Anda di halaman 1dari 21

PERENCANAAN JEMBATAN PENYEBERANGAN

ORANG

(SUATU KAJIAN TEORITIS)

Oleh :

Isyeu Febriyanti

NIM 7011160071
ABSTRACT

Pedestrian Crossing Bridge used to provide crossing facilities for pedestrians

that not to disrupt the activities of vehicles in driving. In addition, the pedestrian

crossing bridge’s function is to avoid the conflict between pedestrians and vehicle.

Now, the pedestrian crossing bridge utilization not used optimally, it can be seen

from the user’s complain and the lack of waders that utilize.

The selected program alternative had specifications are the flooring materials

are h-beam steel, strais design shape “U”, the slope of the steps that correspond to

minimal energy consumption is 270, the area running, high grip, high fence which

has been adopted from the anthropometry of Indonesian. In addition, the place of

advertisement billboard elevated from the previous high. The pedestrian crossing

bridge can give the aesthetic value and improve the safety and convenience of users

in utilizing the pedestrian facilities.

Keywords : Pedestrian crossing bridge, program, anthropometri

1
ABSTRAK

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) berfungsi untuk memberikan fasilitas

penyeberangan pada pejalan kaki agar tidak mengganggu aktivitas kendaraan dalam

berkendara. Selain itu, JPO berfungsi menghindarkan konflik antara penyeberang

jalan dengan pengguna jalan. JPO yang ada saat ini kurang dimanfaatkan

keberadaannya, hal ini dapat dilihat dari adanya keluhan pengguna dan minimnya

penyeberang yang memanfaatkan.

Hasil rancangan yang terpilih adalah alternatif keempat dan dijadikan acuan

dalam rangkaian visualisasinya. Alternatif keempat memiliki spesifikasi antara lain

bahan lantai adalah baja h-beam, desain anak tangga berbentuk “U” , kemiringan

anak tangga yang sesuai dengan konsumsi energi minimal yaitu 270, area berjalan,

tinggi pegangan, tinggi pagar pembatas yang telah disesuaikan dengan antropomentri

masyarakat Indonesia. Disamping itu, penempatan papan baliho yang dinaikkan dari

penempatan sebelumnya, penambahan penerangan, atap, dan tempat sampah pada

usulan rancangan JPO dapat menambah nilai estetika dan meningkatkan keamanan

dan kenyamanan pengguna dalam memanfaatkan fasilitas penyeberangan JPO yang

ada.

Kata Kunci : Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) , rancangan, antropometri

2
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jembatan mempunyai arti penting bagi setiap orang. Akan tetapi tingkat

kepentingannya tidak sama bagi tiap orang, sehingga akan menjadi suatu bahan studi

yang menarik.

Dengan perkembangan zaman maka jembatan tidak hanya dipandang sebagai

alat penghubung antara tempat satu dengan tempat yang lain, melainkan sebagai

sarana untuk memperlancar kegiatan manusia, serta membantu berkembangnya suatu

daerah yang selama ini sulit di akses, apalagi Indonesia ini sebagai negara yang

berkembang, akses ke daerah-daerah ataupun ke kota sangat dibutuhkan, dengan

adanya jembatan ini sangat membantu hal tersebut.

Ada banyak jenis dan bentuk jembatan yang kita kenal, namun pada makalah

ini saya akan memfokuskan pembahasan pada Jembatan Penyeberangan Orang

(JPO).

Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka masalah yang berkaitan dengan penelitian ini

dapat diidentifikasi yaitu:

1. bagaimana perencanaan jembatan penyeberangan orang ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perencanaan jembatan

penyeberangan orang dan apa saja yang harus diketahui dalam proses pembuatannya.

