Anda di halaman 1dari 30

Peluang bisnis dalam era digital

Endah kurniawati
Seminar Nasional Kewiraaushaan
Uniska,6 Maret 2019
• Penetrasi pengguna internet di indonesia
meningkat menjadi 143,26 atau setara 54,7
dari total populasi indonesia
• Dengan modal sumber daya manusia serta
pasar yang besar Indonesi diharapkan menjadi
negara ekonomi digital pada 2020
• Pemerintah Indonesia di era Presiden Joko Widodo memiliki sebuah visi
besar dalam sektor ekonomi digital. Bagaimana tidak, Jokowi
menargetkan Indonesia untuk menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar
di ASEAN pada 2020, dengan proyeksi nilai transaksi e-commerce
mencapai 130 juta US Dollar pada tahun 2020. Meskipun visi ini terkesan
ambisius, namun Pemerintah memiliki dasar yang kuat dalam
mencanangkan target ini. Salah satu alasan yang kuat adalah melihat
fakta bahwa perilaku masyarakat Indonesia sangat berorientasi digital.
Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) serta We Are
Social menyebutkan bahwa pengguna internet Indonesia berada di
kisaran 52%, dan sebagian besar diantaranya mengakses internet secara
mobile selama 4 jam per hari. Lebih jauh, saat ini terdapat 370 juta kartu
SIM aktif di Indonesia, jauh lebih besar dari populasi Indonesia yang
sudah hampir mencapai 270 juta penduduk
• Banyak faktor yang mendorong perkembangan dinamika digital di Indonesia,
namun setidaknya dapat dibagi dalam dua perspektif: industri dan konten. Dari
sisi industri, terlihat bahwa operator telekomunikasi berlomba-lomba
membangun infrastruktur secara masif, mulai dari jaringan 2G, 3G, hingga 4G.
Tidak hanya itu, terjadi persaingan antar operator yang cenderung tidak sehat
dan menimbulkan perang tarif, dimana operator menurunkan harga serendah-
rendahnya untuk menaikkan utilisasi jaringan mereka. Hal ini juga makin
diperkuat oleh menjamurnya smartphone murah yang sesuai dengan daya beli
masyarakat menengah ke bawah. Walaupun perang tarif berdampak buruk
bagi industri telekomunikasi, tapi dampaknya terhadap masyarakat sangat
terasa, dimana telekomunikasi kini tidak lagi dianggap sebagai barang mahal.
Sedangkan dari sisi konten, menggeliatnya penggunaan media sosial seperti
Facebook dan Twitter serta munculnya aplikasi chat seperti BlackBerry
Messenger (BBM) dan WhatsApp menjadi pendorong utama penetrasi data di
Indonesia.
• Meskipun perilaku digital masyarakat Indonesia menunjukkan tren yang
meningkat, faktanya infrastruktur telekomunikasi di Indonesia belum
terbangun secara merata. Pembangunan infrastruktur yang masif hanya
terlihat di kawasan Jawa dan Sumatera, sedangkan di kawasan timur
Indonesia infrastruktur telekomunikasi yang ada masih jauh dari
memadai. Akibatnya jelas, kesenjangan digital sangat nyata terjadi di
Indonesia. APJII mencatat bahwa 70 juta pengguna internet Indonesia
berpusat di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Sedangkan total semua
pengguna internet di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua hanya sebesar
5.9 juta. Fakta ini pun juga terlihat dari posisi Indonesia di sejumlah index
yang dikeluarkan berbagai lembaga, seperti Networked Readiness Index
(NRI) dan GSMA Mobile Connectivity Index. Posisi Indonesia masih kalah
jauh bahkan bila dibandingkan oleh negara-negara ASEAN seperti
Malaysia dan Thailand
• Tren Ekonomi Digital di Indonesia
• Terlepas dari pembangunan infrastruktur yang belum merata, industri ekonomi
digital di Indonesia bisa dibilang sangat menggeliat. Hal ini ditandai dengan tumbuh
pesatnya berbagai perusahaan rintisan (start-up) yang berbasis aplikasi. Data dari
situs startupranking.com mencatat bahwa saat ini terdapat 1463 start-up di
Indonesia. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah start-up
terbesar ketiga di dunia, hanya kalah dari Amerika Serikat dan India. Menariknya,
tren pertumbuhan start-up ini dipelopori oleh para generasi muda yang memiliki
semangat sociopreneurship, yakni bagaimana mereka dapat menyelesaikan berbagai
masalah yang ada di masyarakat serta memberikan dampak yang signifikan lewat
medium teknologi. Salah satu contohnya adalah bagaimana Nadiem Makarim
mendirikan Go-Jek untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan moda
transportasi ojek yang cepat dan dapat diandalkan. Contoh lain adalah William
Tanuwijaya, CEO Tokopedia yang awalnya punya visi untuk mempermudah siapapun
agar dapat memulai bisnis mereka sendiri lewat medium internet.
