DI MASA PANDEMI
JENJANG SEKOLAH DASAR KABUPATEN BANDUNG
13 April - 3 Mei 2021 / 1-21 Ramadhan 1442
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmairrahim
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat dan inayah-
Nya atas terbitnya Program Pesantren Ramadhan 1442 H di Masa Pandemi.
Dalam rangka mewujudkan siswa yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, dan taat beribadah, pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) di Sekolah Dasar dapat diberikan melalui kegiatan Pemberdayaan Keagamaan Peserta
Didik SD melalui Pesantren Kilat.
Tujuan disusunnya Program Pesantren Ramadhan 1442 H di Masa Pandemi ini adalah
untuk memberi kemudahan dalam melaksanakan kegiatan pesantren kilat bagi siswa/siswi
pada Sekolah Dasar sehingga terciptanya peserta didik muslim yang tangguh dalam
menghadapi tantangan zaman.
ii
Dalam penyusunan Program Pesantren Ramadhan 1442 H di Masa Pandemi ini masih
jauh dari sempurna untuk itu dapat diberikan masukan, kritik, dan saran sebagai perbaikan
dari Program Ramadhan ini.
DAFTAR ISI
Kata Pengangtar ..................................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan Allah
SWT. Pada bulan tersebut juga merupakan salah satu media tarbiyah/pendidikan yang
diperuntukkan kepada umat yang beriman untuk melatih diri agar menjadi hamba Allah
SWT yang mampu mengendalikan hawa nafsu. Agar nafsu yang cenderung terhadap hal-
hal yang buruk, mengarah ke jalan setan, dapat diarahkan dan menjadi kekuatan untuk
dapat mendekatkan diri kepada jalan yang diridloi dan dirahmati Allah SWT.
Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an surat Yusuf ayat 53 :
﴾٥٣﴿ َو َمٓا ُأبَ ّ ِر ُئ ن َ ْفىِس ۚ ٓ َّن ٱلنَّ ْف َس َأَل َّم َار ٌۢة ِبٱ ُّلس ٓو ِء اَّل َما َر ِح َم َرىِّب ۚ ٓ َّن َرىِّب غَ ُف ٌور َّر ِح ٌمي
ِإ ِإ ِإ
Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu
itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
Bulan Ramadhan juga merupakan merupakan bulan dimana Allah SWT melipat
gandakan pahala bagi setiap hamba-Nya yang berbuat amal shaleh dengan lipatan yang
tidak dapat dihitung dengan hitungan manusia.
Dengan mencermati keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan tersebut maka kita akan
menjadi hamba Allah yang merugi bilamana kita tidak dapat mengisi dan memanfaatkan
bulan Ramadlan ini dengan melatih diri (tarbiyatun-nafsi) dan memperbanyak amalan-
amalan serta kegiatan yang positif sebagai bentuk investasi kekayaan kita yang
sebenarnya (amal shaleh) sebagai bekal hidup kita di dunia sampai di akherat kelak.
Disamping itu kami juga punya tanggungjawab yang besar untuk mengantar,
mendidik dan membimbing anak didik kami di Sekolah Dasar Kabupaten Bandung agar
kelak menjadi anak yang memiliki kemampuan mengendalikan hawa nafsunya dan
mempunyai dorongan dan motivasi yang tinggi untuk senantiasa beramal shaleh serta
menjadi putra-putri yang shaleh dan shalihah di masa yang akan datang. Agar tujuan yang
mulia tersebut dapat tercapai maka kita perlu membuat bentuk formula kegiatan-kegiatan
yang dapat mengantar dan mengarahkan anak guna tercapainya tujuan yang mulia
tersebut.
Kita semua mengetahui bahwa pada masa sekarang ini terjadi kemerosotan
kepribadian dan akhlaq dari semua lini masyarakat yang disebabkan dari dampak negatif
dari kemajuan dunia informasi baik elektronik maupun cetak dan globalisasi yang tidak
bisa dibendung lagi. Sehingga sangat mudah mempengaruhi pola pikir, kepribadian dan
akhlak anak. Oleh sebab itu dari paparan di atas yang berkenaan dengan momen
Ramadhan dengan berbagai fungsi dan fadilah-fadilahnya serta peranan dan tanggung
jawab kita sebagai pendidik yang harus dapat mengantar, mendidik dan membimbing
anak didik kita di Sekolah Dasar Kabupaten Bandung agar kelak menjadi anak yang
memiliki kemampuan mengendalikan hawa nafsunya dan mempunyai dorongan dan
motivasi yang tinggi untuk senantiasa beramal shaleh serta menjadi putra-putri yang
shaleh dan shalihah di masa yang akan datang.
Agar tujuan yang mulia tersebut dapat tercapai maka kita perlu membuat bentuk
formula kegiatan-kegiatan yang dapat mengantar dan mengarahkan anak guna
tercapainya tujuan yang mulia tersebut. Rencana kegiatan yang akan kita adakan pada
bulan Ramadlan ini adalah “Pesantren Kilat”.
B. Landasan Hukum
1. Dari Al-Qur’an
ٱ ٱ ٱ
َ يَٰ َٓأهُّي َا ذَّل ِ َين َءا َمنُو ۟ا ُك ِت َب عَلَ ْيمُك ُ ّ ِلص َيا ُم اَمَك ُك ِت َب عَىَل ذَّل ِ َين ِمن قَ ْبلِمُك ْ لَ َعلَّمُك ْ تَتَّ ُق
﴾١٨٣﴿ ون
Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
2. Dari Al-Hadits
E. Lingkup Materi
1. Akidah
2. Fiqh
3. Al-Qur’an
4. Al-Hadits
5. Akhlak
6. Funniyah
7. Tarikh
BAB II
PROGRAM KEGIATAN PESANTREN RAMADHAN 1442 H
DI MASA PANDEMI
JENIS KEGIATAN :
Indikator
No Jenis Kegiatan Target Sasaran Keberhasilan / Keterangan
Capaian
1 Sholat 5 Waktu Berjama’ah Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
bersama mengerjakan Sholat
keluarga 5 Waktu secara
berjama’ah Bersama
keluarga
2 Sholat Tarawih Berjama’ah Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
bersama mengerjakan Sholat
keluarga tarawih secara
berjama’ah Bersama
keluarga
3 Sholat Duha 2 Raka’at Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
melaksanakan Sholat
Duha sebanyak dua
raka’at
4 Aku Senang Rp 1000,. Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Berinfak (setiap melaksanakan Infak
siswa memiliki
kotak infak dari
botol bekas air
mineral)
5 Membaca Al- 1 Halaman Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Qur’an/ Metode membaca Iqro dan
IQRO/ Ummi/ Al-Qur’an
Qiroati dll
6 Menghafal Al- 1 ayat Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Qur’an Juz 30 menghafal Al-
(bebas) Qur’an Juz ke-30
7 Mengulang 1 surat Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Hafalan Al- mengulang hafalan
Qur’an Yang Al-Qur’an
Sudah Pernah
DiHafal
(Muroja’ah)
8 Merangkum 10 baris Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
materi pesantren merangkum materi
yang di share yang yang dishare
oleh guru PAI GPAI
9 Membaca Buku 1 kisah Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
buku Islam memahami kisah-
(Kisah para nabi, kisah yang terdapat
sahabat nabi atau pada buku-buku
lainnya) Islam
10 Menonton Film 1 film Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Kartun Islami memahami esensi
film kartun
11 Berdzikir Setiap selesai Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
sholat 5 waktu berdzikir Setiap
selesai sholat 5
Indikator
No Jenis Kegiatan Target Sasaran Keberhasilan / Keterangan
Capaian
waktu
12 Olah Raga 30 menit Kls 1 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Ringan dan melaksanakan olah
Berjemur raga dan berjemur
13 Membantu 1 pekerjaan Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Orang Tua Rumah (misal: membantu orang
Menyapu, tuanya
Mengepel, Cuci
piring dll)
14 Membantu Terbiasa Kls 4 s.d 6 Siswa dapat Setiap hari
Menyiapkan membantu membantu
Untuk Berbuka menyiapkan menyiapkan untuk
Puasa untuk yang orang yang berbuka
berbuka puasa puasa
15 Aku Peduli Memberikan Kls 1 s.d 6 Siswa mempunyai 1 Kalii
Sesama uang infak yang kepedulian terhadap
sudah sesama
dikumpulkan
selama 1 bulan
ramadhan
16 Aku Membayar Memberikan Kls 4 s.d 6 Siswa dapat 1 kali
Zakat zakat fitrah memahami hikmah
melaksanakan zakat
fitrah
BAB III
MATERI KEGIATAN
A. Aspek akidah
1. Aku cinta islam
Agama Islam ini diturunkan oleh Allah untuk seluruh umat manusia, dari
berbagai etnis suku bangsa, dari yang berkulit putih, cokelat, sawo matang, hingga
yang berkulit hitam. Islam diturunkan sejak zaman para nabi untuk seluruh manusia
hingga akhir zaman nanti. Islam juga merupakan agama rahmatan lil alamiin, atau
rahmat bagi seluruh alam. Bukan hanya untuk yang memeluknya, tetapi juga untuk
pemeluk agama lain, untuk lingkungan, bahkan untuk makhluk lain selain manusia.
Islam adalah agama yang syumuliyah. Syumuliyah berasal dari kata syamil yang
artinya menyeluruh. Syumuliyatul Islam berarti lengkapnya Islam dalam berbagai
bidang kehidupan, dari mulai kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat hingga
bernegara. Dari urusan sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, budaya, teknologi
bahkan politik.
Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah, sebagai agama rahmat bagi
seluruh alam adalah salah satu bentuk cinta Allah kepada kita. Bayangkan, jika Allah
tidak menurunkan agama Islam dan petunjuk dalam Al-Qur’an! Maka, setiap orang
akan hidup semaunya tanpa aturan. Tidak akan tumbuh kebaikan-kebaikan. Yang ada
adalah kerusakan karena semua orang hidup dengan kemauannya sendiri.
Kita harus bersyukur dengan adanya Islam. Hidup kita akan diatur dengan yang
serba baik, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Kita bangun dengan doa, menyambut
pagi dengan gembira, senyum sapa kepada ayah bunda, berangkat sekolah dengan doa
penuh ceria. Disekolah kita menjadi anak yang disiplin, belajar dengan rajin, santun
kepada bapak ibu guru, bersikap baik kepada teman-teman, dan seterusnya. Kenapa
kita harus bersikap seperti itu? Karena Islam yang mengajarkan demikian.
Islam mengajarkan berbuat baik pada orang tua, berdoa sebelum beraktivitas,
bersungguh-sungguh dalam bekerja, menjaga persaudaraan, mencintai kebersihan,
menyantuni fakir miskin, gemar berbagi dan bersedekah, berkata jujur dan menolong
orang lain yang membutuhkan, dan berbagai kebaikan yang lainnya. Luar biasanya
Islam, Indahnya Islam, “Aku Bangga Menjadi Muslim!” dan “Aku cinta Islam!”.
2. Apa Itu Islam?
Islam merupakan salah satu agama yang terbesar dan tersebar diseluruh dunia
saat ini. Agama Islam juga menjadi satu-satunya agama yang diridhoi oleh Allah swt.
Kita sebagai umat muslim harus bersyukur karena tinggal di Indonesia, dimana
mayoritas penduduknya beragama Islam.
