab itu katakana kepada jiwa kita, .. *Pujilah TUHAN, hai
jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku! Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan
segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu,
Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat, Dia
yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan.* Tuhan Yesus memberkati.

Anda mungkin juga menyukai