• Ekonomi digital memang memiliki dampak yang signifikan terhadap
pembangunan di Indonesia. Laporan dari Oxford Economics (2016)
menyebutkan bahwa keberadaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan
jumlah lapangan kerja di Indonesia. Secara khusus, setiap 1 persen
peningkatan penetrasi mobile diproyeksikan menyumbang tambahan 640 juta
US Dollar kepada PDB Indonesia serta membuka 10.700 lapangan kerja baru
pada tahun 2020. Kontribusi sektor TIK makin terasa signifikan terhadap PDB
Indonesia, mengingat sektor TIK menyumbang 7.2 persen dari total PDB
Indonesia. Walaupun angka ini masih jauh dibandingkan sektor lain, namun
sektor TIK mengalami pertumbuhan sekitar 10 persen yang merupakan
pertumbuhan terbesar dibandingkan sektor lain. Pertumbuhan ini pun juga
jauh lebih besar dibandingkan pertumbuhan rata-rata PDB nasional yang hanya
5 persen. Maka tidak mengherankan jika pemerintah Indonesia menaruh
perhatian yang besar terhadap sektor ekonomi digital.
• Lantas, apa saja tren pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia?
Setidaknya terdapat 3 sektor yang sedang mengalami pertumbuhan
pesat, yaitu on-demand services, financial technology (fintech), dan
e-commerce. Di sektor on-demand services, Go-Jek menjadi pelopor
utama dengan layanan pemesanan ojek berbasis aplikasi. Meskipun
sudah berdiri sejak 2010, namun Go-Jek sendiri baru merilis aplikasi
pada tahun 2015, dan sejak saat itu pertumbuhan layanan berbasis
on-demand menjadi tumbuh pesat di Indonesia. Mengusung slogan
an ojek for every need, Go-Jek memfasilitasi hampir semua layanan
secara on-demand, mulai dari pengiriman barang, pemesanan
makanan, bahkan hingga hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya
seperti jasa cuci mobil dan bersih-bersih rumah
• Dampak yang ditimbulkan Go-Jek sangat signifikan. Dampak positifnya
sudah jelas, Go-Jek mendorong pertumbuhan lapangan kerja baru yang
menjanjikan yang dapat memberikan pemasukan lebih dibanding industri
konvensional dengan jam kerja fleksibel. Selain itu, Go-Jek juga mencoba
menjadi solusi atas absennya pemerintah dalam menyelesaikan masalah
kemacetan dengan menawarkan mobilitas yang tinggi. Namun, banyak pula
dampak disruptif yang ditimbulkan Go-Jek, terutama terhadap para ojek
dan taksi konvensional. Penghasilan yang menurun dan kompetisi yang
dirasa tidak adil menjadi pemicunya, sehingga banyak terjadi penolakan di
daerah-daerah bahkan sampai berujung anarkis. Pemerintah pun berusaha
turun tangan dengan meregulasi para pemain baru ini, namun regulasi
yang ada terkesan terlalu berpihak kepada para pemain lama. Menarik
untuk diikuti bagaimana dinamika kedepannya, mengingat tren layanan
seperti ini masih akan tumbuh pesat dalam beberapa tahun kedepan.
