Anda di halaman 1dari 9

S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No.

2, Desember 2019 143 - 151

PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP KARAKTERISTIK


FISIK NANOEMULSI DAN NANOEMULSI GEL KOENZIM Q10

Silvi Ayu Wulansari*, Ririn Sumiyani, Ni Luh Dewi Aryani


Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Surabaya, Indonesia
*email: silviayu25@gmail.com

Received 18 November 2019


Accepted 31 December 2019

Abstrak
Koenzim Q10 merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan dengan berat
molekul yang cukup besar 863,36 g/mol serta memiliki sifat lipofilik. Hal ini yang
membuat koenzim Q10 perlu diformulasikan untuk memperbaiki kelarutan bahan dan
sistem penghantaran di dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variasi surfaktan (kombinasi PEG-40 HCO dan Span 80) terhadap karakteristik fisik sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi gel. Koenzim Q10 diformulasikan menggunakan fase minyak
rice bran oil dengan surfaktan kombinasi tersebut. Penelitian ini dibuat dalam 3 formula
nanoemulsi yaitu FI, F2, F3 dan 3 formula nanoemulsi gel yaitu F4, F5, F6. Evaluasi
karakteristik fisik dilakukan setelah 24 jam setelah sediaan selesai dibuat, pengamatan yang
dilakukan meliputi organoleptis (bentuk, warna dan fase yang terbentuk), pH, viskositas,
ukuran droplet, zeta potensial dan polidispersity index. Data penelitian diolah secara statistik
dengan menggunakan analisis kruskal-Wallis dan uji lanjutan Mann-Whitney. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi surfaktan berpengaruh terhadap karakteristik
fisik (viskositas, ukuran droplet, zeta potensial dan polydispersity index) dengan hasil beda
signifikan (p < 0,05) namun konsentrasi surfaktan tidak berpengaruh terhadap pH dengan
hasil tidak beda signifikan (p > 0,05).

Kata kunci: Koenzim Q10, Rice bran oil, Surfaktan, Nanoemulsi, Nanoemulsi Gel

Abstract
Coenzyme Q10 is a compound that functions as an antioxidant with a large molecular weight
of 863.36 g/mol and has lipophilic properties. This makes coenzyme Q10 need to be
formulated to improve the solubility of the material and the delivery system in the skin. This
study aims to determine the effect of surfactant variations (a combination of PEG-40 HCO
and Span 80) on the physical characteristics of nanoemulsion and nanoemulsion gel
preparations. Coenzyme Q10 is formulated using the rice bran oil oil phase with the
combination surfactant. This research was made in 3 nanoemulsion formulas FI, F2, F3 and
3 nanoemulsion gel formulas F4, F5, F6. Evaluation of physical characteristics is done after
24 hours after the preparation is complete, observations made include organoleptic (shape,
color and phase formed), pH, viscosity, droplet size, zeta potential and polydispersity index.
The research data were processed statistically using the Kruskal-Wallis analysis and Mann-
Whitney follow-up tests. The results showed that the surfactant concentration affected
physical characteristics (viscosity, droplet size, zeta potential and polydispersity index) with
a significantly different result (p < 0.05) but the surfactant concentration did not affect the
pH with the results not significantly different (p > 0.05).

