Anda di halaman 1dari 16

EVALUASI PERLINTASAN SEBIDANG JALAN REL DENGAN JALAN

RAYA DI KOTA SEMARANG


(STUDI KASUS PERLINTASAN SEBIDANG DI JALAN SADEWA,
JEMBAWAN RAYA DAN STASIUN JRAKAH )
Gita Mustika Dewi Kelo1, Gloryani Fransiska N Jehudu1,Rudatin Ruktiningsih, ST. MT2
1Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur IV/1,
Bendan Dhuwur, Semarang 50234
2 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata, Jl. Pawiyatan Luhur
IV/1, Bendan Dhuwur, Semarang 50234
Gitamdkelo@gmail.com, Rianyjehudu60@gmail.com

Abstrak
Perkembangan sarana transportasi membentuk pertemuan antara jalan raya dengan dengan jalan rel, dapat
menimbulkan masalahseperti kecelakaan dan tundaan.Oleh karena itu dibutuhan peranan sistem kontrol pada
pertemuan dua jalur prasarana transportasi tersebut. Perlintasan sebidang adalah persilangan antara jalan
raya dengan jalan rel kereta api pada ketinggian yang sama. Pembuatan perlintasan sebidang harus
memenuhi Peraturan Dirjen Perhubungan SK 770 tahun 2005. PadaJalan Sadewa, Jembawan Raya, dan Jalan
Stasiun Jrakah terdapat jalur kereta double track dengan perlintasan sebidang tanpa pintu. Metode
penelitianyang digunakan adalah metode survei, yaitu survei volume lalu lintas, survei frekuensi kereta api,
survei sarana dan prasarana, survei spot speed, menghitung panjang antrian dan menghitung tundaan.
Berdasarkan hasil analisis ketentuan teknis perlintasan sebidang perlintasan sadewa (308.307,49 smpk),
perlintasan stasiunjrakah (216.666,39 smpk) dan perlintasan jembawan raya (66.903,09 smpk) tidak
memenuhi standar teknis perlintasan sebidang (< 35.000 smpk) sehingga sebaiknya ditingkatkan menjadi
perlintasan tak sebidang. Meskipun dari analisis panjang antrian dan tundaan, kapasitas jalan masih
memenuhi syarat (DS<1). Namun berdasarkan analisis volume , kapasitas jalan pada Jalan Sadewa, Stasiun
Jrakah tidak memenuhi syarat sehingga perlu peninjauan ulang terhadap kondisi lebar Jalan Sadewa, Stasiun
Jrakah dan Jembawan Raya.

Kata kunci: Perlintasan Sebidang, Jalan, Kapasitas,Volume, Panjang Antrian,Tundaan

Abstract
Development in transportation can form crossing between road and railroad, between these two tranportation
facilities some problem could happen,which are accident and traffic. Therefore control management will be
necessary. Level crossing is an intersection where a railway line crosses a road at the same level . In Indonesia,
there’s regulation about level crossing which is SK 770 tahun 2005. In sadewa street, jembawan raya street and
stasiun jrakah street there’s double track railway and level crossing without barrier. To evaluate level crossing,
this research used survey method, such as traffic volume survey, train frequency survey, survey level crossing
facilities, spot speed survey, queque length, and delayed time. Based on analysis on level crossing technical
regulations, level crossing in sadewa street (308.307,49 smpk), jembawan raya street (66.903,09 smpk) and
stasiun jrakah (216.666,39 smpk) street not fullfilling level crossing standart regulations (< 35.000 smpk) and it
should be changed to flyover or underpass. Eventho from queque and stopped delay analysis road capacity still
capable to handle the traffic (DS<1), but based on volume analysis road capacity in sadewa street and stasiun
jrakah street not capable to handle the traffic so re-observation to road condition will be necessary.

Keywords: Level crossing, railway, road, queque, stopped delay, road capacity,volume
1. Pendahuluan perlintasan sebidang antara jalan raya dan jalur
Perkembangan sarana transportasi membentuk kereta api serta hubungan antara volume,
pertemuan antara jalan raya dengan dengan jalan kecepatan, tundaan dan panjang antrian terhadap
rel. Masalah yang sering timbul akibat pertemuan kapasitas jalan pada perlintasan sebidang.
kedua sarana transportasi ini adalah kecelakaan 2. Tinjauan Pustaka
dan kemacetan.Beberapa faktor penyebab UU No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan
terjadinya kecelakaan antara lain rusaknya jalan Angkutan Jalan pasal 2 ayat 1 menyatakan bahwa
pada perlintasan, infrastruktur yang tidak lengkap, keselamatan, kelancaran, dan ketertiban lalu lintas
geometrik jalur kereta api dan jalan raya tidak dan angkutan jalan ditetapkan ketentuan-
sesuai, dan kelalaian manusia. Sedangkan faktor ketentuan mengenai rekayasa dan manajemen lalu
penyebab kemacetan adalah kendaraan yang lintas.
mengalami tundaan di perlintasan sebidang.Oleh
Menurut Direktorat Jendral Bina Marga (2012),
karena itu dibutuhan peranan sistem kontrol untuk
pentingnya perhitungan jarak pandang bagi
mencegah terjadinya kemacetan maupun
keselamatan lalu lintas dikarenakan manusia
kemacetan pada perlintasan sebidang.
membutuhkan waktu untuk bereaksi dan
Pada perlintasan sebidang ada beberapa
membutuhkan jarak untuk mengambil tindakan
perlintasan sebidang yang memiliki pintu dan yang
menghindar, semakin cepat mereka melaju saat
tidak memiliki pintu hal inilah yang akan
melihat objek pertama kali, semakin besar jarak
mengakibatkan berbagai macam masalah yang
berhenti yang dibutuhkan. Pada umumnya, waktu
dapat terjadi dalam perlintasan sebidang. Ada
reaksi pengendara atau pengemudi adalah 2 detik.
beberapa peraturan perudang-undangan yang
Dengan mengetahui jarak pandang aman pada
harus dipenuhi dalam perlintasan sebidang dalam
perlintasan kereta api, maka dapat diketahui
hal ini kelancaran perjalanan kereta api dan lalu
kecepatan kendaraan yang aman untuk melintasi
lintas jalan perpotongan sebidang harus
suatu perlintasan.
memenuhi persyaratan memenuhi pandangan
bebas masinis dan pengguna lalu lintas, dilengkapi Berdasarkan hukum, perlintasan dibagi menjadi
rambu-rambu lalu lintas jalan dan peralatan dua jenis yaitu perlintasan resmi dan tidak
persinyalan resmi.Perlintasan resmi adalah perlintasan
Berdasarkan Undang-undang No. 23 sebidang yang telah sesuai dengan syarat - syarat
Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. Dalam Pasal dan ketentuan hukum sesuai Undang – Undang 23
124 disebutkan bahwa pada perpotongan Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Perlintasan
sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai sebidang resmi dilengkapi dengan palang pintu
jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api. perlintasan, rambu lalu lintas, rambu peringatan,
Dengan adanya perlintasan, maka pergerakan arus rambu stop, marka jalan lambang dan tulisan
lalu lintas kendaraan menjadi terganggu ketika berupa silang dan huruf KA, Isyarat lampu, Isyarat
kereta api melintas. Hal ini akan mengakibatkan suara serta adanya penjagaan oleh pegawai
terjadinya tundaan dan panjang antrian kendaraan operator prasarana perkeretaapian. Sedangkan
perlintasan tidak resmi adalah perlintasan
Penelitian ini berupaya untuk melakukan evaluasi sebidang yang belum/tidak memiliki syarat –
kondisi perlintasan, baik dari sisi jalur kereta api syarat dan ketentuan hukum sesuai Undang –
maupun dari lalu lintas jalan berdasarkan SK 770 Undang 23 Tahun 2007 tentang
tahun 2005, serta hubungan antara volume, Perkeretaapian.Pada perlintasan tidak resmi,
kecepatan, tundaan dan panjang antrian terhadap biasanya dilengkapi dengan palang dari besi atau
kapasitas jalan pada perlintasan sebidang. alasan kayu ataupun tanpa palang.
pemilihan Perlintasan sebidang di Jalan Sadewa,
Berdasarkan UU No 23 tahun 2007, untuk
Jembawan Raya, dan Jalan Stasiun jrakah sebagai
keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai
lokasi penelitian dikarenakan jalan-jalan ini
jalan perlintasan sebidang yang tidak mempunyai
merupakan jalan-jalan kota yang juga merupakan
izin harus ditutup. Perlintasan antara jalur kereta
jalan menuju pusat perbelanjaan, jalur pekerja
api dan jalan yang sebidang yang telah ada
menuju kantor, dan pelajar menuju sekolah atau
sebelum ditetapkan undang-undang ini
universitas. Meskipun jalur kereta sudah double
diupayakan dibuat tidak sebidang secara
track, namun perlintasan tersebut masih belum
berangsur-angsur dibuat sesuai dengan
menggunakan pintu, hal ini dapat berdampak pada
kemampuan pemerintah atau pemerintah daerah.
keselamatan lalu lintas. Oleh karena itu maka
Peraturan Pemerintah no 56 Tahun 2009,
dilakukan evaluasi perlintasan sebidang dengan
perpotongan sebidang hanya dapat dilakukan
menggunakan Peraturan Direktur Jendral
apabila letak geografis yang tidak memungkinkan
Perhubungan Darat tentang pedoman teknis
membangun perpotongan tidak sebidang, tidak 3. Metode Penelitian
membahayakan dan mengganggu kelancaran
Pada penelitian inimengambil objek Perlintasan
operasi kereta api dan lalu lintas jalan dan pada
Sebidang di Kota Semarang. Lokasi yang terpilih
jalan jalur tunggal dengan frekuensi dengan
dalam penelitian ini terdapat di tiga lokasi
kecepatan kereta api rendah untuk menjamin
perlintasan sebidang yang akan diteliti, sebagai
keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api
berikut :
dan lal lintas jalan perpotongan sebidang harus
memenuhi persyaratan memenuhi pandangan 1. Perlintasan Sebidang di Jalan Sadewa
bebas masinis dan pengguna lalu lintas, dilengkapi
rambu-rambu lalu lintas jalan dan peralatan
persinyalan, dibatasi hanya pada jalan kelas 3,
memenuhi standar spesifikasi teknis perpotongan
sebidang.

