Anda di halaman 1dari 18

Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEBIJAKAN MODEL BISNIS BANK WAKAF MIKRO SEBAGAI SOLUSI PEMBERDAYAAN


EKONOMI MASYARAKAT

Hari Sutra Disemadi1*, Kholis Roisah2


1Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Luwuk- Banggai
2Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

haridisemadi@gmail.com

ABSTRACT

The presence of Micro Waqf Bank (BWM) as part of the Micro Finance Institution is expected to reduce
inequality and poverty in the community. BWM as a financial institution aims to provide convenience in
providing capital and financing to the middle to lower-income community and micro, small and medium
enterprises (MSMEs). The purpose of this study is intended to provide an overview of the policy (regulation)
mechanism of BWM work as a solution for community economic empowerment. This research is doctrinal
research, which is research that uses normative legal research methods. The results of this study indicate that
the establishment of BWM is currently still based on the Law on Microfinance Institutions by applying sharia
principles in its operation. The presence of policies related to BWM aims to provide a legal basis for its
operation. The presence of BWM is comprehensive support to encourage the economic empowerment of
communities and MSMEs which are constrained by access to funding to formal financial institutions.

Keywords: Policy; Micro Waqf Bank; Economic Empowerment; Society.

ABSTRAK

Kehadiran Bank Wakaf Mikro (BWM) sebagai bagian dari Lembaga Keuangan Mikro diharapkan mampu
mengurangi ketimpangan dan kemiskinan di masyarakat. BWM sebagai lembaga keuangan bertujuan untuk
memberikan kemudahan dalam memeberikan permodalan serta pembiayaan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah kebawah dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai kebijakan (regulasi) mekanisme kerja BWM sebagai
solusi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian doktrinal, yaitu penelitian yang
menggunakan metode penelitian hukum normatif (normative legal research). Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa pendirian BWM saat ini masih berdasarkan Undang-Undang tentang Lembaga Keuangan
Mikro dengan menerapkan prinsip syariah dalam pengoperasiannya. Hadirnya kebijakan terkait BWM
bertujuan untuk memberikan landasan hukum dalam pengoperasionalisasinya. Kehadiran BWM merupakan
dukungan yang komprehensif dalam upaya” mendorong pemberdayaan ekonomi masyarakat dan UMKM
yang terkendala akses pendanaan ke lembaga keuangan formal.

Kata Kunci: Kebijakan; Bank Wakaf Mikro; Pemberdayaan Ekonomi; Masyarakat.

*
Corresponding Author

177
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN Indonesia (Mujiono, 2017). Kebijakan terkait


Bertahun-tahun ketimpangan dan kemiskinan lembaga-lembaga keuangan merupakan salah satu
telah berlangsung di Indonesia. Media online resmi faktor bertumbuh kembanganya lembaga keuangan
Badan Pusat Statistik (BPS) di bulan Maret 2018 di Indonesia. Sebagai upaya meningkatkan
merilis profil kemiskinan di Indonesia, dengan data pemberdayaan terhadap masyarakat”
presentase sebagai berikut: berpenghasilan menengah “kebawah dan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM) sangat
dibutuhkan adanya support dari lembaga-lembaga
keuangan. Namun, pada kenyataannya masyarakat
kurang mampu dan UMKM mendapatkan kendala
terhadap akses pendanaan ke lembaga” perbankan
(Baskara, 2013). Dewasa ini, dalam “menangani
kendala akses pendanaan tersebut, di dalam
lingkungan masyarakat telah lahir dan bekembang
banyak lembaga keuangan non-bank. Lembaga
keuangan non-bank tersebut melakukan kegiatan
Pada bulan Maret 2018, Jumlah penduduk usahanya berkaitan dengan pemberdayaan
miskin di “Indonesia mencapai 25,97 juta orang masyarakat serta jasa pengembangan UMKM
(9,82%), berkurang sebesar 633,2 ribu orang (Mujiono, 2016). Dewasa ini, lembaga-lembaga
dibandingkan dengan kondisisi September 2017 keuangan non bank tersebut dikenal sebagai”
yang sebesar 26,58 juta orang (10,12%) dari total Lembaga Keuangan Mikro (Daulay, 2016).
jumlah penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang
2018). Upaya dalam mengurangi presentase jumlah merupakan bagian dari industri “keuangan non bank
penduduk miskin tersebut, perlu peran aktif (IKNB) dapat diklasifikasikan kedalam 2 kategori
pemerintah serta seluruh elemen masyarakat, IKNB yaitu IKNB konvensional dan IKNB syariah
contohnya dengan cara pemberdayaan terhadap (Wiwoho, 2014). Bersamaan dengan IKNB
masyarakat yang kurang mampu dengan konvensional, IKNB syariah juga merupakan industri
menambahkan fungsi” pendampingan (Syafe’i, dalam bidang kegiatan yang berkaitan dengan
2017). aktivitas di industri dana pensiun, asuransi,
Peran pemerintah dalam mendorong pembiayaan dan lembaga jasa keuangan lainya,
tumbuhnya “perekonomian masyarakat, dapat dilihat namun dalam pelaksanaannya berbasis Islam atau
dengan lahirnya lembaga-lembaga keuangan di

178
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

tidak bertentangan dengan” prinsip syariah Adanya “peran aktif pemeritah dan pesantren
(Muhtaron, 2016). sebagai elemen masyarakat dalam mendorong
Disamping peran pemerintah, masyarakat juga pemberdayaan masyarakat melahirkan lembaga
memiliki peran strategis yaitu dalam pendampingan keuangan mikro berbasis hukum syariah. Dampak
untuk meningkatkan tumbuhnya perekonomian positif tumbuhnya LKM mendorong peningkatan
nasional (Paramita & Zulkarnain, 2018). “Elemen kinerja keuangan yang lebih baik pula” (Quayes, &
masyarakat yang mempunyai peran strategis Hasan, 2014). LKM yang berkembang saat ini yaitu
tersebut adalah Pesantren. Berdasarkan data dari Bank Wakaf Mikro (BWM). Platform BWM ini adalah
hasil” penelitian yang dilakukan Diklat Kemenag Lembaga Keuangan Mikro Syariah dengan tujuan
terbaru, ditemukan peningkatan jumlah pesantren memfasilitasi akses pembiayaan bagi masyarakat
sebagai berikut (Setiawan, 2017) : kurang mampu dan UMKM yang tidak memiliki akses
pada lembaga keuangan formal (Mujiono, 2017).
Hadirnya BWM dapat mempertemukan “donatur atau
pihak yang memiliki kelebihan dana untuk
didonasikan kepada masyarakat yang membutuhkan
permodalan usaha dengan imbal hasil yang” rendah.
Dalam siaran pers OJK SP
75/DHMS/OJK/XI/2018, Perkembangan “BWM
dimulai dari Oktober 2017 hingga sekarang yang
diinisiasi oleh OJK bersama Lembaga Amil Zakat
Nasional Bangun Sejahtera Mitra (LAZNAS BSM).
November 2018, Bank Wakaf Mikro secara
Indonesia sebagai negara dengan populasi keseluruhan memiliki 7.542 nasabah dengan
masyarakat Muslim terbesar di dunia memiliki begitu penyaluran pembiayaan Rp. 9,14 miliar dan jumlah
banyak Pesantren yang tersebar di seluruh wilayah. Bank Wakaf Mikro sudah 35 yang terdaftar di OJK
Data di atas menunjukan, “lonjakan pertumbuhan (Otoritas Jasa Keuangan, 2018).
pesantren periode tahun 2003-2004 hingga 2014- Secara etimologi, wakaf bersal dari Bahasa
2015 berjumlah 14.305. Jumlah tersebut memiliki Arab yaitu waqf yang berarti al-Habs. “Kata ini pada
potensi yang sangat besar dalam memberdayakan dasarnya berarti menahan, berenti atau diam.
masyarakat serta berperan aktif dalam Sebagai satu istilah syariah Islam, wakaf diartikan
mengentaskan kemiskinan dan mengikis sebagai penahan hak milik atas materi benda untuk
kesenjangan” ekonomi (Syafe’i, 2017). tujuan menyedekahkan mamfaat atau faedahnya (al-

