Abstrak
Koenzim Q10 merupakan senyawa yang berfungsi sebagai antioksidan dengan berat
molekul yang cukup besar 863,36 g/mol serta memiliki sifat lipofilik. Hal ini yang
membuat koenzim Q10 perlu diformulasikan untuk memperbaiki kelarutan bahan dan
sistem penghantaran di dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variasi surfaktan (kombinasi PEG-40 HCO dan Span 80) terhadap karakteristik fisik sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi gel. Koenzim Q10 diformulasikan menggunakan fase minyak
rice bran oil dengan surfaktan kombinasi tersebut. Penelitian ini dibuat dalam 3 formula
nanoemulsi yaitu FI, F2, F3 dan 3 formula nanoemulsi gel yaitu F4, F5, F6. Evaluasi
karakteristik fisik dilakukan setelah 24 jam setelah sediaan selesai dibuat, pengamatan yang
dilakukan meliputi organoleptis (bentuk, warna dan fase yang terbentuk), pH, viskositas,
ukuran droplet, zeta potensial dan polidispersity index. Data penelitian diolah secara statistik
dengan menggunakan analisis kruskal-Wallis dan uji lanjutan Mann-Whitney. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi surfaktan berpengaruh terhadap karakteristik
fisik (viskositas, ukuran droplet, zeta potensial dan polydispersity index) dengan hasil beda
signifikan (p < 0,05) namun konsentrasi surfaktan tidak berpengaruh terhadap pH dengan
hasil tidak beda signifikan (p > 0,05).
Kata kunci: Koenzim Q10, Rice bran oil, Surfaktan, Nanoemulsi, Nanoemulsi Gel
Abstract
Coenzyme Q10 is a compound that functions as an antioxidant with a large molecular weight
of 863.36 g/mol and has lipophilic properties. This makes coenzyme Q10 need to be
formulated to improve the solubility of the material and the delivery system in the skin. This
study aims to determine the effect of surfactant variations (a combination of PEG-40 HCO
and Span 80) on the physical characteristics of nanoemulsion and nanoemulsion gel
preparations. Coenzyme Q10 is formulated using the rice bran oil oil phase with the
combination surfactant. This research was made in 3 nanoemulsion formulas FI, F2, F3 and
3 nanoemulsion gel formulas F4, F5, F6. Evaluation of physical characteristics is done after
24 hours after the preparation is complete, observations made include organoleptic (shape,
color and phase formed), pH, viscosity, droplet size, zeta potential and polydispersity index.
The research data were processed statistically using the Kruskal-Wallis analysis and Mann-
Whitney follow-up tests. The results showed that the surfactant concentration affected
physical characteristics (viscosity, droplet size, zeta potential and polydispersity index) with
a significantly different result (p < 0.05) but the surfactant concentration did not affect the
pH with the results not significantly different (p > 0.05).
Keywords: Coenzyme Q10, Rice bran oil, Surfaktan, Nanoemulsi, Nanoemulsi Gel
Pendahuluan
Nanoemulsi merupakan salah satu et al., 2014). Hal ini dikarenakan minyak
bagian dari nanoteknologi yang banyak yang memiliki rantai pendek sampai
dikembangkan pada nanomedicine dan sedang lebih mudah dalam proses
nanodermatology untuk meningkatan pemutusan rantai dan menghasilkan
kinerja bahan obat terutama untuk bahan sediaan yang lebih jernih bila
obat yang sukar larut dalam air atau dibandingkan dengan minyak yang
sebalikya (Singh et al., 2016; Setya, et al., memiliki rantai panjang. Rice bran oil
2014). merupakan minyak yang memiliki rantai
Koenzim Q10 memiliki beberapa sedang sehingga memungkinkan
kekurangan untuk diformulasi dalam menghasilkan sediaan nanoemulsi yang
bentuk sediaan topikal, antara lain stabil.