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal


Perhubungan Darat, Pedoman Teknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan Raya dengan Jalan Kereta
Api yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan
tahun 2005 maupun Perencanaan Perlintasan Gambar 3.1 Lokasi Penelitian di Jalan Sadewa
Jalan dengan Jalan Kereta Api oleh Departemen (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018)
Pemukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2004,
ada 2 ketentuan dalam perencanaan perlintasan
sebidang yaitu: 2. Perlintasan Sebidang di Jalan Jembawan Raya
1. Ketentuan Umum
Dalam pedoman perlintasan jalan dengan jalur
kereta api harus memperhatikan aspek-aspek LOKASI PENELITIAN
sebagai berikut:
a. Keselamatan lalu lintas, dimana kereta api
mempunyai prioritas utama.
b. Pandangan bebas pemakai jalan.
c. Kepentingan pejalan kaki.
d. Drainase jalan.
e. Kepentingan penyandang cacat.
Gambar 3.2 Lokasi Penelitian di Jalan
f. Desain yang ramah lingkungan. Jembawan Raya
2. Ketentuan Teknis (Sumber : Google Maps,2018)

a. Geometrik pada perlintasan sebidang


(sarana dan prasarana, klasifikasi, fungsi 3. Perlintasan Sebidang di Jalan Stasiun Jrakah
jalan, potongan melintang dan daerah/ ruang
bebas).
b. Pengaturan lalu lintas.
c. Tipe perkerasan pada perlintasan sebidang.
Persyaratan penyelenggaraan persilangan
sebidang antara jalan dengan kereta api mengacu
kepada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Darat Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Gambar 3.3 Lokasi Penelitian di Jalan Stasiun
Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Jrakah
dengan Jalur Kereta Api. Didalam peraturan (Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018)
tersebut serta mengacu kepada peraturan
perundangan yang lebih tinggi, maka perlintasan
antara jalan dengan jalur kereta api dibuat dengan
prinsip tidak sebidang.
Alasan pemilihan Perlintasan sebidang di Jalan antrian dilakukan dengan mengukur panjang
Sadewa, Jembawan Raya, dan Jalan Stasiun Jrakah antrian menggunakan meteran dan
sebagai lokasi penelitian dikarenakan jalan-jalan ini
menghitung jenis serta jumlah kendaraan yang
merupakan jalan-jalan kota yang juga merupakan
mengalami tundaan.
jalan menuju pusat perbelanjaan, jalur pekerja
menuju kantor, dan pelajar menuju sekolah atau 4. Survei Kondisi Perlintasan Sebidang Sesuai
universitas. Meskipun jalur kereta sudah double SK 770 Tahun 2005
track, namun perlintasan tersebut masih belum
Tujuan dari survei ini adalah untuk
menggunakan pintu, hal ini dapat berdampak pada
mendapatkan data umum mengenai kondisi
keselamatan lalu lintas. Data yang idbutuhkan
dari perlintasan sebidang. Pengambilan data
dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
dilaksanakan dengan mengukur serta
sekunder
mengamati langsung di lapangan. Data yang
Data primer didapat dengan melakukan survei dapat diperoleh dari survei ini adalah Informasi
yang menghasilkan data yang terdiri dari data tentang perlintasan sebidang di lapangan. Data
volume lalu lintas, data kecepatan lalu lintas, data yang diperoleh dicatat dalam formulir.
tundaang, data panjang antrian dan data Sedangkan data sekunder didapat dari instansi
kelengkapan prasarana di perlintasan sebidang. terkait yang menghasilkan data yang terdiri
dari terdiri dari frekuensi kereta api dari PT.KAI
1. Survei Volume Lalu Lintas
serta data geometri jalan dari Dinas Pekerjaan
LHR yang dihitung yaitu gerak kendaraan yang Umum Kota Semarang.
melewati perlintasan sebidang. Proses
Bagan Alir
pendataan volume lalu lintas dilakukan secara
manual dengan menggunakan alat bantu
aplikasi “thing counter”. Setiap kendaraan yang
lewat dikelompokkan sesuai jenis
kendaraan.Survei dilakukan selama 1 minggu
dengan interval pendataan setiap 15
menit.Kendaraan yang disurvei pada
penelietian ini dibagi dalam 12 moda angkutan.
Lembar form survei diiisi berdasarkan jenis
kendaraaannya
Lalu lintas yang melewati perlitasan sebidang
terdiri dari berbagai jenis kendaraan, oleh
karena itu untuk menyeragamkan jenis
kendaraan yang berbeda-beda maka masing-
masing jenis kendaraaan dikalikan dengan
faktor SMP.
2. Survei Kecepatan Lalu Lintas
Pada penelitian ini, kecepatan yang akan diteliti
adalah kecepatan spot speed saat kendaraan
melewati perlintasan kereta api. Pada
pengamatan ini, sampel yang diambil adalah 30
untuk setiap jenis kendaraan dengan interval
waktu 15 menit.Pegamatan dilakukan dengan
terlebih dahulu menentukan panjang titik
pengamatan. Dengan menggunakan alat bantu
stopwatch, pengamat mencatat waktu yang
dtiempuh suatu kendaraan untuk melewati titik
pengamatan yang telah ditentukan. Kecepatan
diperoleh dengan membagi jarak tempuh
dengan waktu.
3. Survei Tundaan serta Panjang Antrian
Untuk mengetahui lamanya tundaan yang
terjadi saat kereta api melintas, pengamat
mencatat waktu saat kereta melintas.
Sedangkan untuk mendapatkan data panjang
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Frekuensi
1. Volume Perlintasan Sadewa Kereta Api
Tabel 4.1 Tabel Perhitungan LHR (sumber : Hasil Analisis,2018)
Survey Rata- 24 Jam
11 Jam Rata Kendaraan bermotor yang melintasi perlintasan
Totak 7320 665 15971.0 stasiun jrakah terdiri dari sepeda motor, sedan,
Kendaraa 3 mobil, mobil penumpang, truk berat,truk sedang,
n dan pick up. Kendaraan tak bermotor yang
Volume 1441.91 131.08 3145.99 melintasi perlintasan Jrakah terdiri dari becak,
Kendaara sepeda, dan gerobak. Perlintasan stasiun jrakah
n juga dilewati oleh pejalan kaki. Lalu lintas Harian
LH x 308307.49 Rata – rata (LHR) pada perlintasan stasiun jrakah
Frekuensi sebesar 2519,38 smp/jam. Hasil perkalian LHR
Kereta Api dengan frekuensi kereta api sebesar 216.666,39
(Sumber : Hasil Analisis,2018) smpk.Volume maksimal terjadi pada pukul 06.00-
07.00 sebesar 198,24 smp.
Kendaraan bermotor yang melintasi perlintasan
sadewa adalah sepeda motor. Kendaraan tak
bermotor yang melintasi perlintasan Sadewa
terdiri dari becak, sepeda, dan gerobak.
Perlintasan sadewa juga dilewati oleh pejalan kaki.
Pengumpulan data volume lalu lintas dilakukan
selama 1 minggu dengan interval pendataan setiap
15 menit . Survei dilakukan selama 11 jam ( 06.00
WIB – 17.00 WIB). Lalu lintas Harian Rata – rata
(LHR) perlintasan sadewa sebesar 3145,99
smp/jam. Hasil perkalian LHR dengan frekuensi
kereta api sebesar 308.307,49 smpk. Volume Gambar 4.2 Diagram garis hubungan volume
maksimal terjadi pada pukul 06.00-07.00 sebesar kendaraan dan waktu pada perlintasan stasiun
229,44 smp. jrakah
(Sumber : Hasil Survei, 2018)