179
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

mamfa’ah), contohnya harta seperti tanah. Pasal 1 pada sumber dana pendirian dan operasional yang
Angka 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 diambil dari wakaf uang, yakni donasi masyarakat,
Tentang Wakaf” mendefinisikan “wakaf adalah khususnya para pengusaha besar dan/atau
perbuatan hukum wakif (pihak yang mewakafkan perusahaan besar yang memiliki kepedulian tinggi
harta benda miliknya) untuk memisahkan dan/atau terhadap pemberdayaan masyarakat kurang mampu
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dan pengentasan kemiskininan di Indonesia. Wakaf
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu uang yang dikelola oleh Bank Wakaf Mikro
tertentu sesuai dengan kepentingganya guna merupakan salah satu instrumen ekonomi Islam
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum dalam upaya mensejahterakan umat. Potensi
menurut syariah”. Berdasarkan pengertian wakaf “pertumbuhan BWM di Indonesia sangatlah besar,
diatas, wakaf kerap diarahkan pada benda wakaf dikarenakan seluruh penduduk Indonesia,
yang tidak bergerak, “namun dalam mayoritasnya adalah beragama Islam. Melalui BWM,
perkembangannya munculah wakaf benda bergerak. target pasar yang dibidik oleh OJK adalah
Wakaf benda yang bergerak mengemuka akhir-akhir masyarakat kurang mampu yang memiliki kemauan
ini sebagai contoh adalah wakaf uang (cash waqf) untuk bekerja” dan memilliki sifat amanah dan
(Gina & Effendi, 2015).” terdidik (Daulay, 2016).
Pasal 16 Ayat 3 UU tentang Wakaf juga Keberadaan Undang-Undang No. 1 Tahun
menyebutkan “harta benda wakaf bergerak adalah 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro menjadi
harta yang tidak bisa habis karena dikonsumsi dasar hukum bagi kehadiran BWM, yang mana BWM
meliputi uang, logam mulia, surat berharga, merupakan bagian dari LKM itu sendiri. UU tentang
kendaraan, ha katas kekayaan intelektual, hak sewa, LKM menyebutkan “LKM adalah lembaga keuangan
benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan yang khusus didirikan untuk memberikan
syariah dan peraturan perundang-undangan yang pengembangan usaha dan pemberdayaan
berlaku”. masyarakat, baik melalui pinjaman atau pembiayaan
Berkembangnya wakaf uang memiliki dalam usaha skala mikro kepada anggota dan
kontribusi atas kehadiran Bank Wakaf Mikro (BWM) masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun
di Indonesia. “BWM menjadi salah satu lembaga pemberian jasa konsultasi pengembangan usaha
intermediasi yang mepunyai potensi sangat besar yang tidak semata-mata mencari keuntungan”.
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Lahirnya BWM dimaksudkan untuk
masyarakat kurang mampu dan UMKM baik dari sisi pemberdayaan dan menumbuhkan taraf hidup
volume ataupun jumlah usaha. Terkait penamaan masyarakat (Mia, 2016). “Pemberdayaan adalah
Bank Wakaf Mikro (BWM) itu sendiri disandarkan upaya untuk membangun daya masyarakat dengan

180
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

mendorong, memotivasi dan membangkitkan 2016). Namun pada kenyataannya, sejak tahun 2007
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya BWM yang telah diberikan izin oleh OJK hingga
mengembangkannya. Pemberdayaan akan Desember 2018 hanya sebanyak 38 lembaga saja”
menambah kemampuan diri untuk menjadi lebih (Otoritas Jasa Keuangan, 2018).
potensial dari sebelumnya sehingga akan dapat Permasalahan yang perlu dikaji dalam
memberikan mamfaat hasil yang lebih baik dari penelitian ini adalah, pertama, Bagaimana kebijakan
sebelumnya” (Daulay, 2016). model bisnis kerja Bank Wakaf Mikro di Indonesia?
Potensi tumbuh dan berkembangnya BWM di dan kedua, Bagaimana dampak kebijakan Bank
Indonesia diharapkan memiliki kemanfaatan yang Wakaf Mikro sebagai solusi pemberdayaan
besar bagi perekonomian berbasis Islam. Kebijakan masyarakat?.
mengenai“BWM sebagai LKM berbasis syariah Tujuan penulisan ini merupakan cerminan
dimaksudkan agar BWM akan menjadi salah satu terhadap masalah yang muncul dalam penulisan
pilar kekuatan di industri keuangan syariah. diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah,
Kehadiran Bank Wakaf Mikro di daerah-daerah pertama, “untuk mengetahui kebijakan model bisnis
pesantren memilki peranan penting dalam membantu kerja kesyariahan Bank Wakaf Mikro dan kedua,
pemerintah dalam memberikan pembiayaan kepada untuk mengetahui bagaimana dampak kebijakan
masyarakat (Hidayah & Roisah, 2017). Pembiayaan Bank Wakaf Mikro sebagai solusi pemberdayaan
ini dimaksudkan untuk memberdayakan sektor riil ekonomi” masyarakat.
dan memperkuat perekonomian negara. Kehadiran Mengingat penelitian yang berfokus pada
BWM juga merupakan tantangan untuk mengubah Lembaga Keuangan Mikro telah dilakukan
pola konsumsi masyarakat melalui kesadaran akan sebelumnya seperti oleh Lasmiatun di tahun 2017,
adanya solidaritas sosial, sehingga tidak adanya lagi penelitian ini berfokus pada kebijakan dan peran
konsep pareto optimum yaitu solusi pengorbanan pemerintah melalui LKM untuk menciptakan keadilan
dari pihak minoritas (kaya) guna meningkatkan distributif (Lasmiatun, 2017). “Shakil Quayes dan
kesejahteraan pihak mayoritas (miskin)” (Medias, Tanweer Hasan di tahun 2014 penelitian ini berfokus
2017). pada kinerja lembaga keuangan mikro (LKM)
Betapa pentingnya kebijakan terkait BWM (Quayes & Tanweer). Penelitian yang dilakukan oleh
sebagai lembaga keuangan syariah dalam “upaya Md Aslam Mia di tahun 2016, penelitian ini berfokus
mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya pada peran keuangan mikro dalam mengentaskan
masyarakat bepenghasilan menengah kebawah dan kemiskinan di Bangladesh (Mia, 2016). Kemudian
UMKM seharunya berbanding lurus dengan penelitian yang dilakukan oleh Fahmi Medias pada
berkembangnya jumlah BWM di Indonesia (Mia, tahun 2017, penelitian ini berfokus pada lembaga

