Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Asuhan Keperawatan Pielonefritis dan Pendidikan Kesehatan”

Dosen Pengampu:
Putu Indraswari, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Dionardo Yubilio Putro (01.2.19.00685)
Joenaldo Hartono (01.2.19.00693)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan kasih dan
kehendak-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Pielonefritis dan Pendidikan Kesehatan” dengan baik.
Pada kesempatan kali ini juga kami menyampaikan terima kasih kepada Ibu Putu
Indraswari, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah banyak membantu kami dalam pembuatan
makalah. Serta, teman-teman seangkatan kami yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu kami menyelesaikan makalah ini sehingga dapat selesai tepat waktu.
Walaupun kami telah mengumpulkan beberapa referensi untuk menunjang penyusunan
makalah ini, namun kami merasa masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan yang dapat memberi manfaat bagi
kami di tugas-tugas yang akan datang.
Dan kami berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
sehingga pembaca dapat memahami materi mengenai pemberian edukasi atau promosi
kesehatan pada infant sampai remaja dan manajemen terpadu pada balita sakit.

Kediri ,1 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1 Definisi............................................................................................................................2
2.2 Etiologi............................................................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................................................3
2.4 Tanda dan Gejala..........................................................................................................4
2.5 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................5
2.6 Komplikasi.....................................................................................................................5
2.7 Penatalaksanaan Medik................................................................................................6
2.8 Pencegahan....................................................................................................................7
2.9 Asuhan Keperawatan....................................................................................................8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
3.2 Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah individu yang mempunyai sub-sub sistem. Sub-sub sistem
tersebut adalah sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, sistem pencernaan, sistem
muskuloskeletal, sistem persyarafan, sistem perkemihan, dan sistemsistem yang
lainnya. Keseimbangan antara semua sistem diatas itulah yang menyebabkan manusia
dikatakan sehat secara jasmani.semua sistem tersebut melibatkan organ-organ dalam
menjalankan tugasnya, seperti sistem perkemihan yang melibatkan organ ginjal, ureter,
kandung kemih, dan uretra. Ginjal merupakan bagian utama dari saluran kemih yang
terdiri dari organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air
kemih (urin) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen
ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Infeksi ginjal atau pielonefritis merupakan
peradangan pada jaringan ginjal. Untuk lebih jelasnya, penulis akan membahas tentang
bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan yang baik kepada pasien yang
mengalami pielonefritis agar tidak berlanjut menjadi pielonefritis kronik.
1.2 Masalah
Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan pielonefritis
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan proses pembelajaran mata kuliah ini peserta didik
diharapkan mampu mempraktekkan pengelolaan pelayanan keperawatan
profesional dan mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien khususnya pada kasus pielonefritis.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tinjauan pustaka tentang pielonefritis.
b. Melakukan pengkajian pada klien pielonefritis.
c. Menganalisa data-data yang ditemukan pada klien pielonefritis.
d. Membuat nursing care planning pada klien pielonefritis.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya
akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2
minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan
gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas
organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih
(urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal,
antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu  pielonefritis kronis, pyelonefritis
akut.
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena
terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya
membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada
kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit
ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran
kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih
bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran
kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan
bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula,

2
penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah
terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis  juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena
faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
karena uterus yang membesar.

2.2   Etiologi
a. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
b. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke
dalam ureter.
d. Kehamilan
e. Kencing Manis
f. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih
(misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.3  Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh
yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung

3
kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung kemih
dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat membentuk
koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan
melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang
ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang mempersulit
pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak
lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal
juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal
mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

2.4  Tanda dan Gejala


Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat
disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa
kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih
dan frekuensi berkemih yang meningkat. Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita
merasakan nyeri hebat yang desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena
adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran
pada salah satu atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit
untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
1) pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
2) Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,
3) nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
4) Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
5) Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
6) Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan bau
yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis

4
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua
ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
1) Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
2) Adanya keletihan.
3) Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
4) Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis, proteinuria,
pyuria dan kepekatan urin menurun.
5) Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal
ginjal.
6) Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
7) Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan.
8) Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
a. Whole blood
b. Urinalisis
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu
ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
d. BUN
e. Creatinin
f. Serum Electrolytes
g. Biopsi ginjal
h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur

2.6    Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum
& Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
a. Nekrosis papila ginjal.

