Anda di halaman 1dari 8

JURNAL MEMBACA SISWA

GERAKAN LITERASI SEKOLAH


SMA NEGERI 1 BANJARMASIN
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

NAMA : Alvina Riyani KELAS : X IPS 3

IDENTITAS BUKU (NOVEL/BIOGRAFI)


Jenis Buku Novel
Judul Petualangan Seperempat Abad
Penulis Haris Firmansyah
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Kota Terbit Jakarta
Tahun Terbit 2019
Jumlah Hlm 174

N HARI/TGL IDE POKOK CERITA/INFORMASI HALAMAN


O
1 Senin 1-4
18-01-2021
2 Selasa 5-8
19-01-2021
3 Rabu 9-12
20-01-2021
4 Kamis 13-15
21-01-2021
5 Jumat 16-19
22-01-2021
6 Senin 19-22
25-01-2021
7 Selasa 22-24
26-01-2021
8 Rabu 24-27
27-01-2021
9 Kamis 27-30
28-01-2021
10 Jumat 30-33
29-01-2021
11 Senin 33-36
01-02-2021
12 Selasa 36-39
02-02-2021
13 Rabu 39-42
03-02-2021
14 Kamis 42-44
04-02-2021
15 Jumat 44-47
05-02-2021

16 Senin 47-50
15-02-2021
17 Selasa 50-53
16-02-2021
18 Rabu 53-56
17-02-2021
19 Kamis 56-59
18-02-2021
20 Jumat 59-72
19-02-2021
21 Senin 72-75
22-02-2021
22 Selasa 75-78
23-02-2021
23 Rabu 78-81
24-02-2022
24 Kamis 81-83
25-02-2021
25 Jumat 83-86
26-02-2021
26 Senin 86-89
01-03-2021
27 Selasa 89-92
02-03-2021
28 Rabu 92-95
03-03-2021
29 Kamis 95-98
04-03-2021
30 Jumat 98-101
05-03-2021
31 Senin 101-103
15-03-2021
32 Selasa 103-106
16-03-2021
33 Rabu 106-109
17-03-20201
34 Kamis 109-112
18-03-2021
35 Jumat 112-114
19-03-2021
36 Senin 114-117
12-03-2021
37 Kamis 117-120
15-03-2021
38 Jum’at 120-123
16-03-2021
39 Senin 123-126
19-04-2021
41 Selasa 129-132
20-04-2021
42 Rabu 132-135
21-04-2021
43 Kamis 135-138
22-04-2021
44 Jum’at 138-141
23-04-2021
45 Senin 141-143
26-04-2021
Selasa 143-146
27-04-2021
Rabu 146-149
28-04-2021
Kamis 149-152
29-04-2021
Jum’at 152-155
30-04-2021
Senin 155-158
03-05-2021
Selasa 158-161
04-05-2021
Rabu 161-163
05-05-2021
Kamis 163-166
06-05-2021
Jum’at 166-174
07-05-2021

Banjarmasin, 10 Mei 2021

Koordinator GLS wali Kelas Siswa

Muhamad Yusuf, S.Pd ............................... Alvina Riyani


NIP.197101132005011009 NIP.
Catatan :

Penggabungan hasil tulisan ide pokok cerita yang kalian susun akan menjadi sebuah
sinopsis novel apabila kalian tulis secara kronologis dan sistematis, seperti contoh berikut.

Petualangan Seperempat Abad

. Hamidah tidak ingin menanggapi lagi kemauan suaminya.