181
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

keuangan syariah yang mengelola wakaf uang untuk sehingga dapat memberikan gambaran-gambaran
pemberdayaan sosial ekonomi Indonesia (Medias, tentang topik penelitian sehingga membantu penulis
2017). Serta penelitian yang dilakukan Muhamad membuat suatu kesimpulan” yang benar.
Muhtaron pada tahun 2016, penelitian ini berfokus
pada pengaturan LKM Syariah” di Indonesia C. PEMBAHASAN
(Muhtaron, 2016). 1. Kebijakan Model Bisnis Bank Wakaf Mikro Di
Maka berdasarkan tulisan sebelumnya, Indonesia
terdapat perbedaan fokus penelitian yang akan a. Kebijakan Pendirian Dan Mekanisme Kerja
dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang sudah Bank Wakaf Mikro
ada. Walaupun sama-sama mengambil tema tentang Ken Blakemore pada tahun 1998
Lembaga Keuangan Mikro, namun penulis lebih menyebutkan kebijakan adalah rangkaian konsep
menekankan pada kebijakan terkait Bank Wakaf dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana
Mikro sebagai salah satu Lembaga Keuangan Mikro dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan
Syariah dalam perberdayaan ekonomi masyarakat, dan cara bertindak (Apriansyah, 2016). Kebijakan
sehingga membuat pembahasan mengenai hal ini pemerintah dalam menumbuhkembangkan BWM
menjadi hal yang selalu penting dan aktual untuk sebagai upaya meningkatkan perekonomian
dilakukan pengkajian” lebih lanjut. masyarakat dapat dilihat dari regulasi-regulasi terkait
BWM sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
B. METODE PENELITIAN berbasis hukum Islam.
Penelitian yang dipakai adalah penelitian Bank Wakaf Mikro (BWM) adalah bagian dari
doktrinal, dimana penelitian ini menggunakan metode Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang mekanisme
penelitian hukum normatif (normative legal research). pelaksanaanya menerapkan prinsip-prinsip syariah
Data “yang dipergunakan adalah data sekunder, sebagaimana di atur dalam UU Tentang Lembaga
yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung Keuangan Mikro. UU ini menyebutkan “LKM adalah
sumbernya atau objek penelitiannya berupa bahan lembaga keuangan yang khusus didirikan untuk
hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan memberikan pengembangan usaha dan
data didalam memecahkan permasalahan ini, pemberdayaan masyarakat, baik melalui pinjaman
dilakukan dengan studi dokumenter atau studi atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada
kepustakaan (library research), yang kemudian anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan,
dianalisis secara kualitatif. Teknik analisis ini maupun pemberian jasa konsultasi pengembangan
merupakan teknik yang mana bahan-bahan atau usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan”.
literatur-literatur hukum tersebut akan dipelajari

182
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

DSN-MUI belum mengeluarkan fatwa permohonan izin BWM kepada OJK harus sesuai
mengenai pedoman untuk pendirian dan mekanisme format yang telah ditentukan dan memenuhi
kerja BWM, maka dari itu pendirian BWM untuk saat ketentuan Pasal 1 Ayat 3 Peraturan OJK” No.
ini masih bardasarkan UU LKM yang mana izin serta 61/POJK.05/2015, yaitu dengan melampiri
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan BWM persyaratan sebagai berikut: a).Akta pendirian Bank
berada ditangan OJK. Pendirian BWM paling sedikit Wakaf Mikro berupa koperasi termasuk Anggaran
harus memenuhi persyaratan, yang telah ditentukan Dasarnya; b).Data Direksi, data Dewan Komisaris
oleh UU LKM, yaitu: a).BWM harus berbentuk dan data Dewan Pengawas Syariah (DPS) dari
Koperasi (badan hukum); b).BWM harus memiliki BWM; c).Data Anggota BWM; d).Surat rekomendasi
modal yang sumber permodalannya disesuaikan pengangkatan DPS dari DSN-MUI atau sertifikasi
dengan ketentuan UU No. 25 Tahun 1992 Tentang pelatihan DPS dari DSN-MUI; e).Struktur organisasi
Perkoperasian; c).BWM harus memiliki izin usaha dan pengurusan yang memiliki fungsi operasional
dari OJK; d).Kegiatan usaha BWM wajib (administrasi); f).Memuat sistem dan prosedur BWM,
dilaksanakan sesuai dengan fatwa syariah yang berupa pembiayaan, penagihan dan prosedur
dikeluarkan oleh DSN-MUI; dan e).BWM wajib penyelesaian sengketa; g).Memuat rencana kerja
membentuk dewan pengawas syariah. Kaitannya BWM untuk 2 tahun pertama; h).Melampirkan bukti
dengan izin yang diberikan OJK dalam mendirikan pemenuhan modal disetor atau simpanan pokok,
BWM, UU LKM menyebutkan persayaratan wajib dan hibah dilakukan secara tunai dalam bentuk
tambahan yakni adanya susunan organisasi” serta fotokopi deposito berjangka yang berlaku atas nama
susunan kepengurusan, adanya permodalan serta salah satu Direksi pada salah satu bank syariah atau
kepemilikan dan adanya kelayakan rencana kerja unit usaha syariah; dan i).Melampirkan bukti
dari BWM. kesiapan operasional yaitu daftar aset, bukti
Ketentuan lanjutan terhadap perizininan usaha kepemilikan atau penguasaa kantor” dan contoh
BWM diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa formulir yang akan digunakan untuk operasional
Keuangan Nomor 61/POJK.05/2015 Tentang BWM.
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Peraturan OJK No. 61/POJK.05/2015
Nomor 12/POJK.05/2014 Tentang Perizinan Usaha menyebutkan, Bank Wakaf Mikro (BWM) yang sudah
Dan Kelembagaan Keuangan Mikro. Dalam Pasal 5A mengantongi izin usaha dari OJK dapat
Ayat 5 Peraturan OJK ini, “jangka waktu OJK dalam melaksanakan kegiatan usahanya dengan waktu
memberikan persetujuan maupun penolakan atas yang telah ditentukan yaitu paling lambat 4 bulan
permohonan izin BWM yaitu paling lama 40 hari kerja setelah tanggal izin usaha ditetapkan oleh OJK.
sejak permohonan izin usaha BWM diterima. Adapun “Kegiatan usaha BWM yang melakukan