3
TINJAUAN PUSTAKA

1. Fasilitas Penyeberangan

Menurut Fruin (1971) dalam Setyawan (2006) dalam perencanaan fasilitas

bagi pejalan kaki, termasuk fasilitas penyeberangan haruslah memperhatikan tujuh

sasaran utama yaitu: keselamatan (safety), keamanan (security) ,kemudahan

(convenience), kelancaran (continuity), kenyamanan (comfort), keterpaduan sistem

(system coherence), dan daya tarik (attractiveness). Ketujuh faktor tersebut saling

berhubungan (inter-related) dan saling tumpanng tindih (overlapping). Berubahnya

salah satu faktor akan memengaruhi perubahan faktor yang lain.

O’Flaherty dalam Setyawan (2006) mengelompokkan fasilitas

penyeberangan jalan menjadi dua jenis yaitu :

a. Penyeberangan sebidang (at-grade crossing)

Merupakan tipe fasilitas penyeberangan yang paling banyak digunakan

karena biaya pengadaan dan operasionalnya relatif murah. Bentuk paling

umum adalah berupa penyeberangan tanpa pengaturan (uncontrolled

crossing), penyeberangan dengan lampu sinyal (light-controlled crossing)

dan penyeberangan yang diatur oleh manusia (person-controlled

crossing).

b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

Berupa pemisahan ketinggian antara pejalan kaki dan kendaraan; pertama

kali diperkenalkan oleh Leonardo da Vinci yang merencanakan kota

dengan sistem jalan raya berganda (double network streets) dimana para

pejalan kaki berada di level atas dan kendaraan berada di level bawah.

4
Berdasarkan penjelasan dari TRRL (1991), Hartanto (1986), Levinson

(1975), Wright (1975), dan Bruce (1965) bahwa idealnya fasilitas penyeberangan

jalan harus dipisahkan dari arus kendaraan berupa jembatan penyeberangan

(overpass/crossingbridge/footbridge), penyeberangan bawah tanah (skywalk)

sehingga tidak terjadi konflik antara pejalan kaki dan tidak menimbulkan tundaan

bagi kendaraan.

TRRL (1991) dan Bruce (1965) menyatakan bahwa meskipun dibutuhkan

biaya investasi yang tinggi, fasilitas penyeberangan tidak sebidang mampu menjamin

keselamatan penyeberang jalan, namun fasilitas tersebut kurang dimanfaatkan karena

pejalan kaki cenderung enggan untuk mengubah level ketinggian jalur yang

dilewatinya.

Allos (1983) dan Bruce (1965) dalam Setyawan (2006) menyatakan bahwa

jembatan penyeberangan mempunyai lebih banyak keunggulan daripada

penyeberangan bawah tanah. Pembangunannya lebih mudah dan lebih murah. Selain

itu penyeberangan bawah tanah sering mengalami masalah keamanan, ventilasi,

pencahayaan dan drainase. Akan tetapi melindungi pejalan kaki dari cuaca panas dan

hujan daripada jembatan penyeberangan. Jembatan penyeberangan juga memiliki

kelemahan yaitu ketinggiannya, dimana semakin tinggi, semakin banyak anak

tangga, karena ketinggian jembatan penyeberangan harus disesuaikan dengan tinggi

kendaraan yang lewat dibawahnya.

2. Pengertian Jembatan Penyeberangan Orang

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) sebagai alat penyeberangan

merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam menyeberang jalur lalu lintas karena

akhir-akhir ini banyak terjadi kecelakaan yang menimpa para penyeberang jalan. Hal

5
ini disebabkan alur penyeberang jalan dan pengendara kendaraan tetap tidak terpisah

secara fisik. Meski telah ada fasilitas zebra cross, tetapi alur penyeberang jalan dan

pengendara kendaraan tetap tidak terpisah secara fisik sehingga masih ada

kemungkinan terjadinya kecelakaan.

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang letaknya

bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada diatas kedua

objek tersebut, dan hanya diperuntukkan abgi pejalan kaki yang melintasi jalan raya

atau jalur kereta api.