Agama Islam terus berkembang dan bisa diterima oleh banyak orang berkat
usaha yang dilakukan oleh para nabi, para sahabat, para ulama-ulama dan semua
orang yang mendakwahkan agama islam ini kepada banyak orang.
Islam berasal dari kata aslama yuslimu islaman yang berarti tunduk, patuh dan
selamat.
Sebagai seorang muslim, tentu penting untuk mengetahui makna islam. Dengan
mengetahui dan memahami makna Islam, kita juga bisa semakin mengerti dan
bagaimana seharusnya menjadi seorang muslim yang benar.
Dibawah ini diuraikan secara bahasa, Islam adalah salima,. Kata Salima ini
sendiri mempunyai banyak pengertian.Diantaranya:
a. Menundukkan diri (aslama)
Aslama yang artinya menundukkan diri kepada Allah. Allah Maha besar dan
Maha menciptakan segala sesuatu sehingga semua makhluk ciptaan-Nya Sudah
seharusnya menundukkan diri pada penciptanya.
b. Berserah Diri (Istaslama)
Istaslama berate berserah diri kepada Allah secara tulus dan tat karena tidak ada
kekuatan dan daya yang dimiliki kecuali milik Allah. Langit dan bumi berserah
diri kepada Allah. Semua makhluk berserah diri kepada Allah Yang Maha Kuat.
c. Suci, Bersih (Saliimun)
Saliim artinya bersih dan suci, baik yang berkaitan dengan kebersihan lahir
maupun batin. Allah berfirman tentang kondisi hari kiamat bahwa manusia tidak
akan mendapatkan manfaat dari apa yang dimilikinya didunia kecuali yang
hatinya bersih dari kesyirikan dan kemunafikan.
d. Selamat, Sejahtera (Salaamun)
Saalamun artinya keselamatan atau kesejahteraan. Hal ini bias difahami bahwa
Islam menjanjikan keselamatan dan kesejahteraan bagi pemeluknya, baik didunia
maupun di akhirat.Keselamatan dan kesejahteraan menjadi ucapan yang
disampaikan sesorang kepada saudaranya ketika bertemu, yaitu
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh” (keselamatan, keberkahan dan
rahmat Allah atas kalian).
e. Perdamaian (Salmun)
Salmun artinya perdamaian.Islam itu datang untuk membawa tujuan perdamaian
dan kasih sayang.Bukan hanya untuk manusia, tetapi untuk seluruh alam semesta.
Ketika Rasululloh saw ditanya tentang Islam beliau menjawab:” Islam itu engkau
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan(yang haq) selain allah dan bahwasannya
Muhammad adalah utusan Allah, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa
ramadhan dan berhaji ke baitullah jika engkau mampu untuk menempuh perjalanan
kesana.”
Sebagai seorang muslim, kita selalu berusaha untuk menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Berbagai ibadah kita lakukan, meski masih belum bisa
sempurna.
Iman dapat membuahkan akhlak yang mulia, menjaga kita dari kemaksiatan, dan
mengangkat derajat kita dihadapan Sang Khaliq.
Rukun iman dan konsekwensinya
a. Iman kepada Allah swt, konsekwensinya, mencintai Allah swt.
b. Iman kepada malaikat, konsekwensinya tidak mungkin seorang mukmin berbuat
maksiat karena selalu diawasi malaikat.
c. Iman kepada kitab-kitab, konsekweksinya menjadikan alquran sebagai pedoman
hidup.
d. Iman kepada nabi dan rasul, konsekwensinya mencintai dan mengikutinya.
e. Iman kepada hari akhir, konsekwensinya mempersiapkan diri untuk menghadapi-
Nya.
f. Iman kepada qodho dan qodar, konsekwensinya dengan keimanannya tidak akan
menyesal apaun takdir yang menyertai kehidupannya. Selama dalam ketaatan,
maka ia yakin bahwa Allah mengkaruniakan kebaikan pada setiap takdirnya.
B. Aspek Piqih
1. Memahami Ibadah Puasa
a. Pengertian Puasa Ramadhan
Pengertian puasa Ramadhan menurut syariat Islam adalah suatu amalan
ibadah yang dilakukan dengan menahan diri dari segala sesuatu seperti makan,
minum, perbuatan buruk maupun dari yang membatalkan puasa mulai dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari yang disertai dengan niat karena
Allah SWT, dengan syarat dan rukun tertentu.
Puasa dalam Islam juga sering disebut shaum yang merupakan salah satu
ibadah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Allah swt. menjelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 183:
tiba. Beberapa hadist menjelaskan juga bahwa niat bisa diucapkan malam
harinya sebelum sahur atau setelah sholat tarawih.
2) Menahan diri dari kegiatan makan, minum, bersetubuh, maupun hal-hal lain
yang membatalkan puasa.
d. Sunnah Puasa
Selain pengertian puasa Ramadhan, syarat, hingga rukunnya, anda juga harus
mengetahui sunnah-sunnah puasa Ramadhan agar amalan ibadahmu semakin
besar. Berikut beberapa sunnah puasa Ramadhan.
1) Sahur
2) Segera berbuka saat waktu buka puasa
3) Membaca doa buka puasa
4) Berbuka dengan yang manis-manis
5) Memberi makan pada orang yang berbuka
6) Memperbanyak ibadah dan berderma, dan masih banyak lagi
Berikut niat salat Tarawih dua rakaat berjamaah yang dilakukan sendiri
(munfarid):
ِ َوال َّن ك
ار َ َو َنع ُْو ُذ ِب َو ْال َج َّن َة اك
َ ِ َس َخط ْ ِمن ك َ ض َ ُ َنسْ َئل إِ َّنا اَل ٰلّ ُه َّم
َ ِر ك
Allohumma inna Nas'aluka Ridhoka wal Jannah wa Na'udzhubika min Sakhotika
wannaar
Artinya:
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keridhoan-Mu dan surga, dan kami
berlindung dari murka-Mu dan siksa neraka.
- Doa kamilin di akhir salat tarawih
Pada salam terakhir salat tarawih dianjurkan membaca doa kamilin untuk
menyempurnakan keimanan.
Jika salat Tarawih dilakukan berjamaah, sebaiknya ditunjuk seorang bilal yang
bertugas sebagai pemandu bacaan selawat nabi untuk mengiringi salat Tarawih.
Bilal juga berfungsi membantu Imam agar tidak terlupa jumlah rakaat yang
dilaksanakan dengan menyebutkan nama-nama Khulafaurrosyidin.
َ ص;الَ ِة ْالع
ِش;ا ِء إِ َلى َ ص;لُّ ْو َها ِف ْي َما َبي َْن ِ ;ِي ْال
َ َف،ُ;و ْتر َ هللا َزادَ ُك ْم
َ َوه،صالَ ًة َ َّإِن
.صالَ ِة ْال َفجْ ِر
َ
‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan
Salat, yaitu Salat Witir, maka Salat Witirlah kalian antara waktu Salat ‘Isya’
hingga Salat Shubuh.’” [HR. Ahmad].[1]
HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, (hadits no. 6880) dan dishahihkan oleh al-
Albani dalam kitab Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah (hadits no. 108).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menganjurkan Salat witir kepada umatnya.
Bahkan beliau tidak pernah meninggalkan Salat witir ini.
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Salat malam itu dua rakaat dua rakaat. Jika salah seorang dari kalian khawatir
akan masuk waktu shubuh, hendaklah ia Salat satu rakaat sebagai witir (penutup)
bagi Salat yang telah dilaksanakan sebelumnya.” (HR. Bukhari no. 990 dan
Muslim no. 749, dari Ibnu ‘Umar)
Ibnu ‘Umar mengatakan,
ص;;لى هللا- ِ ص;الَ ِت ِه ِو ْت;;راً َف;;إِنَّ َر ُس;و َل هَّللا َ ;ر َ ;صلَّى ِباللَّي ِْل َف ْل َيجْ َع ْل آ ِخ
َ َْمن
ِ ;;ل َو ْال
;و ْت ُر ِ ;صالَ ِة اللَّ ْي
َ ت ُك ُّل َ أَ َم َر ِب َذل َِك َفإِ َذا َك-عليه وسلم
ْ ان ْال َفجْ ُر َف َق ْد َذ َه َب
» َقا َل « أَ ْو ِترُوا َق ْب َل ْال َفجْ ِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ َفإِنَّ َرسُو َل هَّللا
“Barangsiapa yang melaksanakan Salat malam, maka jadikanlah akhir Salat
malamnya adalah witir karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan hal itu. Dan jika fajar tiba, seluruh Salat malam dan Salat witir
berakhir, karenanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Salat
witirlah kalian sebelum fajar”. (HR. Ahmad 2/149. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Manakah waktu yang utama untuk melaksanakan salat witir?
Waktu yang utama untuk Salat witir adalah di sepertiga malam yang terakhir.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
ِ ; ِمنْ أَوَّ ِل اللَّ ْي-ص;;لى هللا عليه وس;;لم- ِ ;ر َر ُس;و ُل هَّللا
;ل َ ;ِمنْ ُك ِّل اللَّي ِْل َق ْد أَ ْو َت
.َوأَ ْوسَطِ ِه َوآخ ِِر ِه َفا ْن َت َهى ِو ْت ُرهُ إِ َلى الس ََّح ِر
“Kadang-kadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaksanakan witir di
awal malam, pertengahannya dan akhir malam. Sedangkan kebiasaan akhir beliau
adalah beliau mengakhirkan witir hingga tiba waktu sahur.” (HR. Muslim no.
745)
Apabila seseorang khawatir tidak bisa bangun di sepertiga malam terakhir maka
orang tersebut dapat mengerjakan Salat witir ketika sebelum tidur.
Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
;ام م َِن َ ;اف أَنْ الَ َيقُو َم ِمنْ آخ ِِر اللَّي ِْل َف ْليُو ِترْ ُث َّم ْل َيرْ قُ ْد َو َمنْ َو ِث
ٍ ;;ق ِب ِق َي َ أَ ُّي ُك ْم َخ
ض ُل َ ُورةٌ َو َذل َِك أَ ْف
َ اللَّي ِْل َف ْليُو ِترْ ِمنْ آخ ِِر ِه َفإِنَّ ق َِرا َء َة آخ ِِر اللَّي ِْل َمحْ ض
“Siapa di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam,
hendaklah ia witir dan baru kemudian tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun
di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir malam, karena bacaan di akhir malam
dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih utama.” (HR. Muslim no.
755)
Dari Abu Qotadah, ia berkata,
َقا َل ألَ ِبى َب ْك ٍر « َم َتى ُتو ِت ُر » َق;;ا َل أُو ِت; ُر-صلى هللا عليه وسلم- َّأَنَّ ال َّن ِبى
َف َقا َل ألَ ِبى َب ْك ٍر. َقا َل آخ َِر اللَّي ِْل.» َو َقا َل لِ ُع َم َر « َم َتى ُتو ِت ُر.ِمنْ أَ َّو ِل اللَّي ِْل
.» َو َقا َل لِ ُع َم َر « أَ َخ َذ َه َذا ِب ْالقُ َّو ِة.» « أَ َخ َذ َه َذا ِب ْال َح ْز ِم
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Bakar, ” Kapankah anda
melaksanakan witir?” Abu Bakr menjawab, “Saya melakukan witir di permulaan
malam”. Dan beliau bertanya kepada Umar, “Kapankah anda melaksanakan
witir?” Umar menjawab, “Saya melakukan witir pada akhir malam”. Kemudian
beliau berkata kepada Abu Bakar, “Orang ini melakukan dengan penuh hati-hati.”