Keywords: Coenzyme Q10, Rice bran oil, Surfaktan, Nanoemulsi, Nanoemulsi Gel

Online ISSN: 2528-0422 143


S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

Pendahuluan
Nanoemulsi merupakan salah satu et al., 2014). Hal ini dikarenakan minyak
bagian dari nanoteknologi yang banyak yang memiliki rantai pendek sampai
dikembangkan pada nanomedicine dan sedang lebih mudah dalam proses
nanodermatology untuk meningkatan pemutusan rantai dan menghasilkan
kinerja bahan obat terutama untuk bahan sediaan yang lebih jernih bila
obat yang sukar larut dalam air atau dibandingkan dengan minyak yang
sebalikya (Singh et al., 2016; Setya, et al., memiliki rantai panjang. Rice bran oil
2014). merupakan minyak yang memiliki rantai
Koenzim Q10 memiliki beberapa sedang sehingga memungkinkan
kekurangan untuk diformulasi dalam menghasilkan sediaan nanoemulsi yang
bentuk sediaan topikal, antara lain stabil.
kelarutan dalam air yang rendah (0,193 Pemilihan bahan seperti minyak dan
µg/ml), berat molekul yang besar (863,36 surfaktan dapat mempengaruhi stabilitas
g/mol), dan sifat lipofilisitas yang tinggi sediaan nanoemulsi (Saifullah. et.,al.,
(log P>10) sehingga membuat Koenzim 2016). Surfaktan yang biasa digunakan
Q10 tertahan di stratum corneum dan adalah golongan nonionik dikarenakan
menyebabkan penetrasi dikulit rendah surfaktan nonionik memiliki sedikit sifat
(Lucangioli dan Tripodi, 2012). mengiritasi pada penggunaan topical
Berbagai jenis penelitian tentang sistem (Kakoty dan Gogoi, 2018). Namun pada
penghantaran sebagai pembawa yang beberapa kasus pembuatan nanoemulsi
efektif dari koenzim Q10 banyak memelukan jumlah surfaktan yang cukup
dilakukan yang bertujuan untuk banyak. Jika penggunaan surfaktan dalam
mendapatkan produk dengan jumlah sedikit dapat menyebabkan
bioavailabilitas baik, efektif, dan dapat nanoemulsi tidak stabil. Berdasarkan hal
meningkatkan daya penetrasi ke dalam ini, diketahui bahwa penggunaan
lapisan kulit (Shoviantari et al., 2017). surfaktan saja tidak cukup untuk
Sistem penetrasi ke dalam kulit dari menurunkan tegangan permukaan antara
sediaan yang buruk dapat berpengaruh fase minyak dan fase air sehingga
terhadap efektivitas bahan obat diperlukan komponen ko-surfaktan untuk
(Shoviantari et al., 2017). membantu menurunkan tegangan
Berdasarkan penelitian diketahui permukaan (Sarmah, et.al., 2019) dengan
bahwa salah satu cara untuk meningkatkan memperbaiki fluiditas antar muka, entropi
penetrasi koenzim Q10 ke dalam kulit sistem akan meningkat dan mobilitas ekor
melalui pembuatan sediaan melalui sistem hidrokarbon juga akan meningkat
penghantaran nanoemulsi, diketahui sehingga penetrasi minyak kedapam kulit
penetrasi nanoemlusi jauh lebih baik dari menjadi lebih besar (Kakoty dan Gogoi,
sediaan emulsi konvesional (Deapsari et 2018).
al., 2017). Nanoemulsi memiliki ukuran Pada penelitian sebelumnya yang
partikel yang lebih kecil bila dibandingkan dilakukan oleh Sukandi (2017) koenzim
emulsi konvesional (Bhatt dan Madhav, Q10 diformulasikan dalam bentuk sediaan
2011). nanoemulsi dengan fase minyak rice bran
Secara umum nanoemulsi tersusun dari oil. Pada hasil uji stabilitas fisik diketahui
fase air, fase minyak, kosurfaktan dan bahwa formula yang digunakan belum
surfaktan (Dizaj, 2013). Pemilihan fase stabil jika dilihat dari parameter uji
minyak sangat mempengaruhi terhadap organoleptis (terjadi perubahan 1 fase
stabilitas nanoemulsi yang dihasilkan, menjadi 2 fase) dan pH sediaan yang
dimana minyak yang mempunyai rantai bergeser menjadi lebih asam setelah masa
pendek sampai sedang lebih stabil bila simpan selama 30 hari, sehingga dapat
dibandingkan dengan rantai panjang (Khor disimpulkan bahwa perlu dilakukan