3. Volume Perlintasan Jembawan Raya


Tabel 4.3 Tabel Perhitungan LHR
Survey Rata- 24 Jam
11 Jam Rata
Totak 1790.43 162.77 3906.39
Kendaraa
n
Volume 356.56 32.41 777.94
Gambar 4.1 Diagram garis hubungan volume Kendaara
kendaraan dan waktu pada perlintasan sadewa n
(Sumber : Hasil Analisis,2018) LH x 66903.09
Frekuensi
2.Volume Perlintasan Stasiun Jrakah Kereta Api
(Sumber: Hail Analisis, 2018)
Tabel 4.2 Tabel Perhitungan LHR
Survey Rata- 24 Jam Kendaraan bermotor yang melintasi perlintasan
11 Jam Rata jembawan raya adalah sepeda motor, mobil dan
Totak 5176 471 11292.47 pick-up. Kendaraan tak bermotor yang melintasi
Kendaraa perlintasan jembawan raya adalah sepeda dan
n gerobak. Perlintasan jembawan raya juga dilewati
Volume 1154.71 104.97 2519.38 oleh pejalan kaki. Pengumpulan data volume lalu
Kendaara lintas dilakukan selama 1 minggu dengan interval
n pendataan setiap 15 menit . Survei dilakukan
LH x 216666.39 selama 11 jam ( 06.00 WIB – 17.00 WIB). Lalu lintas
Harian Rata – rata (LHR) sebesar 777,94smp/jam.
Hasil perkalian LHR dengan frekuensi kereta api Gambar 4.4 Diagram garis spot speed pada
sebesar 66.903,09 smpk. Volume maksimal terjadi perlintasan sadewa
pada pukul 15.00-16.00 sebesar 59,10 smp. (Sumber : Hasil Survei, 2018)