Jembatan Penyeberangan Orang juga dapat diartikan sebagai fasilitas pejalan

kaki untuk menyebrang jalan yang ramai dan lebar, menyebrang jalan tol atau jalur

kereta api dengan menggunakan jembatan tersebut, sehingga alur sirkulasi orang dan

lalu lintas kendaraan dipisah secara fisik dan kemungkinan terjadi kecelakaan dapat

dikurangi. Jembatan penyeberangan juga dapat digunakan untuk menuju tempat

pemberhentian bus, seperti busway Transjakarta di Indonesia. Karena posisinya yang

lebih tinggi dari tanah, untuk memberikan akses kepada penderita cacat yang

menggunakan kursi roda, didekat tangga jembatan terdapat ramp dengan kelandaian

tertentu. Langkah ini juga dilakukan untuk memberikan kemudahan akses bagi

penderita cacat adalah engan menggunakan tangga berjalan ataupun dengan

menggunakan lift sehingga mereka dapat dengan mudah menggunakan fasilitias

meskipun cacat.

3. Ketentuan Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO)

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Bina Marga (1995) dalam “Tata Cara Perencanaan Jembatan

6
Penyeberangan untuk Pejalan Kaki di Perkotaan”, pembangunan jembatan

penyeberangan disarankan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan zebra cross dan

pelikan cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.

2. Pada ruas jalan dimana frekuensi terjadinya kecelakaan yang melibatkan

pejalan kaki cukup tinggi.

3. Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan kaki

yang tinggi, serta arus kendaraan memiliki kecepatan tinggi.

Perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan

harus berdasarkan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan faktor-faktor

sebagai berikut:

1. Jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki yang dibangun melintas

diatas jalan raya atau jalur kereta :

a. Pelaksanaannya cepat dan lebih mudah

b. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas

c. Memenuhi kriteria keselamatan dan kenyamanan para pemakai jalan

yang melintas dibawahnya

d. Pemeliharaan cepat dan mudah tidak perlu dilakukan secara intensif

2. Memenuhi tuntutan estetika dan keserasian dengan lingkungan dan

sekitarnya.

Dalam perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan

harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

7
1. Perencanaan jembatan penyeberangan harus dilakukan dengan salah satu

metode:

a. Kondisi batas ultimit dengan mengambil faktor keamanan > 1,10

b. Kondisi batas layan dengan mengambil > 1,10

c. Kondisi batas beban kerja dengan mengambil faktor keamanan > 2,0

2. Analisis perencanaan harus dilakukan dengan cara-cara mekanika yang

baku

3. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip program dan

harus ditujukan dengan jelas data masukan serta data keluaran

4. Bila metode perencanaan menyimpang dari tata cara ini, harus mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

a. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan

atau percobaan cukup aman

b. Tanggung jawab atas penyimpangan dipikul oleh perencana dan

pelaksana yang bersangkutan

5. Dokumen perencanaan harus dilengkapi dengan tanggal, nama, dan tanda

tangan penanggung jawab perencanaan serta disetujui oleh pejabat

instansi yang berwenang.

Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalan raya:

1. Tangga dan kepala jembatan diletakkan diluar jalur trotoar

2. Pilar tengah diletakkan ditengah median

Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalur kereta api:

8
1. Tangga dan kepala jembatan diletakkan diluar daerah milik jalur kereta

api

2. Pilar tengah diletakkan berdasarkan ketentuan instansi yang terkait

Ketentuan lebar badan jembatan :

1. Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga adalah 2,00 m

2. Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran

yang mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku

3. Pada jembatan penyeberangan pejalan kaki yang melintas diatas jalan,

sepanjang bagian bawah sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang

berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya

harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perencanaan gelagar dan lantai jembatan. Perencanaan bangunan atas

jembatan penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki harus dilakukan mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

1. Bangunan atas jembatan penyeberangan yang melintas jembatan jalan

raya dan jalan kereta api harus menggunakan elemen beton pracetak.

2. Bentuk dan elemen beton pracetak untuk gelagar harus dipilih salah satu

dari tipe yang tercantum dibawah.

3. Bila digunakan tipe balok tipe I dan T, maka lantai jembatan dapat

direncanakan dengan menggunakan pelat beton pracetak atau pelat beton

yang dicor setempat dan merupakan struktur monolit.

4. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe pelat beton

berongga harus sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton

9
Pracetak Pratarik Tipe Pelat Berongga untuk Gelagar Jembatan bentang

6-16 m, kapasitas beban BM-70.

5. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok T harus

sesuai dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik

Tipe Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban

BM-70.

6. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pasca tarik tipe balok T

harus sesuai dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pasca

tarik Tipe Balok T untung Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas

beban BM-70.

7. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok I harus

sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik

Tipe Balok I untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban

BM-70.

8. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang lainnya harus direncanakan

dengan ketentuan yang berlaku.

9. Pada permukaan pelat beton lantai jembatan harus dipasang lapisan jenis

latasir atau lataston tebal maksimum 4 cm dan miring 3% kearah tepi.

Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan pejalan kaki harus mengkuti

ketentuan sebagai berikut:

1. Tinggi minimum sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki

adalah 1,35 m terhitung mulai dari permukaan laut sampai dengan tepi

atas sandaran.

10
2. Setiap batang sandaran harus diperhitungkan mampu memikul gaya

vertikal dan horizontal yang bekerja secara bersamaan sebesar 0,75 kN/m.

3. Tipe sandaran yang dapat dipilih salah satu dari bentuk yang tercantum,

yaitu:

a. Tiang sandaran dari pipa logam dengan 3 batang sandaran dari pipa

logam.

b. Tiang sandaran dari pipa logam dengan 2 batang sandaran dari pipa

logam.

c. Tiang sandaran dari alumunium aloy yang menumpu diatas beton

dengan 2 batang sandaran dari pipa logam.

4. Pada jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalan raya dengan lalu

lintas kecepatan tinggi, struktur sandaran harus berfungsi sebagai dinding

pengaman yang dilapisi kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi minimum 3

m.

5. Bila panjang jembatan lebih dari 40 m, harus dipasang pelindung

terhadap panas matahari dan hujan

a. Pelindung panas dan hujan dipasang pada bingkai pipa logam.

b. Setiap pelindung dari pelat fiber glass.

c. Bingkai pelindung harus direncanakan kuat menahan tekanan angin.

Perencanaan tangga penghubung jembatan penyeberangan harus dilakukan

mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Tangga direncanakan untuk memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.

2. Lebar bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.

11
3. Perencanaan dimensi tanjakan dan injakan harus mengacu pada

ketentuan:

a. Tinggi tanjakan minimum 15 cm dan maksimum 21,5 cm.

b. Lebar injakan minimum 21,5 cm dan maksimum adalah 30,5 cm.

c. Jumlah tanjakan dan injakan ditetapkan berdasarkan tinggi lantai

jembatan yang direncanakan.

4. Denah dan tipe tangga harus disesuaikan dengan ruang yang tersedia :

a. Tangga tidak boleh menutup alur trotoar, oleh karena itu harus

diletakkan ditepi luar trotoar.

b. Pada kaki tangga harus disediakan ruang bebas.

c. Tipe tangga berbentuk seperti :

(a) Denah JPO berbentuk “L”

(b) Denah JPO berbentuk “U”

12
Bahan yang digunakan sebagai lantai jembatan penyeberangan, selain

menggunakan beton untuk praktis dan efisiennya dapat menggunakan baja. Hal ini

sesuai dengan ketentuan pembangunan JPO diatas bahwa penggunaan dan

pelaksanaannya yang tergolong cepat dan mudah. Selain itu, bahan lain yang dapat

digunakan untuk pembuatan atap JPO adalah polikarbonat. Polikarbonat

(polycarbonate) merupakan salah satu jenis dari thermoplastic polimer. Sifatnya

mudah dikerjakan (easily worked), mudah dicetak (easily moulded), dan mudah

terbentuk dengan panas (easily thermoformed).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jembatan

Penyeberangan

Menurut O’Flaherty (1997) dalam Setyawan (2006) faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan fasilitasn penyeberangan tidak sebidang, diurutkan

berdasarkan yang terpenting menurut pejalan kaki adalah :