Online ISSN: 2528-0422 144


S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

optimasi surfaktan yang digunakan dalam


formula nanoemulsi koenzim Q10 untuk Alat
menghasilkan sediaan nanoemulsi dengan Timbangan analitik (ACIS AD-300i),
sifat karakteristik yang baik (Sukandi, pH meter, botol timbang, Gelas ukur
2017). (Pyrex), Beaker glass (Pyrex), Hotplate
Berdasarkan penelitian oleh Sukandi magnetic stirrer (SCILOGEX MS-H280-
(2017) tersebut, maka penelitian ini Pro), Kaca arloji, Batang pengaduk,
bersifat melanjutkan dengan melihat Cawan porselen, Tabung reaksi, Vortex,
pengaruh variasi komponen surfaktan Pipet tetes, Partikel Size Analizer,
terhadap karakteristik fisik nanoemulsi. viskosimeter Brokfield.
Penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan formula nanoemulsi dan Formulasi
nanoemulsi gel koenzim Q10 yang Pembuatan Nanoemulsi
memiliki karakteristik fisik yang baik. Minyak dedak padi (Rice bran oil) dan
Pengamatan karakteristik fisik yang Koenzim Q10 dimasukkan kedalam
dilakukan meliputi organoleptis (bentuk, beaker glass diaduk meggunakan
warna dan fase yang terbentuk), pH, magnetic stirrer dengan kecepatan 500
viskositas, ukuran droplet, zeta potensial rpm suhu 50oC selama 10 menit,
dan Polidispersity Index (PI) (Saifullah, menambahkan Ethanol 96% sedikit demi
et.,al., 2016). sedikit diaduk selama 5 menit. kemudian
PEG-40 Hydrogenated castor oil dan Span
Metode Penelitian 80 dimasukkan kedalam beker glas
Pra Formulasi mikroemulsi kemudian kecepatan dinaikkan menjadi
Bahan 700 rpm suhu 50oC diaduk selama 10
Koenzim Q10 (Chemco) Span 80 menit sampai campuran homogen
(Sigma), PEG-40 Hydrogenated castor oil (campuran 1). Memasukkan dapar
(PEG40- HCO), Etanol 96% (Merck), Phosphate pH 6,0 ± 0,2 kedalam beaker
Carbomer 940, Trietanolamin (TEA), glass campuran 1 di stirrer dengan
Aquadem (Universitas Surabaya) Minyak keceptan 700 rpm suhu 50oC selama 10
dedak (Rice brand oil), Dapar Phosphate menit sampai homogen. Jika campuran
pH 6,0 ± 0,2 dibuat dari natrium hidroksida telah homogen suhu magnetic stirrer
dan kalium dihydrogen phosphate (Merck) dimatikan, namun tetap diaduk dengan
(Pro Analisis). kecepatan 700 rpm selama 10 menit.

Tabel 1. Formula nanoemulsi dan nanoemulsi gel koenzim Q10


NE NE Gel
Bahan Fungsi
F1 F2 F3 F4 F5 F6
Q10 Zat aktif 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Rice bran oil Fase Minyak 4 4 4 4 4 4
PEG-40 HCO Surfaktan 7 7 6 7 7 6
Span 80 Surfaktan 6 5 6 6 5 6
Ethaol 96% kosurfaktan 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4 3,4
Carbomer 940 Gelling agent - - - 1 1 1
TEA Alkalizing agent - - - 1,8 1,8 1,8
Dapar Phosphate pH 6,0 Fase air Sampai 100

Pembuatan Nanoemulsi Gel magnetic stirrer dengan kecepatan 500


Minyak dedak padi (Rice bran oil) dan rpm suhu 50oC selama 10 menit, kemudian
Koenzim Q10 dimasukkan kedalam menambahkan Ethanol 96% sedikit demi
beaker glass diaduk menggunakan sedikit diaduk selama 5 menit. Kemudian
Online ISSN: 2528-0422 145
S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

