Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Pemeriksaan Feses dengan metode Kato-Katz


2.2.1. Pengertian
Pemeriksaan metode Kato Katz adalah pemeriksaan semi kuantitatif yang
bertujuan untuk menentukan diagnosa pasti kecacingan dengan melihat ada tidaknya
infeksi cacing dan dapat menilai berat ringannya penyakit kecacingan berdasarkan
jumlah cacing atau jumlah telur pada tiap gram tinja pemeriksaan
Pada tahun 1954, metode Kato-Katz pertama kali dikenalkan oleh Kato-
Miura. Metode ini sangat mudah dan efisien dalam mendiagnosis adanya kasus infeksi
cacing usus.

2.2.2. Cara Pengerjaan


Prinsip dalam metode ini yaitu orang yang terinfeksi STH atau schistosomes usus
mengeluarkan telur cacing melalui kotoran mereka. Dalam teknik Kato-Katz, feses
ditekan melalui saringan untuk menghilangkan partikel besar. Sebagian sampel yang
diayak kemudian dipindahkan ke lubang cetakan pada slide. Setelah lubang diisi,
cetakan dilepas dan sampel yang tersisa ditutup dengan selofan yang direndam dalam
gliserol. Gliserol membersihkan kotoran dari sekitar telur. Telur-telur tersebut kemudian
dihitung dan dihitung jumlahnya per gram feses.

Metode Kato-Katz menggunakan gliserin sebagai salah satu reagennya, maka


sediaan harus sesegera mungkin diperiksa dengan mikroskop setelah pembuatan
sediaan apus tebal dengan selofan selesai dikerjakan. Sediaan lain yang belum
diperiksa sebaiknya disimpan dalam kotak yang tertutup pada suhu kamar.
Setelah didapatkan hasil perhitungan kuantitatif . Dari hasil tersebut dapat
klasifikasi intensitas infeksi ( ringan, sedang, atau berat) menurut jenis cacing yang
menginfeksi dalam satuan EPG ( Eggs Per Gram), sehingga dapat menggambarkan
keadaan infeksi kecacingan tersebut.

2.2.3. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan

 Rekomendasi WHO
 Relatif murah dan mudah disiapkan
 Hasil lebih akurat

Kekurangan

 Memiliki Batasan
 Sensitivitas terbatas
 Dipengaruhi oleh kepadatan feses
 Keakuratan tergantung pada laboran yang cukup terlatih

Barda, B. D. (2013). Mini-FLOTAC, an Innovative Direct Diagnostic Technique


for Intestinal Parasitic Infections: Experience from the Field. PLOS

Jourdan, P. H. (2015). Human Ascariasis: Diagnostics Update. springer, 1-12.


Natadisastra, D. Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2.4. Pemeriksaan Feses dengan Mini Flotac

2.4.1. Pengertian
Mini Flotac merupakan perangkat diagnostik yang baru dikembangkan dan
disederhanakan dari Flotac dan tanpa melalui sentrifugasi untuk diagnosis infeksi
cacing usus sehingga dapat digunakan pada laboratorium sederhana di daerah
terpencil yang tidak memiliki sumber listrik.

2.4.2. Cara Pengerjaan

Feses tersebut diproses sebagai berikut untuk teknik dasar mini-FLOTAC


(sensitivitas analitik = 10 telur atau kista per gram feses). Delapan gram feses
ditempatkan di fill-FLOTAC, diencerkan dengan 8 ml formalin 5%, lalu
dihomogenisasi dan disaring secara menyeluruh. Dua ml suspensi (1 g feses + 1 ml
formalin) langsung ditambahkan ke 18 ml dari masing-masing dua larutan apung
(FS), yaitu FS2 (natrium klorida jenuh; berat jenis (sg) = 1,20) dan FS7 (seng sulfat;
sg = 1,35). Solusi flotasi sama dengan yang dijelaskan dalam protokol
FLOTAC. Larutan FS2 direkomendasikan untuk diagnosis cacing yang ditularkan
melalui tanah, larutan FS7 direkomendasikan untuk S. mansoni dan untuk protozoa
usus . Dua mini-FLOTAC dilakukan untuk setiap sampel, satu diisi dengan suspensi
feses di FS2 dan yang lainnya dengan suspensi feses di FS7. Sebelum membaca slide
dan menerjemahkan piring bacaan, diperlukan waktu rata-rata 10 menit agar telur
dan kista mengapung.

2.4.3. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
 Tes sederhana
 Alat tidak mahal

Kekurangan :
 Teknik ini membutuhkan 12 menit untuk semua langkah

Barda, B. D. (2013). Mini-FLOTAC, an Innovative Direct Diagnostic Technique for Intestinal


Parasitic Infections: Experience from the Field. PLOS
Cringoli G (2006) FLOTAC, a novel apparatus for a multivalent faecal egg count technique.
Parassitologia 48: 381–384.
Jourdan, P. H. (2015). Human Ascariasis: Diagnostics Update. springer, 1-12.

Anda mungkin juga menyukai