Dan kepada Umar beliau mengatakan, “Sedangkan orang ini begitu kuat.” (HR.
Abu Daud no. 1434 dan Ahmad 3/309. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa
hadits ini shahih)
j. Jumlah Raka’at Salat Witir
Jumlah raka’at Salat witir boleh dilaksanakan satu, tiga, lima, tujuh, sampai
sembilan raka’at. Berikut adalah penjelasan tata cara pelaksanaan salat witir.
1) Salat witir dengan satu rakaat.
Salat witir dengan satu raka’at ini dibolehkan oleh para ulama. Sebagaimana
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
ْس َف ْل َي ْف َع; ْل َو َمن ٍ ْ;و ْت ُر َح; ٌّق َع َلى ُك; ِّل م ُْس;ل ٍِم َف َمنْ أَ َحبَّ أَنْ ُي;;وت َِر ِب َخم ِ ;ْال
ث َف ْل َي ْف َع ْل َو َمنْ أَ َحبَّ أَنْ يُوت َِر ِب َوا ِح َد ٍة َف ْل َي ْف َع ْل
ٍ َأَ َحبَّ أَنْ يُوت َِر ِب َثال
“Witir adalah sebuah keharusan bagi setiap muslim, barang siapa yang
hendak melakukan witir lima raka’at maka hendaknya ia melakukankannya
dan barang siapa yang hendak melakukan witir tiga raka’at maka hendaknya
ia melakukannya, dan barang siapa yang hendak melakukan witir satu raka’at
maka hendaknya ia melakukannya.” (HR. Abu Daud no. 1422. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
2) Salat witir dengan tiga rakaat.
Ketika melaksanakan Salat witir yang tiga raka’at, maka ada beberapa cara
pelaksanaannya, yaitu : yang pertama tiga raka’at sekali salam dan yang
kedua mengerjakan dua raka’at terlebih dahulu kemudian salam kemudian
ditambah dengan satu raka’at kemudian salam.
– Dalil yang pertama (tiga rakaat dan satu kali salam)
ُص ;لِّى فِى ْالحُجْ ; َر ِة َوأَ َنا فِى َ ي-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ َك
.ُت َف َي ْفصِ ُل َبي َْن ال َّش ْف ِع َو ْال ِو ْت ِر ِب َتسْ ل ٍِيم يُسْ ِم ُع َناه
ِ ْال َب ْي
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Salat di dalam kamar ketika saya
berada di rumah dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memisah antara
raka’at yang genap dengan yang witir (ganjil) dengan salam yang beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam perdengarkan kepada kami.” (HR. Ahmad 6/83.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3) Salat witir dengan lima rakaat.
Pelaksanaan Salat witir lima raka’at langsung dan salam sekali diakhirnya.
Dalilnya adalah hadits dari ‘Aisyah, ia mengatakan,
َ َْ;;ل َثال
ث َ ي-ص;;لى هللا عليه وس;;لم- ِ ;;ان َر ُس;;و ُل هَّللا
ِ ُص;;لِّى م َِن اللَّي َ َك
س الَ َيجْ لِسُ فِى َش;;ىْ ٍء إِالَّ فِى َ َع ْش;; َر َة َر ْك َع;; ًة يُ;;و ِت ُر ِمنْ َذل
ٍ ِْ;;ك ِب َخم
.آخ ِِر َها
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melaksanakan Salat malam
sebanyak tiga belas raka’at. Lalu beliau berwitir dari Salat malam tersebut
dengan lima raka’at. Dan beliau tidaklah duduk (tasyahud) ketika witir
kecuali pada raka’at terakhir.” (HR. Muslim no. 737)
4) Salat witir dengan tujuh rakaat.
Cara pelaksanaannya adalah tanpa duduk tasyahud kecuali pada raka’at yang
keenam. Tidak langsung salam ketika tasyahud di rakaat keenam, akan tetapi
dilanjutkan berdiri di rakaat ke tujuh. Kemudian tasyahud pada raka’at
ketujuh dan diakhiri salam.
;ل ِ ;;ورهُ َف َيب َْع ُث; ُه هَّللا ُ َما َش;ا َء أَنْ َيب َْع َث; ُه م َِن اللَّ ْيَ ;ُك َّنا ُن ِع ُّد َل ُه سِ َوا َك ُه َو َط ُه
ت الَ َيجْ لِسُ فِي َها إِالَّ فِى ٍ ُص;;;لِّى ت ِْس;;; َع َر َك َع;;;ا َ ض;;;أ ُ َوي َّ ك َو َي َت َو ُ َف َي َت َس;;; َّو
;;دعُوهُ ُث َّم َي ْن َهضُ َوالَ ي َُس;;لِّ ُم ُث َّم َيقُ;;و ُم ْ ;;ذ ُك ُر هَّللا َ َو َيحْ َم;; ُدهُ َو َي ْ الثا ِم َن;; ِة َف َي
َّ
ُصلِّى ال َّتاسِ َع َة ُث َّم َي ْق ُع ُد َف َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َو َيحْ َم ُدهُ َو َي; ْ;دعُوهُ ُث َّم ي َُس;لِّ ُم َت ْس;لِيمًا َ َفي
ك إِحْ دَ ى َع ْش َر َة َ ْن َبعْ دَ َما ي َُسلِّ ُم َوه َُو َقاعِ ٌد َفت ِْل ِ ُصلِّى َر ْك َع َتي َ يُسْ ِم ُع َنا ُث َّم ي
َوأَ َخ; َذ اللَّحْ َم-ص;;لى هللا عليه وس;;لم- ِ َر ْك َع ًة َيا ُب َنىَّ َف َلمَّا أَ َسنَّ َن ِبىُّ هَّللا
;ك ت ِْس; ٌع َيا َ ;ص;نِي ِع ِه األَوَّ ِل َفت ِْل َ ْن م ِْث; َل ِ ص; َن َع فِى ال;;رَّ ْك َع َتي َ أَ ْو َت َر ِب َسب ٍْع َو
َُّب َنى
“Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah
membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu
bersiwak dan berwudhu` dan Salat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam
kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama
Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan
tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan Salat untuk rakaat ke
sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan
;ل ِ ;;ورهُ َف َيب َْع ُث; ُه هَّللا ُ َما َش;ا َء أَنْ َيب َْع َث; ُه م َِن اللَّ ْيَ ;ُك َّنا ُن ِع ُّد َل ُه سِ َوا َك ُه َو َط ُه
ت الَ َيجْ لِسُ فِي َها إِالَّ فِى ٍ ُص;;;لِّى ت ِْس;;; َع َر َك َع;;;ا َ ض;;;أ ُ َوي َّ ك َو َي َت َو ُ َف َي َت َس;;; َّو
;;دعُوهُ ُث َّم َي ْن َهضُ َوالَ ي َُس;;لِّ ُم ُث َّم َيقُ;;و ُم ْ ;;ذ ُك ُر هَّللا َ َو َيحْ َم;; ُدهُ َو َي ْ الثا ِم َن;; ِة َف َي
َّ
ُصلِّى ال َّتاسِ َع َة ُث َّم َي ْق ُع ُد َف َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َو َيحْ َم ُدهُ َو َي; ْ;دعُوهُ ُث َّم ي َُس;لِّ ُم َت ْس;لِيمًا َ َفي
ك إِحْ دَ ى َع ْش َر َة َ ْن َبعْ دَ َما ي َُسلِّ ُم َوه َُو َقاعِ ٌد َفت ِْل ِ ُصلِّى َر ْك َع َتي َ يُسْ ِم ُع َنا ُث َّم ي
َوأَ َخ; َذ اللَّحْ َم-ص;;لى هللا عليه وس;;لم- ِ َر ْك َع ًة َيا ُب َنىَّ َف َلمَّا أَ َسنَّ َن ِبىُّ هَّللا
;ك ت ِْس; ٌع َيا َ ;ص;نِي ِع ِه األَوَّ ِل َفت ِْل َ ْن م ِْث; َل ِ ص; َن َع فِى ال;;رَّ ْك َع َتي َ أَ ْو َت َر ِب َسب ٍْع َو
َُّب َنى
“Kami dulu sering mempersiapkan siwaknya dan bersucinya, setelah itu Allah
membangunkannya sekehendaknya untuk bangun malam. Beliau lalu
bersiwak dan berwudhu` dan Salat sembilan rakaat. Beliau tidak duduk dalam
kesembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan, beliau menyebut nama
Allah, memuji-Nya dan berdoa kepada-Nya, kemudian beliau bangkit dan
tidak mengucapkan salam. Setelah itu beliau berdiri dan Salat untuk rakaat ke
sembilannya. Kemudian beliau berdzikir kepada Allah, memuji-Nya dan
berdoa kepada-Nya, lalu beliau mengucapkan salam dengan nyaring agar
kami mendengarnya. Setelah itu beliau Salat dua rakaat setelah salam sambil
duduk, itulah sebelas rakaat wahai anakku. Ketika Nabiyullah berusia lanjut
dan beliau telah merasa kegemukan, beliau berwitir dengan tujuh rakaat, dan
beliau lakukan dalam dua rakaatnya sebagaimana yang beliau lakukan pada
yang pertama, maka itu berarti sembilan wahai anakku.” (HR. Muslim no.
746)
k. Niat Salat Sunnah Witir
َت َعا َلى هلل
ِ ْنِ أصلّى ُس َّن َة ْال ِو ْت ِر َر ْك َع َتي
َ
“ushalli sunnatal witri rak’ataini lillahi ta’a sayala.”
Artinya:
“Aku niat Salat sunnat witir 2 roka’at karena Allah Ta’ala.”