PEG-40 Hydrogenated castor oil dan Span Ukuran Droplet


80 dimasukkan kedalam beker glas Pengujian ukuran droplet dan distribusi
kemudian kecepatan dinaikkan menjadi ukuran mikroemulsi dilakukan dengan
700 rpm suhu 50oC diaduk selama 10 menggunakan alat Partikel Size Analizer.
menit sampai campuran homogen Sampel mikroemulsi 1ml di encerkan
(campuran 1). dengan menggunakan 10 ml aqua
Memasukkan dapar Phosphate pH 6,0 bidestilata setelah itu di fortex terlebih
± 0,2 kedalam beaker glass yang berbeda dahulu sebelum diamati. Data yang
kemudian masukkan carbomer 940 diamati adalah diameter droplet rata-rata,
kedalam beaker glass yang berisi dapar polydispersity index (PI) dan zeta
phosphate aduk menggunakan magnetic potensial.
stirrer dengan keceptan 1500 rpm suhu
50oC selama 10 menit (campuran 2). Analisis Data
Mecampurkan TEA kedalam campura 2 Analisis data yang digunakan untuk
diaduk selama 10 menit sampai campuran mengetahui pengaruh konsentrasi
membentuk massa gel yang homogen surfaktan terhadap karakteristik fisik
(basis gel). Basis gel yang telah terbentuk nanoemulsi dan nanoemulsi gel adalah
ditambahkan kedalam campuran 1 analisis kruskal-Wallis dan uji lanjutan
kemudian di lanjutkan pengadukan Mann-Whitney.
menggunakan ultra turax dengan
kecepatan 6000 rpm selama 7 menit. Hasil dan Pembahasan
Sampel yang digunakan dalam
Evaluasi Karakteristik penelitian ini adalah sediaan nanoemulsi
Organoleptis yang mengandung bahan aktif koenzim
Pengujian dilakukan dengan cara Q10.
mengamati bentuk, warna, transparasi dan Berdasarkan data dalam Tabel 1,
fase yang terbentuk dari sediaan diketahui bahwa pada pengujian pH
nanoemulsi. Pengamatan ini dilakukan sediaan nanoemulsi koenzim Q10 yaitu F1
secara visual menggunakan panca indra. sampai F3 dapat diketahui bahwa variasi
konsentrasi surfaktan tidak banyak
pH mempengaruhi pH sediaan. Namun pada
Pengujian pH dilakukan dengan saat formulasi sediaan nanoemulsi gel
menggunakan pH meter Laqua Horiba koenzim Q10 tidak hanya ada penambahan
Scientific yang dikalibrasi terlebih dahulu Carbomer 940 manum juga ditambhkan
menggunakan dapar pH 4,00 dan 7,00 TEA dalam formula hal ini dikarenakan
sebelum digunakan untuk mengukur jika tidak ada penambahan TEA pada
nanoemulsi dan nanoemulsi gel. formula, pH sediaan dari F4 sampai F6
cenderung asam yaitu 4-5 (tidak sesuai
Viskositas dengan spesifkasi sediaan) (Gambar 1).
Pengukuran viskositas menggunakan Bergesernya pH ke arah asam yang berarti
alat viskosimeter Brokfield dengan spindel dapar yang digunakan tidak cukup untuk
64 dengan kecepatan 6 rpm. Sebelum diuji menyangga pH sediaan agar tetap pada pH
pastikan sampel tersebar secara merata 6,0 ± 0,2. Walaupun hasil pH sediaan
pada permukaan cup serta tidak ada bervariatif namun semua formula masih
gelembung. Kemudian nyalakan alat dikatakan memenuhi spesifikasi yang
beberapa saat sampai pembacaan stabil, dikehendaki yaitu pH 6,0 ± 0,2.
catat pembacaan viskositas yang tertera Rentang nilai pH sediaan topikal
pada display. Nilai viskositas yang disesuaikan dengan pH stabilitas bahan
diharapkan adalah di bawah 200 cps. aktif dan nilai pH kulit (4,5-6,5)
(Tranggono dan latifah, 2007). Sediaan

Online ISSN: 2528-0422 146


S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

topikal yang memiliki pH terlalu asam jika terlalu basa basa menyebabkan kulit
dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan menjadi bersisik (Yani, 2016).

Tabel 2. Hasil uji karakteristik fisik nanoemulsi dan nanoemulsi gel Q10

Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6
Cairan Cairan Cairan Gel Gel Gel
kuning kuning kuning berwarna berwarna berwarna
Organoleptis pucat, pucat, pucat, kuning, kuning, kuning,
jernih, jernih, jernih, 1 fase 1 fase 1 fase
1 fase 1 fase 1 fase
pH 5,94 5,95 5,95 5,99 6,00 6,06
Viskositas
0,9023 0,8940 0,8800 33973 31793 29453
(cp)
Ukuran
36,07 33,53 35,53 159,57 64,10 125,37
Droplet (µm)
Zeta Potensial
(-) 40,23 (-) 25,97 (-) 28,43 (-) 18,20 (-) 25,90 (-) 28,40
(mv)
Polidispersity
0,0388 0,0556 0,0565 0,4903 0,3727 0,0191
Index (PI)

viskositas dari PEG40-HCO lebih tinggi


dari Span 80, hal ini yang mempengaruhi
viskositas sediaan menjadi berbeda.