183
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pemberdayaan terhadap masyarakat dilakukan terlebih dahulu melaporkannya kepada OJK. Selain
hanya melalui pembiayaan kepada masyarakat mengatur penerapan imbal hasil, Pasal 7 Peraturan
kurang mampu dan UMKM dan tidak mengambil OJK ini juga mengatur batas terendah dan bata
tabungan ataupun simpanan (non deposit taking). maksimum pembiayaan oleh Bank Wakaf Mikro.
Penyelenggaran kegiatan usaha dilakukan dengan Batas terendah yang dilayani oleh” BWM sebesar
ketentuan yang berlaku disertai pembinaan dan Rp.50.000,- dan BWM dilarang menolak batas
pendampingan. Ketentuan” penyelenggaraan Bank pembiayaan terendah tersebut, sedangkan batas
Wakaf Mikro diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa maksimum “pemberian pembiayaan kepada anggota
Keuangan Nomor 62/POJK.05/2015 Tentang atau masyarakat wajib dipenuhi oleh BWM dengan
Perubahan Atas Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ketentuan batas maksimum paling tinggi 10% dari
Nomor 13/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan modal untuk kelompok dan paling tinggi 5% untuk
Usaha Lembaga Keuangan Mikro. individual. Terkait kualitas penilaian pembiayaan
Pasal 3 Ayat 1 Peraturan OJK No. BWM diwajibkan melakukan penilaian menetapkan
62/POJK.05/2015 ini mengatur “ketentuan kualitas pembiayaan menjadi 3 kelompok yaitu
penyaluran pembiayaan oleh Bank Wakaf Mikro lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan”
kepada anggota dan masyarakat dengan cara parameter pengukuran kualitas pembiayaan dalam
melakukan analisis atas kelayakan penyaluran Peraturan OJK ini.
pembiayaan dengan tujuan pengembangan usaha Menjalankan kegiatan usahanya, Bank Wakaf
dan pemberdayaan masyarakat kurang mampu dan Mikro diawasi oleh OJK koordinasi bersama dengan
UMKM. Penyaluran pembiayaan dalam BWM pesantren, perangkat desa, serta pemerintah
menerapkan sitem imbal hasil. Imbal hasil dalam setempat. Adapun model bisnis BWM dapat dilihat
penyaluran pembiayaan harus sesuai peraturan yang secara umum pada gambar 0.1.
berlaku, yang mana tidak boleh melebihi imbal hasil
maksimum dan penerapan imbal hasil wajib
diumumkan melalui surat kabar harian lokal atau
papan pengumuman yang dimiliki BWM (Benerje, &
Jackson, 2016). Bank Wakaf Mikro (BWM) wajib
melakukan pelaporan atas penetapan imbal hasil
maksimum pembiayaan. Pasal 4 Ayat 2 Peraturan
OJK ini menentukan pelaporan dilakukan setiap 4
bulan dan dalam hal bermaksud menaikan imbal Gambar 0.1
hasil maksimum pembiayaan BWM juga diwajibkan

184
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Dari Bahan Sosialisasi BWM tahun 2018 mampu yang sudah memiliki usaha produktif atau
terlihat kebijakan pemerintah mengenai mekanisme memiliki kemauan dan semngat untuk bekeerja; dan
kerja bisnis BWM dalam mengentaskan kemiskinan 3).Masyarakat kurang mampu yang memiliki
memiliki karakteristik yaitu: “1). Menyediakan komitmen untuk mengikuti program pemberdayaan.
Pembiayaan dan Pendampingan; 2). Non Deposit Dengan menargetkan nasabah pembiayaan adalah
Taking; 3). Imbal Hasil Rendah, setara 3%; masyarakat kurang mampu produktif yang tidak
4).Berbasis Kelompok; dan 5).Tanpa Agunan. OJK dapat mengakses lembaga keuangan formal, model
dalam Bahan Sosialisasi Publik Bertemakan Program bisnis BWM hadir sebagai incubator untuk dapat
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendirian BWM- mempersiapkan nasabah menuju sektor” lembaga
LKM Syariah menyebutkan karakteristik khusus keuangan formal seperti Perbankan Syariah,
BWM yang paling menonjol adalah non deposit Lembaga Pembiayaan Syariah, Ventura Syariah dan
taking, dimana BWM tidak mengelola dana lembaga keuangan dangan struktur dan kompleksitas
masyarakat baik berupa simpanan, tabungan, sejenis (Fitriana, 2016).
depoito maupun produk sejenis lainnya. BWM hanya Adanya pendampingan terhadap BWM dan
berfokus pada pemberdayaan masyarakat kurang nasabah sebagai kunci keberlanjutan model bisnis
mampu produktif melalui pendampingan dan BWM. Secara umum, “pendampingan merupakan
pembiayaan mikro. Sumber pendapatan BWM proses pemberian kemudahan (fasilitas) yang
berasal dari imbal hasil pembiayaan dan pendapatan diberikan oleh pendamping kepada orang yang
jasa lainnya. Menjalankan model bisnis BWM” membutuhkan pendampingan dalam memecahkan
dibutuhkan Donatur dan Nasabah. masalah serta mendorong tumbuhnya kemandirian.
OJK dalam Bahan Sosialisasi Publik diatas Pendampingan terhadap BWM meliputi
menyebutkan untuk menjalankan model bisnis BWM pendampingan pada saat proses pendirian BWM dan
dibutuhkan Donatur dan Nasabah dengan kriteria izin usaha LKM Syariah, pendampingan pelatihan
tertentu. “Kriteria untuk menjadi donator adalah Pengurus dan Pengelola serta pendampingan
masyarakat Indonesia yang memliki kelebihan dana operasional kegiatan usaha minimal 6 bulan
(Maulidiana, 2014), khususnya perusahaan besar sehinnga nantinya pengurus telah mampu dan siap
dan pengusaha yang memiliki kepedulian kepada mengelola operasional BWM (Pramudia, 2013).
program pemberdayaan rakyat dan pengentasan Sedangkan pendampingan kepada nasabah
ketimpangan. Sedangkan kriteria menjadi nasabah dilakukan agar nasabah tersebut menjadi masyarakat
yaitu: 1).Masyarakat kurang mampu yang telah yang produktif. Adapun pendampingan yang
mampu memenuhi kebtuhan dasar untuk dilakukan meliputi sosialisasi konsep pemberdayaan
kelangsungan hidupnya; 2).Masyarakat kurang LKM Syariah melalui pendampingan dan

185
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

pembiayaan, pendampingan Pelatihan Wajib diatur dalam Fatwa DSN No:09/DSN-MUI/IV/2000