Hamidah sangat memahami sifat suaminya yang keras kepala dan mudah marah.
Syamsi berdiri dari duduknya menuju jendela. Ia tidak langsung menjawab
pertanyaan istrinya. Ia lepaskan pandangannya ke arah tiga ekor pipit yang hinggap di
dahan jambu.
“Travel yang kita ikuti berpusat di ibu kota. Nanti pun kita akan bergabung di
dengan jemaah lainnya di sana. Perkara sikap Ustad Junaidi yang terkesan mengelak
setiap kali kita bertanya, hal itu dikarenakan ia seorang pembimbing yang rendah hati. Ia
seperti padi, semakin berisi semakin merunduk.” Jawab Syamsi datar.
Hari ini tanggal 25 Juli.
Seharusnya kebahagiaan terpancar di wajah Syamsi sekeluarga sebab hari ini
merupakan saat keberangkatan mereka ke tanah suci.
Alih-alih berbahagia, Syamsi sekeluarga justru dilanda kegelisahan yang teramat sangat.
Pasalnya, Darwis yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang.
Padahal Darwislah yang dipercaya oleh Syamsi untuk menangani segala urusan
administrasi dan berbagai keperluan umrah mereka. Lebih tepatnya, Darwis sebagai
penghubung antara Syamsi dan pihak travel.
Syamsi mencoba menelepon Darwis tetapi nomor teleponnya tidak aktif lagi.
Hingga sore menjelang, tanda-tanda kedatangan Darwis untuk menjemput mereka
tidaklah tampak.
Warga desa yang memenuhi rumah Syamsi, satu demi satu pulang. Hanya
beberapa orang tetangga Syamsi saja yang masih bertahan. Beberapa warga desa yang
peduli dan bersimpatik, mencoba menemui Darwis.
Akan tetapi usaha mereka tidak berbuah manis. Alamat yang diberikan oleh
Darwis, fiktif belaka. Syamsi pun tak dapat berbuat apa-apa. Kedua matanya memerah.
Ketika Hamidah memberikan segelas air mineral kepada suaminya, Syamsi justru
menepisnya dan berbalik melangkah menuju kamar.
Senja berlalu. Gelap pun mulai menyelimuti lekak lekuk tubuh desa. Di
rumahnya, putri sulung Syamsi menangis sejadi-jadinya. Ia meremas-remas kartu Id yang
diserahkan Darwis seminggu yang lalu.
Kedatangan Darwis saat itu, selain memastikan jadwal keberangkatan mereka,
juga menyerahkan delapan buah koper umrah yang cukup besar.
Koper-koper itu diminta kembali oleh Darwis sore harinya setelah terisi penuh dengan
berbagai pakaian dan barang-barang keperluan Syamsi sekeluarga dengan alasan dikirim
lebih awal ke ibu kota.
Suatu hari.
“Aku tak tega melihat keadaan Syamsi sekarang.” Kata Kanal kepada empat
warga desa lainnya. Saat itu mereka sedang berbincang-bincang di pondok kecil di tepi
sawah.
Keempat temannya itu mengangguk bersamaaan dan saling pandang. Tergambar
di wajah mereka rasa iba juga.
“Berapa ya kerugian yang ditanggung Syamsi, baik material maupun
nonmaterial.” Tambah Kanal lagi.
“Acara walimatus safar kemarin dilaksanakan oleh Syamsi dengan meriah. Semua
warga desa ini diundang olehnya.
Tidak cukup itu saja, hampir setengah warga desa tetangga pun diundang.
Hidangan pun beragam dan semuanya lezat-lezat.” Seloroh Asan sambil melepas capil
purunnya.
Pada malam harinya, di pos ronda.
“Sebaiknya kita laporkan saja perbuatan Darwis dan komplotannya ke pihak
yang berwajib,” usul Dullah yang duduk di samping kanan Asan. “Aku setuju tetapi
harus kita rundingkan terlebih dahulu dengan para sesepuh di desa ini!”
Sementara itu di rumahnya.
“Kau penipu penipuuuuu!” Ucapan Syamsi yang nyaring mengejutkan Hamidah
yang tengah terlelap di samping suaminya itu.