kelarutan dalam air yang rendah (0,193 Pemilihan bahan seperti minyak dan
µg/ml), berat molekul yang besar (863,36 surfaktan dapat mempengaruhi stabilitas
g/mol), dan sifat lipofilisitas yang tinggi sediaan nanoemulsi (Saifullah. et.,al.,
(log P>10) sehingga membuat Koenzim 2016). Surfaktan yang biasa digunakan
Q10 tertahan di stratum corneum dan adalah golongan nonionik dikarenakan
menyebabkan penetrasi dikulit rendah surfaktan nonionik memiliki sedikit sifat
(Lucangioli dan Tripodi, 2012). mengiritasi pada penggunaan topical
Berbagai jenis penelitian tentang sistem (Kakoty dan Gogoi, 2018). Namun pada
penghantaran sebagai pembawa yang beberapa kasus pembuatan nanoemulsi
efektif dari koenzim Q10 banyak memelukan jumlah surfaktan yang cukup
dilakukan yang bertujuan untuk banyak. Jika penggunaan surfaktan dalam
mendapatkan produk dengan jumlah sedikit dapat menyebabkan
bioavailabilitas baik, efektif, dan dapat nanoemulsi tidak stabil. Berdasarkan hal
meningkatkan daya penetrasi ke dalam ini, diketahui bahwa penggunaan
lapisan kulit (Shoviantari et al., 2017). surfaktan saja tidak cukup untuk
Sistem penetrasi ke dalam kulit dari menurunkan tegangan permukaan antara
sediaan yang buruk dapat berpengaruh fase minyak dan fase air sehingga
terhadap efektivitas bahan obat diperlukan komponen ko-surfaktan untuk
(Shoviantari et al., 2017). membantu menurunkan tegangan
Berdasarkan penelitian diketahui permukaan (Sarmah, et.al., 2019) dengan
bahwa salah satu cara untuk meningkatkan memperbaiki fluiditas antar muka, entropi
penetrasi koenzim Q10 ke dalam kulit sistem akan meningkat dan mobilitas ekor
melalui pembuatan sediaan melalui sistem hidrokarbon juga akan meningkat
penghantaran nanoemulsi, diketahui sehingga penetrasi minyak kedapam kulit
penetrasi nanoemlusi jauh lebih baik dari menjadi lebih besar (Kakoty dan Gogoi,
sediaan emulsi konvesional (Deapsari et 2018).
al., 2017). Nanoemulsi memiliki ukuran Pada penelitian sebelumnya yang
partikel yang lebih kecil bila dibandingkan dilakukan oleh Sukandi (2017) koenzim
emulsi konvesional (Bhatt dan Madhav, Q10 diformulasikan dalam bentuk sediaan
2011). nanoemulsi dengan fase minyak rice bran
Secara umum nanoemulsi tersusun dari oil. Pada hasil uji stabilitas fisik diketahui
fase air, fase minyak, kosurfaktan dan bahwa formula yang digunakan belum
surfaktan (Dizaj, 2013). Pemilihan fase stabil jika dilihat dari parameter uji
minyak sangat mempengaruhi terhadap organoleptis (terjadi perubahan 1 fase
stabilitas nanoemulsi yang dihasilkan, menjadi 2 fase) dan pH sediaan yang
dimana minyak yang mempunyai rantai bergeser menjadi lebih asam setelah masa
pendek sampai sedang lebih stabil bila simpan selama 30 hari, sehingga dapat
dibandingkan dengan rantai panjang (Khor disimpulkan bahwa perlu dilakukan
topikal yang memiliki pH terlalu asam jika terlalu basa basa menyebabkan kulit
dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan menjadi bersisik (Yani, 2016).
Tabel 2. Hasil uji karakteristik fisik nanoemulsi dan nanoemulsi gel Q10
Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6
Cairan Cairan Cairan Gel Gel Gel
kuning kuning kuning berwarna berwarna berwarna
Organoleptis pucat, pucat, pucat, kuning, kuning, kuning,
jernih, jernih, jernih, 1 fase 1 fase 1 fase
1 fase 1 fase 1 fase
pH 5,94 5,95 5,95 5,99 6,00 6,06
Viskositas
0,9023 0,8940 0,8800 33973 31793 29453
(cp)
Ukuran
36,07 33,53 35,53 159,57 64,10 125,37
Droplet (µm)
Zeta Potensial
(-) 40,23 (-) 25,97 (-) 28,43 (-) 18,20 (-) 25,90 (-) 28,40
(mv)
Polidispersity
0,0388 0,0556 0,0565 0,4903 0,3727 0,0191
Index (PI)
(Shanmugam dan Ashokkumar, 2014). F1, F2, F3, F6 memiliki nilai PI ≤ 0,1, hal
Berdasarkan Gambar 5, hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa sampel
zeta potensial pada sediaan nanoemulsi merupakan monodisperse / 1 fase.