Gambar 1. Pengujian pH sediaan


nanoemulsi dan nanoemulsi gel koenzim
Q10

Berdasarkan hasil pengukuran


viskositas sediaan nanoemulsi yang Gambar 2. Pengujian viskositas sediaan
hasilnya dapat dilihat pada Gambar 2, nanoemulsi koenzim Q10
diketahui bahwa F1 memiliki total
konsentrasi surfaktan yang paling tinggi Viskositas nanoemulsi gel koenzim
(13%), adanya variasi konsentrasi Q10 memiliki nilai yang cukup besar,
surfaktan berpengaruh terhadap nilai dikarenakan dalam komposisi nanoemulsi
viskositas sediaan nanoemulsi. Hasil pada gel terdapat carbomer 940 sebagai gelling
F2 dan F3 memiliki total konsentrasi agent pembentuk masa gel. Dimana
surfaktan yang sama yaitu 12% namun dari konsentrasi carbomer 940 pada F4 - F6
data viskositas memiliki nilai yang masing-masing sama yaitu 1%, namun
berbeda disebabkan karena komponen nilai viskositas dari ketiga formula
surfaktan yang berbeda pada kedua memiliki nilai yang berbeda. F4 memiliki
formula tersebut. Surfaktan pada F2 nilai viskositas paling tinggi bila
mengandung jumlah PEG-40-HCO lebih dibandingkan dengan F5 dan F6, hal ini
besar dari F3. Diketahui bahwa nilai serupa dengan yang terjadi pada formula
Online ISSN: 2528-0422 147
S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

nanoemulsi dimana F4 memiliki Gambar 4. Pengujian ukuran droplet


konsentrasi surfaktan paling tinggi sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi gel
(Gambar 3). Walaupun nilai viskositas koenzim Q10
antara F4 – F6 berbeda namun nilai
viskositas yang diperoleh masih dalam Pengujian ukuran droplet dapat
rentang nilai viskositas sediaan gel yang digunakan sebagai salah satu cara
baik ada pada rentang 3.000-50.000 cPs pemilihan surfaktan yang cocok, dimana
(Pertiwi, 2016). jika hasil ukuran droplet yang dihasilkan
sudah sesuai spesifikasi maka pemilihan
surfaktan telah sesuai (Ibrahim, et al.,
2015). Hasil evaluasi ukuran droplet pada
nanoemulsi F1-F3 memiliki rentang nilai
(33,53-36,07) sedangkan untuk
nanoemulsi gel F4-F6 memiliki rentang
nilai (64,10-159,57) (Gambar 4). Dari
hasil diatas dapat diketahui ukuran droplet
nanoemulsi dan nanoemlusi gel sesuai
spesifikasi nanoemulsi yang memiliki
Gambar 3. Pengujian viskositas sediaan ukuran retang antara 20-200 nm (Guan, et
nanoemulsi gel koenzim Q10 al., 2016).
Nilai zeta potensial jika lebih besar
Penentuan ukuran droplet dan zeta dari | +25 mV | atau | −25 mV |
potensial adalah metode yang paling menunjukkan stabilitas sistem dari sistem
umum digunakan untuk menilai stabilitas sediaan nanoemulsi, jika nanoemulsi
dari sediaan nanoemulsi, karena ukuran memiliki zeta potensial rendah dan
partikel mengganggu flokulasi dan mendekati titik kritis flokulasinya dapat
fenomena koalesensi (Gianeti, et al., menyebabkan fase yang terbentuk akan
2011). Selain itu ukuran droplet dilakukan mudah mengalami perubahan menjadi 2
untuk mengetahui apakah pemilihan fase / pecah (Haidar, et. al., 2017).
formula dan metode pembuatan sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi gel Koenzim
Q10 cukup optimal untuk menghasilkan
ukuran droplet sesuai spesifikasi yang
telah ditentukan yaitu nano partikel dalam
rentang nilai 20-200nm (Guan, et al.,
2016). Data pengujian ukuran droplet
dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 5. Pengujian zeta potensial


sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi gel
koenzim Q10

Pada pengujian zeta potensial nilai zeta


potensial yang diharapkan berada pada
rentang antara | −25 mV | sampai | −30 mV
| karena pada rentang nilai tersebut telah
cukup untuk menciptakan penghalang
energi antar droplet sehingga sediaan
nanoemulsi yang terbentuk lebih stabil
Online ISSN: 2528-0422 148
S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