Dengan segera Hamidah merangkul suaminya dari belakang. Syamsi yang duduk
di tepi ranjang menepis rangkulan istrinya dengan kasar. Hamidah terjungkal di tempat
tidur. Syamsi tersengal berat.
Syamsi lalu melempar bantal dan gulingnya ke sudut kamar. Sumpah serapah dari
mulutnya meluncur tak beraturan.
Terkadang tak jelas terdengar karena diiringi tangisannya.
Beberapa saat Hamidah hanya bisa tertegun. Kemudian perempuan kulit putih itu
bangkit dan merapat kembali di belakang suaminya.
Ia mengusap-usap punggung suaminya yang berkeringat dengan lembut. Tempat
tidur mereka bergoyang-goyang seiring goncangan tubuh Syamsi yang tak henti meratap.
Sambil memijit-mijit punggung suaminya, Hamidah juga menangis.
Hamidah sangat sedih. Terpaan masalah yang menimpa keluarganya kini, tak pelak
membuat suaminya begitu terpukul batinnya.
Sudah dua pekan, suaminya mengurung diri di kamar. Lelaki berperawakan tinggi
kurus itu tak lagi mau berbicara dengan siapa pun, tidak terkecuali dengan Hamidah dan
kedua buah hatinya yang sudah beranjak remaja.
Makanan dan minuman yang disuguhkan oleh Hamidah tak pernah disentuhnya.
Tak jarang makanan dan minuman itu ditumpahkannya begitu saja.
Syamsi kini lupa akan dirinya sendiri. Ia seolah-olah pengembara yang tidak dapat
menemukan lagi jalan untuk pulang.
Sifat periangnya tak tampak lagi. Tatapannya kosong. Syamsi menjadi pemurung.
Setiap tarikan napasnya beraroma kehampaan. Sering ia menangis mengiringi embusan
angin melalui jendela.
Tak jarang tangisannya itu diiringi dengan tawanya yang meledak-ledak.
Di lain tempat. Darwis dan beberapa lelaki kekar sedang berpesta minuman keras di
sebuah rumah kontrakkan di lingkungan padat dan kumuh.
Mereka tengah menikmati hasil kerja di atas penderitaan Syamsi sekeluarga. Tidak
menutup kemungkinan ada lagi korban lainnya. Mereka berfoya-foya dalam kesenangan
yang menghanyutkan.
“Kita tidak akan tertangkap oleh polisi karena kita berada jauh di luar pulau.”
Seloroh Darwis dengan pongahnya. Junaidi yang melakonkan diri sebagai ustad hanya
tersenyum dikulum.
“Sampai berapa lama kita bertahan dalam pelarian ini?” Berapa lama kita sanggup
hidup dengan uang hasil kejahatan?” Tanya seorang anak buah Darwis yang berkepala
plontos. Darwis berdiri, berkacak pinggang. Ia menatap anak buahnya itu dengan tatapan
meradang.
“Hai Darwis menyerahlah! Tempat ini sudah kami kepung!” Ucapan lantang yang
terdengar luar rumah itu mengejutkan Darwis dan kawan-kawannya. Seketika saja warna
muka Darwis yang memerah menjadi pucat.
Kerumunan warga yang memadati di sekitar rumah yang ditinggali oleh Darwis
berangsur-angsur meghilang. Darwis sekelompok telah digiring ke kantor polisi..
Hidup ini memang penuh misteri. Segalanya menjadi rahasia Sang Pencipta.
Manusia terkadang terlena ketika dalam kejayaan. Lupa bersyukur akan nikmat dan
anugerah yang diberikan Tuhan. Sebalikya, manusia juga mudah menyerah dan berputus
asa ketika dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit.
Hamidah tak kuasa menahan deras air matanya. Perasaannya hancur berkepeing-
keping. Dari balik jendela, ia menyaksikan suaminya sedang termenung. Di antara
Syamsi, duduk pula dua orang lelaki lebih muda sedang berteriak-teriak tak jelas.
Seorang perawat menghampiri Hamidah dan mengatakan waktu berkunjung telah habis.

Anda mungkin juga menyukai