Keunggulan bersaing atau keunggulan kompetitif menjadi kunci untuk memenangkan persaingan
di pasar yang semakin ketat. Perusahaan yang mampu menciptakan lebih banyak keunggulan
kompetitif, maka daya saingnya juga akan semakin tinggi. Inovasi, diyakini merupakan salah
satu cara terbaik untuk menciptakan keunggulan tersebut. Inovasi apakah yang paling tepat
dilakukan di era industry 4.0 dan sekaligus era new normal?
Di era Pandemi selama tiga bulan terakhir ini, banyak perusahaan yang sebelumnya berkinerja
cemerlang, dalam waktu pendek penjualannya drop. Ada memang sejumlah perusahaan yang
justru diuntungkan dalam kondisi ini. Namun, secara umum ada yang omsetnya tergerus 20%,
50%, bahkan ada yang hanya tinggal 10%, atau harus menutup operasi perusahaannya. Hal ini
sudah banyak dibahas di media berbagai penyebabnya.
Di tengah kejadian ini, sejumlah perusahaan juga seperti terdesak untuk melakukan akselerasi
transformasi digital. Disrupsi karena perkembangan teknologi yang pesat sejak beberapa tahun
terakhir, memang sudah membuat banyak perusahaan merangkul teknologi. Ini antara lain untuk
membuat perusahaannya relevan dengan tuntutan pasar, gaya hidup, pola belanja, cara bekerja,
dsb., yang berubah cepat dan signifikan dengan adanya disrupsi. Nah, di era Pandemi, desakan
itu menjadi makin menekan.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana kita dapat bangkit kembali setelah hamper kita semua
diterjang badai akibat Covid-19? Bagaimana strateginya? Dan bagaimana pula kita dapat
melakukan transformasi digital yang tepat, pas dan komprehensif untuk betul-betul dapat
menunjang kebangkitan dan daya saing bisnis kita?
Awal Juni 2020 ini, Arief Yahya, CEO Telkom Indonesia periode 2012-14, dan Menteri
Pariwisata Indonesia 2014-2019, didukung Tim MarkPlus Inc. menulis White Paper dengan
judul “Marketing at Accelerating Digital Transformation”. Penulisan White Paper ini merupakan
kelanjutan dari presentasi Arief Yahya pada webinar di MarkPlus Forum 21 April lalu dengan
tajuk “Industry Roundtable untuk Surviving the COVID-19 Preparing the Post” pada
Telecommunication Service.
Dalam webinar yang diikuti oleh kuranglebih 700 peserta tersebut, Arief memperkenalkan
konsep 3D, yaitu Digital Imperative, Decoding Economy, dan Unusual Way of Digital
Transformation. Webinar yang dipimpin Hermawan Kartajaya Founder dan Chairman MarkPlus
Inc. ini dihadiri oleh Johnny G. Plate, Menteri Kominfo, Siti Choiriana, Direktur Consumer
Service Telkom Indonesia, dan berbagai perwakilan dari perusahaan serta asosiasi
telekomunikasi Indonesia.
Konsep 3D ini diformulasikan Arief berangkat dari melihat situasi industry telekomunikasi saat
ini terutama dalam mewujudkan transformasi digital. Ada tiga hal menurutArief yang menjadi
catatan. Pertama, pelaku industri telco sudah seharusnya memahami pentingnya digitalisasi.
Kedua, decoding economy berarti kemampuan perusahaan untuk melihat peluang bisnis yang
ada meskipun di tengah krisis. Ketiga, pelaku industri telco perlu melakukan transformasi digital
secara merata dan kuat.
Bacalahdua (bagian) artikel darimajalah SWA tersebut di atas, dan jawab pertanyaan berikut:
1. Jabarkan strategi generik yang dikembangkan oleh Porter dan bagaimana penerapan strategi-
strategi tersebut pada kegiatan-kegiatan operasi JNE.
2. Lakukan analisis untuk mengembangkan strategi inovasi yang dapat direkomendasikan untuk
menciptakan keunggulan kompetitif bagi JNE di era persaingan saat ini. Usulkan minimal 5
strategi operasi.
3. Apa sajakah keunggulan kompetitif yang diharapkan dapat diciptakan oleh JNE berdasar
rekomendasi strategi anda?
4. Apakah faktor lokasi menjadi hambatan pada bisnis di era pandemik? Berikan analisis anda
untuk menjawab pertanyaan ini.