Gambar 4.3 Diagram garis Hubungan antara


Volume Kendaraan dan Waktu pada Perlintasan
Jembawan Raya 5. Spot Speed Perlintasan Stasiun Jrakah
Pada perlintasan stasiun jrakah, kendaraan
bermotor yang melewati perlintasan cukup
bervariasi. Sehingga kecepatan kendaraan yang
melintas juga bervariasi. Sepeda motor memiliki
spot speed tercepat, sedangkan truk berat
memiliki spot speed terlambat.
Tabel 4.5 Tabel Rekap Spot Speed Perlintasan
Stasiun Jrakah
(Sumber : Hasil Analisis ,2018)
N Waktu V
Jenis Kendaraan
o (det) (km/jam)
4. Spot Speed Perlintasan Sadewa
Pada perlintasan Sadewa, kendaraan bermotor
1 Sepeda Motor 6,84 9,27
yang melewati perlintasan hanya sepeda motor.
Sehingga kecepatan kendaraan yang melintas pada 2 Mobil 10,22 6,20
setiap harinya tidak memiliki perbedaan yang tidak 3 MPU 12,50 5,07
signifikan. 4 Pick Up 11,34 5,58
Tabel 4.4 Tabel Rekap Spot Speed Perlintasan 10,56
5 Truk 6,00
Sadewa
6 Sedan 9,94 6,37
Jenis Wakt V 7 Truk Berat 18,65 3,40
No
Kendaraan u (km/jam) (Sumber : Hasil Survei, 2018)
(det)
Sepeda 7,56
Senin 8,37
Motor
Sepeda 6,96
Selasa 9,10
Motor
Sepeda 7,72
Rabu 8,20
Motor
Sepeda 7,88
Kamis 8,04
Motor
Sepeda 8,16
Jumat 7,76 Gambar 4.5 Diagram garis spot speed pada
Motor
perlintasan stasiun jrakah
Sepeda 7,94
Sabtu 7,97 (Sumber : Hasil Survei, 2018)
Motor
Sepeda 7,68
Minggu 8,24
Motor
6. Spot Speed Perlintasan Jembawan Raya
(Sumber : Hasil Survei, 2018)
Pada perlintasan jembawan raya, kendaraan
bermotor yang melewati perlintasan cukup
bervariasi. Sehingga kecepatan kendaraan yang
melintas juga bervariasi. Sepeda motor memiliki
spot speed tercepat, sedangkan pick up memiliki
spot speed terlambat.
Tabel 4.6 Tabel Rekap Spot Speed Perlintasan
Jembawan Raya
V
N Wakt
Jenis Kendaraan (km/jam
o u
)
(det)
1 Sepeda Motor 7,46 8,50
2 Mobil 8,36 7,58 perlintasan sadewa minimal 7 menit. Perlintasan
3 Pick Up 9,43 6,72 terdekat dengan perlintasan sadewa adalah
(Sumber : Hasil Survei, 2018) perlintasan di Indrapasta dengan jarak sebesar 450
meter.Jarak pandang pengguna jalan pada
perlintasan sadewa dari arah utara maupun arah
selatan cukup baik. Dengan adanya pagar
pembatas di sepanjang rel kereta api maka tidak
ada bangunan maupun pohon yang menghalangi
jarak pandang pengguna lalu lintas.Perlintasan
sadewa memenuhi 4 dari 5 persyaratan
perlintasan sebidang.
Jalan stasiun jrakah merupakan jalan kota dan
termasuk ke dalam sistem jaringan jalan lokal
primer. Menurut klasifikasi kelas jalan, Jalan
Gambar 4.6 Diagram garis spot speed pada stasiun jrakah termasuk ke dalam kelas III. Jalan
perlintasan jembawan raya stasiun jrakah memiliki lebar jalan 3,50 m yang
(Sumber : Hasil Survei, 2018) dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah
median. Konstruksi jalan raya berupa jalan aspal
7. Kapasitas jalan sadewa, stasiun jrakah dan hot mix dimana titik perpotongan dengan rel tipe
jembawan raya perkerasannya menggunakan aspal. Rel yang
Kapasitas didefinisikan sebagai volume melintang di Jalan stasiun jrakah memiliki
maksimum per jam yang dapat lewat suatu ketinggian yang sama dengan jalan raya dan
potongan lajur jalan (untuk jalan multi lajur) atau berada pada kondisi lurus. Dari hasil pengamatan
suatu potongan jalan (untuk jalan dua lajur) pada di lapangan, kondisi aspal jalan raya yang
kondisi jalan dan arus lalu lintas ideal. Berdasarkan berpotongan dengan rel kereta api cukup baik,
rumus 2.7, maka dapat diketahui kapasitas jalan sehingga tidak menghambat pengguna jalan yang
pada perlintasan sadewa, stasiun jrakah dan melintas.
jembawan raya. Berdasarkan data dari PT.KAI, kereta api yang
Tabel 4.44 Rekap perhitungan kapasitas melintas pada perlintasan Stasiun Jrakah sebanyak
(sumber : Hasil Analisis, 2018) 86 kereta api setiap hari. Dengan selang waktu
4.2 Analisis Ketentuan Teknis Perlintasan antara kereta api satu dengan kereta api
Sebidang berikutnya yang melintas pada Perlintasan stasiun
Dalam menganalisis ketentuan teknis perlintasan jrakah minimal 7 menit. Perlintasan terdekat
sebidang, parameter yang ada di lapangan dengan Jalan stasiun jrakah adalah perlintasan di
dibandingkan dengan peraturan Direktur Jenderal Jalan jembawan raya dengan jarak sebesar 300
Perhubungan Darat Nomor 770 tahun 2005 meter. Jarak pandang pengguna jalan pada
tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang perlintasan Jalan stasiun jrakah dari arah utara
antara Jalan dengan Jalur kereta Api dan Peraturan maupun arah selatan cukup baik. Dengan adanya
Pemerintah 56 tahun 2009. pagar pembatas di sepanjang rel kereta api maka
tidak ada bangunan maupun pohon yang
4.2.1 Analisis Persyaratan Perlintasan Sebidang menghalangi jarak pandang pengguna lalu
1. Persyaratan Perlintasan Sebidang lintas.Perlintasan stasiun jrakah memenuhi 4 dari 5
Jalan Sadewa memiliki lebar jalan 3,20 m yang persyaratan perlintasan sebidang.
dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah Jalan jembawan raya merupakan jalan kota dan
median. Rel yang melintang di jalan sadewa termasuk ke dalam sistem jaringan jalan kolektor
memiliki ketinggian yang berbeda dengan jalan sekunder. Menurut klasifikasi kelas jalan, Jalan
raya dan berada pada kondisi lurus. Dari hasil jembawan raya termasuk ke dalam kelas III. Jalan
pengamatan di lapangan, kondisi aspal jalan raya jembawan raya memiliki lebar jalan 4 m yang
yang berpotongan dengan rel kereta api kurang dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah
baik karena terdapat lubang – lubang di median. Konstruksi jalan raya berupa jalan aspal
perpotongan dengan rel sehingga menghambat hot mix dimana titik perpotongan dengan rel tipe
pengguna jalan yang melintas.Berdasarkan data perkerasannya menggunakan aspal. Rel yang
dari PT.KAI, kereta api yang melintas pada melintang di Jalan jembawan raya memiliki
perlintasan sadewa sebanyak 98 kereta api setiap ketinggian berbeda dengan jalan raya dan berada
hari. Dengan selang waktu antara kereta api satu pada kondisi lurus. Dari hasil pengamatan di
dengan kereta api berikutnya yang melintas pada lapangan, kondisi aspal jalan raya yang
berpotongan dengan rel kereta api kurang baik
karena terdapat lubang sehingga menghambat melintang di jalan Stasiun Jrakah memiliki
pengguna jalan yang melintas.Berdasarkan data ketinggian yang sama dengan jalan raya dan
dari PT.KAI, kereta api yang melintas pada berada pada kondisi lurus. Pada perlintasan
perlintasan jembawan raya sebanyak 86 kereta api stasiun jrakah terdapat rambu peringatan yang
setiap hari. Dengan selang waktu antara kereta api menyatakan adanya perlintasan sebidang antara
satu dengan kereta api berikutnya yang melintas jalan dengan jalur kereta api dimana jalur kereta
pada Perlintasan jembawan raya minimal 7 menit. api dilengkapi dengan pintu perlintasan,dengan
Perlintasan terdekat dengan Jalan jembawan raya rambu tabel 1a No.22a – dengan jarak 36 meter
adalah perlintasan di Jalan stasiun jrakah dengan dari perlintasan. Pada sisi utara perlintasan
jarak sebesar 650 meter. Jarak pandang pengguna terdapat rambu berupa kata-kata yang
jalan pada perlintasan jembawan raya dari arah menyatakan agar berhati-hati mendekati
utara maupun arah selatan kurang baik karena perlintasan kereta api dengan jarak 6 m dari
terdapat banyak pohon yang menghalangi jarak perlintasan. Terdapat juga rambu andreas cross
pandang pengguna jalan maupun masinis kereta dengan jarak 34 meter dari perlintasan.Pada
api. Perlintasan jembawan raya memenuhi 3 dari 5 perlintasan stasiun jrakah, Isyarat lampu menyala
persyaratan perlintasan sebidang. setiap ada kereta api yang akan melintas, lampu
2. Persyaratan Prasarana Jalan dan Kereta Api berada pada jarak 79 meter dari perlintasan
Jalan Sadewa memiliki lebar jalan 3,20 m yang stasiun jrakah. Selain itu, ada isyarat suara dari
dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah setiap kereta yang akan melintas.Perlintasan
median. Rel yang melintang di jalan Sadewa stasiun jrakah memenuhi 5 dari 8 syarat.
memiliki ketinggian yang berbeda dengan jalan Persyaratan yang belum sesuai dengan
raya dan berada pada kondisi lurus. Pada persyaratan adalah ketentuan wajib dilengkapi
perlintasan Sadewa terdapat rambuperingatan rambu peringatan, rambu larangan dan wajib
berupa kata-kata yang menyatakan agar dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa
berhati-hati mendekati perlintasan kereta api marka jalan. Selain itu, rambu-rambu yang
tanpa pintu dengan jarak 4,6 m dari perlintasan. terdapat pada pelintasan Jrakah kurang sesuai,
Selain itu, pada sisi utara terdapat rambu karena perlintasan stasiun jrakah merupakan
peringatan berupa kata-kata dengan jarak 16,8 perlintasan tidak memiliki pintu, sedangkan rambu
meter dan dari sisi selatan dengan jarak 14,4 yang terdapat pada perlintasan stasiun jrakah
m.Pada perlintasan Sadewa, Isyarat lampu adalah rambu 22a yang menyatakan antara
menyala setiap ada kereta api yang akan melintas perlintasan sebidang dengan pintu.
berada pada jarak 308 meter dari perlintasan
Jalan Jembawan Raya merupakan jalan kota dan
stasiun jrakah. Selain itu, ada isyarat suara dari
termasuk ke dalam sistem jaringan jalan kolektor
setiap kereta yang akan melintas. Perlintasan
sekunder. Menurut klasifikasi kelas jalan, Jalan
Sadewa memenuhi 5 dari 8 syarat. Persyaratan
Jembawan Raya termasuk ke dalam kelas III. Jalan
yang belum sesuai dengan persyaratan adalah
Jembawan Raya memiliki lebar jalan 4 m yang
ketentuan wajib dilengkapi rambu peringatan,
dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah
rambu larangan dan wajib dilengkapi dengan
median. Konstruksi jalan raya berupa jalan aspal
perlengkapan jalan berupa marka jalan.
hot mix dimana titik perpotongan dengan rel tipe
Perlintasan Sadewa tidak memiliki marka jalan.
perkerasannya menggunakan aspal. Rel yang
Selain itu, rambu-rambu yang terdapat pada
melintang di jalan Jembawan Raya memiliki
perlintasan Sadewa masih kurang. Perlintasan
ketinggian yang berbeda dengan jalan raya dan
Sadewa belum dilengkapi dengan rambu yang
berada pada kondisi lurus. Pada perlintasan
menyatakan adanya perlintasan sebidang tanpa
Jembawan Raya terdapat rambu peringatan yang
pintu perlintasan, rambu tambahan yang
menyatakan adanya perlintasan sebidang antara
menyatakan jarak 150 meter dari perlintasan
jalan dengan jalur kereta api dimana jalur kereta
kereta api.
api dilengkapi dengan pintu perlintasan,dengan
Jalan Stasiun Jrakah merupakan jalan kota dan rambu tabel 1a No.22a – dengan jarak 28,4 meter
termasuk ke dalam sistem jaringan jalan lokal dari perlintasan. Pada sisi selatan perlintasan
primer. Menurut klasifikasi kelas jalan, Jalan terdapat rambu berupa kata-kata yang
stasiun Jrakah termasuk ke dalam kelas III. Jalan menyatakan agar berhati-hati mendekati
Stasiun Jrakah memiliki lebar jalan 3,50 m yang perlintasan kereta api dengan jarak 66,9 m dari
dibagi menjadi 2 lajur 2 arah tanpa pemisah perlintasan. Pada sisi utara terdapat juga anderas
median. Konstruksi jalan raya berupa jalan aspal cross dengan jarak 22 meter dari perlintasan. Pada
hot mix dimana titik perpotongan dengan rel tipe perlintasan Jembawan Raya, Isyarat lampu
perkerasannya menggunakan aspal. Rel yang menyala setiap ada kereta api yang akan melintas,
lampu berada pada jarak 500 meter dari pada perlitasan Jembawan raya sebesar
perlintasan Jembawan Raya. Selain itu, ada isyarat 777,94smp/jam. Hasil perkalian antara volume lalu
suara dari setiap kereta yang akan lintas dengan frekuensi kereta api sebesar
melintas.Perlintasan Jembawan Raya memenuhi 5 66.903,09 smpk. Perlintasan jembawan raya sudah
dari 8 syarat. Persyaratan yang belum sesuai tidak memenuhi syarat sebagai perlintasan
dengan persyaratan adalah ketentuan wajib sebidang tanpa pintu karena meskipun LHR
dilengkapi rambu peringatan, rambu larangan dan sebesar 777,94masih sesuai dengan standar
wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan spesifikasi yang ada. Namun, karena jumlah kereta
berupa marka jalan. Perlintasan Jembawan Raya yang melintas lebih dari persyaratan yaitu
tidak memiliki marka jalan. Selain itu, rambu- sebanyak 86 kereta/hari, sehingga hasil smpk
rambu yang terdapat pada perlintasan Jembawan perlintasan Jembawan Raya sebesar 66.903,09
Raya kurang sesuai, karena perlintasan Jembawan smpk. Menurut gambar 2.5 Perlintasan Jembawan
Raya merupakan perlintasan tidak memiliki pintu, Raya sudah harus ditingkatkan menjadi perlintasan
sedangkan rambu yang terdapat pada perlintasan tak sebidang karena hasil perkalian antara
Jembawan Raya adalah rambu 22a yang frekuensi kereta api dan volume lalu lintas sudah
menyatakan antara perlintasan sebidang dengan melewati batas perlintasan sebidang (<35.000
pintu. smpk).
4.3. Jarak Pandang
3. Penentuan Perlintasan Sebidang
4.3.1 Jarak Pandang Perlintasan Sadewa
Berdasarkan data dari PT.KAI, kereta api yang
Dari hasil pengamatan di lapangan jarak pandang
melintas pada perlintasan Sadewa sebanyak 98
pengguna jalan pada perlintasan sadewa dari arah
kereta api setiap hari. Volume lalu lintas harian
utara maupun arah selatan cukup baik. Dengan
rata-rata pada perlitasan sadewa sebesar 3145,99
adanya pagar pembatas di sepanjang rel kereta
smp/jam. Hasil perkalian antara volume lalu lintas
api,sehingga tidak ada bangunan maupun pohon
dengan frekuensi kereta api sebesar 308.307,49
yang menghalangi jarak pandang pengguna lalu
smpk. Perlintasan Sadewa sudah tidak memenuhi
lintas. Berdasarkan hasil perhitungan jarak
syarat sebagai perlintasan sebidang tanpa pintu
pandang pada tabel 5.9 maka dapat diketahui
karena frekuensi kereta api, maupun LHR dan hasil
bahwa pada saat kendaraan kira-kira telah pada
perkalian LHR dengan frekuensi kereta api sudah
posisi 17 meter dari perlintasan, pengguna jalan
tidak memenuhi syarat. perlintasan Sadewa sudah
harus bersiap –siap untuk menghentikan
harus ditingkatkan lagi menjadi perlintasan tak
kendaraannya ( menurunkan kecepatan), karena
sebidang karena berdasarkan hasil perkalian
pada jarak tersebut pengguna jalan akan dapat
antara frekuensi kereta api dan volume lalu lintas
menghentikan kendaraaan dengan aman dari garis
sudah melewati batas perlintasan sebidang
persilangan karena pada jarak tersebut kereta api
(<35.000 smpk).
telah mencapai jarak 247 meter dari
Berdasarkan data dari PT.KAI, kereta api yang
persilangan.Sehingga, pada perlintasan Sadewa
melintas pada perlintasan Stasiun Jrakah sebanyak
dengan kecepatan rencana jalan 10 km/jam dan
86 kereta api setiap hari. Berdasarkan hasil survei,
kecepatan rencana kereta api 60 km/jam, harus
volume lalu lintas harian rata-rata paa perlitasan
diberikan pandangan bebas dari jalan/kendaraan
Jrakah sebesar 2519,38smp/jam. Hasil perkalian
bermotor sejauh 17 meter dari perlintasan dan
antara volume lalu lintas dengan frekuensi kereta
247 meter ke arah jalur kereta api.
api sebesar 216.666,39 smpk. Perlintasan Stasiun
jrakah sudah tidak memenuhi syarat sebagai
4.3.2 Jarak Pandang Perlintasan stasiun jrakah
perlintasan sebidang tanpa pintu karena baik dari
Dari hasil pengamatan di lapangan jarak pandang
frekuensi kereta api, maupun LHR dan hasil
pengguna jalan pada perlintasan stasiun jrakah
perkalian LHR dengan frekuensi kereta api sudah
dari arah utara maupun arah selatan cukup baik.
tidak memenuhi syarat sebagai perlintasan
Dengan adanya pagar pembatas di sepanjang rel
sebidang tanpa pintu.. Menurut gambar 2.5
kereta api,sehingga tidak ada bangunan maupun
Perlintasan Stasiun jrakah sudah harus
pohon yang menghalangi jarak pandang pengguna
ditingkatkan menjadi perlintasan tak sebidang
lalu lintas.
karena hasil perkalian antara frekuensi kereta api
Berdasarkan hasil perhitungan jarak pandang pada
dan volume lalu lintas sudah melewati batas
tabel 5.9 maka dapat diketahui bahwa pada saat
perlintasan sebidang (<35.000 smpk).
kendaraan kira-kira telah pada posisi 30 meter dari
Berdasarkan data dari PT.KAI, kereta api yang
perlintasan, pengguna jalan harus bersiap –siap
melintas pada perlintasan Jembawan Raya
untuk menghentikan kendaraannya
sebanyak 86 kereta api setiap hari. Berdasarkan
( menurunkan kecepatan), karena pada jarak
hasil survei, volume lalu lintas harian rata-rata
tersebut pengguna jalan akan dapat menghentikan
kendaraaan dengan aman dari garis persilangan Pada perlintasan sadewa dengan jenis kendaraan
karena pada jarak tersebut kereta api telah yang mengalami tundaan adalah sepeda motor
mencapai jarak 165 meter dari dan sepeda memiliki rata-rata tundaan selama
persilangan.Sehingga, pada perlintasan Stasiun 39,24 detik mengakibatkan terjadinya panjang
jrakah dengan kecepatan rencana jalan 20 km/jam antrian dengan rata-rata sebesar 5,61 smp.