(Shanmugam dan Ashokkumar, 2014). F1, F2, F3, F6 memiliki nilai PI ≤ 0,1, hal
Berdasarkan Gambar 5, hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa sampel
zeta potensial pada sediaan nanoemulsi merupakan monodisperse / 1 fase.
F1-F3 memiliki nilai zeta potensial yang Sedangkan F4 dan F5 memiliki nilai PI ≥
sesuai dengan spesifikasi {lebih besar dari 0,1. Nilai PI yang lebih dekat ke 1
| −25 mV |}, namun pada pengujian menunjukkan adanya bebagai ukuran
sediaan nanoemulsi gel F4-F6 tidak semua droplet dalam sediaan yang
formula dapat memenuhi spesifikasi. mengindikasikan bahwa sampel bukan
Semua hasil pengujian zeta potensial monodisperse (Tang, et al., 2012).
menunjukkan angka negatif (-), hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas muatan Kesimpulan
permukaan droplet adalah anionik Beradsarkan hasil penelitian dapat
sehingga mengakibatkan penurunan disimpulkan bahwa konsentrasi surfaktan
muatan permukaan droplet menjadi negatif berpengaruh terhadap karakteristik fisik
(Chuacharoen et al., 2019). (viskositas, ukuran droplet, zeta potensial
dan polydispersity index) dengan hasil
beda signifikan (p < 0,05) namun
konsentrasi surfaktan tidak berpengaruh
terhadap pH dengan hasil tidak beda
signifikan (p > 0,05).

Saran
Penelitian ini perlu dilakukan uji
stabilitas secara dipercepat untuk sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi gel koenzim
Gambar 6. Pengujian Polidispersity Index Q10 sehingga bisa diketahui stabilitas dari
formula.
(PI) sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi
gel koenzim Q10 Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih
Kriteria sediaan nanoemulsi yang baik
kepada Akademi Farmasi Surabaya selaku
adalah sediaan yang terbentuk 1 fase /
institusi dan Fakultas Farmasi Universitas
monodisperse (Saifullah. et.,al., 2016).
Surabaya yang memfasilitasi dan
Hasil pengujian Polidispersity Index (PI)
memberikan banyak dukungan untuk
dari keenam formula dapat dilihat pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan
Gambar 6 diperoleh rentang nilai PI F1-F6
penelitian ini.
yaitu (0,0191–0,4903). Dimana formula

Daftar Pustaka
Bhat, P., and Madhav, S., 2011, A detailed utilization, Journal Molecules, 24,
review on nanoemulsion drug 2744.
delivery system, International Deapsari, Fani, 2017, Penetration of
Journal of Pharmaceutical Ubiquinone (Q10) Nanoemulsion
Sciences and Research, 2(9), 2292- Using Olive Oil Through Rat Skin,
2298. International Journal of
Chuacharoen, T., Sehanat P., and Cristina Pharmaceitical and clinical
M. S., 2019, Effect of surfactant Research, 9(2), 169-172.
concentrations on physicochemical Dizaj, S.M., 2013, Preparation and study
properties and functionality of of vitamin A palmitate
curcumin nanoemulsions under microemulsion drug delivery
conditions relevant to commercial system and investigation of co-
Online ISSN: 2528-0422 149
S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