1. Jarak (directness of route)

2. Kemudahan (ease of negotiation)

3. Estetik (interest of specific features)

4. Pertimbangan lingkungan (general environmental appeal)

5. Keselamatan (safety)

Menurut Hartanto (1986) dalam Setyawan (2006), pejalan kaki enggan

menggunakan jembatan karena malas dan capai serta kondisi jembatan yang tidak

menyenangkan semisal, ketinggian jembatan, sempit dan terjalnya tangga, kondisi

kotor dan suram, serta adanya pengemis. Pejalan kaki lebih memilih mengambil

resiko tertabrak kendaraan karena merasa lebih cepat dan praktis karena tidak perlu

13
naik turun tangga. Hal lain yang mendorong penyeberangan sebidang adalah adanya

media jalan yang dapat dimanfaatkan sebagai refuge island pada saat menyeberang.

Hal tersebut berarti jembatan penyeberangan hanya akan digunakan jika

rutenya lebih singkat daripada melalui penyeberangan sebidang.

5. Desain Produk

Manusia dalam kehidupannya banyak menggunakan desain sebagai

penunjang aktivitasnya. Manusai menginginkan desain sebagai produk yang sesuai

dengan tren dan mewadahi kebutuhannya yang semakin meningkat. Melihat kondisi

saat ini, kecenderungan desain yang berubah akibat peningkatan kebutuhan manusia

tersebut menimbulkan kesadaran manusia terhadap pentingnya desain yang ekslusif

dan representatif, makin bertambahnya usaha-usaha di bidang desain yang

mengakibatkan persaingan mutu desain, faktor pemasaran (daya tarik dan daya jual

di pasaran), serta tuntutan kapasitas produksi yang semakin meningkat. Selain itu,

aktivitas desain yang menghasilkan gagasan kreatif dipengaruhi pula oleh kecepatan

membaca situasi, khususnya kebutuhan pasar dan permintaan konsumen.

Desain dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas luas dari inovasi desain

dan teknologi yang digagaskan, dibuat, dipertukarkan (melalui transaksi jual-beli)

dan fungsional. Desain merupakan hasil kreativitas budi daya manusia yang

diwujudkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang memerlukan perencanaan,

perancangan maupun pengembangan desain, yaitu mulai dari tahap menggali ide

atau gagasan, dilanjutkan dengan tahapan pengembangan, konsep perancangan,

sistem dan detail, pembuatan prototipe, dan proses produksi, evaluasi dan berakhir

dengan tahap pendistribusian. Jadi dapat disimpulkan bahwa desain selalu berkaitan

14
dengan pengembangan ide dan gagasan, pengembangan teknik, proses produksi,

serta peningkatan pasar.

Ruang lingkup kegiatan desain mencakup masalah yang berhubungan dengan

sarana kebutuhan manusia, diantaranya desain interior, desain mebel, desain alat-alat

lingkungan, desain alat trnasportasi, desain tekstil, desain grafis, dan lain-lain.

Memperhatikan desain-desain tersebut, desainer dalam analisis pemecahan masalah

dan perencanaannya atau filosofi rancangan desain bekerja sama dengan masyarakat

dan disiplin ilmu lain seperti arsitek, psikolog, dokter atau profesi yang lain.

Misalnya, dalam merancang kursi pasien gigi, dibutuhkan kerja sama antara dokter

dan pasien, dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang aktivitas dan posisi duduk

pasien sebagai pemakai, yang efektif, efisien, aman, nyaman dan sehat sehingga

desainer dapat menyatukan bentuk dan memusatkan perhatian pada estetika bentuk,

konstruksi, sistem, dan mekanismenya.