Kelompok (PWK)” selama 5 hari berturut-turut dan Tentang Pembiayaan Ijarah dan Fatwa DSN-MUI
pendampingan pertemuan mingguan yang No:112/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah.
membahas Pendidikan Agama serta pengembangan Ketentuan akad salam diatur dalam Fatwa DSN
usaha dan manajemen ekonomi rumah tangga. No:05/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Salam.
BWM sebagai bagian dari LKM syariah yang Ketentuan akad istishna’ diatur dalam Fatwa DSN
kegiatan usahanya hanya berfokus pada penyaluran No:06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Jual Beli Istishna’
pembiayaan kepada masyarakat kurang mampu dan dan Fatwa DSN No:22/DSN-MUI/III/2002 Tentang
UMKM wajib menggunakan akad yang sesuai prinsip Jual Beli Istishna’ Paralel.” Sedangkan Akad ijarah
syariah. Pasal 13 Ayat 2 Peraturan OJK No. muntahiah bit tamlik merupakan akad baru yang
62/POJK.05/2015 menyebutkan, bahwa “kegiatan dibuat oleh Lembaga Keungan Syariah dengan
usaha penyaluran pembiayaan dilakukan dengan nasabah (ex-murabahah). “Pengaturan akad ini
menggunakan akad mudharabah, musyarakah, disebutkan di dalam Fatwa DSN No:49/DSN-
murabahah, ijarah, salam, istishna, ijarah muntahiah MUI/II/2005 Tentang Konversi Akad” Murabahah.
bit tamlik atau akad lain yang tidak bertentangan Model bisnis BWM di Indonesia pada dasarnya
dengan prinsip syariah serta disetujui oleh OJK”. sudah cukup baik dalam meningkatkan pertumbuhan
Ketentuan pembiayaan mudharabah diatur ekonomi masyarakat, namun kebijakan mengenai
dalam Fatwa DSN “No:07/DSN-MUI/IV/2000 tentang monitoring serta pengawasan BWM yang dilakukan
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh) dan Fatwa DSN- oleh OJK yang berkoordinasi dengan Kemenkop dan
MUI No:115/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Akad didelegasikan kepada pemerintah daerah sebaiknya
Mudharabah. Ketentuan pembiayaan musyarakah dilakukan secara penuh oleh OJK. Hal tersebut
diatur dalam fatwa DSN No:08/DSN-MUI/IV/2000 dimaksudkan agar terciptanya optimalisasi fungsi
Tentang Pembiayaan Musyarakah dan Fatwa DSN- OJK dalam melakukan monitoring serta pengawasan
MUI No:105/DSN-MUI/X/2016 Tentang Penjaminan terhadap BWM.
Pengembalian Modal Pembiayaan Mudharabah,
Musyarakah dan Wakalah Bil Istitsmar. Ketentuan b. Kebijakan Mekanisme Pembinaan Dan
murabahah diatur dalam Fatwa DSN No:04/DSN- Pengawasan OJK Terhadap Bank Wakaf Mikro
MUI/IV/2000 Tentang Murabahah dan Fatwa DSN- Mewujudkan perekonomian nasional yang
MUI No:84/DSN-MUI/XII/2012 Tentang Metode mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
Pengakuan Keuntungan AL-Tamwil bi Al-Murabahah diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan
(Pembiayaan Murabahah) Di Lembaga Keuangan yaitu BWM sebagai “Lembaga Keungan Mikro
Syariah. Ketentuan mengenai pembiayaan ijarah Syariah. BWM ini harus terselenggara secara teratur,

186
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

adil, transparan dan akuntabel serta mampu pengawasan BWM, “OJK telah merampungkan
berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi beberapa peraturan pelaksana UU tentang LKM yaitu
kepentingan masyarakat (Agustin, 2011). Atas dasar Peraturan OJK No. 61/POJK.05/2015 Tentang
pertimbangan di atas, maka dibutuh kebijakan terkait Perubahan Atas Peraturan OJK No.
pembinaan dan pengawasan terhadap BWM. Maka 12/POJK.05/2014 Tentang Perizinan Usaha Dan
dari itu diperlukan adanya Otoritas Jasa Keuangan Kelembagaan Keuangan Mikro, Peraturan OJK No.
(OJK) yang memiliki fungsi, tugas dan wewenang 62/POJK.05/2015 Tentang Perubahan Atas
pengaturan dan pengawasan” terhadap kegiatan Peraturan OJK No. 13/POJK.05/2014 Tentang
lembaga keuangan terutama BWM secara terpadu, Penyelenggaraan Usaha LKM” dan Peraturan OJK
independen dan akuntabel. Pasal 1 Undang-Undang No. 14/POJK.05/2014 Tentang Pembinaan dan
No. 21 Tahun 2001 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Pengawasan LKM.
menyebutkan “OJK adalah lembaga yang Program pembinaan dan pengawasan BWM
independen dan bebas campur tangan pihak lain, berdasarkan “Peraturan OJK No. 14/POJK.05/2014,
yang mempunyai fungsi, tugas dan wewenang dilakukan oleh OJK yang didelegasikan kepada
pengaturan, pengawasan, pemeriksaan dan Pemerintah Daerah dengan melakukan koordinasi
penyidikan”. dengan kementrian yang menyelenggarakan
Dikaitkan dengan tujuan pembentukan OJK koperasi dan Kementrian Dalam Negeri. Peraturan
pada Pasal 4 UU OJK, penyelenggaraan BWM OJK ini juga menyebutkan dalam pelaksanaan fungsi
sebagai salah satu sektor jasa keuangan diharapkan dan tugas pembinaan dan pengawasan BWM,
dapat terselenggara secara teratur, adil, transparan Pemerintah Daerah wajib melakukan persiapan
dan akuntabel, BWM diharapkan mampu sumber daya manusia (SDM)” dan infrastruktur.
mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara Sejalan dengan pelaksanaan fungsinya, OJK
berkelanjutan dan stabil dan mampu melindungi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan BWM
kepentingan masyarakat dan UMKM. Kaitannya wajib melakukan pemeriksaan secara langsung
dengan program pembinaan dan pengawasan oleh maupun melalui pemerintah daerah dimana lokasi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap Bank Wakaf BWM beroperasi. “Berdasarkan Pasal 9 POJK
Mikro (BWM)” merupakan program yang telah Nomor 14/POJK.05/2014, pemerikasaan dilakukan
diamanatkan oleh UU tentang LKM (Astanti, & Juita, apabila terdapat dugaan adanya kondisi-kondisi
2017) Pasal 28 UU tentang LKM menyebutkan sebagai berikut: a).Terjadinya penyalahgunaan
“pembinaan, pengaturan dan pengawasan LKM keuangan BWM; b).Terjadinya kesulitas likuiditas dan
dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan”. Dalam solvabilitas yang mengarah pada kondisi yang
rangka terselenggaranya pembinaan dan membahayakan usaha BWM; c).Terdapat