• Industri Fintech juga menjadi salah satu primadona yang sedang berkembang
pesat di Indonesia. Laporan dari DailySocial mencatat bahwa dalam dua tahun
terakhir pertumbuhan fintech start-up mencapai 78%, dan sebagian besar fokus
di sektor pembayaran. Hal ini wajar mengingat fakta bahwa saat ini hanya 36%
dari orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di bank. Padahal,
teknologi finansial adalah enabler penting bagi kesuksesan ekonomi digital.
Selain itu, dampak dari fintech sendiri sangat terasa dalam hal mempromosikan
layanan finansial yang inklusif. Dengan adanya fintech, masyarakat dapat
melakukan pembayaran lewat pulsa telepon ataupun lewat minimarket secara
mudah dibanding harus melakukan transfer lewat bank. Menyadari
pertumbuhan industri fintech ini, pemerintah lewat Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) bersikap sangat supportif dengan menyusun peraturan
mengenai peer-to-peer Fintech lending serta membuka Bank Indonesia Fintech
Office (BI FTO) untuk memantau segala dinamika pertumbuhan industri fintech di
Indonesia
• E-commerce juga menjadi industri yang mengalami pertumbuhan
signifikan di Indonesia. Hal ini didasari fakta bahwa 8 juta masyarakat
Indonesia sudah berbelanja secara online dan diprediksi terus meningkat.
Perilaku konsumtif dan digital dari masyarakat Indonesia, ditambah
meningkatnya jangkauan pasar menjadi pendorong utama. Tren ini pula
yang membuat banyak pemain yang selama ini berjualan secara offline
turut membuka toko online. Meski begitu, sektor e-commerce di
Indonesia baru berkontribusi sebesar 0.8% dari total penjualan ritel, jauh
dibawah Tiongkok (11%) dan Amerika Serikat (8%). Untuk itu, sesuai visi
ekonomi digital 2020 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo, Indonesia
mengeluarkan sejumlah kebijakan untuk mendukung ekosistem e-
commerce di Indonesia, seperti Paket Kebijakan Ekonomi 14 tentang peta
jalan e-commerce, 1 juta domain name gratis, digitalisasi 50 juta UKM,
dan gerakan 1000 start-up digital.
• Jumlah wirausaha di suatu negara kerap dianggap
sebagai indikator kemajuan. Patokannya minimal 2% dari
jumlah penduduk harus berprofesi sebagai wirausaha.
Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, negeri ini paling
kurang harus memiliki 5 juta jiwa wirausaha.
• Dibandingkan dengan negara tetangga, kita kalah jumlah.
Singapura ada di angka 7%, Malaysia 5%, Thailand 4,5%,
dan Vietnam 3,3%. Amerika dan Jepang sudah melejit
jauh. Sepuluh persen warganya terjun di dunia bisnis.
• Populasi wirausaha penting, karena merekalah yang mampu melihat peluang,
mengembangkan, dan menciptakan bisnis baru. Alhasil tercipta lapangan kerja dan
tumbuhnya perekonomian negara.
• Terlebih di zaman digital, nyaris tak ada kendala untuk memulai bisnis. Modalnya hanya
kreatifitas dan keberanian. Siapapun bisa membuka gerai online, tanpa harus membuka
toko fisik terlebih dulu. Makanan, minuman, aplikasi, jasa, apa saja,dsb. Demikian juga
promosi dan pemasaran lebih mudah dan cepat dilakukan lewat media sosial.
• Dilain sisi, kalangan muda yang melek internet tidak ragu untuk belanja lewat internet.
Konsumen pun bisa membandingkan harga barang yang hendak dibeli dan menilai dari
pelanggan yang telah bertransaksi sebelumnya. Akibatnya, belanja online makin
meningkat setiap tahun. Persaingan juga menjadi lebih terbuka dan adil. Bahkan gerai
tradisional tak mau ketinggalan. Mereka melangkah dengan membuka toko online.
• Fenomena di atas mendorong pesatnya pertumbuhan wirausaha di tanah air.
Kementerian Koperasi dan UKM telah merilis rasio wirausaha tahun 2016 di tanah air
mencapai 3,1% meningkat dari rasio sebelumnya 1,67%. Artinya, rasio kewirausahaan
Indonesia sudah melampui batas minimal rasio kewirausahaan sebuah negara, yakni 2%.