dan kecepatan rencana kereta api 60 km/jam, Panjang antrian yang ada masih memenuhi
harus diberikan pandangan bebas dari kapasitas jalan sadewa yang sebesar 1015
jalan/kendaraan bermotor sejauh 30 meter dari smp/jam dengan derajat kejenuhan saat terjadi
perlintasan dan 165 meter ke arah jalur kereta api. tundaan sebesar 0,006. Namun, karena perlintasan
sadewa berada pada perpotongan antara jalan
4.3.3 Jarak Pandang Perlintasan Jembawan Raya mustokeweni, banowati dan jalan sadewamaka
Dari hasil pengamatan di lapangan jarak pandang panjang antrian yang terjadi saat kereta api
pengguna jalan pada perlintasan jembawan raya melintas menutupi perpotongan jalan yang ada
kurang baik karena terdapat pohon-pohon yang sehingga mengganggu pengguna lalu lintas yang
menghalangi pandangan pengguna jalan akan melintasi jalan tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan jarak pandang pada
tabel 5.9 dapat diketahui saat kendaraan kira-kira
telah pada posisi 30 meter dari perlintasan,
pengguna jalan harus bersiap –siap untuk
menghentikan kendaraannya (menurunkan
kecepatan), karena pada jarak tersebut pengguna
jalan akan dapat menghentikan kendaraaan
dengan aman dari garis persilangan karena pada
jarak tersebut kereta api telah mencapai jarak 165
meter dari persilangan. Sehingga, pada perlintasan
jembawan raya dengan kecepatan rencana jalan
20 km/jam dan kecepatan rencana kereta api 60
km/jam, harus diberikan pandangan bebas dari
jalan/kendaraan bermotor sejauh 30 meter dari Gambar 4.57 Panjang antrian di perlintasan
perlintasan dan 165 meter ke arah jalur kereta api. sadewa
(Sumber : Dokumentasi Pribadi,2018)
4.4 Hubungan Antara Tundaan dan Panjang
Antrian Terhadap Kapasitas Jalan Dalam jangka waktu 2 tahun, perlintasan sadewa
Berdasarkan hasil survei panjang antrian dan akan mengalami tundaan sebesar 46,35 detik yang
tundaan, maka dapat dilakukan analisis hubungan mengakibatkan terjadinya panjang antrian dengan
antara tundaan dan panjang antrian terhadap rata-rata sebesar 6,63 smp. Pada jangka waktu 2
kapasitas jalan. tahun, panjang antrian yang ada masih memenuhi
Setiap kereta api yang lewat, selalu mengakibatkan kapasitas jalan sadewa yang sebesar 1015
terjadinya tundaan dan panjang antrian. Tundaan smp/jam dengan derajat kejenuhan sebesar 0,007.
dan panjang antiran dapat mempengaruhi Dalam jangka waktu 5 tahun, perlintasan sadewa
kenyamanan pengguna lalu lintas apabila melebihi akan mengalami tundaan sebesar 54,76 detik yang
kapasitas jalan yang ada. Untuk perhitungan mengakibatkan terjadinya panjang antrian dengan
forecasting pada perlintasan sadewa, stasiun rata-rata sebesar 7,83 smp. Pada jangka waktu 5
jrakah dan jembawan raya digunakan angka tahun, panjang antrian yang ada masih memenuhi
pertumbuhan kendaraan di Kota Semarang. kapasitas jalan sadewa yang sebesar 1015
Berdasarkan hasil olah data unit kendaraan smp/jam dengan derajat kejenuhan sebesar 0,008.
bermotor Badan Pusat Statistik, angka Dalam jangka waktu 10 tahun, perlintasan sadewa
pertumbuhan kendaraan selama 2 tahun adalah akan mengalami tundaan sebesar 64,68 detik yang
8,687 %, angka pertumbuhan kendaraan selama 5 mengakibatkan terjadinya panjang antrian dengan
tahun adalah 8,211 %, dan angka pertumbuhan rata-rata sebesar 9,25 smp. Pada jangka waktu 10
kendaraan selama 10 tahun adalah 7,328 %. tahun, panjang antrian yang ada masih memenuhi
Forecasting yang dihitung untuk penelitian ini kapasitas jalan sadewa yang sebesar 1015
adalah forecasting selama 2 tahun, 5 tahun dan 10 smp/jam dengan derajat kejenuhan sebesar 0,009.
tahun.
4.4.2 Analisis Tundaan dan Panjang Antrian Pada
4.4.1 Analisis Tundaan dan Panjang Antrian Pada Perlintasan Stasiun Jrakah
Perlintasan Sadewa
Pada perlintasan stasiun jrakah dengan jenis yang ada masih memenuhi kapasitas jalan
kendaraan yang mengalami tundaan adalah jembawan raya yang sebesar 1276 smp/jam
sepeda motor, mobil dan sepeda memiliki rata- dengan derajat kejenuhan sebesar 0,001.
rata tundaan selama 22,15 detik mengakibatkan Dalam jangka waktu 10 tahun, perlintasan
terjadinya panjang antrian dengan rata-rata jembawan raya akan mengalami tundaan sebesar
sebesar 3,95 smp. Panjang antrian yang ada masih 36,79 detik yang mengakibatkan terjadinya
memenuhi kapasitas jalan stasiun jrakah yang panjang antrian dengan rata-rata sebesar 2,14
sebesar 1131 smp/jam dengan derajat kejenuhan smp. Pada jangka waktu 10 tahun, panjang antrian
sebesar 0,003. yang ada masih memenuhi kapasitas jalan
Dalam jangka waktu 2 tahun, perlintasan stasiun jembawan raya yang sebesar 1276 smp/jam
jrakah akan mengalami tundaan sebesar 26,17 dengan derajat kejenuhan sebesar 0,002.
detik yang mengakibatkan terjadinya panjang
antrian dengan rata-rata sebesar 4,67 smp. Pada 4.5 Hubungan Antara Volume, Kapasitas dan
jangka waktu 2 tahun, panjang antrian yang ada Derajat Kejenuhan
masih memenuhi kapasitas jalan stasiun jrakah Derajat Kejenuhan didefinisikan sebagai rasio arus
yang sebesar 1131 smp/jam dengan derajat terhadap kapasitas dan digunakan sebagai faktor
kejenuhan sebesar 0,004. utama dalam penentuan tingkat kinerja
Dalam jangka waktu 5 tahun, perlintasan stasiun perlintasan dan segmen jalan. Nilai derajat
jrakah akan mengalami tundaan sebesar
30,91detik yang mengakibatkan terjadinya panjang FCc
Perlintasan
antrian dengan rata-rata sebesar 5,51 smp. Pada CO FCw FCsp FCsf s C(smp/jam)
jangka waktu 5 tahun, panjang antrian yang ada Sadewa 2900 0,35 1 1 1 1015
masih memenuhi kapasitas jalan stasiun jrakah Stasiun
yang sebesar 1131 smp/jam dengan derajat Jrakah 2900 0,39 1 1 1 1131
kejenuhan sebesar 0,005. Jembawan
Dalam jangka waktu 10 tahun, perlintasan stasiun Raya 2900 0,44 1 1 1 1276
jrakah akan mengalami tundaan sebesar 36,51 kejenuhan menunjukkan tingkat kemampuan jalan
detik yang mengakibatkan terjadinya panjang dalam menampung kapasitas volume kendaraan.
antrian dengan rata-rata sebesar 6,51 smp. Pada Tabel 4.7 Rekap volume, kapasitas, dan derajat
jangka waktu 10 tahun, panjang antrian yang ada Kejenuhan
masih memenuhi kapasitas jalan stasiun jrakah (Sumber : Hasil Analisis, 2018)
yang sebesar 1131 smp/jam dengan derajat
kejenuhan sebesar 0,006. Berdasarkan tabel diatas, perlintasan sadewa dan
4.4.3 Analisis Tundaan dan Panjang Antrian pada perlintasan stasiun jrakah sudah tidak memenuhi
Perlintasan Jembawan Raya syarat (DS<1) yang berarti bahwa jalan sadewa dan
Pada perlintasan jembawan raya dengan jenis stasiun jrakah sudah tidak mampu menampung
kendaraan yang mengalami tundaan adalah kapasitas volume kendaraan. Perlintasan
sepeda motor dan sepeda memiliki rata-rata jembawan raya masih memenuhi syarat (DS<1)
tundaan selama 22,32 detik mengakibatkan yang menunjukkan bahwa jalan jembawan raya
terjadinya panjang antrian dengan rata-rata masih mampu menampung kapasitas volume
sebesar 1,30 smp. Panjang antrian yang ada masih kendaraan
memenuhi kapasitas jalan jembawan raya yang Berdasarkan perhitungan spot speed kendaraan,
sebesar 1276 smp/jam dengan derajat kejenuhan rata – rata spot speed pada sadewa sebesar 8,24
sebesar 0,001. m/s, rata-rata spot speed pada stasiun jrakah
Dalam jangka waktu 2 tahun, perlintasan sebesar 5,98 m/s dan rata-rata spot speed pada
jembawan raya akan mengalami tundaan sebesar jembawan raya sebesar 7,60 m/s
26,37 detik yang mengakibatkan terjadinya Berdasarkan nilai DS dan spot speed, kategori
panjang antrian dengan rata-rata sebesar 1,54 tingkat pelayanan jalan sadewa dan jalan stasiun
smp. Pada jangka waktu 2 tahun, panjang antrian jrakah termasuk ke dalam kategori F yaitu arus
yang ada masih memenuhi kapasitas jalan terhambat dan kecepatan kendaraan yang rendah.
jembawan raya yang sebesar 1276 smp/jam Sehingga perlu perencanaan ulang terhadap
dengan derajat kejenuhan sebesar 0,001. kondisi jalan karena hal ini mempengaruhi tingkat
Dalam jangka waktu 5 tahun, perlintasan keselamatan maupun kenyamanan pengguna lalu
jembawan raya akan mengalami tundaan sebesar lintas. Sedangkan kategori tingkat pelayanan jalan
31,15 detik yang mengakibatkan terjadinya jembawan raya adalah C, yaitu arus stabil tetapi
panjang antrian dengan rata-rata sebesar 1,81 kecepatan dan gerak kendaraan dikendalikan
smp. Pada jangka waktu 5 tahun, panjang antrian
flyover maupun underpass membutuhkan
penelitian yang lebih lanjut.
.