Kritik: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak mencontohkan lafadz niat
tersebut. Karena niat letaknya di dalam hati, bukan ucapkan dengan lisan. Namun
dilihat dari isi niat di atas serta isi kandungan, lafaz diatas mempunyai makna
yang bagus karena meniatkan ibadah kepada Allah saja. Sehingga sebagian ulama
mengajarkan dan membolehkan membaca niat dengan lisan secara pelan-pelan
untuk membantu kehadiran niat dalam hati. Hal ini masih merupakan ikhtilaf,
sehingga ada yang mengucapkan niat dengan lisan dan ada yang hanya meniatkan
didalam hati tanpa ucapan lisan. Wallahu a’lam.
l. Bacaan Salat Witir
Bagi yang melaksanakan Salat witir maka disunnahkan untuk membaca raka’at
yang pertama dengan surat al-alaq, sedangkan raka’at yang kedua membaca surat
Al Kafirun dan raka’at yang ketiga membaca surat al-ikhlas dan surat Al Falaq
dan surat An-Nas atau disebut juga dua surah mu’awidztain.
hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan dia menilainya hasan, dari ‘Aisyah
Radhiyallahu anhuma, dia berkata:
ْ َسب ِِّح: صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َي ْق َرأ ُ فِي الرَّ ْك َع ِة ْاأل ُ ْو َلى
اس;; َم َ هللا ِ ان َرس ُْو ُل َ َك
َّ َوفِي، قُ ْل َيا أَ ُّي َها ْال َكا ِفر ُْو َن: الثا ِن َي ِة
قُ ; ْل: الثالِ َث ِة َّ َوفِي َر ْك َع ِة،ك األَعْ َلى َ َر ِّب
ِ َو ْالم َُعوِّ َذ َتي،ه َُو هللاُ أَ َحد
.ْن
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama dengan
surat al-A’laa, pada raka’at kedua dengan surat al-Kaafiruun dan pada raka’at
ketiga dengan surat al-Ikhlash dan dua surat mu’awidzatain (surat al-Falaq dan
surat an-Naas).”[15]
HR. At-Tirmidzi dalam kitab Sunannya dalam kitab ash-Shalaah, bab Maa Jaa-a
fiimaa Yaqra-u fil Witr, (hadits no. 462) dan dihasankannya dan Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih-nya, (hadits no. 2432), sebagaimana disebutkan dalam kitab
ٍ ث َم;;رَّ ا
ت يُطِ ي; ُل فِي ِ ان ْال َملِ;;كِ ْالقُ; ُّد
َ وس َثاَل َ َفإِ َذا َف َر َغ َقا َل عِ ْندَ َف َراغِ ِه ُسب َْح
َّآخ ِِرهِن
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari witirnya, beliau
membaca ‘subhaanal malikil qudduus (sebanyak tiga kali)’, beliau
memanjangkan di akhirnya.” (HR. An-Nasa’i no. 1700, Ibnu Majah no. 1182. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu ‘Abdirrahman bin Abza, dari bapaknya, ia berkata,
ص ; ْو َت ُه
َ ت َي ُم; ُّد ِب َها َ َ َثال.» وس
ٍ ث َم;;رَّ ا ِ ان ْال َملِكِ ْالقُ ; ُّدَ « ُسب َْح: َفإِ َذا َسلَّ َم َقا َل
ِ « َربِّ ْال َمالَ ِئ َك: فِى اآلخ َِر ِة َيقُو ُل
» ة َوالرُّ وح
ِ
“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam, beliau
mengucapkan, ‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali dan di suara
ketiga, beliau memanjangkan suaranya. Lalu beliau mengucapkan, ‘Rabbil
malaikati war ruuh.’ ” (HR. As-Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi 3: 40 dan Sunan Ad-
Daruquthni 4: 371. Tambahan ‘rabbil malaikati war ruuh’ adalah
tambahan maqbulah yang diterima).
n. Qunut Witir
Hukum membaca doa qunut ketika Salat witir
Tidak masalah jika seseorang berdoa qunut witir. Karena doa qunut witir adalah
sesuatu yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Beliau
pun biasa membaca doa qunut tersebut. Pada suatu hari Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam mengajari cucunya Al Hasan berapa doa qunut untuk Salat witir.
Apabila seseorang rutinkan membacanya setiap malam maka itu tidak apa-apa.
Begitu pula sebaliknya jika seorang tersebut meninggalkannya maka hal tersebut
tidak mengapa. Apabila ada Imam meninggalkan baca doa qunut pada suatu
waktu maka itu tidak apa-apa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan do’a qunut pada cucunya
Al Hasan, beliau tidak mengatakan padanya: “Bacalah do’a qunut tersebut pada
sebagian waktu saja”. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa membaca qunut witir
terus menerus adalah sesuatu yang dibolehkan. [Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin
Baz rahimahullah, Fatawa Nur ‘alad Darb, 2/1062[2]]
Do’a qunut witir yang dibaca terdapat dalam riwayat berikut.
Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam Salat witir, yaitu
َ ;;ولَّي
ْت َ ;;ولَّنِى فِي َمنْ َت
َ ْت َو َت َ ْت َو َع;;ا ِفنِى فِي َمنْ َع;;ا َفي َ اللَّ ُه َّم اهْ;; ِدنِى فِي َمنْ َه;;دَ ي
َ ض ;ى َوالَ ُي ْق
ض ;ى ِ ك َت ْقَ ْت َفإِ َّن
َ ض ;ي َ ْت َو ِقنِى َش ;رَّ َما َق َ ;اركْ لِى فِي َما أَعْ َطي ِ ;َو َب
ْت َ ار ْك
َ ت َر َّب َنا َو َت َعا َلي َ ْك َوإِ َّن ُه الَ َي ِذ ُّل َمنْ َوا َلي
َ ْت َت َب َ َع َلي
Allahummahdiini fiiman hadait, wa’aafini fiiman ‘afait, watawallanii fiiman
tawallait, wabaarik lii fiima a’thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi
walaa yuqdho ‘alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana
wata’aalait. (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau
beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah
Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau
urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah
aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang
memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang
yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha
Tinggi)” (HR. Abu Daud no. 1425, An Nasai no. 1745, At Tirmidzi no. 464.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
o. Keutamaan Salat Witir
Salat witir mempunyai beberapa keutamaan, Karena itulah Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam tidak pernah meninggalkan Salat sunnah ini.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َ ص;الَ ِة ْالع
ِش;ا ِء إِ َلى َ ص;لُّ ْو َها ِف ْي َما َبي َْن ِ ;ِي ْال
َ َف،ُ;و ْتر َ هللا َزادَ ُك ْم
َ َوه،صالَ ًة َ َّإِن
.صالَ ِة ْال َفجْ ِر
َ
‘Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberi kalian tambahan
Salat, yaitu Salat Witir, maka Salat Witirlah kalian antara waktu Salat ‘Isya’
hingga Salat Shubuh.’” [HR. Ahmad].[1]
HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya, (hadits no. 6880) dan dishahihkan oleh al-
Albani dalam kitab Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah (hadits no. 108).
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu, dia berkata, Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
3. Zakat Fitrah
a. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang harus ditunaikan bagi seorang muzakki yang telah
memiliki kemampuan untuk menunaikannya. Zakat fitrah adalah zakat wajib
yang harus dikeluarkan sekali setahun yaitu saat bulan ramadhan menjelang idul
fitri. Pada prinsipnya, zakat fitrah haruslah dikeluarkan sebelum sholat idul fitri
dilangsungkan. Hal tersebut yang menjadi pembeda zakat fitrah dengan zakat
lainnya.
Zakat fitrah berarti menyucikan harta, karena dalam setiap harta manusia ada
sebagian hak orang lain. Oleh karenanya, tidak ada suatu alasan pun bagi seorang
hamba Allah yang beriman untuk tidak menunaikan zakat fitrah karena telah
diwajibkan bagi setiap muslim, laki-laki maupun perempuan, orang yang
merdeka atau budak, anak kecil atau orang dewasa. Ini perkara yang telah
disepakati oleh para ulama.
Zakat fitrah merupakan salah satu dari jenis zakat yang wajib dikeluarkan setiap
individu merdeka dan mampu serta sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan.
Zakat sendiri telah menjadi salah satu bagian dari rukun islam yang ke-4. Oleh
karena itu, diwajibkan kita sebagai umat muslim untuk selalu membayar zakat
terutama zakat fitrah.
Pengertian zakat fitrah adalah zakat yang berguna untuk membersihkan harta dan
sebagai pelengkap ibadah puasa kita. Tanpa zakat fitrah, puasa kita tidak
terlengkapi.
dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah telah mewajibkan membayar membayar zakat
fitrah satu sha’ kurma atau sha’ gandumkepada hamba sahaya, orang yang
merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa dari kaum muslim.
c. Syarat Zakat Fitrah
Sebelum mengeluarkan zakat fitrah, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu
syarat-syarat wajib zakat fitrah yaitu sebagai berikut:
1) Beragama Islam dan Merdeka,
2) Menemui dua waktu yaitu diantara bulan Ramadhan dan Syawal walaupun
hanya sesaat,
3) Mempunyai harta yang lebih dari pada kebutuhannya sehari-hari untuk
dirinya dan orang-orang di bawah tanggungan pada hari raya dan malamnya.
4) Persyaratan di atas merupakan syarat-syarat untuk orang yang wajib zakat
fitrah. Ada juga syarat tidak wajib zakat fitrah yaitu,
5) Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada akhir Ramadhan,
6) Anak yang lahir selepas terbenam matahari pada akhir Ramadhan,
7) Orang yang baru memeluk agama Islam sesudah matahari terbenam pada
akhir Ramadhan,
8) Tanggungan istri yang baru saja dinikahi selepas matahari terbenam pada
akhir Ramadhan.
d. Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah
Jika Anda termasuk orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah, ada baiknya
Sahabat Zakat mengeluarkannya pada waktu yang tepat.
َح َّد َث َنا ُم ْسلِ ُم ْبنُ َع ْم ِرو ْب ِن ُم ْسل ٍِم أَ ُبو َع ْم ٍرو ا ْل َح َّذا ُء ا ْل َم دَ ن ُِّي َح َّد َثنِي َع ْب ُد
وس ى ْب ِن ُع ْق َب َة َعنْ َن اف ٍِع َ الز َن ا ِد َعنْ ُم ِّ صا ِئ ُغ َعنْ ا ْب ِن أَ ِبي َّ هَّللا ِ ْبنُ َناف ٍِع ال
اج ْ
ِ س َّل َم َك انَ َي أ ُم ُر ِب إِ ْخ َر َ ص َّلى هَّللا ُ َع َل ْي ِه َو َ ِ س ول َ هَّللاُ َعنْ ا ْب ِن ُع َم َر أَنَّ َر
ٌس نَ ِيث َحٌ يس ى َه َذا َح د َ ِصاَل ِة َي ْو َم ا ْلف ِْط ِر َق ال َ أَ ُبو ع َّ الز َكا ِة َق ْبل َ ا ْل ُغد ُِّو لِل
َّ
ص دَ َق َة
َ ُ الر ُج ل َّ يب َو ُه َو ا َّلذِي َي ْس َت ِح ُّب ُه أَهْ ل ُ ا ْل ِع ْل ِم أَنْ ُي ْخ ِر َج ٌ صحِي ٌح َغ ِر َ
َّ ا ْلف ِْط ِر َق ْبل َ ا ْل ُغد ُِّو إِ َلى
الصاَل ِة
“Telah menceritakan kepada kami [Muslim bin Amru bin Muslim Abu
Amru Al Khaddza’ Al Madani] telah menceritakan kepadaku [Abdullah bin
Nafi’ As Sha`igh] dari [Ibnu Abu Zannad] dari [Musa bin Uqbah] dari
[Nafi’] dari [Ibnu Umar] bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam memerintahkan untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat
(ke tempat Salat) pada hari raya idul fitri. Abu ‘Isa berkata, ini merupakan
hadits hasan shahih gharib, atas dasar ini para ulama lebih menganjurkan
untuk membayar zakat fitrah sebelum berangkat Salat.” (HR. Tirmidzi:
613)
Dari hadis tersebut, telah dikatakan bahwa zakat fitrah sebaiknya dilaksanakan
sebelum sholat Idul Fitri. Walaupun demikian, ada baiknya juga kita
melaksanakan zakat fitrah kita sebelum hari raya supaya kewajiban kita terpenuhi
lebih cepat.
Mengapa Sahabat perlu mengetahui waktu wajib zakat fitrah? Karena terlewat
dari waktu tersebut maka Sahabat waktu haram untuk memberikan zakat fitrah.
Berikut uraian waktu zakat yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah.
1) Waktu Harus: bermula dari awal bulan Ramadhan sampai akhir bulan
Ramadhan.
2) Waktu Wajib: setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadhan.
3) Waktu Afdhal: setelah melaksanakan solat subuh pada hari akhir Ramadhan
sampai sebelum mengerjakan sholat idul fitri.