PEMBAHASAN

Perencanaan Jembatan Penyeberangan Orang

Perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan

harus berdasarkan ketentuan yang berlaku serta mempertimbangkan faktor-faktor

sebagai berikut:

1. Jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki yang dibangun melintas diatas

jalan raya atau jalur kereta :

a. Pelaksanaannya cepat dan lebih mudah

15
b. Memenuhi kriteria keselamatan dan kenyamanan para pemakai jalan

yang melintas dibawahnya

c. Pemeliharaan cepat dan mudah tidak perlu dilakukan secara intensif

2. Memenuhi tuntutan estetika dan keserasian dengan lingkungan dan

sekitarnya.

Dalam perencanaan jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan

harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Perencanaan jembatan penyeberangan harus dilakukan dengan salah satu

metode:

a. Kondisi batas ultimit dengan mengambil faktor keamanan > 1,10

b. Kondisi batas layan dengan mengambil > 1,10

c. Kondisi batas beban kerja dengan mengambil faktor keamanan > 2,0

2. Analisis perencanaan harus dilakukan dengan cara-cara mekanika yang baku

3. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip program dan harus

ditujukan dengan jelas data masukan serta data keluaran

4. Bila metode perencanaan menyimpang dari tata cara ini, harus mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

a. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan

atau percobaan cukup aman

b. Tanggung jawab atas penyimpangan dipikul oleh perencana dan

pelaksana yang bersangkutan

16
5. Dokumen perencanaan harus dilengkapi dengan tanggal, nama, dan tanda

tangan penanggung jawab perencanaan serta disetujui oleh pejabat instansi

yang berwenang.

Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalan raya:

1. Tangga dan kepala jembatan diletakkan diluar jalur trotoar

2. Pilar tengah diletakkan ditengah median

Ketentuan jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalur kereta api:

1. Tangga dan kepala jembatan diletakkan diluar daerah milik jalur kereta api

2. Pilar tengah diletakkan berdasarkan ketentuan instansi yang terkait

Ketentuan lebar badan jembatan :

1. Lebar minimum jalur pejalan kaki dan tangga adalah 2,00 m

2. Pada kedua sisi jalur pejalan kaki dan tangga harus dipasang sandaran yang

mempunyai ukuran sesuai ketentuan yang berlaku

3. Pada jembatan penyeberangan pejalan kaki yang melintas diatas jalan,

sepanjang bagian bawah sisi luar sandaran dapat dipasang elemen yang

berfungsi untuk menanam tanaman hias yang bentuk dan dimensinya harus

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Perencanaan gelagar dan lantai jembatan. Perencanaan banguna atas

jembatan penyeberangan untuk lalu lintas pejalan kaki harus dilakukan mengikuti

ketentuan sebagai berikut :

17
1. Bangunan atas jembatan penyeberangan yang melintas jembatan jalan raya

dan jalan kereta api harus menggunakan elemen beton pracetak.

2. Bentuk dan elemen beton pracetak untuk gelagar harus dipilih salah satu dari

tipe yang tercantum dibawah.

3. Bila digunakan tipe balok tipe I dan T, maka lantai jembatan dapat

direncanakan dengan menggunakan pelat beton pracetak atau pelat beton

yang dicor setempat dan merupakan struktur monolit.

4. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe pelat beton

berongga harus sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak

Pratarik Tipe Pelat Berongga untuk Gelagar Jembatan bentang 6-16 m,

kapasitas beban BM-70.

5. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok T harus

sesuai dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe

Balok T untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.

6. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pasca tarik tipe balok T harus

sesuai dengan ketentuan : Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pasca tarik

Tipe Balok T untung Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban

BM-70.

7. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang pratarik tipe balok I harus

sesuai dengan ketentuan: Spesifikasi Elemen Beton Pracetak Pratarik Tipe

Balok I untuk Gelagar Jembatan bentang 20-35 m, kapasitas beban BM-70.

8. Penggunaan gelagar beton pracetak prategang lainnya harus direncanakan

dengan ketentuan yang berlaku.

18
9. Pada permukaan pelat beton lantai jembatan harus dipasang lapisan jenis

latasir atau lataston tebal maksimum 4 cm dan miring 3% kearah tepi.