Tantangan dan peluang
• Melihat potensi yang besar di Indonesia, Visi Ekonomi Digital Indonesia
2020 bukanlah sebuah mimpi yang tak mungkin dicapai. Namun, ada
sejumlah tantangan yang harus diselesaikan bersama, tidak hanya oleh
Pemerintah Indonesia tapi juga oleh berbagai pihak terkait. Pertama,
mengurangi kesenjangan digital di Indonesia. Pemerintah harus
memastikan bagaimana masyarakat Indonesia dimanapun mereka
berada bisa mendapatkan akses yang sama kepada layanan
telekomunikasi, mengingat infrastruktur adalah syarat utama kesuksesan
ekonomi digital. Hal ini memang menjadi salah satu perhatian
Pemerintah lewat peluncuran rencana pitalebar Indonesia 2014-2019
dan penyelesaian pembangunan Palapa Ring di kawasan Indonesia
Timur. Rencananya, proyek ini akan selesai pada 2019 sehingga
diharapkan akses ke jaringan telekomunikasi akan semakin baik
• Isu kedua adalah terkait SDM. Walaupun start-up digital
mengalami pertumbuhan yang masif, namun kebanyakan dari
mereka mengalami kesulitan dalam hal menemukan talenta yang
berkualitas dan sesuai kebutuhan industri. Akibatnya, sering
terjadi talent war antar start-up dimana seorang talenta
berkualitas menjadi rebutan berbagai start-up. Salah satu yang
menjadi akar permasalahannya adalah sektor pendidikan tinggi
Indonesia yang belum dapat menghasilkan SDM yang sesuai
kebutuhan industri. Mengingat pentingnya SDM sebagai kunci
peningkatan daya saing start-up Indonesia di kancah internasional,
kolaborasi sektor bisnis dan akademik perlu ditingkatkan kembali
sehingga tidak terjadi mismatch antara kedua sektor ini
• Terakhir, regulasi selalu menjadi isu utama jika kita bicara tentang start-up dan disruptive
innovation. Faktanya, regulasi memang selalu tertinggal dibandingkan dinamika pertumbuhan
teknologi yang sangat pesat. Namun, yang perlu dipastikan adalah bagaimana Pemerintah bersama
pihak-pihak terkait dapat menyusun regulasi yang adaptif dan tidak mematikan inovasi digital.
Pemerintah saat ini telah menunjukkan tren yang positif dalam hal penyusunan regulasi, namun di
internal Pemerintah sendiri terdapat perbedaan perspektif dalam menanggapi inovasi digital.
Contoh yang terlihat adalah bagaimana para pemain baru di sektor on-demand transportation
terkesan mendapatkan regulasi yang tidak suportif dengan menyamakan mereka dengan para
pemain lama. Namun di sisi lain sektor Fintech dan e-commerce mendapat perhatian dan dukungan
yang sangat banyak. Belum lagi isu-isu lain seperti perlindungan data konsumen, keamanan
transaksi dan isu-isu lain yang masuk dalam ranah cyber security. Lebih jauh, keberadaan sebuah
badan khusus yang fokus mengkoordinasikan isu-isu terkait ekonomi digital menjadi sebuah
keharusan, mengingat selama ini isu ekonomi digital diurus secara "keroyokan" oleh berbagai
instansi pemerintah. Bila semua tantangan ini bisa ditangani secara serius, dan semua potensi yang
ada bisa dimaksimakan, bukan tidak mungkin kita akan melihat Indonesia berjaya sebagai kekuatan
ekonomi digital di ASEAN bahkan di dunia. Semoga visi besar ini bisa terwujud.
• Penulis adalah peneliti di Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG), Jakarta. Wirawan
Agahari
Perkembangan rasio wirausaha
• Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menargetkan
rasio wirausaha di Indonesia mencapai 4% pada awal
2017. Target itu diharapkan akan tercapai dengan
kerjasama semua pihak, pemerintah pusat, pemda,
kampus dan mahasiswa, BUMN dan pihak lainnya.
