DI LINGKE
FARAH MUTIA, GITA WAHYU PRATIWI, SYIFA NABILAH, NURIZHA PUTRI, NANDA NAMIRA
PEMBAHASAN
Kondisi fisik jembatan aksesibilitas adalah kemudaham yang
penyeberangan orang Lingke ini dapat disediakan bagi semua orang termasuk
berdampak positif dan negative penyandang cacat dan lansia guna
terhadap berfungsinya jembatan itu mewujudkan kesamaan kesempatan
sendiri. Beberapa hasil analisis yang dalam segala aspek kehidupan san
dibahas sebagai berikut. penghidupan.
Dapat dilihat dari hasil survey Dimensi anak tangga dan tinggi
bahwa jembatan penyebranga orang di ambang bawah jembatan pada JPO
depan sd 54 jeulingke tidaklah Lingke sudah sesuai dengan Asas
memiliki kelengkapan akses untuk fasilitas dan aksesibilitas menurut
penyandang disabilitas. Bahkan untuk Departemen PU (2006), yang
pengguna biasa, jembatan mengemukakan bahwa setiap fasilitas
penyebrangan orang ini cukup ekstrem publik harus memenuhi 4 asas yaitu
dah sama sekali tidak memberikan rasa keselamatan, kemudahan, kegunaan
aman kepada pengguna nya yang ingin dan kemandirian. Syarat-syarat harus
menyeberang. dipenuhi untuk jembatan penyebrangna
orang yang layak yaitu, ketinggian
Jadi, jembatan penyeb rangan ini tidak standar bagian bawah jembatan
mengikuti atau tidak sesuai dengan penyebrangan, lebar anjakan minimum
peraturan mentri pekerjaan umum dan maksimum, dan jumlah tanjakan
dalam departemen PU (2006) yang sudah sesuai dengan ketetapan tata cara
didalamanya diedfinisikan bahwa perencanaan jembatan penyeberangan
untuk pejalan kaki di perkotaan dalam - Baja, digunakan konstruksi
Dirjen Bina Marga (1995). utama
- Beton Bertulang, digunakan
Namun, berdasarkan survei ke sebagai konstruksi utama.
lapangan, kesalahan dari peletakan - Besi, digunakan pada railing I
jarak antar anak tangga yang satu pembatas dan pada rangka atap.
dengan lainnya, dan juga - Poly carbonat, digunakan dalam
ketidakkonsistenan kerapatan antar penutup atap kanopi.
anak tangga. Anak tangga pada sisi - Kayu, digunakan sebagai
yang satu (tepat di depan SD 54) dan susunan alas pijakan lantai dan
yang di seberang jalan memiliki anak tangga pada konstruksi
kerapatan tangga yang berbeda-beda. baja. Lantai beton pada
Tanjakan yang berada di depan SD konstruksi beton.
memiliki kerapatan yang ideal, tidak
berjarak dan juga tidak terlalu rapat.
Namun, kerapatan antar anak tangga
pada sisi di seberangnya sangat lebar
sehingga pengguna JPO ini merasa
tidak nyaman dan aman ketika
menaikinya. Dikhawatirkan pula,
pengguna jembatan yang masih belia
(misal anak SD) tidak sengaja
terjerambab ke antara anak tangga yang
jarak nya sangat memungkinkan untuk
dilewati kaki orang dewasa.
Sumber: Pribadi
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Pribadi
Bangunan PKL
Bangunan PKL berada pada
area pedestrian yang terletak dibawah
jembatan penyeberangan. Keberadaan
PKL akan mengganggu sirkulasi
pejalan kaki pada pedestrian yang akan
menuju pada jembatan penyeberangan.
PENUTUP
Kesimpulan
Jembatan Penyeberangan
Orang Lingke di dalam pemanfaatan
masih belum digunakan secara optimal
oleh para pejalan kaki, hal ini terbukti
dari hasil survei kurangnya pengguna
yang melintasinya. JPO ini sudah