187
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

penyimpangan terhadap prinsip syariah oleh BWM; administratif berupa peringatan tertulis hingga
d).Adanya tunggakan pengembalian pembiayaan pemberhentian pimpinan BWM.
cukup besar sehingga dapat mempengaruhi kondisi
keuangan BWM; e).Adanya penyimpangan dalam 2. Dampak Kebijakan Mengenai Bank Wakaf
bentuk pembiayaan fiktif; dan” f).Kondisi-kondisi di Mikro Dalam Pemberdayaan Ekonomi
luar ketentuan, yang berdasarkan pertimbangan OJK Masyarakat
perlu untuk dilakukan pemeriksaan. Disebutkan sebelumnya upaya pemberdayaan
Adapun tujuan dari pemeriksaan BWM yang dilakukan “BWM merupakan upaya untuk
menurut Peraturan OJK No. 14/POJK.05/2014 membangun daya masyarakat dan UMKM dengan
adalah: “a).OJK dapat memperoleh keyakinan mendorong, memotivasi dan membangkitkan
mengenai kondisi BWM yang sebenarnya; b).OJK kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya
dapat meneliti kesesuaian kondisi BWM dengan mengembangkannya (Daulay, 2016). Pemberdayaan
peraturan perundang-undangan dan praktik akan menambah kemampuan diri untuk menjadi lebih
penyelenggaraan usaha BWM yang sehat; dan potensial dari sebelumnya sehingga akan” dapat
c).OJK dapat memastikan bahwa BWM” telah memberikan mamfaat hasil” yang lebih baik dari
melakukan upaya untuk dapat memenuhi sebelumnya sehingga menumbuhkan taraf
kewajibannya. kesejahteraan rakyat (Disemadi & Roisah, 2019).
Dalam hal adanya pemeriksaan BWM oleh Salah satu kebijakan pemerintah dalam
OJK, “maka BWM wajib untuk menerima mendorong pemberdayaan masyarakat adalah
pelaksanaan pemerikasaan yang dilakukan oleh OJK diundangkannya UU tentang LKM di tahun 2013,
melalui Pemeriksa. BWM wajib memenuhi yang mana UU LKM ini menjelaskan “bahwa sektor
permintaan Pemerikasa untuk memberikan atau keuangan di Indonesia adalah salah satu sektor yang
meminjamkan buku, catat-catatan dan dokumen- memiliki peran penting untuk mendorong
dokumen yang diperlukan (Lestari, 2012). BWM wajib peningkatan perekonomian masyarakat.
memberikan keterangan yang diperlukan secara Perkembangan serta kemajuan disektor keuangan
tertulis dan/atau lisan serta dalam hal pemeriksaan terutama pada sektor LKM perlu dipertahankan.
BWM wajib memberi akses kepada Pemeriksa untuk Perkembangan serta kemajuan disektor keuangan
memasuki tempat atau ruangan yang dipandang terutama pada sektor LKM perlu dipertahankan baik
perlu. Apabila tidak terpenuhinya kewajiban BWM dari aspek kelembagaan, organisasi, regulasi
dalam pelaksanaan pemeriksaan maka BWM (kebijakan) dan sumber daya manusia perlu adanya
dianggap menghambat kelancaran pemeriksaan peningkatan dan perbaikan.
yang nantinya” akan mendapatkan sanksi

188
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Kebijakan hukum terkait model bisnis BWM di yang produtif dan pengentasan kemiskinan dan
Indonesia secara umum dapat dilihat dalam UU OJK, ketimpangan di Indonesia. Wakaf uang yang dikelola
UU LKM, POJK No.61/POJK.05/2015 (Perizinan oleh Bank Wakaf Mikro merupakan salah satu
Usaha Dan Kelembagaan Keuangan Mikro), POJK instrumen ekonomi Islam dalam upaya
No. 62/POJK.05/2015 (Penyelenggaraan Usaha mensejahterakan umat. Potensi pertumbuhan BWM
Lembaga Keuangan Mikro), dan POJK di Indonesia sangatlah besar, dikarenakan seluruh
No.14/POJK.05/2014 (Pembinaan dan Pengawasan penduduk Indonesia mayoritasnya adalah beragama
Lembaga Keuangan Mikro). Kebijakan (regulasi) di Islam. Melalui BWM, target pasar yang dibidik oleh
atas dimaksudkan memberikan landasan hukum kuat OJK adalah masyarakat kurang mampu yang
atas operasionalisasi BWM guna membantu memiliki kemauan untuk bekerja dan memilliki sifat
mengembangkan perkembangan LKM di Indonesia. amanah dan terdidik (Tunisa, 2015).
Kebijakan terkait BWM sebagai penyediaan Berbicara tentang UMKM dari berbagai
landasan hukum ini dimaksudkan untuk perspektif, akan selalu menemukan permasalahan
meningkatkan akses pendanaan skala mikro bagi yang perlu “ditemukan solusisnya. Diantaranya
masyarakat, membantu peningkatan pemberdayaan masalah yang menjadi hambatan berkembangnya
ekonomi dan peningkatan produktifitas masyarakat UMKM adalah permodalan (Baskara, 2013). Aspek
serta membantu peningkatan pendapatan dan permodalan menjadi urutan pertama permasalahan
kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat yang dihadapi oleh UMKM. Oleh karena itu,
miskin atau berpenghasilan rendah, sebagaimana pemerintah dalam mengatasi masalah” tersebut
disebutkan pada Pasal 3 UU tentang LKM. merancang berbagai strategi untuk memecahkan
Dengan adanya landasan hukum yang kuat masalah permodalan UMKM, “salah satunya pada
diharapkan menjadikan BWM sebagai salah satu kebijakan pemerintah untuk mendorong tumbuhnya
lembaga intermediasi yang mempunyai potensi lembaga keuangan khususnya BWM sebagai LKM
sangat besar untuk meningkatkan pemberdayaan yang menerapkan prinsip syariah, kebijakan ini pada
dan pertumbuhan ekonomi masyarakat kurang dasarnya mendorong pihak penyedia dana agar
mampu dan UMKM baik dari sisi volume ataupun mebuka kran penyaluran dananya secara lebih luas
jumlah usaha (Banerje & Jackson, 2016). Dikatakan (Wowoho, 2014). Seperti disebutkan diatas, di
sebagai lembaga intermediasi karena BWM Indonesia BWM merupakan” pihak penyalur dana
menghubungkan masyarakat yang memiliki yang termasuk dalam kelompok IKNB (Muhtaron,
kelebihan dana, khususnya para pengusha dan/atau 2016).
perusahaan besar yang memiliki kepedulian kepada Dampak kebijakan (regulasi) yang berpihak
program pemberdayaan masyarakat kurang mampu terhadap LKM mengakibatkan eksistensi atau