4) Waktu Makruh: melaksanakan sholat idul fitri sehingga sebelum terbenam
matahari.
5) Waktu Haram: setelah matahari terbenam pada hari raya Idul Fitri.
e. Besar Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang harus dikeluarkan sebelum sholat idul fitri
berlangsung. Jenis zakatnya yaitu sesuai dengan makanan pokok kita dan di
Indonesia sendiri makanan pokoknya adalah beras.
Setiap balita hingga orang dewasa memiliki kewajiban membayar zakat sebesar
3,5 liter atau 2,5 kg beras. Apabila Sahabat Zakat ingin menggantikannya dengan
uang, Sahabat harus membayar sesuai dengan harga dari 2,5 beras tersebut. Yang
selanjutnya Sahabat bisa salurkan kepada masjid terdekat atau kepada lembaga
amil zakat yang terpercaya.
f. Tata Cara Membayar Zakat Fitrah
Zakat fitrah dapat disalurkan melalui Lembaga Amil Zakat terpercaya di
Indonesia. Zakat fitrah dapat dikeluarkan sebelum waktu sholat idul fitri di hari-
hari terakhir bulan suci ramadhan. Itulah dasar pokok yang membedakan zakat
fitrah dengan sedekah-sedekah lainnya. Sebagaimana tercantum pada hadits
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang berbunyi :
“Barangsiapa yang menunaikan zakat fitri sebelum Salat Id maka zakatnya
diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah Salat Id maka itu hanya
dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud).
Selanjutnya dalam menunaikan zakat fitrah diawali dengan membaca niat sebagai
berikut :
"Nawaitu an uhrija zakat fitri anna wa 'an jami'i maa yalzamuni nafqu tuhun
syiar a'an far dzolillahi ta'ala".
Artinya : " Saya niat mengeluarkan zakat atas diri saya dan atas sekalian yang
saya wajibkan memberi nafkah pada mereka secara syari'at, fardhu karena Allah
ta'ala."
C. Aspek Tarikh
1. Abdurrahman Bin Auf Ra.
Dua hari setelah Abu Bakar RA masuk dan berbaiat untuk memahami Islam,
sahabatnya, Abdurrahman bin Auf RA juga melakukan langkah serupa. Hingga kelak,
kedua sahabat itu menjadi dua dari delapan orang awal yang dijanjikan masuk surga atau
dikenal sebagai Assabiqunal Awwalun.
Sejarah mencatat, Abdurrahman bin Auf merupakan sahabat Rasulullah SAW yang
kaya raya dan terkenal akan kegemarannya untuk bersedekah di jalan Allah SWT. Jika
menilik ke belakang, tentu saja hal tersebut tak jauh dari didikan ayahnya, Auf bin Abd
Auf, tentang menepati janji dan mencintai sesama. Hingga nilai bijaksana, setia,
dermawan terus melekat padanya ketika beranjak dewasa.
Dalam suatu kisahnya yang terkenal, Madinah, yang tampak tenang saat itu
mendadak ramai, warga dan para pedagang berlarian menuju jalan. Rupanya, kafilah
Abdurrahman bin Auf dengan 700 ekor untanya lengkap dengan dagangan memasuki
Madinah, untuk disumbangkan.
Singkat cerita, Ummul Mukmin Aisyah Rha yang saat itu sedang menyampaikan
hadist-hadist Rasulullah teringat hadist yang menerangkan bin Auf, dia berkata; “Semoga
Allah melimpahkan berkah-Nya bagi Abdurrahman dengan baktinya di dunia, serta
pahala yang besar di akhirat nanti. Aku pernah mendengar Rasul SAW bersabda bahwa
Abdurrahman bin Auf akan masuk surga sambil merangkak.”
Mendengar hal tersebut, seorang sahabat berlari kencang mencari Abdurrahman bin
Auf untuk menyampaikan kabar gembira itu. Hingga akhirnya Abdurahman bin Auf
menemui Aisyah RA dan bertanya “Wahai Ibunda, apakah Ibunda mendengar sendiri
ucapan itu dari Rasulullah?” Jawab Aisyah, “Ya, aku mendengar sendiri.”
Mendengar hal tersebut, Abdurrahman bin Auf kegirangan sambil berkata “Wahai
Ibunda, saksikanlah, seluruh unta lengkap dengan barang dagangan di punggungnya
masing-masing, aku dermakan untuk fisabilillah.”
Dalam cerita tersebut, diilustrasikan bahwa Abdurrahman bin Auf tidak merangkak
karena sulitnya memasuki surga. Sebaliknya, ia sangat dekat dengan surga, sehingga ia
tak perlu lagi berjalan dan hanya perlu merangkak saja.
Mengutip buku The Great Sahaba karangan Rizem Aizid, Abdurrahman bin Auf
yang lahir tepat sepuluh tahun setelah tahun gajah itu, menjadikan sifat dan sikap
dermawan ajaran ayahnya menjadi tuntunan.
Bahkan, dalam buku tersebut disebut juga bahwa setelah masuk Islam, segala sikap
Abdurrahman bin Auf itu menjadikannya semakin dekat dengan Rasulullah. Terlebih,
ketika ia rela berkoban demi agama dan Allah SWT.
Pria yang berfisik gagah dan tampan itu memiliki kulit kemerah-merahan, rambut
hitam tak beruban dan tangan serta jari yang besar. Ketika berjalan, ia kerap terlihat
sedikit pincang, karena cacat pada kaki yang diperoleh saat jihad di jalan Allah pada
Perang Uhud.
Mendapat perlakuan tak mengenakan dari kaum Quraisy, hijrah juga dilakukannya
atas seizin Rasulullah. Tak berselang lama, ia Bersama sahabat lainnya hijrah ke
Habsyah. Peristiwa itu terjadi pada saat Rasulullah SAW diutus pada tahun ke-5 nya.
Namun demikian, Abdurrahman bin Auf tak bisa bertahan lama di daerah tersebut.
Panggilan hatinya menyerukan untuk kembali ke Makkah dan membantu Rasulullah
SAW dalam menyebarkan Islam.
Selang beberapa waktu, ia kembali mengikuti hijrah ke Madinah. Hingga akhirnya ia
hidup bahagia.
Selain membantu menyebarkan Islam, ia juga menjadi pengawal setia Rasulullah.
Meskipun, di luar kehidupannya yang lain, ia merupakan pengusaha sukses dengan usaha
dagangnya.
Hasil yang dihasilkan dari pekerjaan yang disukainya itu, tak lantas menjadikannya
sombong atau berdiam dan menikmati kekayaanya. Sebaliknya, ia memanfaatkan rezeki
dari Allah SWT dengan percaya pada jaminan Allah.
Lebih jauh, mengutip buku Kisah 10 Pahlawan Surga karya Abu Zaein, pada
awalnya, Abdurrahman bin Auf memiliki nama Abd Amr bin Abd Auf bin Al-Harits,
yang berasal dari keturunan Bani Zuhrah (keturunan paman Rasulullah dari pihak ibu).
Setelah mengatakan kesanggupannya berjalan di jalan Allah, Nabi Muhammad
SAW berkata padanya untuk mengganti nama.
“Gantilah namamu dengan Abdurrahman.”. Mendengar perkataan itu ia bergembira,
hingga mulai saat itu dikenal lah nama Abdurrahman bin Auf, pedagang sukses sahabat
nabi yang memperjuangkan Islam hingga akhir hayatnya di usia ke-75 tahun.
bagi mereka, Saad berkata, “Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara
kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”
Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim.
Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun
menjadi tempat pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya
hijrah. Dan kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah
an-Nabawiyah).
e. Wafatnya
Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada
Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan
akhir hayat sahabat yang mulia ini. Ia berkata:
Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di
medan Uhud. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang
bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah
Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan
kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:
ْ ۚ َو َما م َُح َّم ٌد إِاَّل َرسُو ٌل َق ْد َخ َل
ت ِمنْ َق ْبلِ ِه الرُّ ُس ُل
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang
kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap
bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama:
ْ ۚ َو َما م َُح َّم ٌد إِاَّل َرسُو ٌل َق ْد َخ َل
ت ِمنْ َق ْبلِ ِه الرُّ ُس ُل
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut.
Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali
bin Abi Thalib (Ibnu Ishaq, Hal: 329).
Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata, “Aku
telah membunuh Muhammad”.
Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa
sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang
Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya
yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan
yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya.
Kemudian beliau membaca Surat al-Ahzab ayat 23:
“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa
yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang
gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka
tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).
Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur
adalah syuhada di sisi Allah.
Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku
melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya
dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan
(pakaianmu) kain burdah.”
Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai
burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya.
Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga
Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah
dengan rumput idkhir.”
Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu
usianya 40 tahun.
memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan
menunjuk Habib, putra Nusaibah, sebagai
utusannya.Namun, Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota
tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang
dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah,
ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua.
Beberapa tahun setelah Perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Semoga
Allah mencurahkan rahmat kepada Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah dengan
curahan rahmat-Nya yang luas, menyambutnya dengan keridhaan, serta memuliakan
kedudukannya.
D. Aspek Akhlak
1. Aku Anak Yang Bertanggungjawab
Pengertian dari tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku
atau perbuatan baik yang disengaja maupun tidak. Dalam andas besar Bahasa
Indonesia (KBBI), tanggung jawab berarti keadaan di mana wajib menganggung
segala sesuatu atau kewajiban memikul.
1) Seseorang akan dapat dipercaya, dihormati, dihargai, dan disenangi orang lain.
Seorang teman yang selalu melakukan ibadah dengan baik dan benar,
ini akan memiliki pengaruh pada diri anda. Faktor utama ini wajib anda jadikan
sebagai bahan pertimbangan.
Jika seseorang selalu menjaga ibadahnya dengan baik, tentunya sudah tidak
diragukan lagi dan sangat tepat dijadikan sebagai teman di dalam keseharian anda.
Perilakunya yang selalu taat beribadah, maka bisa membawa anda menjadi
pribadi yang taat. Terutama dalam menjaga kualitas ibadah.
Berkata jujur memang jadi sesuatu yang penting dalam hubungan apa pun.
Ini termasuk juga di dalam pertemanan.
Sebagai pondasi awal, anda pun perlu memilih teman yang selalu berkata
jujur.
Pasalya, teman yang jujur sesungguhnya sangat bermanfaat untuk anda.
Memiliki seorang teman yang jujur dan soleh, maka akan memberi tahu anda
hal baik dan buruk.
Selain itu, sosok teman yang mengedepankan kejujuran dalam Islam juga
sangat membantu anda dalam membentuk karakter atau jati diri.
Jujur, dalam Bahasa Arab dikenal dengan istilah ash shidqu atau shiddiq,
memiliki arti nyata atau berkata benar. Artinya, kejujuran merupakan bentuk
kesesuaian antara ucapan dan perbuatan atau antara informasi dan kenyataan. Lebih
jauh lagi, kejujuran berarti bebas dari kecurangan, mengikuti aturan yang berlaku dan
kelurusan hati.
Ada banyak sekali bentuk kejujuran dalam kehidupan kita sehari-hari. Sejak
kecil kita pasti telah diajarkan oleh orang tua kita untuk selalu berbuat jujur dan tidak
berbohong. Hal ini tentu sesuai dengan ajaran agama Islam yang telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi sallam sendiri.
5) Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia menerapkan kejujuran pada segala hal
yang dia alami di hidupnya.
Sebagai manusia yang berharap meraih surga, kita harus berusaha untuk
menerapkan kejujuran dalam semua hal di atas. Meskipun penerapannya pasti
sungguh sulit, kita harus selalu berusaha untuk menjauhkan diri dari sifat dusta
atau khianat. Begitu banyak godaan ataupun cobaan yang mendorong kita untuk
berbuat tidak jujur. Namun, kita harus ingat bahwa barang siapa yang mampu
mewujudkan sifat jujur dalam segala aspek kehidupannya, maka dia akan tercatat
sebagai seorang hamba yang shiddiqin dan kehidupan dunia akan membawanya
ke surga di akhirat kelak.
Mewujudkan kejujuran dalam segala aspek kehidupan seperti yang
disebutkan di atas secara tidak langsung akan menjauhkan kita dari perbuatan-
perbuatan yang dilarang. Misalnya, dia tidak akan bersifat riya’, karena dia jujur
dengan niatnya melakukan sesuatu yang hanya mencari ridha Allah. Dia juga akan
menjauh dari ghibah atau perbuatan fitnah, karena dia jujur dengan ucapannya
yang tidak akan berbohong, apalagi jika menyangkut orang lain. Masih banyak
lagi manfaat berbuat jujur yang bisa menyelamatkan kita dari perbuatan yang
dosa.
Telah kita bahas sejak awal bahwa kejujuran bisa membawa kita ke dalam
ampunan Allah subhanahu wa ta’ala. Tentu hal ini merupakan keinginan semua
manusia. namun, apakah hanya itu saja balasan bagi orang-orang yang bersifat
jujur? Berikut ini akan dibahas janji yang diberi oleh Allah untuk orang-orang
yang menjunjung tinggi kejujuran:
1) Masuk surga
Hal ini tercermin dalam hadis riwayat Muslim, dimana Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hendaklah kalian (berbuat) jujur!
Sesungguhnya jujur menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan
menunjukkannya ke Surga. Dan senantiasa seorang (berbuat) jujur dan
menjaga kejujurannya hingga ditulis di sisi Allah sebagai Ash-Shiddiq (orang
yang jujur)”.
4) Menaikkan derajat
5) Mendatangkan berkah
Orang yang selalu jujur akan memiliki hati yang tenang, dia selalu
merasa nyaman dengan perbuatan dan kalimat jujur yang dilakukannya.
Jujur dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah shidqu atau shiddiq yang
berarti berkata benar atau nyata. Jujur merupakan bentuk kesamaan atau
kesesuaian antara kata yang diucapkan dengan perbuatan yang dilakukan, atau
antara informasi dan kenyataan. Dalam arti yang lebih luas, jujur artinya tidak
melakukan kecurangan, mengikuti kaidah atau aturan yang berlaku dan
memiliki kelurusan hati. Jujur merupakan salah satu sifat mulia dari empat
sifat wajib Nabi Muhammad SAW yang merupakan sosok mulia dan teladan
sempurna bagi seluruh umat manusia. Nabi Muhammad SAW sudah dikenal
sebagai pribadi yang jujur dan amanah bahkan sejak beliau belum diangkat
menjadi seorang Nabi/Rasul. Orang yang jujur akan dicintai oleh Allah SWT.
Jujur membutuhkan keteguhan hati, terkadang terasa berat, pahit, dan
mengundang resiko. Tetapi segala sesuatu yang diniatkan karena Allah tentu
akan mendapatkan jaminan balasan yang terindah dari Allah pula yaitu berupa
surga yang penuh dengan kenikmatan dan keabadian.
Seseorang yang memiliki sifat jujur akan memperoleh kemuliaan dan
derajat yang tinggi dari Allah SWT. Hal ini tercermin dalam firman-Nya di
dalam al-Quran surat al-Ahzab ayat 35, “Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang
sidiqin (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar”.
Dalam agama Islam terdapat beberapa macam sifat jujur yang dibedakan
berdasarkan penerapan sifat jujur tersebut; (1) Jujur dalam niatnya atau
kehendaknya, artinya seseorang terdorong untuk berbuat sesuatu atau
bertindak dengan dorongan dari Allah. (2) Jujur dalam ucapan, yaitu seseorang
yang berkata sesuai dengan apa yang dia ketahui atau terima. Ia tidak berkata
apapun, kecuali perkataan tersebut merupakan kejujuran. (3) Jujur dalam
perbuatan, yaitu seseorang yang beramal dengan sungguh-sungguh sesuai
dengan apa yang ada dalam batinnya. (4) Jujur dalam janji, artinya dia selalu
menepati janji yang telah diucapkan kepada manusia. Dia hanya mengucapkan
janji yang dia tahu bisa dia tepati. (5) Jujur sesuai kenyataan, yang berarti dia
menerapkan kejujuran pada segala hal yang dia alami di dalam hidupnya.
Ada banyak manfaat yang diperoleh bagi orang yang jujur, antara lain;
Pertama, hati menjadi tenang. Orang yang selalu jujur akan memiliki hati
yang tenang, dia selalu merasa nyaman dengan perbuatan dan kalimat jujur
yang dilakukannya. Apapun urusan yang dilakukan dia tetap mendapatkan
kedamaian dalam hatinya karena segala sesuatu telah dilakukannya dengan
benar dan tidak merugikan orang lain. Lain halnya dengan orang yang
berbohong, dia akan merasa khawatir akan kebohongannya dan hidup penuh
kebimbangan, dia akan terbiasa membuat kebohongan baru untuk menutupi
kebohongan lamanya sehingga hidupnya dipenuhi dengan kebohongan, orang
yang seperti ini tidak akan mendapat kebahagiaan di dunia apalagi di akherat.
Rasulullah SAW bersabda : “Tinggalkanlah apa apa yang meragukanmu
dengan mengerjakan apa apa yang tidak meragukanmu, sesungguhnya
kejujuran adalah ketenangan dan sesungguhnya kedustaan akan
mengantarkan kepada keraguan atau kebingungan”. (HR. At-Tirmidzi).
Kedua, setiap orang mempunyai potensi menjadi orang yang
menyenangkan dan disukai semua orang jika dalam diri orang tersebut banyak
sisi positifnya. Umumnya setiap orang akan merasa bahagia dan senang
berada di dekat orang yang jujur. Dalam hubungan apapun, kejujuran
merupakan awal dari kepercayaan, dan kepercayaan adalah awal dari
langgengnya sebuah hubungan, baik itu pasangan suami istri, persahabatan,
ataupun rekan bisnis. Orang yang jujur akan disukai orang –orang di
sekelilingnya karena tidak berkata dusta dan dapat dipercaya sehingga merasa
damai berada di dekatnya. Dalam Islam, diperintahkan berlaku jujur untuk
menyampaikan kebenaran sesuai adanya, tidak diperbolehkan berdusta
sekalipun hal tersebut terasa pahit, seperti hadist yang disampaikan oleh
Rasulullah berikut : “Katakanlah yan benar walau itu pahit”. (HR Ahmad).
Banyak sekali kenikmatan yang didapat oleh orang-orang yang berbuat
jujur, tidak hanya diterimanya di akhirat, namun juga diterimanya di dunia.
Maka, alangkah baiknya jika kita mulai membiasakan berbuat jujur dan
menjauhkan diri dari perbuatan dusta atau bohong yang menjauhkan kita dari
rahmat Allah SWT. Jujur merupakan fondasi utama terciptanya masyarakat
yang penuh kedamaian dan kebersamaan.
E. Aspek Al-Hadis
1. Khoirunnas Anfa’uhum Linnas Arti Dan Cara Menerapkannya Di
Kehidupan Sehari-Hari
Sebuah hadis berbunyi khoirunnas anafauhum linnas ini menjelaskan
bagaimana seorang manusia seharusnya berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat. Penggalan hadis yang terkenal berbunyi khoirunnas
anafauhum linnas ini merupakan hadis yang berisi tentang sabda
Rasulullah tentang bagaimana seorang hamba seharusnya berlaku dan
menempatkan diri di dalam lingkungan bermasyarakat. Hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Daruquthni ini berbunyi:
… َو َخرْي ُ النَّ ِاس َأنْ َف ُعه ُْم: َ قَا َل َر ُس ْو ُل هللا َص َىل هللا عَلَ ْي ِه َو َسمَّل: َع ْن َجا ِب ٍر قَا َل
ِللنَّ ِاس
Artinya: Dari Jabir, Ia berkata: ”Rasulullah SAW bersabda, … Dan sebaik-baik
manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni).
Dari hadis tersebut penggalan yang paling terkenal adalah lafal khoirunnas
anafauhum linnas, yang berarti sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
memberi manfaat bagi manusia lainnya. Ini berarti kita sebagai manusia sudah
seharusnya saling membantu dan menjadi berguna bagi orang lain.
Ini juga berarti perintah untuk melakukan hal baik dan menghindari perbuatan
yang tercela bahkan merugikan orang lain. Jika kita sampai berlaku kurang baik dan
bahkan merugikan orang lain maka jelas akan diancam dosa dan siksa yang cukup
berat jika kita tidak segera meminta maaf kepada orang yang merasa dirugikan
tersebut.
Secara keseluruhan, hadis ini menganjurkan seluruh umat islam untuk berbuat
baik dan ramah kepada sesama manusia karena sesungguhnya tidak ada kebaikan
yang bisa diambil jika kita tidak berlaku baik pada sesama manusia. Hal ini dapat kita
terapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan membantu tetangga yang sedang
kesusahan dan lain sebagainya.
Selain itu dengan kita berbuat baik dan ramah pada semua manusia ini
membuat kita menjadi sebaik-baiknya manusia. Hal ini berarti kita menjadi hamba
Allah yang disayangi dan juga menjadi umatnya Nabi yang baik. Sungguh sangat
terpuji akhlak seseorang jika kita bisa menjadi sebaik-baiknya manusia di muka bumi
ini dengan selalu menebarkan kebaikan.
َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َع ْن النَّيِب ِ ّ ﷺ قَا َل ْاللَك ِ َم ُة ا َّلط ِ ّي َب ُة َصدَ قَ ٌة َولُك ُّ خ ُْط َو ٍة
الصاَل ِة َأ ْو قَا َل ىَل الْ َم ْسجِ ِد َصدَ قَ ٌة
َّ ي َ ْم ِشهيَا ىَل
ِإ ِإ
Dari Abu Hurairah dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Kalimat thayyibah adalah sedekah,
dan setiap langkah yang dijalankan menuju shalat, -atau beliau ﷺBersabda: - "Menuju
masjid adalah sedekah." (HR. Ahmad)
ِ ول اهَّلل
ُ َأ ْشهَدُ َأ ْن اَل هَل َ اَّل اهَّلل ُ َو َأ ْشهَدُ َأ َّن ُم َح َّمدً ا َر ُس
ِإ ِإ
“Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa
Muhammad adalah utusan Allah”
َع ْن مَس ُ َر َة ْب ِن ُجنْدَ ٍب َع ْن النَّيِب ِ ّ َصىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َسمَّل َ قَا َل َأ ْرب َ ٌع َأفْضَ ُل ْالاَلَك ِم اَل
ُ يَرُض ُّ كَ ِبَأهِّي ِ َّن بَدَ ْأ َت ُس ْب َح َان اهَّلل ِ َوالْ َح ْمدُ هَّلِل ِ َواَل هَل َ اَّل اهَّلل ُ َواهَّلل ُ َأ ْكرَب
ِإ ِإ
Dari Samurah bin Jundab dari Nabi Saw, beliau bersabda: “Kalimat yang
paling utama itu ada empat, tidak akan membahayakan bagimu dengan
mana saja kamu memulainya, yaitu; Subhanallah (Maha suci Allah), Al
Hamdulillah (segala puji bagi Allah), Laa ilaaha illallah (tidak ada ilah
kecuali Allah), dan Allahu akbar (Allah Maha besar).” (HR Ibnu Majah)
b) Menyampaikan penolakan
Dari Ghudlaif bin Al Harits dia berkata; Saya pernah bertanya kepada
Aisyah; Apakah kamu melihat Rasulullah Saw mandi janabah pada awal
malam atau akhir malam? Dia menjawab; Terkadang beliau mandi di
awal malam dan terkadang beliau mandi di akhir malam! Saya berkata;
Allahu Akbar, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan perkara ini
mudah. (HR Abu Daud)
Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula). (QS. Ar-Rahman,
Ayat 60)
F. Aspek Al-Qur’an
1. Membaca Al-Qur’an Makharijul Huruf
i) Huruf Shod ()ص, Sin ( )سdan Za’ ()ز, tempat keluarnya dari ujung
lidah.
j) Huruf Dho’ ()ظ, Tsa’ ( )ثdan Dzal ()ذ, tempat keluarnya berasal dari
ujung lidah dan bertepatan dengan gigi seri atas.
4) As-Syafatain (Dua Bibir)
As-Syafatain adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada kedua
bibir. As-Syafatain dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Huruf Fa’ ()ف, tempat keluar hurufnya berasal dari bibir bawah yang
bersinggungan dengan ujung gigi seri atas
b) Huruf Mim ()م, Ba ()ب, dan Wawu ()و, tempat keluar hurufnya berasal dari
pertemuan bibir atas dan bibir bawah.
5) Al-Khaisyum (Saluran Hidung)
Al-Khaisyum adalah tempat keluarnya huruf hijaiyah melalui saluran hidung.
Jika menutup hidung saat melafalkan huruf tersebut, maka tidak bisa terdengar.
Ada pun hurufnya yaitu mim ( )مdan nun ()ن.
2. Tajwid Dasar
a. Hukum Nun Mati.
Hukum bacaan nun mati bertemu suatu huruf. Hukum inidibagi dalam
beberapa kategori :
1) Idzhar Halqi Idzhar Halqi merupakan salah satu cabang /bagian dari
Hukum Izhar yang terdapat dalam Ilmu Tajwid. Idzhar mempunyai
makna terang atau jelas. Disebut Izhar Halqi hal ini disebabkan oleh
makhraj dari huruf-huruf tersebut keluarnya dari dalam tenggorakan
(halq). Hukum Idzhar Halqi ini berlaku bila terdapat Nun Sukun ( ْ) ن
ataupun juga tanwin (dhomah tanwin ()ـٌــ, kasroh tanwin ( )ـٍـــdan
fathah tanwin ()ـًــ/ sesudahnya bertemu dengan huruf-huruf = Alif (
)ا, ‘Ain ()ع, Ghain ()غ, Ha ()ح, Kha ()خ, Ha’ ( )ﮬdan Hamzah ( ) ء,
akan tetapi nun mati ( ْ ) نataupun juga tanwin ـٌـــ, ـٍـــ, ـًـــjarang sekali
ketemu dengan huruf hijaiyzah Hamzah ( ) ء, namun huruf Hamzah
ini merupakan salah satu bagian dari huruf Idzhar Halqi. Cara
membaca Idzhar Halqi adalah wajib terang/jelas, dan tidak boleh
dengan berdengung. Contoh Idzhar Halqi dalam Al Qur’an Untuk
Huruf Alif ب َ اس;; ٍق إِ َذا َو َق
ِ = َومِن َش;;رِّ َغwaminng syarri ghoosiqin idzaa
waqoba Contoh di atas terdapat dalam Al Qur’an surat Al ‘Falaq ayat
yang ke-3, yaitu kasroh tanwin dan ketemu dengan huruf alif
(hamzah), cara membacanya yaitu terang /jelas yaitu qin (ghoo siqin
idzaa).
2) Idgham Bighunnah Hukum Idgham Bighunnah dan ini sering sekali
disebut dengan Idgham Ma’al Ghunnah yaitu suatu hukum tajwid
yang berlaku ketika ada Nun mati / nun disukun [ ْ ] نatau tanwin ( ,ـًـــ
ـٌـــ, ) ـٍـــyang bertemu dengan huruf Mim []م, Nun []ن, Waw []و, dan
huruf Ya [ ]يdan tidak dalam satu kata / kalimat atau harus secara
terpisah. Bi berarti dengan. Ghunnah berarti dengung dan Idgham
maknanya adalah meleburkan satu huruf yang berada di depan ke
dalam huruf yang ada sesudahnya, atau bisa dikatakan dengan bahaa
Arab adalah di-tasydid-kan. Cara membaca dari Idgham Bighunnah
yaitu dengan cara meleburkan ْ[ نnunt mati ] ataupun tanwin, baik itu
dhommah tanwin []ـٌـــ, kasroh tanwin []ـٍـــ, ataupun fathah tanwin []ـًـــ
menjadi suara huruf yang ada di depannya mim []م, nun []ن, waw[]و
dan ya []ي, atau dari keempat huruf tersebut seolah-olah seperti diberi
tanda tasydid, dan diiring dengan menggunakan suara yang
berdengung 1 Alif – 1 1/2 Alif atau sekitar 2 sampai 3 harakat.
Contoh Hukum Idgham Bighunnah (Ma’al ghunnah) a. Contoh Nun
[ ْ ]نSukun dan Tanwin[ًٌٌٍٍ] bertemu Ya [;رى ]ي َ لِ َمنْ َي: Tulisan aslinya
adalah liman yaraa, dan dibacanya adalah limayyaraa ُ اَنْ َي ُت ْوب: tulisan
aslinya an yatuuba dan dibacanya adalah ayyatuuba b. Contoh Nun [ ْ]ن
Sukun dan Tanwin[ًٌٌٍٍ] bertemu waw [ مِنْ َو َرائ ِِه ْ;م ]و: Tulisan aslinya
adalah man waraa ihim, dan dibacanya adalah mawwaraa ihim c.
Contoh Nun [ ْ ]نSukun dan Tanwin[ًٌٌٍٍ] bertemu mim [ َن ُكنْ َم َع ًك ْم ]م:
Tulisan aslinya adalah nakun ma‘akum, dan dibacanya adalah
nakumma‘akum.
3) Idgham bilaghunnah Hukum Idgham Bilaghunnah yaitu suatu hukum
tajwid yang terjadi ketika ada Nun Sukun ( ْ ) نatau juga tanwin ( ,ـًـــ
ـٌـــ, ) ـٍـــyang ketemu dengan huruf hijaiyah lam ( ) لatau huruf
hijaiyah Ro ( ) ر, dan dibaca dengan tidak menggunakan suara yang
berdengung Bila maknanya adalah dengan tidak [tanpa]. Ghunnah
maknanya adalah berdengung. Sementara itu Idgham maknanya
adalah meleburkan / menggabungkan satu huruf hijaiyah ke dalam
huruf hijaiyah sesudahnya, atau bisa dikatakan dengan istilah di-
tasydid-kan. Cara membacanya yaitu dengan cara meleburkan huruf
hijaiyah ْ نatau tanwin [ ـٌـــ, ـٍـــ, ] ـًـــtersebut menjadi suara huruf
hijaiyah sesudahnya yaitu huruf lam / لataupun huruf ro / ر, atau
dengan cara lafaz yang kedua huruf hijaiyah tersebut seakan-akan
diberi tanda tasydid, dengan tanpa dikuti dengan suara berdengung
(ghunnah). Contoh bacaan idgham Bilaghunnah untuk nun mati /
tanwin bertemu huruf lam Ada Nilai-Nilai Surah Al Ma’un ِ مِنْ لَ ُد ْنك:
Tulisan aslinya adalah min ladunka, tetapi dibaca milladunka لَطِ يْفٌ لِ َما:
Tulisan aslinya adalah lathiifun limaa, tetapi dibaca lathiifullimaa
4) Iqlab Iqlab yaitu salah satu dari hukum tajwid yang terjadi ketika ada
huruf Nun Sukun ( ْ ) نataupun juga tanwin ( ـٌـــ, ـٍـــ, ) ـًـــyang ketemu
dengan huruf hijaiyah Ba ( ) ب. Secara harfiah, Iqlab mempunyai arti
dibaca dengan dengung sekitar 2 – 3 harakat atau 1 1/2 alif, sebab bila
hukum Ikhfa Syafawi ini tidak didengungkan, maka hukumnya akan
berubah jadi hukum Izhar. Cara membaca dari hukum Ikhfa Syafawi
yaitu dengan membaca lebih dulu HURUF HIJIAYAH sebelum mim
sukun, setelah itu masuk ke dalam huruf Mim Sukun dengan cara
mengeluarkan irama dengungnya hukum dari ikhfa Syafawi [yaitu
dengan cara menahan huruf hijaiyah mim secara samar-samar];
“immng.. / ummmng.. / ammmng… ” sehingga ketika akan ketemu
dengan huruf hijaiyah بmaka bibir atas dan bibir bawah dalam posisi
yang tertutup. = ِا َن ُه ْم ِب;;دَال َِكinnahummng bidzaalika ار ٍة
َ ;;= َت;;رْ ِمي ِْه ْم ِبح َِج
tarmiihimmmng bihijaarotin
3) Idgham Mitslain atau Idgham Mimi Idgham Mitslain atau Idgham
Mimi merupakan hukum tajwid yang terjadi khusus untuk huruf
hijaiyah Mim Sukun ( ) ْمketemu dengan huruf hijaiyah Mim yang
mempunyai harakat [ ُم, ] َم ِم. Disebut dengan Mitslain sebab
terjadinya sebiaj pertemuan dua huruf hijaiyah yang makhraj dan juga
sifatnya adalah sama persis [identik], tetapi khusus bagi huruf hijaiyah
Mim Sukun yang ketemu huruf Mim yang mempunyai harakat. Dan
selain dari huruf hijaiyah Mim tersebut di atas, maka hukum yang
berlaku bagi pertemuan 2 [dua] huruf yang sama yaitu huruf sukun dan
huruf berharakat yaitu Hukum Mad Tamkin dan Hukum Idgham
Mutamasilain. Dinamai dengan Idgham sebab cara untuk membacanya
yaitu dengan cara meleburkan [menggabungkan] satu huruf hijaiyah
ke dalam huruf hijaiyah sesudahnya, atau istlah lainnya adalah dengan
di-tasydid-kan. Hukum dari Idgham Mitslain adalah dibaca dengan
mendengung [makhraj huruf hijaiyah mim-nya jelas dan mengalun]
kurang lebih sekitar 2 – 3 harakat [1 Alif hingga 1 1/2 alif] Di dalam
Al-Quran Al Kariim ayat yang mengandung hukum Idgham Mitslain
telah ada tanda tasydidnya. Tasydid Idgham Mitslain merupakan
Tasydid Hukum, yaitu sebuah tanda tasydid yang ada dan diberikan
sebab terjadinya suatu hukum peleburan atau pertemuan. Contoh
Idgham Mitslain atau Idgham Mimi = لَ ُه ْم َم;;;ا َي َتقُ ْو َنlahummmmaa
yattaquuna Ada Nilai-Nilai Surah Al Ma’un = ُه ْم َما ِا ْن َفقُ ْواhummmmaa
infaquu.