• Target 4% tersebut sangat mungkin dicapai jika ada
kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah, dan kampus, serta pihak lain. Mahasiswa
dan kampus merupakan sasaran yang paling
potensial untuk menumbuhkan kewirausahaan.
• Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengklaim program pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) maupun Wirausaha Pemula (WP) yang digulirkan sejak pemerintahan Presiden Jokowi telah
memberikan hasil yang signifikan pada peningkatan rasio wirausaha (entrepreneur) Indonesia.
• Menurut Puspayoga rasio wirausaha di Indonesia terbaru sudah meningkat menjadi 7% lebih dari total penduduk
Indonesia. “Angka itu sudah di atas standar internasional yang mematok 2%. Jadi pecah telur," kata Puspayoga
dalam keterangan tertulis, Selasa (5/6).
• Selain jumlah wirausaha, Puspayoga juga mengklaim kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
dari 1,71% tahun 2014 bertambah menjadi 3,99% tahun 2016, dan terakhir menjadi 4,48% pada 2017. “Itu berkat
kerjasama kita dengan semua pihak, DPR, swasta, kepala daerah, BUMN. Walaupun dengan keterbatasan
anggaran yang dimiliki,” katanya.
• Asal tahu saja, pagu Kementerian Koperasi dan UKM tahun anggaran 2017 sebesar Rp 960,77 miliar. Realisasi
anggaran hingga akhir tahun sebesar Rp 880,68 miliar atau sebesar 91,66%. Sedangkan tahun 2018, pagu Kemkop
UKM berkurang menjadi Rp 944,53 miliar. Hingga 31 Mei realisasinya sebesar Rp 30,03%.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjay7qRzeTgAhVMtY8KHQarD0cQFjAC
egQICBAB&url=https%3A%2F%2Fpeluangusaha.kontan.co.id%2Fnews%2Fmenkop-ukm-rasio-wirausaha-
indonesia-sudah-lebih-dari-7&usg=AOvVaw1sC4oljqZcnr5sTr4C-uFA
• Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) AAGN Puspayoga mengungkapkan, rasio wirausaha di
Indonesia terbaru sudah meningkat menjadi 7% lebih dari total penduduk Indonesia. Pada tahun 2014, rasio
wirausaha di Tanah Air baru 1,55% kemudian meningkat menjadi 1,65% di tahun 2016 dan hingga akhir tahun
2017 telah mencapai lebih dari 3,1%.
• Rasio wirausaha yang baru dilansir dihitung berdasarkan data
jumlah pelaku usaha yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS)
hasil Sensus Ekonomi Penduduk 2016. Data BPS menyebutkan
jumlah pelaku usaha bidang non pertanian sebanyak 26,7 juta
orang, dengan perincian jumlah penduduk yang usahanya tidak
menetap sebanyak 18,9 juta dan yang usahanya menetap 7,8 juta.
• Dengan jumlah penduduk Indonesia 252 juta jiwa, dari data BPS
tersebut dapat dihitung rasio wirausaha Indonesia mencapai 3,1%.
Data BPS juga menunjukkan terjadi peningkatan kelas pelaku usaha
dari pemula menjadi usaha mikro naik 12%, pelaku mikro ke usaha
kecil naik 9% sedangkan dari pelaku usaha kecil ke menengah
sekitar 1%.
• http://
presidenri.go.id/berita-aktual/peluang-besar-
menjadi-pengusaha-di-era-digital.html
• 24 Maret 2017
Peluang Bisnis Digital
• Apa saja peluang Bisnis Digital di Indonesia?
• Transportasi dan Akomodasi
• Peluang bisnis digital di Indonesia untuk bidang transportasi dan akomodasi mungkin hanya
dikuasai oleh beberapa pemain besar saja. Tetapi jika Anda mengetahui sejarah mereka,
mereka adalah bisnis yang dibangun dari UKM dan menjadi besar karena memiliki inovasi dan
perbedaan dari bisnis yang lainnya. Sehingga mereka bisa mendapatkan tempat di hati
masyarakat Indonesia.
• Tentunya dalam bisnis transportasi dan akomodasi Anda bisa menyediakan layanan yang
mudah dan sangat membantu konsumen. Salah satunya adalah Traveloka, dan Tiket.com dua
pemain besar yang menguasai bisnis tiket pesawat dan kereta di Indonesia serta kamar hotel.