4.6 Forecasting Pada Perlintasan Sadewa, Stasiun


Jrakah dan Jembawan Raya 4.6.2 Forecasting Pada Perlintasan Stasiun Jrakah
Untuk perhitunganforecasting pada perlintasan Fforecasting perlintasan stasiun jrakah pada 2
sadewa, stasiun jrakah dan jembawan raya tahun ke depan sebesar 2976,11 smp/jam dengan
digunakan angka pertumbuhan kendaraan di Kota derajat kejenuhan sebesar 2,63. Berdasarkan tabel
Semarang. Berdasarkan hasil olah data unit 2.13, tingkat pelayanan jalan stasiun jrakah pada 2
kendaraan bermotor Badan Pusat Statistik, angka tahun ke depan adalah F yaitu arus terhambat dan
pertumbuhan kendaraan selama 2 tahun adalah kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah kereta
8,687 %, angka pertumbuhan kendaraan selama 5 api yang melintas sebanyak 101, dengan hasil
tahun adalah 8,211 %, dan angka pertumbuhan perkalian antara volume dan jumlah kereta
kendaraan selama 10 tahun adalah 7,328 %. sebesar 302.344,42 smpk.
Forecasting yang dihitung untuk penelitian ini Forecasting perlintasan stasiun jrakah pada 5
adalah forecasting selama 2 tahun, 5 tahun dan 10 tahun ke depan sebesar 2918,68 smp/jam dengan
tahun. derajat kejenuhan sebesar 2,58. Berdasarkan tabel
4.6.1 Forecasting Pada Perlintasan Sadewa 2.13, tingkat pelayanan jalan stasiun jrakah pada 5
Forecasting perlintasan sadewa pada 2 tahun ke tahun ke depan adalah F yaitu arus terhambat dan
depan sebesar 3716,32 smp/jam dengan derajat kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah kereta
kejenuhan sebesar 3,66. Berdasarkan tabel 2.13, api yang melintas sebanyak 151, dengan hasil
tingkat pelayanan jalan sadewa pada 2 tahun ke perkalian antara volume dan jumlah kereta
depan adalah F yaitu arus terhambat dan sebesar 439.944,41 smpk.
kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah kereta Forecasting perlintasan stasiun jrakah pada 10
api yang melintas sebanyak 116, dengan hasil tahun ke depan sebesar 3547,82 smp/jam dengan
perkalian antara volume dan jumlah kereta derajat kejenuhan sebesar 3,14. Berdasarkan tabel
sebesar 430.223,85 smpk. 2.13, tingkat pelayanan jalan stasiun jrakah pada
Forecasting perlintasan sadewa pada 5 tahun ke 10 tahun ke depan adalah F yaitu arus terhambat
depan sebesar 3644,62 smp/jam dengan derajat dan kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah
kejenuhan sebesar 3,59. Berdasarkan tabel 2.13, kereta api yang melintas sebanyak 306, dengan
tingkat pelayanan jalan sadewa pada 5 tahun ke hasil perkalian antara volume dan jumlah kereta
depan adalah F yaitu arus terhambat dan sebesar 1.084.682,48 smpk.
kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah kereta Berdasarkan persyaratan pada Peraturan Direktur
api yang melintas sebanyak 172, dengan hasil Jendral Perhubungan Darat Nomor 770 tahun 2005
perkalian antara volume dan jumlah kereta tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang
sebesar 626.023,06 smpk. antara Jalan dengan Jalur Kereta Api maka
Forecasting perlintasan sadewa pada 10 tahun ke sebaiknya dalam periode 2 tahun ke depan
depan sebesar 4430,23 smp/jam dengan derajat perlintasan stasiun jrakah sudah ditingkatkan
kejenuhan sebesar 4,36. Berdasarkan tabel 2.13, menjadi perlintasan tak sebidang. Penentuan
tingkat pelayanan jalan sadewa pada 10 tahun ke pembuatan flyover maupun underpass
depan adalah F yaitu arus terhambat dan membutuhkan penelitian yang lebih lanjut.
kecepatan kendaraan yang rendah. Jumlah kereta
api yang melintas sebanyak 349, dengan hasil 4.6.3 Forecasting Pada Perlintasan Jembawan
perkalian antara volume dan jumlah kereta Raya
sebesar 1.543.459,21 smpk. Forecasting perlintasan jembawan raya pada 2
Berdasarkan persyaratan pada Peraturan Direktur tahun ke depan sebesar 918,97 smp/jam dengan
Jendral Perhubungan Darat Nomor 770 tahun 2005 derajat kejenuhan sebesar 0,72. 2.13, tingkat
tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang pelayanan jalan jembawan raya pada 2 tahun ke
antara Jalan dengan Jalur Kereta Api maka depan adalah C yaitu arus stabil tetapi kecepatan
sebaiknya dalam periode 2 tahun ke depan dan gerak kendaraan dikendalikan. Jumlah kereta
perlintasan sadewa sudah ditingkatkan menjadi api yang melintas sebanyak 101, dengan hasil
perlintasan tak sebidang. Penentuan pembuatan perkalian antara volume dan jumlah kereta
sebesar 93.359,08 smpk. Forecasting perlintasan
jembawan raya pada 5 tahun ke depan sebesar
901,24 smp/jam dengan derajat kejenuhan
sebesar 0,71. Berdasarkan tabel 2.13, tingkat
pelayanan jalan jembawan raya pada 5 tahun ke
depan adalah D yaitu arus tidak stabil dan
kecepatan menurun. Jumlah kereta api yang
melintas sebanyak 151, dengan hasil perkalian
antara volume dan jumlah kereta sebesar
135.847,74 smpk.
Forecasting perlintasan jembawan raya pada 10
tahun ke depan sebesar 1095,51 smp/jam dengan
derajat kejenuhan sebesar 0,86. Berdasarkan tabel
2.13, tingkat pelayanan jalan jembawan raya pada
10 tahun ke depan adalah E yaituArus stabil, Gambar 4.9 perlintasan tidak sebidang sadewa
kendaraan tersendat. Jumlah kereta api yang (Sumber : Hasil Analisis,2018)
melintas sebanyak 306, dengan hasil perkalian
antara volume dan jumlah kereta sebesar Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi
334.932,45 smpk. vissim pada perlintasan sadewa apabila menjadi
Berdasarkan persyaratan pada Peraturan Direktur perlintasan tidak sebidang dalam bentuk flyover.
Jendral Perhubungan Darat Nomor 770 tahun 2005 Kendaraan tidak mengalami waktu tunda untuk
tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang melihat kereta yang akan melintas, karena jalan
antara Jalan dengan Jalur Kereta Api maka dan kereta sudah tidak sebidang.
sebaiknya dalam periode 2 tahun ke depan Berdasarkan hasil analisis peraturan SK 770 tahun
perlintasan jembawan raya sudah ditingkatkan 2005, sebaiknya perlintasan sadewa sudah
menjadi perlintasan tak sebidang. Penentuan ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang.
pembuatan flyover maupun underpass Penentuan perlintasan tidak sebidang flyover atau
membutuhkan penelitian yang lebih lanjut. underpass membutuhkan penelitian yang lebih
lanjut.
4.7 Simulasi dengan Menggunakan PTV Vissim 9.0
Pemodelan simulasi dengan menggunakan PTV 4.7.2 Simulasi Pada Perlintasan stasiun jrakah
Vissim 9.0 dilakukan setelah data volume
kendaraan, kecepatan kereta, didapatkan. Proses
simulasi ini akan menghasilkan bentuk simulasi
kondisi lapangan di perlintasan saa ini maupun
setelahfly over dipasang.