5
Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu
dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada penderita diabetes melitus
atau pada tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis.
Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan
ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi,
sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik.
Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal,
terjadi abses perinefrik. Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal
stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik
disertai organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)
(Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

2.7 Penatalaksanaan Medik


 

Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas.
Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama
pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya
sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
a. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau tanpa
ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
b. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman,
dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi
tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propa.
c. ntheline (Pro-Banthine)Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjal secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun
2007:Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
a. Monitor Vital Sign

6
b. Melakukan pemeriksaan fisik
c. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
d. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
e. Memantau input dan output cairan.
f. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
g. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yang dapat membuat pasien berkecil hati.
2.8 Pencegahan
 

Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung
kemih serta kontaminasi urin.
b.  Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
c.  banyak istirahat di tempat tidur
d.  terapi antibiotika
Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara
membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut
untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak
masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan kateter harus
diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal
mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan
diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
a. Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
b. Meniran (Phyllanthus urinaria)
c. Sambiloto (Andrographis paniculata)
d. Pegagan (Centella asiatica)
e. Daun Sendok (Plantago major)
f. Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g. Rambut Jagung (Zea mays)
h. Krokot (Portulaca oleracea)

7
i. Jombang (Taraxacum mongolicum)
j. Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Pylonefritis


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2.   Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
b. Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga
menyebabkan infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti
ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx
tentang pencegahan
b. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan karena
gelisah dan nyeri.
c. Pola eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang
kadang datang
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital :
 TD : normal / meningkat

8
 Nadi : normal / meningkat
 Respirasi : normal / meningkat
 Temperatur : meningkat
b.      Data focus
 Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
 Palpasi : Suhu tubuh meningkat

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.
b. Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.
c. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia)
yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
d. Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.
e. Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.
f. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

C. INTERVENSI
Diagnosa Keperawatan : Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada
ginjal
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada ginjal
Kreteria hasil : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vital
normal.

Intervensi Rasional
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan Tanda vital menandakan adanya
lapor jika suhu diatas 38,50 C perubahan di dalam tubuh
Catat karakteristik urine Untuk mengetahui/mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangan

9
dari hasil yang diharapkan.
Anjurkan pasien untuk minum 2 – 3 liter Untuk mencegah stasis urine
jika tidak ada kontra indikasi
Monitor pemeriksaan ulang urine kultur Mengetahui seberapa jauh efek
dan sensivitas untuk menentukan respon pengobatan terhadap keadaan penderita.
terapi
Anjurkan pasien untuk mengosongkan Untuk mencegah adanya distensi
kandung kemih secara komplit setiap kali kandung kemih
kemih.

Berikan perawatan perineal, pertahankan Untuk menjaga kebersihan dan


agar tetap bersih dan kering. menghindari bakteri yang membuat
infeksi uretra
Diagnosa Keperawatan : Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan,
frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

Tujuan : Pola eliminasi baik

Kreteria Hasil : Pola eliminasi klien membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan
berkemih (urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi Rasional
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih Untuk mengetahui adanya perubahan
warna dan untuk mengetahui input/out
put
Anjurkan untuk berkemih setiap 2 – 3 Untuk mencegah terjadinya
jam penumpukan urine dalam vesika
urinaria.
Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Untuk mengetahui adanya distensi
kandung kemih.
Bantu klien ke kamar kecil, memakai Untuk memudahkan klien di dalam
pispot/urinal berkemih.
Bantu klien mendapatkan posisi berkemih Supaya klien tidak sukar untuk
yang nyaman berkemih.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan peningkatan hidrasi membilas bakteri.
Observasi perubahan status mental:, akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran ketidakseimbangan elektrolit dapat
menjadi toksik pada susunan saraf pusat
Kolaborasi: Awasi- pemeriksaan Asam urin menghalangi tumbuhnya