Perencanaan sandaran jembatan penyeberangan pejalan kaki harus mengkuti

ketentuan sebagai berikut:

1. Tinggi minimum sandaran jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki

adalah 1,35 m terhitung mulai dari permukaan laut sampai dengan tepi atas

sandaran.

2. Setiap batang sandaran harus diperhitungkan mampu memikul gaya vertikal

dan horizontal yang bekerja secara bersamaan sebesar 0,75 kN/m.

3. Tipe sandaran yang dapat dipilih salah satu dari bentuk yang tercantum,

yaitu:

a. Tiang sandaran dari pipa logam dengan 3 batang sandaran dari pipa

logam.

b. Tiang sandaran dari pipa logam dengan 2 batang sandaran dari pipa

logam.

c. Tiang sandaran dari alumunium aloy yang menumpu diatas beton

dengan 2 batang sandaran dari pipa logam.

4. Pada jembatan penyeberangan yang melintas diatas jalan raya dengan lalu

lintas kecepatan tinggi, struktur sandaran harus berfungsi sebagai dinding

pengaman yang dilapisi kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi minimum 3 m.

5. Bila panjang jembatan lebih dari 40 m, harus dipasang pelindung terhadap

panas matahari dan hujan, yaitu :

a. Pelindung panas dan hujan dipasang pada bingkai pipa logam.

b. Setiap pelindung dari pelat fiber glass.

19
c. Bingkai pelindung harus direncanakan kuat menahan tekanan angin.

Perencanaan tangga penghubung jembatan penyeberangan harus dilakukan

mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Tangga direncanakan untuk memikul beban hidup nominal sebesar 5 kPa.

2. Lebar bebas untuk jalur pejalan kaki minimum adalah 2 m.

3. Perencanaan dimensi tanjakan dan injakan harus mengacu pada ketentuan:

4. Tinggi tanjakan minimum 15 cm dan maksimum 21,5 cm.

5. Lebar injakan minimum 21,5 cm dan maksimum adalah 30,5 cm.

6. Jumlah tanjakan dan injakan ditetapkan berdasarkan tinggi lantai jembatan

yang direncanakan.

7. Denah dan tipe tangga harus disesuaikan dengan ruang yang tersedia, yaitu :

a. Tangga tidak boleh menutup alur trotoar, oleh karena itu harus

diletakkan ditepi luar trotoar.

b. Pada kaki tangga harus disediakan ruang bebas.

PENUTUP

Kesimpulan

Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah jembatan yang letaknya

bersilangan dengan jalan raya atau jalur kereta api, letaknya berada diatas kedua

objek tersebut, dan hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki yang melintasi jalan raya

atau jalur kereta api.

Perencanaan teknik jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki di perkotaan

harus berdasarkan ketentuan yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwi73IzggJTRAhVFtY8KHfK4BDoQFgg7MAc&url=https
%3A%2F%2Fwww.scribd.com%2Fdoc%2F145562685%2FTeori-Dasar-
Perancangan-
Jembatan&usg=AFQjCNGCSd0a72JZEkoktrdr2YYKVt3GhQ&bvm=bv.142059868
,d.c2I , 15 Desember 2016 16.20 WIB.

https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/24870/NTI5MzE=/jembatan-
penyeberangan-orang-JPO-dengan-menggunakan-metode-quality-function-
deployment-abstrak.pdf , 15 Desember 2016 17.30 WIB.

https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_penyeberangan_orang , 17 Desember 2016


14.25 WIB.

http://www.tribunnews.com/tag/jembatan-penyeberangan-orang-jpo , 17 Desember
2016 15.40 WIB.

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja
&uact=8&ved=0ahUKEwin1eetgZTRAhXFQo8KHdxtA1cQFggqMAU&url=https
%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fdoc%2F150058158%2FPERHITUNGAN-
STRUKTUR-JEMBATAN-PENYEBERANGAN&usg=AFQjCNHvpUh0m5e2L-
Y98nnY8G1aadFK5A , 26 Desember 2016 15.01 WIB.

21

Anda mungkin juga menyukai