4.7.1 Simulasi Pada Perlintasan Sadewa

Gambar 4.10 perlintasan sebidang Jrakah


(Sumber : Hasil Analisis,2018)

Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi


vissim pada perlintasan stasiun jrakahkondisi
eksisting. Pada kondisi eksisting, setiap kendaraan
Gambar 4.8 perlintasan sebidang sadewa yang lewat mengalami waktu tundaan untuk
(Sumber : Hasil Analisis,2018) melihat apakah ada kereta yang akan melintas.

Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi


vissim pada perlintasan sadewa kondisi eksisting.
Pada kondisi eksisting, setiap kendaraan yang
lewat mengalami waktu tundaan untuk melihat
apakah ada kereta yang akan melintas.
Gambar 4.11 perlintasan tidak sebidang Jrakah
(Sumber : Hasil Analisis,2018) Gambar 4.13 perlintasan sebidang Jembawan Raya
(Sumber : Hasil Analisis,2018)
Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi
vissim pada perlintasan stasiun jrakah apabila Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi
menjadi perlintasan tidak sebidang dalam bentuk vissim pada perlintasan jembawan raya apabila
flyover. Kendaraan tidak mengalami waktu tunda menjadi perlintasan tidak sebidang dalam bentuk
untuk melihat kereta yang akan melintas, karena flyover. Kendaraan tidak mengalami waktu tunda
jalan dan kereta sudah tidak sebidang. untuk melihat kereta yang akan melintas, karena
Berdasarkan hasil analisis peraturan SK 770 tahun jalan dan kereta sudah tidak sebidang.
2005, sebaiknya perlintasan stasiun jrakah sudah Berdasarkan hasil analisis peraturan SK 770 tahun
ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang. 2005, sebaiknya perlintasan jembawan raya sudah
Penentuan perlintasan tidak sebidang flyover atau ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang.
underpass membutuhkan penelitian yang lebih Penentuan perlintasan tidak sebidang flyover atau
lanjut. underpass membutuhkan penelitian yang lebih
4.7.3 Simulasi Pada Perlintasan Jembawan Raya lanjut.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Analisis panjang antrian dan tundaan pada
perlintasan Sadewa, Perlintasan stasiun jrakah dan
perlintasan Jembawan Raya berdasarkan kapasitas
jalan kendaraan yang tertunda pada saat kereta
api melintas masih mencukupi ruas jalan yang ada.
2. Berdasarkan analisis persyaratan perlintasan
sebidang sesuai dengan SK 770 tahun 2005,
perlintasan sadewa dan perlintasan stasiun jrakah
memenuhi 4 dari 5 syarat dan perlinatsan
Gambar 4.12 perlintasan sebidang Jembawan Raya jembawan raya memenuhi 3 dari 5 syarat.
(Sumber : Hasil Analisis,2018) 3. Berdasarkan analisis persyaratan prasarana
jalan dan kereta api sesuai dengan SK 770 tahun
Gambar diatas merupakan gambar dari simulasi 2005, perlintasan sadewa,perlintasan stasiun
vissim pada perlintasan jembawan raya kondisi jrakah dan perlinatsan jembawan raya memenuhi
eksisting. Pada kondisi eksisting, setiap kendaraan 5 dari 8 syarat.
yang lewat mengalami waktu tundaan untuk 4. Berdasarkan analisis penentuan perlintasan
melihat apakah ada kereta yang akan melintas. sebidang tanpa pintu sesuai dengan SK 770 tahun
2005, perlintasan sadewa dan perlintasan stasiun
jrakah tidak memenuhi semua syarat dan
perlinatsan jembawan raya memenuhi 1 dari 3
syarat.
5. Berdasarkan ketentuan pada SK 770 tahun
2005, perlintasan sadewa (308.307,49 smpk),
stasiun jrakah (216.666,39 smpk) dan jembawan
raya (66.903,09 smpk) sudah tidak memenuhi
syarat sebagai perlintasan sebidang ( LHR x DAFTAR PUSTAKA
Frekuensi kereta api < 35.000 smpk), sehingga
sebaiknya sudah ditingkatkan menjadi perlintasan
tidak sebidang.
6. Meskipun berdasarkan perhitungan Caisarina, I.,Isya, M., dan Ariadi (2016):
forecasting 2,5 dan 10 tahun ke depan panjang Analisis hubungan antara volume,
antrian yang terjadi pada perlintasan sadewa, kecepatan dan kepadatan lalu
stasiun jrakah dan jembawan raya masih
lintas, Jurnal Teknik Sipil
memenuhi syarat kapasitas jalan yang tersedia.
Namun, berdasarkan perhitungan forecasting
Universitas Syiah Kuala, Vol 5 No.
volume, kapasitas jalan pada perlintasan sadewa 3
dan stasiun jrakah sudah tidak sanggup
menampung lalu-lintas harian rata-rata sehingga Dewi, Z.S danRizki, M.A (2014):
perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap kondisi Evaluasi pergerakan arus lalu
jalan di perlintasan tersebut. lintas di dalam kampus universitas
5.2 Saran brawijaya malang Tugas Akhir
. Perlintasan Sebidang Sadewa, Perlintasan stasiun
Program Studi Teknik Sipil,
jrakah dan perlintasan Jembawan Raya sebaiknya
ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang. Universitas Brawijaya
2. Perlunya penambahan rambu larangan serta
rambu peringatan sesuai SK 770 tahun 2005 pada Dhijayanti, A. (2012): Faktor-Faktor yang
Perlintasan Sadewa, Perlintasan stasiun jrakah dan mempengaruhi tingkat aksesibilitas
Perlintasan Jembawan Raya. di pelrintasan kereta api kota
3. Perlu pemasangan marka jalan pada surakarta, Tugas Akhir Program
Perlintasan Sadewa, Perlintasan stasiun jrakah dan Studi Perencanaan Wilayah dan
Perlintasan Jembawan Raya.
4. Perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap
Kota, UniversitasSebelas Maret
kondisi jalan pada Perlintasan Sadewa dan
Perlintasan stasiun jrakah. Data Geometri jalan diperoleh dari situs
5. Penentuan pembuatan perlintasan internet:
tidaksebidang berupa flyover maupun underpass http://jalanpu.semarangkota.go.id/.
membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diunduh pada 3 September 2018
pukul 19.00 WIB

__________, 1999, Rekayasa Lalu


Lintas,Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas
dan angkutan Kota, Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat, Jakarta.

Hobbs, F.D, (1995): Perencanaan dan


Teknik Lalu Lintas, Penerbit Gadjah Mada

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian


Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

__________, 1997, Manual Kapasitas


Jalan Indonesia, Direktorat Jenderal
Bina Marga, Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Soejachmoen, K.(2004):Keselamatan
Nahdaina danWinarsih, N. (2017): pejalan kaki dan transportasi.
Analisis antrian dan tundaan akibat
lampu lalu lintas dan penutupan
pintu perlintasan kereta api Transportation Research Board. (1994):
menggunakan metode antrian Highway Capacity Manual Special Report
deterinistik, Jurnal Desain
Konstruksi, Vol 16 No.1 209. Washington, D.C.
Narimawati, Umi. 2008. Metodologi
Penelitian Kuatitatif dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007
Kualitatif, Teori dan Aplikasi. tentang perkeretaapian
Bandung: Agung Media Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Novandi, E.R. (2010): Studi manajemen tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
perlintasan sebidang alan raya Wildan. (2013): Kajian keselamatan jalan
dengan jalan kereta api, Tugas pada persilangan sebidang jalan
dengan kereta api, Thesis Program
Akhir Program Studi Teknik Sipil, Pasca Sarjana Magister Teknik
Universitas Sumatera Utara Sipil, Universitas Islam Sultan
Agung.
Peraturan Menteri 10 tahun 2011 tentang
persyaratan teknis peralatan persinyalan

Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993


tentang Prasarana dan lalu lintas jalan

Peraturan Pemerintah No.56 tahun 2009


tentang penyelenggaraan perkeretaapian

Putra, E.W (2009): Studi keselamtan dan


keamanan transportasi di
perlintasan sebidang antara jalan
rel dengan jalan umum, Tugas
Akhir Program Studi Teknik Sipil,
Universitas Negeri Semarang
Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian
PR dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada

SK.770/KA.401/DRJD/2005, (2005),
“Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor
tentang Pedoman Teknis
Perlintasan Sebidang Antara Jalan
dengan Jalur Kereta Api”

Anda mungkin juga menyukai