• Selain mereka berdua, terdapat pula Grab dan Gojek yang menyediakan fasilitas transportasi
umum, dan jasa antar barang. Serta terdapat pula Bosbis.com, Bustiket.com, dan Redbus.com
penyedia layanan tiket bus online.
• Meskipun bidang digital transportasi sudah dikuasai oleh pemain-pemain besar, bukan berarti
Anda harus gentar. Anda tetap bisa membangun bisnis digital di bidang transportasi dengan
konsep yang berbeda-beda, dan bisa memberikan kepuasan kepada konsumen.
• E-Commerce
• E-commerce di Indonesia juga memiliki perkembangan yang
cukup signifikan. Buktinya setiap e-commerce selalu mendapat
jumlah pengunjung yang banyak setiap harinya. E-commerce yang
kata lainnya adalah Toko online menjadi sarana pebisnis ratail
untuk mengubah haluan mereka dari offline ke online. Tentunya
ini membuka toko-toko online lainnya.
• Saat ini perkembangan e-commerce memang cukup menjanjikan.
Cukup banyak e-commerce yang sudah cukup berkembang di
Indonesia, sebut saja Berrybenka.com, Blanja.com, dan Elevenia
serta masih banyak toko online yang ada di Indonesia. Konsep
toko online sendiri memiliki dua konsep, yakni B2B atau B2C.
• Marketplace
• Jika Anda ingin terjun ke dunia digital, maka Anda harus paham perbedaan
Marketplace dan e-commerce atau toko online. Toko online sudah kita bahas,
kini kita bahas mengenai marketplace. Marketplace adalah toko online yang
menyiapkan tempat untuk para pedagang berjualan di tempat mereka.
• Marketplace dapat dikatakan seperti Mall. Dimana disana terdapat pedagang-
pedagang yang menjajakan barang dagangannya dengan berbagai jenis. Inilah
konsep marketplace itu sendiri. Di Indonesia, marketplace cukup banyak. Kita
bisa mengetahui Lazada.co.id, Tokopedia.com, dan Bukalapak ketiganya
adalah Marketplace bukan e-commerce.
• Peluang bisnis digital di Indonesia untuk posisi marketplace masih cukup
menjanjikan meskipun sudah dikuasai oleh pemain besar, bukan berarti tidak
ada kesempatan untuk Anda maju sebagai pengusaha dalam bidang
Marketplace. Anda bisa bersaing di bidang ini
• Financial
• Dunia keuangan pun tidak mau tertinggal dengan kemajuan
teknologi. Sekarang mungkin untuk mengajukan kartu kredit
atau peminjaman dana Anda tidak perlu datang ke Bank
konvensional. Tetapi Anda semua bisa melakukannya secara
online melalui Financial tecnology (Fintech) yang sudah hadir
cukup banyak di Indonesia.
• Peluang Fintech masih cukup menjanjikan. Terlebih
masyarakat Indonesia sering melakukan peminjaman untuk
dana tambahan di bank-bank. Anda bisa mencoba melakukan
bisnis pada bidang ini dan raih kesuksesan dari bidang digital.
• Jasa Digital
• Jasa pun sudah bisa dilakukan secara digital. Peluang
bisnis digital di Indonesia memang merambah segala
lini bisnis yang ada. Anda yang memiliki kemampuan
digital marketing, pengembangan website, dan jasa
tulis menulis dapat membuka usaha di ketiga bidang
tersebut. Usaha-usaha ini cukup menjanjikan dan
sangat potensial. Anda bisa segera mencobanya
untuk mendirikan usaha jasa digital.
• http://solusiukm.com/peluang-bisnis-digital-di
-indonesia
/
• 11 Sptember 2017
Manfaat bisnis di usia muda
• Berikut ini adalah beberapa manfaat memulai bisnis di usia muda yang dikutip dari Laruno.com:
• 1. Memupuk Rasa Percaya Diri
• Menjadi seorang pengusaha di usia muda memang tidak mudah. Namun, bukan tidak mungkin
dilakukan. Merintis usaha di usia muda dan pada akhirnya meraih kesukseskan secara otomatis
akan menumbuhkan kepercayaan diri Anda. Memiliki kepercayaan diri ini juga penting tidak
hanya untuk kepentingan individu saja, tapi juga usaha Anda.