F1-F3 memiliki nilai zeta potensial yang Sedangkan F4 dan F5 memiliki nilai PI ≥
sesuai dengan spesifikasi {lebih besar dari 0,1. Nilai PI yang lebih dekat ke 1
| −25 mV |}, namun pada pengujian menunjukkan adanya bebagai ukuran
sediaan nanoemulsi gel F4-F6 tidak semua droplet dalam sediaan yang
formula dapat memenuhi spesifikasi. mengindikasikan bahwa sampel bukan
Semua hasil pengujian zeta potensial monodisperse (Tang, et al., 2012).
menunjukkan angka negatif (-), hal ini
mengindikasikan bahwa mayoritas muatan Kesimpulan
permukaan droplet adalah anionik Beradsarkan hasil penelitian dapat
sehingga mengakibatkan penurunan disimpulkan bahwa konsentrasi surfaktan
muatan permukaan droplet menjadi negatif berpengaruh terhadap karakteristik fisik
(Chuacharoen et al., 2019). (viskositas, ukuran droplet, zeta potensial
dan polydispersity index) dengan hasil
beda signifikan (p < 0,05) namun
konsentrasi surfaktan tidak berpengaruh
terhadap pH dengan hasil tidak beda
signifikan (p > 0,05).
Saran
Penelitian ini perlu dilakukan uji
stabilitas secara dipercepat untuk sediaan
nanoemulsi dan nanoemulsi gel koenzim
Gambar 6. Pengujian Polidispersity Index Q10 sehingga bisa diketahui stabilitas dari
formula.
(PI) sediaan nanoemulsi dan nanoemulsi
gel koenzim Q10 Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terimakasih
Kriteria sediaan nanoemulsi yang baik
kepada Akademi Farmasi Surabaya selaku
adalah sediaan yang terbentuk 1 fase /
institusi dan Fakultas Farmasi Universitas
monodisperse (Saifullah. et.,al., 2016).
Surabaya yang memfasilitasi dan
Hasil pengujian Polidispersity Index (PI)
memberikan banyak dukungan untuk
dari keenam formula dapat dilihat pada
penulis sehingga dapat menyelesaikan
Gambar 6 diperoleh rentang nilai PI F1-F6
penelitian ini.
yaitu (0,0191–0,4903). Dimana formula
Daftar Pustaka
Bhat, P., and Madhav, S., 2011, A detailed utilization, Journal Molecules, 24,
review on nanoemulsion drug 2744.
delivery system, International Deapsari, Fani, 2017, Penetration of
Journal of Pharmaceutical Ubiquinone (Q10) Nanoemulsion
Sciences and Research, 2(9), 2292- Using Olive Oil Through Rat Skin,
2298. International Journal of
Chuacharoen, T., Sehanat P., and Cristina Pharmaceitical and clinical
M. S., 2019, Effect of surfactant Research, 9(2), 169-172.
concentrations on physicochemical Dizaj, S.M., 2013, Preparation and study
properties and functionality of of vitamin A palmitate
curcumin nanoemulsions under microemulsion drug delivery
conditions relevant to commercial system and investigation of co-
Online ISSN: 2528-0422 149
S.A. Wulansari, et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 4 No. 2, Desember 2019 143 - 151
Applications of Nanobiomaterials,
149-174. Yani, T.N., Anwar, E., Saputri, F.C., 2016,
Sukandi, C.G., 2017, Karakteristik Fisika- Formulasi Emulgel yang
pH dan Stabiltas Nanoemulsi Mengandung Ekstrak Daun
Antiaging. Skripsi. Jurusan Binahong (Anredera cordifolia
Farmasi, Universitas Surabaya. (Ten.) Steenis) dan Uji
Tang, S.Y., Manickam, S., Wei, T.K., Aktivitasnya terhadap
Nashiru, B., 2012, Formulation Propionibacterium acnes secara In
development and optimization of a Vitro, Jurnal Kefarmasian
novel Cremophore EL-based Indonesia, 6(2): 89-97.
nanoemulsion using ultrasound
cavitation, Ultrason, Sonochem,
19, 330-345.
Tranggono, R. I., & Latifah, F., 2007, Buku
Pegangan Ilmu Pengetahuan
Koasmetik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.