2056031020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Hak asasi manusia adalah hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena
ia manusia. Umat manusia memilikinya bukan karena diberikan kepadanya oleh
masyarakat atau berdasarkan hukum positif, melainkan sematamata berdasarkan
martabatnya sebagai manusia. Dalam arti ini, maka meskipun setiap orang terlahir
dengan warna kulit, jenis kelamin, bahasa, budaya dan kewarganegaraan yang
berbeda-beda, ia tetap mempunyai hak-hak tersebut. Artinya seburuk apapun
perlakuan yang telah dialami oleh seseorang atau betapapun bengisnya perlakuan
seseorang, ia tidak akan berhenti menjadi manusia dan karena itu tetap memiliki
hak-hak tersebut. Dengan kata lain, hak-hak itu melekat pada dirinya sebagai
makhluk insani.
Indonesia meruakan negara yang memberikan hak kepada warganya
sebagaimana yang tercantum berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi yang salah satunya adalah hak untuk hidup. Maka dari itu
sesuai dengan undang-undang tersebut bahwa Warga Negara Indonesia memiliki
hak untuk keberlangsungan hidup dengan memiliki tempat tinggal yang layak.
Tetapi, di Indonesia ini masih banyak warga yang tidak memiliki tempat tinggal
yang layak akibat terjadi penggusuran yang dilakukan secara paksa.
Penggusuran merupakan perataan suatu pemukiman yang bertujuan untuk
menata atau membangun suatu wilayah tersebut. Penggusuran tersebut merupakan
untuk membangun kepentingan umum di wilayah tersebut, contohnya
pembangunan jalan tol. Pelaksanaan penggusuran dilaksanakan tanpa belas
kasihan dan tanpa mempertimbangkan kemanusiaan, tetapi dalam kasus ini
penggusuran banyak terjadi dilakukan secara paksa tanpa mendiskusikan dengan
warga sekitar. Apabila terjadi penggusuran suatu perusahaan yang membuat
proyek pembangunan tersebut mengganti biaya dengan harga yang relatif rendah,
maka dari itu banyak warga sekitar yang belum setuju untuk penggusuran tetapi
pihak perusahaan mengambil keputusan dengan sepihak. Akibat dari penggusuran
paksa tersebut warga belum mendapatkan tempat tinggal dan belum mendapatkan
bayaran pengganti. Barang-barang warga juga banyak yang hilang, tercecer, dan
tertukar dengan yang lain. Maka dari itu, hati nurani pihak perusahaan dalam
kasus ini sangat kejam sekali, padalah di Indonesia terdapat hak untuk
keberlangsungan hidup tetapi pada saat itu pemerintah tidak memberikan hak itu
kepada warga. Dampak dari penggusuran paksa juga banyak anak-anak yang
trauma karena merasa kehilangan tempat tinggalnya. Anak-anak juga tidak bisa
efektif untuk belajar karena alat sekolah mereka berceceran tidak tahu dimana dan
mereka tidak memiliki tempat yang layak untuk belajar.
Peran pemerintah disini seharunya pemerintah hadir dalam penggusuran agar
tidak ada rusuh antara warga dengan apparat. Pemerintah juga harus lebih efektif
dalam menangani kasus penggusuran paksa ini dengan cara mengutamakan hak-
hak warga untuk hidup bukan mengutamakan untuk pembangungan wilayah dan
mengganti biaya kerugian akibat penggusuran tanah dengan harga yang sesuai
dengan keputusan warga.
BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Penggusuran paksa merupakan tindalah pelanggaran HAM yang sering terjadi
di Indonesia. Peran pemerintah sangat penting sekali dalam menangani kasus
penggusuran ini dan menggunakan pendekatan partisipatif di dalam pembangunan
yang mengajak warga untuk bersama-sama merancang solusi terhadap isu
perkotaan yang dihadapi oleh pihak-pihak pelaku penggusuran paksa dan
merumuskan solusi-solusi alternatif pembangunan kota tanpa penggusuran paksa.
Daftar Pustaka
http://digilib.uinsgd.ac.id/17163/4/4_bab1.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/Chapter%201.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/54-394-1-PB%20(1).pdf