10
laboratorium; elektrolit, BUN, kuman. Peningkatan masukan sari buah
kreatininRasional: pengawasan terhadap dapt berpengaruh dalm pengobatan
disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk infeksi saluran kemih.
memelihara asam urin:- tingkatkan
masukan sari buah berri dan berikan obat-
obat untuk meningkatkan asam urin
·    
Diagnosa Keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal
Tujuan : nyeri pada ginjal berkurang
·              Kreteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi Rasional
Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang Rasa sakit yang hebat menandakan
memperberat atau meringankan nyeri adanya infeksi
Berikan waktu istirahat yang cukup dan Klien dapat istirahat dengan tenang dan
tingkat aktivitas yang dapat di toleran. dapat merilekskan otot-otot
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika Untuk membantu klien dalam berkemih
tidak ada kontra indikasi
Berikan obat analgetik sesuai dengan Analgetik memblok lintasan nyeri
program terapi
Pantau haluaran urine terhadap untuk mengidentifikasi indikasi
perubahan warna, baud an pola kemajuan atau penyimpangan dari hasil
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 yang diharapkan
jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1- membantu mengevaluasi tempat
10) penyebaran nyeri obstruksi dan penyebab nyeri
Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan meningkatkan relaksasi, menurunkan
punggung, lingkungan istirahat tegangan otot.
Bantu atau dorong penggunaan nafas membantu mengarahkan kembali
berfokus relaksasi perhatian dan untuk relaksasi otot.
Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra
Kolaborasi: Konsul dokter bila Temuan- temuan ini dapat memeberi
sebelumnya kuning gading-urine kuning, tanda kerusakan jaringan lanjut dan
jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla perlu pemeriksaan luas
berkemih berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin
kencing, menetes setelah berkemih.
Nyeri menetap atau bertambah sakit

11
·
Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi
terhadap infeksi
Tujuan : tidak terjadi hipertermi
Kreteria hasil : suhu tubuh klien normal.
Intervensi Rasional
Pantau suhu tubuh klien Tanda vital dapat menandakan adanya
perubahan di dalam tubuh.
Pantau suhu lingkungan Suhu ruangan dan jumlah selimut harus
diubah untuk mempertahankan suhu
mendekati normal
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk Mengurangi demam dengan aksi
pemberian antipiretik sentralnya pada hipotalamus

Diagnosa Keperawatan : Kecemasan yang berhubungan dengan kurangnya


informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di
rumah.
Tujuan : Kecemasan berkurang
Kreteria Hasil : Klien mengatakan rasa cemasnya berkurang
Intervensi Rasional
Kaji tingkat kecemasan Untuk mengetahui berat ringannya
kecemasan klien
Beri kesempatan klien untuk Agar klien mempunyai semangat dan
mengungkapkan perasaannya mau empati terhadap perawatan dan
pengobatan
Beri support pada klien
Beri dorongan spiritual Agar klien kembali menyerahkan
sepenuhnya kepada Tuhan YME
Beri penjelasan tentang penyakitnya Agar klien mengerti sepenuhnya tentang
penyakit yang dialaminya

·            

12
Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : klien mengerti mengerti mengenai pemyakitnya
Krteteria hasil : klien menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi Rasional
Kaji ulang prose pemyakit dan memberikan pengetahuan dasar dimana
harapan yang akan datang pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.
Berikan informasi tentang: sumber pengetahuan apa yang diharapkan dapat
infeksi, tindakan untuk mencegah mengurangi ansietas dan m,embantu
penyebaran, jelaskna pemberian mengembankan kepatuhan klien terhadap
antibiotic, pemeriksaan diagnostic: rencan terapetik.
tujuan, gambaran singkat, persiapan
ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan
Pastikan pasien atau orang terdekat instruksi verbal dapat dengan mudah
telah menulis perjanjian untuk dilupakan
perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan
Instruksikan pasien untuk Pasien sering menghentikan obat mereka,
menggunakan obat yang diberikan, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
inum sebanyak kurang lebih menolong membilas ginjal. Asam piruvat
delapan gelas per hari khususnya dari sari buah berri membantu
sari buah berri. mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri
Berikan kesempatan kepada pasien Untuk mendeteksi isyarat indikatif
untuk mengekspresikan perasaan kemungkinan ketidakpatuhan dan
dan masalah tentang rencana membantu mengembangkan penerimaan
pengobatan rencana terapeutik.

BAB 3
PENUTUP

13
3.1 Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya
akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2
minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat
menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis
merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari salah
satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436). Pielonefritis merupakan
suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran
ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668). Ginjal merupakan bagian utama dari sistem
saluran kemih yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat
menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal. Pielonefritis
dibagi menjadi dua macam yaitu  pielonefritis kronis, pyelonefritis akut.

3.2 Saran
Ssaran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih memahami isi
dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan asuhan keperawatan dan
membandingkan dengan referensi lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

14
 Enggram, Barbara. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan
 Nugroho, Wahyudi. (2016). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
 Parsudi, Imam A. (2011). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
 Price,Sylvia Andrson. (2017). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:
pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.
Edisi: 4. Jakarta: EGC
 Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
 Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi
Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

15

Anda mungkin juga menyukai