• Anda yang saat ini masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa tidak perlu ragu untuk
memulai bisnis karena akan memperkaya pengalaman dan pengetahuan Anda. Percayalah
bahwa status dan usia bukan menjadi penghalang bagi Anda untuk menemukan jalan
kesuksesan.
• 2. Memiliki Banyak Kesempatan dan Belajar dari Kegagalan
• Kegagalan adalah hal biasa dalam menjalankan sebuah usaha. Kegagalan dapat menjadi sebuah
pembelajaran bisnis agar Anda tidak mudah menyerah.
• Mengalami kegagalan usaha di usia yang belia bukanlah masalah. Artinya, Anda memiliki
banyak peluang untuk mencoba berbagai hal, hingga pada akhirnya Anda menemukan jenis
bisnis dan formula yang tepat.
• 3. Memahami Teknologi
• Saat ini, semua kalangan muda sangat dekat dengan teknologi. Mereka akan
selalu meng-update pengetahuan teknologi terkini.
• Pengetahuan terhadap teknologi ini dapat Anda jadikan modal berbisnis,
dimana memanfaatkan internet dan teknologi sebagai media pemasaran,
promosi, atau berbisnis. Bisnis online ini pun banyak ragamnya, mulai dari
toko online, menjual jasa seo, freelance writer, dan banyak lagi.
• 4. Mengenal Selera Anak Muda dengan Lebih Baik
• Di usia Anda yang masih muda, tentunya Anda juga dapat memahami selera
konsumen yang seusia Anda. Mengenal dengan baik selera anak muda dan
tahu apa yang sedang menjadi tren, atau menjadi trend setter.
• Jadi, tidak perlu menunggu cukup umur untuk membangun bisnis baru, jika
dari sekarang Anda sebagai kaum muda bisa sukses dengan bisnis yang
melejit.
Tipe jadi Pengusaha
• Jika Anda tertarik untuk menjadi seorang pengusaha, maka tentu ada banyak
hal yang harus dipersiapkan. Seperti beberapa tips berikut ini:
• Baca kondisi pasar. Memulai usaha tidak bisa di awali dengan usaha apa saja
yang kita inginkan, tetapi lebih kepada sebuah usaha yang sesuai dengan apa
yang pasar inginkan. Jika kita memiliki sebuah passion dalam bidang usaha
tertentu, namun ternyata tidak cocok dengan selera pasar, maka usaha ini
akan sia-sia. Untuk itu penting kaitannya bagi seorang pengusaha agar bisa
membaca kondisi pasar dan melihat peluang usaha seperti apa sih yang
sekiranya bisa membawa kita menuju kesuksesan. Tetapi, akan lebih baik jika
passion yang kita punya juga sesuai dengan selera pasar.
• Buat bussiness plan atau perencanaan bisnis. Sebuah bisnis, baik itu skala
kecil maupun besar tentu memerlukan perencanaan yang matang dari awal,
dari mulai budgeting, strategi promosi, pemilihan supplier yang tepat, dan
yang lainnya.
• Ikuti perkembangan zaman. Hal ini penting agar usaha yang
dijalankan bisa berjalan selaras dengan perkembangan tren.
Salah satunya adalah memanfaatkan peluang usaha di media
online yang sedang tren saat ini.
• Tidak ada salahnya untuk keras pada diri sendiri. Menjadi sukses
memerlukan proses yang pahit. Bangun diri Anda untuk menjadi
orang yang pantang menyerah dan disiplin pada diri sendiri. Hal
ini yang akan membawa diri kita untuk bisa menjadi orang yang
lebih bijak. Jadilah versi terbaik dari diri Anda, dan jangan terbuai
oleh godaan waktu luang yang seringkali dibuang sia-sia.
• Nah itulah beberapa tips jadi pengusaha sukses dengan modal
kecil

Anda mungkin juga menyukai