4) Qalqalah Qalqalah adalah hukum bacaan tajwid, apabila huruf ba ()ب,
jim ()ج, dal ()د, ta ()ط, dan qaf ( )قatau dapat disingkat ‘baju di toko’
mendapat sukun di tengah kalimat atau wakaf di akhir kalimat.Cara
membaca Qalqalah adalah memantul. Hukum bacaan qalqalah terdiri
dari dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra. Qalqalah Sugra
adalah setiap huruf qalqalah yang mendapat sukun di tengah kata.
Qalqalah Kubro adalah setiap huruf qalqalah yang berada di akhir
kalimat karena mendapat wakaf.
c. Hukum Mad
Macam-Macam Mad Beserta Penjelasannya, sebagai berikut :
1) Mad Thabi'i atau Mad Asli Mad Thobi’i yaitu merupakan satu dari
bagian [cabang] dari Hukum Mad. Secara bahasa [etimologi] Mad
Thobi’i mempunyai arti alami atau biasa, yaitu tidak lebih dan juga
tidak kurang. Dibaca dengan panjang 2 harakat atau 1 alif. Mad
Thobi’i ini sering disebut dengan istilah lain sebagai Mad Ashli, ini
artinya adalah asal mula [asal-muasal] suatu kejadian, dan ini adalah
merupakan kunci utama [dasar] di dalam belajar tentang hukum-
hukum dari Mad Far’i. Hukum Mad Thobi’i ini berlaku ketika: Huruf
hijaiyah dengan harakat Fathah ( ) ـــَـــketemu dengan huruf hijaiyah
Alif ( ;) اhuruf hijaiyah dengan harakat Kasrah ( ) ــــِــــketemu huruf
hijaiyah Ya Sukun ( ْ ;) يdan huruf hijaiyah dengan harakat Dhammah
( ) ــــــُـــــــketemu dengan huruf Waw sukun ( ) ْوmaka huruf-huruf itu
dibaca dengan panjang 1 alif atau 2 harakat. Contoh Mad Thobi’i atau
Mad Ashli Huruf Alif [ َحا ِم َي ٌة ]ا: haamiyatun َسالِ ٌم: saalimun Contoh
Mad Thobi’i atau Mad Ashli Huruf Waw Sukun [ = َش;; ُك ْو ٌر ] ْو
syakuurun = َغفُ; ْ;و ٌرghofuurun Contoh Mad Thobi’i atau Mad Ashli
Huruf Ya Sukun [ ْ = ِبصِ ْي ٌر ] يbashiirun = َخ ِب ْي ٌرkhobiirun.
2) Mad Far'i Mad Far'i secara bahasa artinya adalah cabang. Sedangkan
menurut istilah Mad Far'i adalah mad yang merupakan hukum
tambahan dari mad asli (sebagai hukum asalnya), yang disebabkan
oleh hamzah atau sukun. Nah, Mad Far'i ini terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya sebagai berikut:
a) Mad Jaiz Munfashil Mad Jaiz Munfashil merupakan satu dari 13
bagian dari Hukum Mad Far’i dalam ilmu tajwid. Secara etimologi
Jaiz Munfashil adalah : Jaiz berarti boleh dan Munfashil berarti
terpisah atau di luar kata Mad Jaiz Munfashil ini terjadi ketika ada
huruf Mad Thobi’i yaitu ( ) ـــــَـــــــ ا ; يْ ـــــــِــــــ ; ْو ـــــــُـــــــketemu
dengan huruf hijaiyah Alif ( )اyang mempunyai harakat Fathah,
harakat Kasrah, ataupun harakat Dhammah ( ُ ) اَ – ِا – اCara
membaca dari Mad Jaiz Munfashil ini adalah boleh panjang 1 alif
[2 harakat], 2 alif [4 harakat], ataupun juga bisa 3 alif [6 harakat].
Begini contohnya: َوﻻَأ ْن ُت ْ;م ِب َما أ ُ ْن ِز َل
b) Mad Wajib Muttasil Mad Wajib atau Mad Muttashil, dan
seringkali disebut dengan Mad Wajib Muttashil adalah salah satu
13 bagian dari Hukum Mad Far’i di dalam ilmu tajwid. Secara
etimologi, mad wajib mutthashil artinya adalah : Mad artinya
adalah panjang bacaan. Wajib berarti harus dan Mutthashil berarti
bersambung. Hukum dari Mad Wajib Muttashil yaitu hukum
tajwid yang terjadi ketika huruf hijaiyah Mad Thobi’i ( ْـــــَـــــــ ا ; ي
Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di awal
Asli
َ َء أَ ْن
ت ء ء
Tidak bisa disambung dengan huruf selanjutnya
Huruf
Contoh Penulisan Di tengah
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di tengah
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di tengah
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di tengah
Asli
Tidak Bisa disambung dengan huruf sesudahnya
Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli
Huruf
Contoh Penulisan Di akhir
Asli
هّٰللا
ِ ال َّر ْحمٰ ِن ال َّر ِح ْي ِم ِب ْس ِم
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih lagi maha penyayang
ْ َوا ْل َع
١ - ص ۙ ِر
1) Demi masa,
هّٰللا
َّ الر ْح ٰم ِن
الر ِح ْي ِم َّ ِ ِب ْس ِم
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih lagi maha penyayang
هّٰللا
َّ الر ْح ٰم ِن
الر ِح ْي ِم َّ ِ ِب ْس ِم
Dengan menyebut nama Allaah yang maha pengasih lagi maha penyayang
ُ ِي ُي َك ِّذ
١ - ب ِبال ِّد ْي ۗ ِن ْ اَ َر َء ْي َت ا َّلذ
a) Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
Adapun sebab turun surah al-Mā’ūn ayat 1-3 di antaranya ada suatu
riwayat yang menyebutkan bahwa ada orang yang identitasnya
diperselisihkan oleh para perawi; Abu Sufyan, Abu Jahal, Al-Ash Ibn
Walid atau orang lain, yang setiap minggu menyembelih seekor unta.
Suatu ketika ada anak yatim yang datang meminta sedikit daging yang
disembelih. Namun mereka menghardik dan mengusir anak yatim
tersebut.
Peristiwa di atas merupakan pelajaran yang sangat berarti agar kita
memiliki kepedulian terhadap orang yang membutuhkan. Kita harus
menyadari bahwa harta yang kita miliki merupakan titipan Allah yang
harus dibelanjakan dengan baik.
Dalam riwayat lain diceritakan dari Ibn Abbas bahwa pada masa
Rasulullah ada sekelompok orang munafik yang rajin mengerjakan
ibadah salat. Namun salatnya tidak diniatkan karena Allah Swt. tetapi
karena ingin dilihat dan dipuji orang lain. Ketika dilihat orang lain,
mereka terlihat khusyuk mengerjakan salat, tetapi ketika tidak dilihat
orang lain, mereka salat seenaknya bahkan sering menyepelekan dan
meninggalkannya. Allah tidak suka dengan orang-orang munafik seperti
ini, maka diturunkanlah surat al-Mā’ūn ayat 4-7.
a. Membaca Al-Qur’an
1) Membaca Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al-Ma’un dengan benar
hingga Tartil.
2) Menghafal Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un hingga
lancar
3) Melafalkan Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un dengan
terjemahnya dengan benar.
4) Mengamalkan Surat Al- Ashr, Al- Kautsar dan Al- Ma’un dalam
Shalat.
b. Menulis dan Menyambung Huruf
1) Untuk Kelas 1 dan 2
a) Salinlah Huruf Hijaiyah yang ada di kolom “Huruf Asli” di
tabel atas
b) Tulis Ulang dengan memberi Harakat Fathah dan tuliskan
bunyinya
c) Tulis Ulang dengan memberi Harakat Kasrah dan tuliskan
bunyinya
d) Tulis Ulang dengan memberi Harakat Dhammah dan tuliskan
bunyinya
= و ا ل ع ص ر.
= ا ل ك و ث ر.
= ا ل م ا ع و ن.
Jika sudah berhasil salinlah ke dalam buku tulis atau kertas
gambar hiasi dan warnai, beri nama kumpulkan atau foto untuk
dikirimkan kepada bapak ibu guru di sekolah.
b) Pisahkan dan Tuliskan huruf apa saja yang terdapat pada kata
atau kalimat di bawah ini, salin ke buku tulis mu untuk
dikumpulkan atau foto untuk dikirimkan kepada bapak ibu guru
di sekolah !
………………..………………….
BAB IV
PENUTUP
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Hari/Tanggal :
……………………………………..
RANGKUMAN MATERI
Catatan:
Lembar ini diperbanyak sesuai kebutuhan
MATERI PESANTREN RAMADHAN 1442H DI MASA PANDEMI
Tanggal Materi Aspek
13 April Aku Cinta Islam Akidah
14 April Memahami Ibadah Puasa Fiqh
15 April Menghafal Qur’an Surat Ashr Al-Qur’an
16 April Menghafal Hadits Khoerunnas Anfauhum Linnas Al-Hadits
17 Mei Memilih Teman Yang Tepat Akhlak
18 Mei Membuat Kreasi Dari Kantong Kresek Berwarna Funniyah
19 Mei Kisah Mus’ab Bin Umair Tarikh
20 Mei Apa Itu Islam ? Akidah
21 Mei Sholat Tarawih dan Sholat Witir Fiqh
22 Mei Menghafal Qur’an Surat Al-Kautsar Al-Qur’an
23 Mei Al-Kalimatut Thoyyibatu Shodaqoh Al-Hadits
24 Mei Aku Anak Yang Bertanggungjawab Akhlak
25 Mei Membuat Kolase Kaligrafi dari biji-bijian (gambar atau Funniyah
tulisan asmaul husna)
26 Mei Kisah Nusaibah Binti Ka’ab Tarikh
27 Mei Apa Itu Iman? Akidah
28 Mei Zakat Fitrah Fiqh
29 Mei Menghafal Qur’an Surat Al-Maun Al-Qur’an
30 Mei Al-Yadul Ulya Khoerun Minal Yadis Sufla Al-Hadits
1 Mei Aku Anak Yang Jujur Akhlak
2 Mei Membuat Gambar Suasana Ramadhan/Idul Fitri di Fanniyah
Daerahnya masing-masing
Lembar Cheklis Kegiatan Pesantren Ramadhan 1442H KKG PAI Kabupaten Bandung
Tanggal Ramadhan Ket
No Jenis Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Sholat 5 Waktu
2 Sholat Tarawih
3 Sholat Duha
4 Aku Senang Berinfak
5 Membaca Al-Qur’an
6 Menghafal Al-Qur’an
7 Mengulang Hafalan Al-Qur’an
8 Merangkum Materi
9 Membaca Buku Islami
10 Menonton Film Islami
11 Berzikir
12 Olah Raga Ringan dan Berjemur
13 Membantu Orang tua
Membantu Menyiapkan Untuk
14
Berbuka
15 Aku Peduli Sesama
16 Aku Membayar Zakat