189
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

keberadaan BWM sebagai penyedia dana didalam keagamaan menjadi aktifitas ekonomi.” Wakaf
konstalasi sosial masyarakat meningkat. Eksistensi awalnya digunakan sebagai sarana untuk
ini sangat diharapkan, sebab dalam Islam “Lembaga mendapatkan pahala bagi umat muslim namun saat
Keuangan Mikro berbasis syariah pada hakikatnya ini pemamfaatan wakaf (khususnya wakaf uang)
bukan untuk menanggulangi kebutuhan masyarakat berpotensi untuk meningkat pertumbuhan ekonomi
yang sesaat, melainkan diharapkan menjadi sumber melalui penayaluran pembiayaan kepada masyarakat
dana yang potensial untuk pembangunan bangsa kurang mampu, khususnya pelaku usaha UMKM
dan negara jika dikelola secara professional (Dahlan, mikro akan mudah mendapatkan permodalan yang
2016). BWM memiliki beberapa potensi antara lain tidak bisa diselesaikan oleh lembaga keuangan
yaitu milik dari, oleh dan untuk anggota, lokasi kantor perbankan seperti disebutkan di atas (Lasmiatun,
dekat anggota dan pengurus mengenal dengan baik 2017).
pribadi anggota sehingga akses informasi tentang Memberdayakan masyarakat yang tangguh
nasabah lebih mudah (Winanto, & Rapini, 2014). dan mandiri memerlukan proses yang harus
Itulah kelebihan BWM dibandingkan dengan lembaga dilakukan oleh BWM yaitu, (Baskara, 2013):
keuangan lainnya seperti lembaga keuangan bank a).Proses pembentukan kelompok, yang mana
contohnya, lembaga keuangan bank merupakan kemmampuan individu yang senasip dinilai sebagai
lembaga yang akses pendanaanya sulit dijangkau bentuk pemberdayaan yang efektif jika dikumpulkan
oleh masyarakat kurang mampu dan UMKM skala untuk belajar, menganalisis masalah secara bersama
mikro, ditambah lagi lembaga keuangan bank tidak dan merancang solusi dalam memecahkan masalah;
seperti BWM yang memiliki fungsi pembinaan b).Pendampingan, yang mana dalam proses
terhadap anggota serta nasabahnya. Sehingga BWM menganalisa masalah dan merangcang program
menjadi sangat strategis” pada tatanan kegiatan kelompok memerlukan pendampingan yang
pengembangan ekonomi masyarakat dalam skala berfungsi sebagai pendorong yang dapat
mikro (Gina & Effendi, 2015). meyakinkan kelompok akan potensi yang dimilikinya.
Kehadiran BWM, diyakini akan mampu Pendampingan diharapkan hanya mengatur
meningkatkan akses pembiayaan skala mikro, kelompok kepada kemandirian; dan c).Perencanaan
mendorong peningkatan “pemberdayaan ekonomi kegiatan merupakan proses yang membutuhkan
serta produktifitas dan diyakini mampu meningkatkan peran aktif anggota kelompok untuk menentukan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat terutama bidang usaha yang dapat digarap sesuai potensi
bagi masyarakat berpenghasilan menengah kebawah yang mereka” miliki agar mereka dapat
dan UMKM di lingkungan pesantren. Dengan adanya meningkatkan taraf hidupnya.
BWM, wakaf berevolusi dari aktifitas sosial dan

190
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Dari tiga proses di atas, diharapkan BWM mendorong meningkatkan pemberdayaan


peningkatan pemberdayaan ekonomi dan ekonomi dan produktivitas masyarakat dan UMKM,
produktifitas masyarakat menengah dan UMKM dan BMW membantu peningkatan pendapatan
harus mampu menumbuhkan kemandirian, pemberdayaan” dan kesejahteraan masyarakat” dan
kebersamaan dan kewirausahaan (Muhtarom, 2014). UMKM.
“Selain itu mampu mewujudkan kebijakan publik Sejak dimulai dari Oktober 2007, kehadiran
yang transparan, akuntabel dan berkeadilan. Maka Bank Wakaf Mikro merupakan bagian dari Lembaga
dari itu, pemberdayaan merupakan sebuah proses Keuangan Mikro Syariah yang berbadan hukum
melalui pemberian wewenang, mendorong (koperasi) telah berkembang. “Desain BWM yang
peningkatan partisipasi, pemberian kepercayaan memilki karakteristik utama yaitu non deposit taking
kepada orang atau kelompok agar dapat memahami dan pendampingan saat ini telah mampu
apa yang dikerjakan” hingga akhirnya terjadi menunjukan potensinya sebagai lembaga keuangan
peningkatan dalam mencapai tujuan (Jenita, 2017). dalam memperkuat sistem ekonomi kerakyatan di
Maka dari itu dengan adanya keberadaan BWM di Indonesia. Hadirnya BWM, menawarkan solusi
Indonesia dimaksudkan dapat menumbuhkan akses kemudahan akses pembiayaan dan meningkatkan
pendanaan skala mikro bagi masyarakat, membantu kualitas masyarakat dan UMKM, sehingga mampu
peningkatan pemberdayaan ekonomi dan meningkatkan minat masyarakat untuk” berwakaf dan
produktivitas masyarakat, dan membantu menjadi solusi pemberdayaan ekonomi masyarakat.
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Kebijakan (regulasi) terkait LKM dibentuk
masyarakat terutama masyarakat kurang mampu dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan disektor
atau” berpenghasilan rendah (Deti, 2017). jasa keuangan terselengara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel. Hadirnya kebijakan ini
D. SIMPULAN diharapkan menjadikan LKM khususnya BWM
Pemerintah “dan masyarakat memiliki peran mampu berkontribusi untuk meningkatkan akses
yang sangat signifikan dalam menciptakan pendanaan skala mikro bagi masyarakat, membantu
kesejahteraan melalui pemberdayaan masyarakat peningkatan pemberdayaan ekonomi dan
atas dasar kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada. produktivitas masyarakat, serta membantu
Kebijakan akan hadirnya Bank Wakaf Mikro (BWM) peningkatan pendapatan dan kesejahteraan
sebagai bagian dari LKM syariah yang berperan masyarakat” terutama masyarakat kurang mampu
dalam pembangunan ekonomi memiliki tujuan yaitu, atau berpenghasilan rendah.
BWM sebagai wadah meningkatkan akses
pendanaan skala mikro bagi masyarakat dan UMKM,