surfactant effect. Journal Of Der Pharmacia Sinica, 3(4), 406-


Nanostructure in Chemistry, 3, 59. 407.
Pertiwi, R.D., 2016, Uji Aktivitas
Gianeti, M.D., Wagemaker, T.A.L., Antibakteri Formulasi Gel Untuk
Seixas, V.C., Maia Campos, Sariawan Dari Ekstrak Daun Saga
P.M.B.G., 2011, The use of (Abrus Precatorius Linn.)
nanotechnology in cosmetic Terhadap Bakteri Staphylococus
formulations: The influence of Aureus. Jurnal Ilmiah Manuntung:
vehicle in the vitamin a skin Sains Farmasi dan Kesehatan,
penetration. Curr, Nanosci., 8, 2(2), 239-247.
526–534. Saifullah, M., Ahsan, A., Shishir, M.R.I.,
Guan, Y., Wu, J., Zhong, Q., 2016, 2016, Production, stability and
Eugenol improves physical and application of micro- and
chemical stabilities of nanoemulsion in
nanoemulsions loaded with β- food production and the food
carotene, Food Chem, 194, 787- processing industry, In Emulsions;
796. Academic, Press: Cambridge, MA,
Haidar, I., Harding, I.H., Bowater, I.C., USA, 405-442.
Eldridge, D.S., Charman, W.N., Sarmah, S., Subrata B.G., Fan X.,
2017, The role of lecithin Annanya A.B., 2019,
degradation on the pH dependent Characterization and identifcation
stability of halofantrine of the most appropriate nonionic
encapsulated fat nano-emulsions, surfactant for enhanced oil
Int. J. Pharm., 528, 524-535. recovery. Journal of Petroleum
Kakoty M., Gogoi S.B., 2018, Evaluation Exploration and Production
of surfactant formulation for EOR Technology, 9(34), 383.
in some depleted oil felds of upper Setya, S., Talegaonkar, S., & Rardan, B.,
Assam. In: Sustainability issues in 2014, Nanoemulsion Formulation
environmental geotechnics, Methods and Stability, 3(2), 2214-
Springer Nature, Proceedings of 2228.
the 2nd GeoMEast: international Shanmugam, A., Ashokkumar, M., 2014,
congress and exhibition, 57-75. Ultrasonic preparation of stable
Khor, Y.P., Koh, S.P., & Long, K., et al., flax seed oil emulsions in dairy
2014, A Comparative Study of the systems - physicochemical
Physicochemical Properties of a characterization, Food Hydrocoll,
Virgin Coconut Oil Emulsion and 39, 151–162.
Commercial Food Supplement Shoviantari, F., Triatiana, E., and Widji,
Emulsions, Journal Molecules, 19, S., 2017, Skin Penetration of
9187-9202. Coenzym Q10 in Nanostricture
Korkmaz, E., Gokche, E., Ozer, 2013, Lipid Carriers Using Olive Oil and
Developement and Evaluation of Cetyl Palmitate, International
Coenzym Q10 Loaded Solid Lipid Journal of Pharmaceitical and
Nanoparticle Hydrogel for clinical Research, 9(2), 142-145.
Enhanced Dermal Delivery, Acta Singh, Thakur Gurjeet, and Sharma, Neha,
Pharm, 63, 517-529. 2016, Chapter 7 –
Lucangioli, S., Tripodi, V, 2012, The Nanobiomaterials in cosmetics:
Importance Of The Formulation In current status and future prospects.
The Effectiveness Of Coenzyme Nanobiomaterials in Galenic
Q10 Supplementation In Formulations and Cosmetics,
Mitochondrial Disease Therapy,

Online ISSN: 2528-0422 150


S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151

Applications of Nanobiomaterials,
149-174. Yani, T.N., Anwar, E., Saputri, F.C., 2016,
Sukandi, C.G., 2017, Karakteristik Fisika- Formulasi Emulgel yang
pH dan Stabiltas Nanoemulsi Mengandung Ekstrak Daun
Antiaging. Skripsi. Jurusan Binahong (Anredera cordifolia
Farmasi, Universitas Surabaya. (Ten.) Steenis) dan Uji
Tang, S.Y., Manickam, S., Wei, T.K., Aktivitasnya terhadap
Nashiru, B., 2012, Formulation Propionibacterium acnes secara In
development and optimization of a Vitro, Jurnal Kefarmasian
novel Cremophore EL-based Indonesia, 6(2): 89-97.
nanoemulsion using ultrasound
cavitation, Ultrason, Sonochem,
19, 330-345.
Tranggono, R. I., & Latifah, F., 2007, Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan
Koasmetik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Online ISSN: 2528-0422 151

Anda mungkin juga menyukai