191
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

DAFTAR PUSTAKA Jurnal Komunikasi Hukum (JKH), Vol.5,


JURNAL (No.2), pp.126-138.
Apriansyah, N. (2016). Peran Pemerintah Dalam Daulay, R. (2016). Pengembangan Usaha
Pembentukan Kebijakan Hukum. Jurnal Ilmiah Mikrountuk Pemberdayaan Ekonomi Umat
Kebijakan Hukum, Vol.10, (No.2), pp. 187-196. Islam di Kota Medan. Jurnal MIQOT, Vol.XL,
Astanti, Dhian Indah., & Juita, Subaidah Ratna. (No.1), pp.44-65.
(2017). Kewenangan Otorits Jasa Keuangan Fitriana, W. (2016). Lembaga Keuangan Mikro
(OJK) Dalam Melakukan Fungsi Pengawasan Syariah: Eksistensi dan Aksesibilitasnya Bagi
Pada Lembaga Perbankan Syariah. Jurnal Pembiayaan Usaha Tani Di Sumatra Barat.
Law and Justice, Vol.2, (No.2), pp. 157-167. Jurnal Agribisnis Indonesia, Vol. 4, (No.2),
Agustin, Atut F. (2011). Peran Lembaga Keuangan pp.149-162.
Mikro (LKM) Terhadap Kinerja Ekonomi Gina, Widya., & Effendi, Jaenal. (2015). Program
Kabupaten Jombang. Jurnal Ekonomi Pembiayaan Lembaga Keuangan Mikro
Pembangunan, Vol.9, (No.2), pp.225-242. Syariah (LKMS) dalam Peningkatan
Baskara, I Gde K. (2013). Lembaga Keuangan Mikro Keejahteraan Pelaku Usaha Mikro (Studi Pada
Di Indonesia. Buletin Studi Ekonomi, Vol.18, BMT Baitul Karim Bekasi), Jurnal Al-
(No.2), pp.114-125. Muzara'ah, Vol.3, (No.1), pp.33-43.
Benerje, Subharata Bobby., & Jackson, Laurel. Hidayah, Nur Farida., & Roisah, Kholis. (2017).
(2016). Microfinance And The Business Of Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah
Poverty Reduction: Critical Perspektives From Indonesia Terhadap Persaingan Perdagangan
Rulal Bangladesh. SAGE Journals: Human Jasa Di Bidang Konstruksi Dalam Rangka
Relations, Vol.70, (No.1), pp.63-91. Masyarakat Ekonomi Asean. Jurnal Law
Dahlan, R. (2016). Analisis Kelembagaan Badan Reform, Vol.13, (No.1), pp. 45-50.
Wakaf Indonesia. ESENSI: Jurnal Bisnis Dan Jenita. (2017). Peran Lembaga Keuangan Mikro
Manajemen, Vol.6, (No.1), pp. 113-124. Syariah Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Deti, S. (2017). Pemberdayaan Ekonomi Umat Masyarakat Kecil Menengah. Jurnal Al-Masraf,
Melalui Pembiayaan Mikro Syariah. Jurnal El Vol.2, (No. 2), pp.177-191.
Jizya, Vol.5, (No.1), pp. 142-176. Lasmiatun. (2017). Peran dan Kebijakan Pemerintah
Disemadi, Hari Sutra., & Roisah, Kholis. (2019). Melalui LKM/LKMS untuk menciptakan
Kontrak Build Operate Transfer Sebagai Kesejahteraan dan Keadilan Distributif. Jurnal
Sarana Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat. Dimensi, Vol. 10, (No.2), pp. 36-48.

192
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Lestari, Hesty D. (2012). Otoritas Jasa Keuangan: Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bengkalis.
Sistem Baru Pengaturan Dan Pengawasan Jurnal Inovbiz, Vol.4, (No.2), pp. 157-171.
Sektor Jasa Keuangan. Jurnal Dinamika Pramudia, A. (2013). Peranan Perbankan Bagi
Hukum, Vol.12, (No.3), pp. 557-567. Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro DI
Maulidiana, L. (2014. Fungsi Otoritas Jasa Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keaungan,
Keuangan Sebagai Lembaga Pengawas Vol.1, (No.2), pp.1-12.
Perbankan Nasional Di Indonesia. Jurnal Paramita, Metti., & Zulkairnain, Muhammad Iskandar.
Keadilan Progresif, Vol.5, (1), pp. 102-120. (2018). Peran Lembaga Keuangan Mikro
Medias, F. (2017). Bank Wakaf: Solusi Syariah Terhadap Pemenuhian Kebutuhan
Pemberdayaan Sosial Ekonomi Indonesia. Permodalan Usaha Mikro Kecil Dan
Indonesian Journal Of Islamic Literature And Menengah. Jurnal Syarikah, Vol.4, (1), pp. 72-
Muslim Society, Vol.2, (No.1), pp. 61-84. 82.
Mia, Md Aslam. (2016). Microfinance Institutions and Quayes, Shakil., & Hasan, Tanweer. (2014).
Legal Status: An Overview Of The Micronance Financial Disclosure And Performance of
Sector in Bangladesh. Jornal Of Asian Microfinance Institutions. Journal of
Finance, Economic dan Business, Vol.3, Accounting & Organizational Change, Vol. 10,
(No.2), pp. 21-31. (No.3), pp. 314-337.
Mujiono, S. (2017). Eksistensi Lembaga Keuangan Syafe’i, I. (2017). Pondok Pesantren: Lembaga
Mikro: Cikal Bakal Lahirnya BMT Di Indonesia. Pendidikan Pembentukan Karakter. Al-
Al Masraf: Jurnal Lembaga Keuangan Dan Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8,
Perbankan, Vol. 2, (No.2), pp. 207-215. (No.1), pp. 85-103.
Muhtarom, M. (2014). Harmonisasi Dan Sinkronisasi Tunisa, N. (2015). Peran Otoritas Jasa Keuangan
Peraturan Hukum Perkoperasian Dan Terhadap Pengawasan Pendaftaran Jaminan
Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal Yustisia, Fidusia. Jurnal Cita Hukum, Vol.3, (No.2),
Vol.3, (No.2), pp. 56-67. pp.365-382.
Muhtaron, M. (2016). Reformulasi Peraturan Hukum Wowoho, J. (2014). Peran Lembaga Keuangan Bank
Lembaga Keuangan Mikro Syariah Di Dan Lembaga Keuangan Bukan Bank Dalam
Indonesia. PROFETIKA: Jurnal Studi Islam, Distribusi Keadilan Bagi Masyarakat.
Vol.17, (No.1), pp.90-102. Masalah-Masalah Hukum, Jilid 43, (No.1), pp.
Mujiono. (2016). Eksistensi Lembaga Keuangan 87-97.
Mikro Dan Dampaknya Terhadap Sosial Winanto, Asis Riat., & Rapini, Titi. (2014). Peran
Lembaga Keuangan Informal Terhadap

193
Law Reform Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 15, Nomor 2, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pemberdayaan Kelompok Usaha Informal. https://www.ojk.go.id/id/berita-dan-


Jurnal Ekuilibrium, Vol.9, (No.1), pp. 1-9. kegiatan/siaran-pers/Pages/Siaran-Pers-OJK-
Resmikan-Program-Klaster-Pembatik-Bank-
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Wakaf-Mikro-Almuna-Berkah-Mandiri-
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Yogyakarta.aspx , Accesed 16th May 2019.
Lembaga Keuangan Mikro Setiawan, K. (2017). Pesatnya Perkembangan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor Pesantren di Indonesia, Retrieved From
61/POJK.05/2015 Tentang Perubahan Atas https://mitra.nu.or.id/post/read/81953/pesatnya
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor -perkembangan-pesantren-di-indonesia,
12/POJK.05/2014 Tentang Perizinan Usaha Accesed 12th May 2019.
Dan Kelembagaan Keuangan Mikro
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
62/POJK.05/2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
13/POJK.05/2014 Tentang Penyelenggaraan
Usaha Lembaga Keuangan Mikro.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
14/POJK.05/2014 Tentang Pembinaan dan
Pengawasan Lembaga Keuangan Mikro.

SUMBER ONLINE
Badan Pusat Statistik. (2018). Persentase Penduduk
Mislin Maret 2018 Turun Menjadi 9,82 Persen.
Retrived from
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/07/16
/1483/persentase-penduduk-miskin-maret-
2018-turun-menjadi-9-82-persen.html,
Accesed 16th May 2019.
Otoritas Jasa Keuangan. (2018). Siaran Pers: OJK
Resmikan Program Klaster Pembatik Bank
Wakaf Mikro Almuna Berkah Mandiri
Yogyakarta. Retrived from

194

Anda mungkin juga menyukai